Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ISPA
DOSEN : NS. SRI YULIANTI.S.KEP.,M.KEP

KELAS : R2 B KEPERAWATAN
OLEH
KELOMPOK 5
NI KADEK PHANI ARDIANI (201901061)
NILUH NITA ASRIYANI (201901063)
WIRDAYANTI (201901080)
EKA PUTRI WARDINI (201901050)
MOH ILHAM FIKRIANTO ALI (201901058)

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA dimana atas
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ISPA
ini dapat terselesaikan dengan baik.semoga dengan adanya makalah ini dapat
berguna bagi diri sendiri, bagi yang mendengarkan, dan bagi yang membaca.
makalah ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan kita.
Walaupun dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kemampuan yang dimiliki masih kurang berkat kerja keras dan media
pembelajaran yang kami gunakan sangat memadai. Sehingga kami dapat
menyelesaikan dengan tepat waktu serta memberikan hasil yang maksimal.

Palu, 1 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
A. Anatomi fisiologi ISPA................................................................................
B. Konsep medis ..............................................................................................
1. Defenisi ISPA .........................................................................................
2. Aspek epidemiologi ISPA ......................................................................
3. Penyebab ISPA .......................................................................................
4. Patofisiologi ISPA ..................................................................................
5. Pathway ISPA ........................................................................................
6. Manifestasi klinik ISPA ........................................................................
7. Klasifikasi ISPA .....................................................................................
8. Pencegahan primer,sekunder,tersier ISPA .............................................
9. Penatalaksanaan ISPA ............................................................................
10. Komplikasi ISPA .................................................................................
11. Farmakologi ISPA ...............................................................................
12. Terapi komplementer ISPA .................................................................
C. PROSES KEPERAWATAN .......................................................................
1. Pengkajian ..............................................................................................
2. Diagnosa keperawatan ............................................................................
3. Intervensi dan rasional ...........................................................................
4. Discharge planning .................................................................................
BAB III PENUTUP ..............................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala batuk,
pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung
sampai dengan 14 hari (Depkes RI, 2000). ISPA merupakan singkatan dari
Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Penyakit infeksi akut yang menyerang salah
satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran
pernapasan atas) sampai alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2001).
Tingginya angka kejadian ISPA pada bayi di Indonesia, salah satunya
disebabkan oleh pengetahuan ibu yang sangat kurang tentang ISPA.
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu sehingga dari pengetahuan tersebut
dapat mempengaruhi tindakan ibu terhadap penyakit ISPA. Dengan
meningkatnya pengetahuan ibu tentang ISPA maka akan langsung
berhubungan dalam menurukan angka kejadian ISPA (Notoatmodjo, 2007).
Beberapa faktor yang berkaitan dengan tingginya angka insiden ISPA antara
lain status gizi balita. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko
penting yang mempermudah terjadinya ISPA, hal ini berkaitan dengan
ketahanan tubuh balita. Selain itu kejadian ISPA juga dipengaruhi oleh kualitas
udara. Perubahan kualitas udara umumnya disebabkan oleh adanya polusi yaitu
masuknya bahan pencemar dalam jumlah tertentu yang dapat menyebabkan
perubahan komponen atmosfir normal. Salah satu contoh permasalahan polusi
akibat asap rokok, gangguan irkulasi udara (ventilasi) dan asap yang terjadi di
dapur-dapur tradisional ketika memasak (Aditama, 1992).

B. Rumusan Masalah
5. Apa anatomi fisiologi ISPA ?
6. Apa defenisi ISPA ?
7. Apa aspek epidemiologi ISPA ?
8. Apa saja penyebab ISPA ?
9. Bagaimana patofisiologi ISPA ?
10. Bagaimana pathway ISPA ?
11. Bagaimana manifestasi klinik ISPA ?
12. Bagaimana klasifikasi ISPA ?
13. Bagaimana pencegahan primer, sekunder,tersier ISPA ?
14. Bagaimana penatalaksanaan ISPA ?
15. Bagaimana komplikasi ISPA ?
16. Bagaimana farmakologi ISPA ?
17. Bagaimana terapi komplementer ISPA ?
18. Bagaimana asuhan keperawatan ISPA ?
19. Bagaimana evidence base ISPA ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi ISPA
2. Untuk mengetahui defenisi ISPA
3. Untuk mengetahui aspek epidemiologi ISPA
4. Untuk mengetahui penyebab ISPA
5. Untuk mengetahui patofisiologi ISPA
6. Untuk mengetahui pathway ISPA
7. Untuk mengetahui manifestasi klinik ISPA
8. Untuk mengetahui klasifikasi ISPA
9. Untuk mengetahui pencegahan primer,sekunder,tersier ISPA
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan ISPA
11. Untuk mengetahui komplikasi ISPA
12. Untuk mengetahui farmakologi ISPA
13. Untuk mengetahui terapi komplementer ISPA
14. Untuk mengetahui asuhan keperawatan ISPA
15. Untuk mengetahui evidence base ISPA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi ISPA

1. HIDUNG
Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan
mengalami proses yaitu:
b. Penyaringan ( filtrasi )
Partikel-partikel yang ada dalam udara pernafasan akan disaring
khususnya partikel-partikel yang berdiameter > 2μm. Cilia berperan
sebagai filter.
c. Penghangatan
Kapiler pembuluh darah yang ada di lapisan mukosa hidung berperan
sebagai penghangat. Udara pernafasan yang dingin akan dihangatkan.
d. Pelembaban (humidifikasi)
Udara pernafasan yang kering akan dilembabkan oleh lapisan mukosa
hidungn sehingga tidak mengiritasi saluran pernafasan. Sepertiga bagian
atas hidung terdiri dari tulang dan dua pertiga bagian bawahnya adalah
kartilago yang terdiri dari dua bagian. Bagian tengah dipisahkan oleh
septum. Septum dan dinding dalam rongga hidung dilapisi oleh
membrane mukosa. Bagian depan hidung yang terbuka keluar dilapisi
oleh kulit dan folikel rambut. Bagian belakang hidung berhubungan
dengan pharing disebut nasopharing.
2. PHARING
Pharing atau tenggorokan berada dibelakang mulut dan rongga nasal dibagi
dalam tiga bagian yaitu nasofaring, oropharing dan laringopharing. Pharing
merupakan saluran penghubung ke saluran pernafasan dan saluran
pencernaan. Normalnya bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis
akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. Tonsil
merupakan pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing (organisme) yang
masuk ke hidung dan pharing.
3. LARING
Laring berada diatas trachea, dibawah pharing. Sering kali orang menyebut
laring sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah ini akan
membentuk bunyi (suara).
4. TRACHEA
Terletak di bagian depan esophagus, dari mulai bagian bawah cricoids
kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Trachea
bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri. Tempat percabangannya
disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.
5. BRONCHUS
Bronchus primer dimulai dari karina. Bronchus kanan lebih gemuk dan
pendek serta lebih vertikal dibandingkan dengan bronchus kiri. Bronchus
primer dibagi kedalam lima bronchus sekunder (lobus) masing-masing
lobus dikelilingi oleh jaringan penyambung, pembuluh darah saraf,
pembuluh limfatik. Bronchus dilapisi oleh cilia yang berfungsi menangkap
partikelpartikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya
dikeluarkan melalui batuk atau ditelan.
6. BRONCHIOLUS
Merupakan cabang dari bronchus sekunder yang dibagi ke dalam
saluransaluran kecil yaitu bronchiolus terminal dan bronchiolus respirasi.
Kedua bronchioles ini mempunyai diameter < 1 mm. Bronchiolus
terminalis dilapisi cilia, tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil
difusi terjadi pada bronchiolus respirasi.
7. ALVEOLUS
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari
bronchiolus respiratori. Sakus alveolis mengandung alveolus yang
merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas.
Diperkirakan paru-paru mengandung + 300 juta alveolus (luas permukaan
+ 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah. Dinding alveolus
menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang sangat
penting dalam mempertahankan ekspansi dan recoil paru. Surfaktan ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa
surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.
8. PARU-PARU
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura.
Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/melapisi paru
dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih
(serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih
kurang 10–15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama
respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu:
a. Arteri pulmonaris yang bercabang-cabang menjadi arteriol venula yang
akan membentuk jalinan kapiler.
b. Arteri bronchialis yang merupakan percabangan dari aorta torakal.
Arteri ini akan mensuplai darah untuk kebutuhan metabolisme paru.

B. Konsep Medis
1. Defenisi
ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala
batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang
berlangsung sampai dengan 14 hari (Depkes RI, 2000). ISPA merupakan
singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari
hidung (saluran pernapasan atas) sampai alveoli (saluran pernapasan
bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus rongga telinga tengah
dan pleura (Depkes, 2001).

2. Aspek Epidemiologi
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk
pilek pada balita di Indonesia perkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali
per tahun),artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk
pilek sebanyak 3-6 kali setahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat
diketahui bahwa angka kesakitan dikota cenderung lebih besar dari pada di
desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal
dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa.
ISPA merupakan penyakit yang sering kali dilaporkan sebagai 10 penyakit
utama di Negara berkembang.

3. Penyebab
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran nafas.
Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran
udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah.
Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap
kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak.
Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang
ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan
merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI,
2002). Virus-virus yang menyebabkan ISPA yaitu :
a. Miksovirus
b. Adenovirus menjadi penyebab infeksi pada saluran napas yang
berdampak terjadinya komplikasi berupa pembengkakan pada perut,
mata merah, dan infeksi kandung kemih.
c. Coronavirus bila dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Bentuk mahkota ini ditandai oleh adanya “Protein S” yang berupa
sepatu, sehingga dinamakan “spike protein”, yang tersebar disekeliling
permukaan virus. “Protein S” inilah yang berperan penting dalam
proses infeksi virus terhadap manusia.
d. Micoplasma merupakan genus mikroorganisme yang sangat
pleomorfik, penyebab faringitis ringan pada manusia.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya
bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara
bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas
yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut
menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya
lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan
juga menimbulkan risiko serangan ISPA.

4. Patofisiologi
Penyebab dari saluranakut adala bakteri, virus, jamur, dan benda-
benda asing lainya Berdasarkan penyebab diatas yang paling mencetuskan
ISPA adalah virus. Virus tersebut dinamakan Streptocus dan Shaphy
Lococus, kemudian masuk melalui partikel udara dan melekat pada epitel
sel di hidung. Kemudian masuk ke bronkus dan ke Traktus respralorius
atau sel nafas, sehingga menimbulkan tanda dan gejala influensa seperti
batuk, pilek pegal-pegal, demam, sakit kepala, batuk, sakit pada
tenggorokan, tidak nafsu makan, gelisah atau rewel (Republika, 2004).
Dari faktor predisposisi pada penyakit ISPA adalah imunisasi
yangtidak lengkap, kurang gizi, dan lingkungan yang tidak sehat (Tempo
Interaktif, 2004). Komplikasi yang dapat menyebarkan infeksi sehingga
menurunkan ke saluran pernafasan bawah dapat melihatkan bronkus yang
menimbulkan bronchitis, penyebaran lebih lanjut ke jaringan paru yang
menyebabkan pneumonia. Infeksi dapat juga menyebar ke telinga bagian
tengah yang menyebabkan otritis, dan sinusitisatau infeksi sinus ( tempo
Interaktif, 2004).
5. Pathway
Virus (steptococus dan shaphy lococus)

Masuk melalui partikel udara (Proplet)

Melekat pada epitel sel hidung

Masuk ke bronkus

Tampak tanda dan gejala influenza

Terjadi Peradangan

ISPA

B1 B2 B3 B4 B5 B6
batuk hypertermi penciuman nyeri telan malaise
Nyeri tersumbat nafsu makan
Tenggorokkan mucus menurun

6. Manifestasi Klinik
Gejala – gejala dari ISPA :
a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam
muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun.
Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi.
Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta
kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi
akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa
selama bayi tersebut mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena
adanya lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk , merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran
pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

7. Klasifikasi
WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat
keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang
timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988.
Adapun pembagiannya sebagai berikut :
a. ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
4) Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi anak
diraba dengan penggung tangan terasa panas.
b. ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala-
gejala sebagai berikut :
1) Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur >1 tahun
atau > 40kali per menit pada anak yang berumur 1 tahun atau lebih.
2) Suhu tubuh lebih dari 390C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit. Dari
gejala gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati jika anak menderita
ISPA ringan sedangkan suhu tubuhnya lebih dari 390C atau gizinya
kurang baik,atau umurnya ≤4 bulan, maka anak tersebut menderita
ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan dari petugas
kesehatan.
c. ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-
gejala sebagai berikut :
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernapas.
3) Kesadaran menurun.
4) Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak tampak gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.
6) Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah.
Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena perlu
mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan atau
cairan infus.
8. Pencegahan Primer,Sekunder,Tersier
a. Pencegahan primer, meliputi upaya peningkatan kesehatan dan tindakan
preventif khusus untuk menjaga anggota keluarga bebas dari cedera dan
penyakit
b. Pencegahan sekunder, meliputi deteksi dini, diagnosis,dan pengobatan
c. Pencegahan tersier meliputi tahap penyembuhan dan rehabilitasi
dengan tujuan meminimalkan ketidakmampuan klien dan
memaksimalkan tingkat fungsinya

9. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah pengobatan ISPA berdasarkan klasifikasinya yakni:
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai
obat antibiotic pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin
prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar
getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama
10 hari.
Sedangkan untuk perawatan di rumah antara lain:
a. Mengatasi demam
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4
kali tiap jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan
dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek,
bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan
tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak
berasap.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA
pada anak antara lain:
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik,
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara
adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung
dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit
ISPA.

10. Komplikasi
a. Asma
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan oleh
suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas
berbunyi wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam
hari atau dini hari.
b. Kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa
serangan kejang klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya seperti
mata terbalik keatas dengan disertai kejang kekakuan atau kelemahan,
gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya
sentakan kekauan fokal.
c. Tuli
Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya
infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal
nyeri pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada
rongga telinga.
d. Syok
Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan
f'ungsi dari system tubuh yang disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain : faktor obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan
yang mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen sehingga seseorang
tersebut kekurang suplay oksigen ke otak dan mengakibatkan syok.
e. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis,
yang disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus
beta hemolitikus grup A (Strep Throat)
f. Sinusitis
g. Meningitis
h. Abses Peritonsiler
i. Abses Retrofaring

11. Farmakologi
a. Analgesik – antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti
parasetamol dan ibuprofen
b. Kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu. Contoh :
pseudoefedrin, fenil propanolamin, dan dipenhidramin.
c. Ekspektoran untuk batuk berdahak. Contoh : ammonium klorida
d. Mukolitik untuk batuk berdahak. Contoh : ambroksol, bromheksin,
gliserilgualakolat.
e. Antitutif untuk meringankan gejala batuk kering. Contoh :
dekstrometorfan.
f. Antibiotic tidak disarankan untuk ISPA yang disebabkan oleh virus
karena antibiotic tidak dapat membunuh virus.

12. Terapi komplementer


a. Larutan jahe madu, yaitu madu yang dicampur dengan irisan jahe
diberikan 3x sehari dan bermanfaat untuk menghangatkan
b. Jeruk nipis dan kecap manis, yaitu kecap manis yang dicampur dengan
jeruk nipis dan diberikan satu sendok makan tiap pemberian
c. Terapi sentuhan atau pemijatan, yaitu terapi yang menggunakan teknik
yang mengkombinasikan sentuhan fisik dengan manfaat emosional
C. Proses keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan:
1) Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
2) Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
3) Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit
seperti yang dialaminya sekarang)
4) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien)
5) Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
b. Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan
1) Inspeksi
a) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
b) Tonsil tampak kemerahan dan edema
c) Tampak batuk tidak produktif
d) Tidak ada jaringan parut pada leher
e) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung.
2) Palpasi
a) Adanya demam
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
a) Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
a) Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
c. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring
dan tonsil
3. Intervensi dan Rasional
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila
3) Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat
menyerap keringat
4) seperti pakaian dari bahan katun.
5) Atur sirkulasi udara
6) Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari
7) Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
8) Kolaborasi dengan dokter:
9) Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
10) Antipiretika
Rasional :
1) Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan perawatan selanjutnya
2) Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses
konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara.
3) Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal
dan tidak akan menyerap keringat.
4) Penyediaan udara bersih
5) Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
6) Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas
7) Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
Tujuan :
1) Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB
normal.
2) Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
3) Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
2) Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
3) Tingkatkan tirah baring
4) Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan klien.
Rasional :
1) Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB
dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
2) Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total
3) Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan
menyenangkan.
4) Untuk mengurangi kebutuhan metabolik
5) Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau
kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
c. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring
dan tonsil
Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :
1) Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ),
faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan
karakteristiknya.
2) Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu,
bahan kimia, asap rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan
bicara bila suara serak.
3) Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat
4) Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan
inhalasi, & analgesik)
Rasional :
1) Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang
diberikan.
2) Mengurangi bertambahberatnya penyakit
3) Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi
nyeri tenggorokan.
4) Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat
pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk
mengurangi nyeri.
4. Discharge Planning
a. Jelaskan penyebab ISPA
b. Ajarkan untuk mengenal komplikasi ISPA
c. Ajarkan cara mencegah ispa dan penularan : ajarkan tentang standar
pencegahan
d. Ajarkan perawatan anak : pemberian makanan dan minuman
e. Jelaskan obat – obatan yang diberikan : efek samping dan kegunaannya
f. Banyak minum air hangat
g. Biasakan cuci tangan seluruh bagian dengan sabun dan air tiap kali
sesudah buang air besar atau kecil
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala batuk,
pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung
sampai dengan 14 hari. ISPA penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai
pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut
muncul secara bersamaan. penyebab ISPA yaitu virus, bakteri, alergen spesifik,
perubahan cuaca dan lingkungan, aktifitas, dan asupan gizi yang kurang.
Komplikasi ISPA adalah asma, demam kejang, tuli, syok. Pencegahan ISPA
dapat dilakukan dengan penbaikan gizi dan peningkatan gizi pada balita
penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan makanan, variasi menu,
perbaikan dan.sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan.

B. Saran
ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di Negara
berkembang. Oleh karena itu sebagai manusia yaang ingin memiliki tubuh
sehat maka selayaknya kita menjaga kesehatan dan keseimbangan sistem
tersebut. Salah satunya dengan menjaga sanitasi lingkungan. Maka dari itu
perawat haruslah mengetahu tentang ISPA dan penatalaksanaan pada pasien
dengan ISPA.
DAFTAR PUSTAKA

NS.Putri Liza,s.kep.,m.kep. NS. Iskandar Siska,s.kep.,M.A.N. 2021. BUKU AJAR


KEPERAWATAN ANAK. Insan cendikia mandiri.selayo,Sumatra barat

Rahmi nuzulia dwi.2020. asuhan keperawatan pada anak dengan kasus infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) diruang dahlia, rumah sakit balung
kabupaten jember. Jurusan D3 keperawatan fakultas ilmu
kesehatannuniversitas muhamadiyah jember

Manurung, Santa. 2009. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan.


Jakarta: Trans Info Media
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pada Anak Balita,
OrangDewasa, Usia Lanjut, Pneuminia Atypik dan Pneumonia Atypik
Mikobakterium. Pustaka Populer Obor. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai