Anda di halaman 1dari 4

Nama : Maria Evelin Hutapea

NPM : 180600026
Tugas : TP KORUPSI

Kebijakan Pengembalian Aset Hasil Korupsi Dalam Undang Undang Tindak Pidana
Korupsi

Korupsi dikatakan kejahatan luar biasa (extraordinary) karena :

1. Korban dari kejahatan korupsi adalah rakyat dan Negara


2. UU No.31 Tahun 1999 jo UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (UU Tipikor),dinyatakan bahwa korupsi juga telah melanggar
hak-hak social dan ekonomi masyarakat luas
3. Korupsi sudah menjadi fenomena internasional yang mempengaruhi kehidupan
politik dan ekonomi serta aspek kehidupan lainnya.
Disamping itu, tindak pidana korupsi juga digolongkan sebagai kejahatan kerah putih atau white
collar crime karena pelakunya sebagian besar merupakan orang orang berintelektual dan
memiliki pengaruh dalam kekuasaan.
Pengembalian kerugian akibat tindak pidana korupsi masih banyak sekali selisih angka
yang telah dikorupsi dengan angka yang harus dikembalikan kepada Negara. Hal ini
menandakan bahwa kegiatan pengembalian kerugian Negara belum optimal. Pemerintah dan
aparat penegak hokum Indonesia harus disadarkan bahwa inilah saatnya untuk
menyelenggarakan dengan serius perampasan asset hasil tindak pidana korupsi. Sikap berani
Indonesia dalam memberantas tindak pidana korupsi dan pengembalian kerugian Negara harus
konsisten dan realistis
Pengembalian asset merupakan factor dari upaya pemberantasan korupsi disamping
memvonis pelaku dengan hukuman seberat-beratnya.
Matthew H. Flemming menjelaskan bahwa pengembalian asset adalah proses pelaku
pelaku kejahatan dicabut, dirampas, dihilangkan haknya dari hasil tindak pidana dan atau dari
sarana t indak pidana. Pada hakikatnya pengembalian asset tidak hanya merupakan proses, tapi
juga merupakan penegakan hukum melalui serangkaian mekanisme hukum tertentu.
Konsep pemidanaan dengan mengedepankan keadilan restorative merupakan suatu
gagasan yang patut dijadikan pertimbangan dalam penegakan hukum pengembalian asset hasil
tindak pidana korupsi. Keadilan retributive adalah setiap perbuatan yang berorientasi pada
penegakan keadilan dengan memperbaiki kerugian yang diakibatkan dari tindak pidana.
Terdapat perbedaan antara penyitaan dan perampasan. Penyitaan adalah bagian dari
proses penegakan hukum dengan upaya paksa yang dilakukan oleh negara untuk mengambil alih
penguasaan atas benda milik seseorang yang berhubungan dengan tindak pidan. Sementara itu,
perampasan adalah pengambilan hak milik seseorang yang telah mendapatkan keputusan
peradilan yang berkekuatan hukum tetap.
Dalam KUHP perampasan aset diatur dalam Pasal 39 ayat (I) KUHP yang menyebutkan
bahwa barang-barang kepunyaan terpidana yang peroleh dari kejahatan atau yang sengaja
dipergunakan untuk melakukan kejahatan,dapat dirampas. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
pengembalian aset dengan perampasan dapat diterapkan dalam semua tindak pidan dalam KUHP
khususnya kejahatan terhadap benda.
Ursur-unsur penting dalam pengembalian aset hasil tindak pidan korupsi
1. Pengembalian aset merupakan sistem penegakan
2. Penegakan hukum tersebut dilakukan baik melalui jalur pidana maupun perdata
3. Melalui kedua jalur tersebut aset hasil tindak pidan korupsi dilacak, dibekukan, dirampas,
disita, diserahkan, dan dikembalikan kepada Negara
4. Pelacakan, pembekuan, perampasan, penyitaan, dan pengambilan di dalam maupun di
luar Negara
5. Sistem penegakan hukum dilakukan olch negara yang tidak oleh institusi penegak hokum
6. Sistem ini memiliki tujuan-tujuan sebagai berkut
Seiring jalannya waktu, Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pertana di
Indonesia, yakni Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 telah mengatur pula konsep
pengembalian aset hasil korupsi, tepatnya Pasal

a. Perampasan barang-barang tetap maupun tak tetap yang berwujud dan yang tak
berwujud, dengan mana atau mengenai mana tindak pidana korupsi itu, begitu pula harga
lawan barang-barang yang menggantikan barang-barang itu, baik apakah barang-barang
atau harga lawan itu kepunyaan si terhukum ataupun bukan;
b. Perampasan barang-barang tetap maupun tak tetap yang berwujud dan yang tak berwujud
yang termaksud perusahaan si terhukum, di mana tindak pidan korupsi itu dilakukan
begitu pula harga lawan barang-barang yang menggantikan barang-barang itu, baik
apakah barang-barang atau harga lawan itu kepunyaan si terhukum atau pun bukan, akan
tetapi tindak pidananya bersangkutan dengan barang-barang yang dapat dirampas
menurut ketentuan tersebut sub a pasal ini.
c. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta
benda yang diperoleh dari korupsi

Perlu dipertimbangkan secara hati-hati untuk segera memberlakukan undang-undang baru


pemberantasan korupsi, jika status hukum aset-aset hasil korupsi tidak ditetapkan terlebih dulu
karena UU No 17/2003 dan UU Perbendaharaan Negara telah menegaskan lingkup definisi
keuangan Negara atau perbendaharaan negara. Dalam hal ini, sudah tentu perlu diteliti kembali
UU tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

Menurut undang-undanga tersebut (UU Tipikor) pengembalian kerugian keuangan


Negara dapat dilakukan melalui dua instrument, yaitu instrrumen pidana dan perdata.

Instrumen Pidana Pengembalian Aset Hasil Korupsi Sesuai dengan ketentuan peraturan
peru undangan terhadap beberapa pihak/ instansi yang berperan dalam penyitaan-penyitaan
perampasan. Para pihak tersebut berperan dalam setiap tahapan proses pemeriksaan perkara sejak
penyitaan hingga penyetoran hasil pelelangan ke kas negara. Ada pun para pihak yang
berwenang adalah

a. Penyidik, yaitu pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan:
b. Penuntut Umum, yaitu pihak yang bertanggungjawab dalam proses pemeriksaan
terhadap perkara beserta benda sitaan yang telah dilimpahkan oleh penyidik Penuntut
Umum yang kemudian sest dengan tugas dan kewenangan menuntut pidan atas perkara
serta benda yang telah disita terkait perkara:
c. Hakim, yaitu pihak yang bertanggungjawab dalam pemeriksaann perkara beserta benda
sitaan di pengadilan yang diajukan oleh Penuntut Umum. Hakim juga merupakan pihak
yang akan memutuskan suatu perkara dipidana atau tidak dan memutuskan suatu benda
yang telah disita sebelumnya dirampas atau tidak
d. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan), yaitu tempat benda yang disita
oleh negara untuk keperluan proses peradilan, yaitu proses pemeriksaan perkara pada
semua tingkatan pemeriksaan
e. Jasa Eksekutor, yaitu pejabat fungsional yang diberi wewenang pemeriksaan oleh
undang-undang untuk bertindak sebagai pelaksana utusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Terhadap perkara dan barang yang diputuskan
dirampas, termasuk dalam tanggung jawab dan kewenangan untukmelakukan perjualan
lelang dan meyetor hasilnya ke kas Negara.

Michael levi menyatakan bahwa terdapat alasan-alasan yang berlandaskan keadilan


social dalam pengembalian asset hasil tindak pidana korupsi yaitu:

a. Alasan pencegahanyaitu untuk mencegah pelaku tindak pidana memiliki


kendali atas aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
b. Alasan kepatutan yaitu karena pelaku tindak pidana tidak punya hak yang
pantas atas asset-aset yang diperoleh secarah tidak sah tersebu.
c. Alsan prioritas yaitu karena tindak pidana memberi prioritas kepada Negara
untuk menuntut asset yang diperoleh secara tidak sah daripada hak yang
dimiliki oleh perilaku tindak pidana.
d. Alas an kepemilikan, yaitu karena asset tersebut diperoleh secara tidak sah
maka Negara memiliki kepentingan selaku pemilik asset tersebut.

Anda mungkin juga menyukai