Anda di halaman 1dari 21

MANFAAT SIMPLISIA Phyllanthus niruri Linn DALAM PENANGANAN COVID-19

Dosen : Ika Maruya Kusuma S.Si, MSi

Disusun oleh :
Resina Hajar Haerani H. (14334084)
Heidy Maya Karim (17334008)
Muhamad Rahmat (17334003)

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah “FITOFARMAKA”. Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah FITOFARMAKA dengan judul
“Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ika
Maruya Kusuma S.Si,Msi selaku dosen pembimbing mata kuliah fitofarmaka dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam proses
penyusunan makalah ini, sehingga penulis memohon kritik dan saran yang membangun.

.
Jakarta, 16 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
A.Latar Belakang.......................................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Obat Herbal......................................................................................................3
2.2 Klasifikasi Tanaman Meniran.....................................................................................................6
2.3 Morfologi Tanaman Meniran......................................................................................................7
1. Morfologi Batang....................................................................................................................8
2. Morfologi Daun.......................................................................................................................8
3. Morfologi Bunga.....................................................................................................................8
4. Morfologi Buah dan Biji........................................................................................................8
5. Morfologi Akar.......................................................................................................................9
2.4 KHASIAT Phyllantus niruri........................................................................................................9
2.5. Kandungan Fitokimia Meniran Hijau.............................................................................11
BAB III..............................................................................................................................................13
PEMBAHASAN...............................................................................................................................13
3.1. Ekstraksi Phyllanthus niruri L.................................................................................................13
3.2. Stimuno..............................................................................................................................14
3.3 Uji Yang Pernah Dilakukan......................................................................................................15
BAB III..............................................................................................................................................17
PENUTUP.........................................................................................................................................17
Kesimpulan...............................................................................................................................17
BAB IV..............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1-
A. Latar Belakang

Fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinik dan uji klinik serta bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi. Obat
Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.Indonesia kaya akan pengetahuan mengenai pengobatan tradisional.
Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki khasanah pengetahuan dan cara tersendiri
mengenai pengobatan tradisional. Sebelum dituliskan ke dalam naskah kuno, pengetahuan
tersebut diturunkan secara turun-temurun melalui tradisi lisan. Menurut Djojosugito (1985).

Obat tradisional adalah obat yang turun-temurun digunakan oleh masyarakat untuk
mengobati beberapa penyakit tertentu dan dapat diperoleh secara bebas di alamPemanfaatan
obat tradisional sebagai obat merupakan hal baru. Obat tradisional telah banyak mengalami
perkembangan dan semakin berperan dalam berbagai kehidupan masyarakat untuk
penyembuhan, pemeliharaan, dan peningkatan taraf kesehatan. Penggunaan obat tradisional
masih berdasarkan pengalaman empiris, maka perlu pengembangan obat tradisional dengan
dasar penelitian ilmiah yang diawali dengan pengujian pra klinis dengan tujuan obat
tradisional menjadi obat herbal terstandar.

Imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi fungsi dan
aktivitas sistem imun. Imunomodulator dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Imunostimulator, berfungsi untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun.
Imunoregulator, artinya dapat meregulasi sistem imun. Imunosupresan, yang dapat
menghambat atau menekan aktivitas sistem imun. Kebanyakan tanaman obat yang telah
diteliti membuktikan adanya kerja imunostimulator sedangkan imunosupresor masih jarang
dujumpai. Pemakaian tanaman obat sebagai imunostimulator dengan maksud menekan atau

1
mengurangi infeksi virus dan bakteri intraseluler, untuk mengatasi imunodefisiensi atau
perangsang pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam sistem imunitas (Block dan Mead,
2003). Bahan yang dapat menstimulasi sistem imun berperan mengendalikan respon imun
2-
baik pada sistem imunitasseluler maupun humoral (Tizard,2000)

Untuk mempertahankan stamina tubuh, masyarakat sering mengkonsumsi makanan


atau bahan yang dapat meningkatkan sistem imun. Bahan atau makanan ini dapat diperoleh
dari konsumsi sayur/buah secara langsung maupun dalam bentuk produk jadi. Beberapa
tanaman telah diteliti mempunyai khasiat sebagai imunostimulan bahkan adayang telah
dibuat dalam bentuk sediaan herbal atau suplemen.

a. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Cara Pembuatan Sediaan Obat Herbal Phyllanthus niruri Linn?

2. Apakah khasiat Phyllantus niruri ?

3. Bagaimana Perizinan Izin Edar Stimuno?

4. Bagaimana Uji In Vitro, In Vivo?

b. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Cara Pembuatan Sediaan Herbal Phyllanthus niruri Linn

2. Mengetahui khasiat Phyllantus niruri

3. Mengetahui Tentang Perizinan Izin Edar Stimuno

4. Mengetahui Uji In Vitro, In Vio

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
3-

2.1 Pengertian Obat Herbal

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat
kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mencegah, mengurangi rasa sakit, memperlambat
proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi
atau khasiatnya bisa kita dapatkan. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Persyaratan keamanan dan mutu Produk Jadi menggunakan bahan tambahan, selain
harus memenuhi parameter uji persyaratan keamanan dan mutu juga harus memenuhi
persyaratan bahan tambahan. Dalam hal Produk Jadi tertentu, selain harus memenuhi
parameter uji harus memenuhi uji kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif dan kuantitatif
produk jadi tertentu meliputi:

a. bahan baku Obat Herbal Terstandar;

b. bahan aktif pada bahan baku dan produk jadi Fitofarmaka;

c. residu pelarut produk dengan pelarut ekstraksi selain etanol dan/atau air yang ditetapkan
penggunaannya berdasarkan persetujuan registrasi; dan

d. produk lain yang berdasarkan kajian membutuhkan uji kualitatif dan/atau kuantitatif.

Suplemen Kesehatan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat
gizi, memelihara, meningkatkan dan/atau memperbaiki fungsi kesehatan, mempunyai nilai
gizi dan/atau efek fisiologis, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral,
asam amino dan/atau bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan
tumbuhan. Bahan Suplemen Kesehatan adalah bahan aktif yang memiliki manfaat maupun
bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan Suplemen Kesehatan. Bahan Aktif
adalah komponen yang menghasilkan/memiliki manfaat yang dimaksudkan dari Suplemen
Kesehatan. Parameter uji terdiri atas:

3
a. organoleptik;

b. kadar air;
4-
c. disintegrasi/waktu hancur;

d. disolusi;

e. keseragaman bobot;

f. cemaran mikroba;

g. cemaran logam berat;

h. penentuan kadar alkohol;

i. berat jenis dan pH;

j. identifikasi bahan aktif; dan

k. penetapan kadar bahan aktif

Cara Pembuatan yang Baik adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan yang bertujuan
untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Produk Jadi yang mencantumkan klaim
manfaat tertentu dapat dilakukan uji identifikasi kualitatif terhadap bahan kimia berkhasiat
obat, psikotropika, narkotika dan/atau zat adiktif lainnya. Pemenuhan persyaratan mutu
Produk Jadi dibuktikan melalui pengujian laboratorium yang dilaksanakan oleh:

a. laboratorium yang telah terakreditasi; atau

b. laboratorium industri yang memiliki sertifikat Cara Pembuatan yang Baik.

Batas Maksimum Cara Pembuatan yang Baik, selanjutnya disebut Batas Maksimum
CPB, adalah jumlah bahan tambahan yang diizinkan terdapat pada Suplemen Kesehatan
dalam jumlah secukupnya yang diperlukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan.
Persyaratan mutu Suplemen Kesehatan merupakan persyaratan yang harus diterapkan
sebelum dan selama Suplemen Kesehatan beredar. Pelaku Usaha wajib menjamin Suplemen
Kesehatan yang dibuat, diimpor, dan/atau diedarkan di wilayah Indonesia telah memenuhi
persyaratan mutu meliputi: Bahan Suplemen Kesehatan; dan Produk Jadi.

4
Persyaratan mutu Suplemen Kesehatan harus sesuai dengan ketentuan Farmakope
Indonesia dan/atau Farmakope Herbal Indonesia dan/atau Farmakope Herbal Indonesia
berpedoman pada:
5-
a. Materia Medika Indonesia;

b. Farmakope Amerika Serikat, Farmakope Inggris, farmakope negara lain; dan/atau

c. kompendium/standard internasional, referensi ilmiah yang diakui dan/atau data


ilmiah yang sahih.

Bahan Aktif yang digunakan dalam pembuatan Suplemen Kesehatan dapat berasal
dari bahan alam yang digunakan dalam pembuatan Suplemen Kesehatan harus berupa isolat,
fraksi dan ekstrak. Dalam hal bahan alam yang digunakan dalam proses pembuatan
Suplemen Kesehatan bukan berupa ekstrak harus disertai dengan hasil kajian terkait dengan
teknologi pembuatan, dosis dan manfaat. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi
bahan alam dapat berupa air, alkohol, dan jenis pelarut lainnya. Dalam hal pelarut yang
digunakan dalam proses ekstraksi merupakan jenis pelarut selain air, harus memenuhi batas
residu pelarut.

Imunitas terdiri atas 2 jenis yaitu imunitas alamiah (innate/native) dan imunitas
adaptif (spesifik/didapat).1 Imunitas alamiah adalah mekanisme pertahanan tubuh yang
timbul pertama kali terhadap infeksi. Respons imun ini dengan segera membunuh mikroba,
menstimulasi imunitas adaptif, memberi sinyal yang penting untuk memulai respons limfosit
B dan T terkait antigen spesifik. Komponen imunitas alamiah meliputi sel epitel, fagosit
(neutrofil dan monosit), sel dendrit, sel mast, sel natural killer (NK), beberapa jenis limfosit,
sistem komplemen, protein plasma, dan sitokin. Proteksi respons imun alamiah terhadap
berbagai jenis mikroba meliputi pertahanan terhadap bakteri-intra dan ekstraselular, jamur,
dan virus. Respons inflamasi akut terhadap bakteri ekstraselular dan jamur diperantarai oleh
neutrofil, monosit, dan sistem komplemen. Pertahanan terhadap bakteri intraselular
diperantarai oleh makrofag dan sitokin, sedangkan pertahanan terhadap virus diperantarai
oleh interferon dan sel NK.
Imunitas adaptif berkembang lebih lambat dibandingkan alamiah, memerlukan
proliferasi dan diferensiasi limfosit untuk beradaptasi terhadap invasi mikroba, sehingga
menghasilkan respons yang lebih efisien ketika menghadapi pajanan mikroba yang sama.
Terdapat dua jenis imunitas adaptif yaitu humoral dan selular. Imunitas humoral diperantarai

5
oleh antibodi yang diproduksi oleh sel limfosit B, dan berperan sebagai pertahanan terhadap
mikroba ekstraselular. Sedangkan imunitas selular diperantarai oleh sel limfosit T, dan
berperan sebagai pertahanan terhadap mikroba intraselular
6-
Imunomodulator adalah semua obat yang dapat memodifikasi respons imun dengan
menstimulasi mekanisme pertahanan alamiah dan adaptif, dan dapat berfungsi baik sebagai
imunosupresan maupun imunostimulan.Imunostimulan atau imunostimulator adalah
substansi (obat atau nutrien) yang dapat meningkatkan kemampuan sistem imun untuk
melawan infeksi dan penyakit, dengan meningkatkan aktivitas komponen sistem imun.
Berbagai penyakit kulit misalnya infeksi virus dan non-virus, dan tumor kulit dapat diterapi
dengan imunostimulan.

2.2 Klasifikasi Tanaman Meniran

Tanaman meniran bukan asli Indonesia. Tetapi ditemukan pertama kali di Asia Tropic
yang lebih ekstrem. Namun perkembangannya mulai pesat hingga ke dataran asia termasuk
di Indonesia. Bahkan kabarnya tanaman meniran juga ditemukan di benua lain seperti benua
Amerika, Afrika dan Australia. Mungkin, semua masyarakat di negara tersebut tertarik untuk
membudidayakannya karena fungsinya sebagai bahan obat. Sejatinya, tanaman meniran
sejenis perdu yang tumbuh liar di hutan yang teduh. Namun tanaman juga banyak ditemukan
di daerah lain seperti lahan yang lembap, pekarangan rumah, tanggul sawah hingga daerah
berpasir. Tanaman Meniran adalah tumbuhan yang termasuk spesies Phyllanthus urinaria L.
Seperti diketahui menurut taksonomi spesies ini memiliki banyak marga. Sedangkan
tanaman meniran masuk ke dalam marga Phylantus. Klasifikasi lebih lanjut seperti yang
diungkap oleh ahli taksonomi menyebutkan kalau tanaman meniran adalah tumbuhan bangsa
Euphorbiales. Artinya, tanaman ini hanya memiliki satu kelas yaitu dicotyledonae. Jika
dijabarkan lebih rinci, maka klasifikasi tanaman meniran adalah sebagai berikut:

 Kingdom: Plantae
 Divisi: Spermatophyta
 Subdivisi: Angisopermae
 Kelas: Dicotyledonae
 Bangsa: Euphorbiales
 Suku: Euphorbiaceae
 Marga: Phyllanthus

6
7-

2.3 Morfologi Tanaman Meniran

Setelah mengetahui klasifikasi tanaman meniran maka berikut ini akan dijelaskan
tentang morfologi tanaman. Jika semuanya dipahami, tentu pemahaman tentang
tanaman ini menjadi bertambah lengkap. Oleh sebab itu, menjelaskan tentang
morfologi tanaman meniran. Ini dia uraiannya:

1. Morfologi Batang

Morfologi tanaman meniran yang pertama adalah morfologi batang. Tanaman


meniran memiliki batang yang tumbuh tegak. Maka dari itu, jika dilihat sekilas
batangnya terlihat kokoh padahal agak lemah dan mudah patah. Selain itu, batang
tanaman ini tidak memiliki getah dan bentuk batangnya bulat sempurna. Semakin
tinggi akan dipenuhi dengan cabang yang berwarna hijau. Ciri-ciri berikutnya batang
tanaman meniran memiliki tinggi yang fantastis. Bahkan ada yang mencapai 50
meter. Tentunya kalau tanaman ini sudah berumur tua, ukurannya bisa lebih tinggi
lagi.

2. Morfologi Daun

Morfologi tanaman meniran yang berikutnya adalah daun. Daun meniran memiliki
ciri bersirip. Hampir semua jenis tanaman ini pasti memiliki bentuk daun yang sama.
Sedangkan jumlahnya selalu genap dan di setiap tangkai terdapat daun majemuk
yang bentuknya bulat telur (oval). Daun meniran memiliki ukuran panjang berkisar

7
3-5 mm. Sedangkan untuk ukuran lebar mencapai 3 mm. Apapun bentuk ukuran
daun, pasti di setiap bagiannya terdapat bintik samar berwarna merah.

3. Morfologi Bunga 8-

Tanaman meniran memiliki bunga ganda. Yaitu bunga jantan dan bunga betina.
Sejatinya, kedua bunga ini memiliki warna yang sama yaitu putih. Cuma
perbedaannya adalah terletak pada tempat tumbuhnya. Jika bunga jantan biasanya
tumbuh di bagian bawah ketiak daun. Sedangkan bunga betina tumbuh di atas ketiak
daun. Sekalipun memiliki bunga ganda, untuk pembiakan tanaman tetap
menggunakan biji.

4. Morfologi Buah dan Biji

Morfologi tanaman meniran yang berikutnya adalah buah dan biji. Tanaman meniran
juga memiliki buah yang berbentuk bulat pipih. Ukuran diameternya tidak terlalu
besar hanya 2-3 cm saja. Morfologi yang berikutnya adalah tekstur buah licin
berwarna kuning. Biasanya buah ini menempel pada tangkai daun dan agak sedikit ke
bagian sela-sela. Karena bentuknya kecil, biasanya buah sulit terlihat kecuali
warnanya sudah kuning sempurna. Sedangkan untuk biji tanaman meniran teksturnya
keras dan bentuknya seperti ginjal manusia. biasanya biji ini baik yang masih muda
maupun yang sudah tua berwarna kecokelatan.

5. Morfologi Akar

Morfologi tanaman meniran yang terakhir adalah akar. Akar tanaman meniran
bersifat akar tunggang. Biasanya warna akarnya adalah putih dan jika sudah tua akan
berwarna kecokelatan. Sedangkan bentuk akar halus dan berhelai-helai. Tanaman
meniran memang identik dengan akar tunggang yang masuk ke dalam tanah. Maka
dari itu, tanaman ini cukup kuat dan tidak mudah layu apalagi mati. Selain itu,
pertumbuhannya memang sangat cepat.

2.4 KHASIAT Phyllantus niruri

Cegah batu ginjal dan saluran kemih

Phyllanthus niruri dapat membantu memecah atau mengurangi ukuran batu yang
terbentuk di saluran kemih dan ginjal. Phyllanthus niruri dapat membantu

8
mengendurkan ureter setelah lithotripsy untuk membantu batu keluar. Lithotripsy
adalah prosedur yang digunakan untuk memecah batu di saluran kemih. Ekstrak daun
meniran juga mencegah pembentukan batu dan dengan menghentikan kristal yang
9-
terbentuk.

Antioksidan

Dilansir dari Healthline, menurut sebuah studi in vitro 2014, ekstrak yang terbuat dari
daun phyllanthus niruri menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat. Antioksidan
melawan radikal bebas dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan
penyakit. Antioksidan dapat memperkuat kekebalan tubuh dan mencegah timbulnya
penyakit.

Efek diuretik

Beberapa praktisi pengobatan herbal menggunakan Phyllanthus niruri sebagai diuretik.


Dalam sebuah studi 2018, peneliti menemukan bahwa Phyllanthus niruri memiliki efek
diuretik pada tikus, meningkatkan ekskresi natrium dalam urin. Diuretik
menghilangkan air dan natrium dari tubuh. Mereka dapat membantu mengobati
tekanan darah tinggi dan berbagai kondisi lainnya.

Cegah virus

Daun meniran diteliti dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus. Sebuah
studi 2013 meneliti efek dari empat spesies Phyllanthus pada virus herpes simplex
dalam kultur sel. Daun meniran dapat memerangi infeksi ini. Studi lain menunjukkan
bahwa Phyllanthus niruri dapat membantu mengobati infeksi lain, seperti hepatitis B
dan HIV. Ini membuat daun meniran mampu menjaga daya tahan tubuh dengan
mencegah datangnya infeksi.

Anti-bakteri

Ekstrak phyllanthus niruri memiliki kemampuan antimikroba terhadap bakteri H.


pylori. Bakteri H. pylori sering ditemukan pada saluran pencernaan dan biasanya tidak
berbahaya. Tetapi dalam beberapa kasus, mereka dapat menyebabkan tukak lambung,

9
sakit perut, dan mual. Para peneliti juga menemukan bahwa ekstrak daun meniran
tidak membahayakan strain bakteri asam laktat yang bermanfaat.

10 -
Cegah peradangan

Daun meniran dapat membantu mengurangi peradangan. Peradangan dapat


menyebabkan banyak masalah di seluruh tubuh seperti flu, nyeri, dan gangguan kulit.
Dalam sejumlah penelitian, daun meniran dapat membantu mengurangi peradangan
dan memiliki efek seperti ibuprofen. Meniran juga diteliti mampu mengurangi sekresi
asam lambung dan melindungi perut. Ini juga menunjukkan efek anti-inflamasi yang
kuat terhadap tukak lambung.

Atasi diabetes

Daun meniran juga memiliki sifat antidiabetes. Kandungan dalam daun meniran dapat
membantu mencegah penyerapan glukosa dan meningkatkan penyimpanan glukosa.
Ini dapat membantu menjaga kadar gula darah. Para peneliti menyimpulkan bahwa
ekstrak tanaman dapat membantu menurunkan gula darah puasa dan mencegah
lonjakan gula darah.

Cegah kanker

Phyllanthus niruri dan spesies phyllanthus lainnya dapat membantu mencegah


metastasis dari beberapa kanker paru-paru dan payudara. Sebuah studi 2011
menunjukkan polifenol dalam ramuan membantu mencegah invasi, migrasi, dan adhesi
sel kanker. Sebuah studi pada 2012 pada garis sel kanker kolorektal dan hati manusia
juga menemukan bahwa phyllanthus niruri membantu

memperlambat pertumbuhan sel kanker dan mendorong kematian sel kanker.

2.5. Kandungan Fitokimia Meniran Hijau


Kandungan fitokimia tumbuhan meniran hijau (Phyllanthus niruri L) antara lain diper
oleh dari hasil uji organoleptik ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik M
eniran Hijau (Phyllanthus niruri L)

Indikator Hasil

10
Warna Hijau Tua
Rasa Pahit
Bau Khas Aromatik
11 -
Hasil uji fitokimia, ekstrak meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) mengandung flavanoi
d, steroid, tanin, fenolik, dan saponin. (Rivai, 2013: 18).8 Hasil identifikasi kimia ekstrak me
niran hijau ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Identifikasi Kimia Ekstrak Meniran Hij
au (Phyllanthus niruri L.)

Golongan senyawa Hasil Karakkteristik


Alkaloid + Bouchardat: ada endapan cokelat. Mayer: endapa
n putih Dragendroff: endapan merah bata
Steroid + Salkowiski: timbul warna cokelat kemerahan
Flavonoid + FeCl3: timbul warna biru kehijauan
Saponin + Uji busa: timbul banyak busa setelah pengkocok
an
tanin + K2Cr2O7: endapan putih

Sumber: Jurnal Farmasi Higea 5(2), 2013. Dan Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 7. 2
009.

Kandungan lainnya yang terdapat pada meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) yaitu qu
ercetin, isoquercetin, quercetrin, astragalin, nirurin, dan rutin. Pada akar meniran hijau terdap
at senyawa lignan, norsecurinine, securinine, allosecurinine, dan senyawa alkaloid (entnorse
curinine). (Sudarsono dkk., 1996)10. Selain itu meniran menunjukkan adanya kandungan mi
nyak atsiri, flavanoid, antrakuinon, alkanoid, arbutin, glikosida, senyawa golongan fenol, da
n tannin. (Sudarsono, et al., 1998., dalam Rivai, 2013: 15)8 . Meniran juga mengandung kom
ponen flavanoid seperti quercetin, niruritenin, rutin pada seluruh batang lignin seperti betasit
osterol, triterpen seperti lupeol asetat, hipofilantin, dan filantin (Rivai, 2013: 15).

11
BAB III

PEMBAHASAN
12 -

3.1. Ekstraksi Phyllanthus niruri L.

METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tumbuhan
meniran segar, cassia vera, bubuk stevia (Sugar leaf), gum arab, dan etanol. Alat-alat yang
digunakan antara lain spray dryer,kalorimeter bom, vortex, tabung reaksi, oven, tanur, deskat
or, kertas saring dan aluminium foil.
Pembuatan Ekstrak Kering Meniran (Modifikasi Angria, 2011 dan Rivai et al., 2011)

a. Sampel berupa tumbuhan segar (daun, batang, akar, dan meniran utuh) sebanyak 5 g
direndam dengan 50 mL etanol 80 % selama 15 menit, kemudian dikocok dengan
shaker selama 10 menit, lalu disaring dengan kertas saring (filtrat 1).

b. Ampas dari sampel diekstraksi lagi dengan 50 mL etanol 80 % selama 10 menit


kemudian dikocok selama 10 menit, lalu disaring dengan kertas saring (filtrat
2).

c. Ampas tersebut dicuci lagi dengan 50 mL etanol 96 % lalu disaring dengan


kertas saring (filtrat 3).

d. Ketiga filtrat dari tiap sampel digabung lalu diuapkan dengan rotary evaporator
pada suhu < 50 ºC sampai kental. Ekstrak cair meniran ditambah dengan gum arab
5 % (b/v) atau 5 g gom arab dalam 100 ml ekstrak meniran, kemudian
dihomogenkan.

e. Lalu dikeringkan dengan menggunakan spray dryerpada suhu inlet 150°C dan
suhu outlet 70°C

12
3.2. Stimuno

13 -

 INDIKASI UMUM

Membantu memperbaiki sistem imun (kekebalan tubuh), membantu merangsang


tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh
agar daya tahan tubuh bekerja secara optimal

 KOMPOSISI

Ekstrak kering phyllanthus niruri L 50 mg

 DOSIS

Pencegahan 1 kapsul per hari. Pada saat sakit 3x sehari Perjalan (Traveling) 2 x
sehari

 ATURAN PAKAI

Sesudah makan

 KEMASAN

STIMUNO kapsul tersedia dalam ukuran Blister Strip berisi 10 kapsul & Botol berisi
30 kapsul

13
 IZIN EDAR

POM FF. 152 300 641


14 -

 MERK DAFTAR R No .:

IDMOOO271798

 DIPRODUKSI OLEH:

Dexa Medica

JL. Jendral Bambang Utoyo 138

PALEMBANG, INDONESIA

Termasuk Kedalam golongan FITOFARMAKA.

3.3 Uji Yang Pernah Dilakukan

1. Uji In-Vitro Phyllantus niruri

 Sebagai mukolitik
Penelitian secara in-vitro pernah dilakukan terhadap ekstrak etanolik meniran
sebagai mukolitik atau pengencer dahak. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
viskometer Stormer. Dari hasil penelitian ini terbukti ekstrak etanolik meniran
mampu menurunkan viskositas larutan mukus sebagaimana asetilsistein yang telah
digunakan sebagai mukolitik di pasaran. Dengan demikian secara in vitro terbukti
bahwa ekstrak etanolik meniran mempunyai aktivitas mukolitik.
 Pelarut batu ginjal
Penelitian ini dilakukan dengan menguji kelarutan batu ginjal kalsium secara
in-vitro dalam fraksi air dan etil asetat daun meniran menggunakan metode Analisa
Pengaktipan Netron Cepat dan sampel batu ginjal yang digunakan adalah jenis batu
ginjal kalsium. Flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun meniran mampu
melarutkan sampel batu ginjal kalsium.
 Sistem Imun

14
Penelitian secara in-vitro ekstrak meniran
terhadap mencit dengan metode Carbon Clearance
menunjukan hasil, yaitu pada penimbangan bobot
15 -
limpa dan bobot limpa relatif mencit setelah pemberian
beberapa subfraksi meniran selama enam hari,
menunjukkan peningkatan bobot tertinggi dengan dosis
tunggal 100 mg/kgBB dan penghitungan jumlah sel
limfosit pada limpa mencit setelah pemberian beberapa
subfraksi meniran dengan dosis tunggal 100 mg/kgBB
selama enam hari, menunjukkan peningkatan jumlah
sel pada setiap kelompok subfraksi. Hal ini
menunjukan bahwa ektrak herba meniran mampu
meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Uji In-Vivo Phyllantus niruri

 Sebagai anti diabetes


Penelitian secara in-vivo pernah dilakukan terhadap ekstrak
herba meniran dengan menggunakan 25 ekor mencit strain balb/c yang
diberi beban glukosa dan dibagi menjadi 5 kelompok I kelompok kontro
l, kelompok II pemberian glibenklamid, kelo pok III ekstrak akar menira
n, kelompok IV ekstrak batang meniran, dan pok V ekstrak daun me
niran. Terdapat perbedaan penurunan kadar glukosa darah antara s d
an setelah diberi perlakuan pada kelompok II(glibenklamid), III(ekstrak
akar meniran), IV(ekstrak batang meniran) dan V (ekstrak daun menira
n) dengan nilai kuran 0,05 (p<0,05). dan dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa terdapat perbedaan penurunan k dar glukosa darah
pada tiap-tiap kelompok perlakuan (Ekstrak akar, batan , dan daun
meniran), akan tetapi tidak terdapat perbedaan penurunan kadar gluk sa
darah yang signifikan antara ekstrak akar, batang, dan daun meniran
(Phyl anthus ninuri L).
 Sebagai pengobatan pada luka sayat

15
Pengujian In-Vivo terhadap pengobatan luka sayat dilakukan menggunakan
tikus putih jantan dengan berat 150-250 g selama 13 hari. Proses penyembuhan luka terdiri
dari 3 fase yaitu fase Inflamasi, fase Poliferasi, dan fase Maturasi. Fase inflamasi terjadi
16 -
pada hari ke-0 dibuat luka yang ditandai dengan adanya pembekakan yang disebabkan oleh
prostal, fase poliferasi terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-7 ditandai dengan adanya
pembentukan eksudat dan fibrolas yang terlihat seperti kerak pada bagian atas luka, dan
fase maturasi terjadi pada hari ke8 sampai hari ke 13 yang ditandai dengan terbentuknya
jaringan kulit baru. Hasil uji penyembuhan luka sayat ekstrak kental daun meniran dapat
mempercepat proses penyembuhan luka.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Obat tradisional adalah obat yang turun-temurun digunakan oleh masyarakat untuk mengo
bati beberapa penyakit tertentu dan dapat diperoleh secara bebas di alamPemanfaatan obat tradisi
onal sebagai obat merupakan hal baru. Dimasa sekarang perkembangan obat herbal tradisional
sangatlah maju dan dibutuhkan untuk membantu menyembuhkan dan atau menjaga
kesehatan tubuh. Dari banyaknya jenis obat herbal tradisional yang beredar dipasaran adalah
obat herbal yang berasal dari ekstrasi daun meniran dengan produk yang kita kenal adalah
STIMUNO. Sebagai hasil dari perkembangan dunia pengobatan, STIMUNO juga
dimanfaatkan sebagai imunomodulator dalam pencegahan dan pengobatan penyakit Covid-
19 yang sedang mewabah saat ini.

Saran

16
17 -

17
BAB IV

DAFTAR
18 -PUSTAKA

 Walujo, E. B. (2017). Sumbangan ilmu etnobotani dalam memfasilitasi hubungan


manusia dengan tumbuhan dan lingkungannya. Jurnal Biologi Indonesia, 7(2).

 Nugraha, D. R. (2016). Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Di Desa


Wangunsari Kabupaten Bandung Barat (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).

 Setyowati, F. M. (2005). Etnobotani masyarakat dayak ngaju di daerah timpah


kalimantan tengah. Jurnal Teknologi Lingkungan, 6(3).

 Harysakti, A., & Mulyadi, L. (2017). Penelusuran Genius Loci Pada Permukiman
Suku Dayak Ngaju Di Kalimantan Tengah. Jurnal Spectra, 12(24), 72-86.

 Purwanto, Budhi. (2016). Obat Herbal Adalah Andalan Keluarga. Yogyakarta:


Penerbit Flashbook.

 Alegantins, S.,dkk. 2015. Pengujian Mutu dan Penetapan Kadar Filantin Pada
Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn). Bul. Peneliti Kesehatan.
43(1).

 Kardinan, I. A., & Kusuma, F. R. (2004). Meniran penambah daya tahan tubuh
alami. AgroMedia

 Rivai, H., Refilia S., Agusri, B. (2013). Karakterisasi Ekstrak Herba Meniran
(Phyllanthus niruri Linn) dengan Analisa Fluorensi. Jurnal Farmasi Higea, 5(2.

 La Hisa. (2017). Dokumentasi Etnobotani Linguistik Tumbuhan Sagu: Laporan Awal


dari Etnis Marori Di Taman Nasional Wasur Merauke. Jurnal Linguistik Indonesia,
35(2).

 Sudarsono, P. A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., & Drajad, M. (1996).
Tumbuhan Obat. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Gajah
Mada.

18

Anda mungkin juga menyukai