Anda di halaman 1dari 30

Universitas Sriwijaya

ABSTRAK

Setiap kemampuan yang diperoleh anak pasti akan melibatkan orang tau di
dalamnya. Orang tua memiliki peran penting dalam pemberian stimulasi bagi
anak. Adapun stimulasi yang diberikan oleh orang tua pada anak usia 0-1 tahun
akan sangat bermanfaat bagi anak dalam memperoleh kemampuan berjalan.
Dengan adanya stimulasi kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun dapat
mencegah keterlambatan berjalan anak. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
mengetahui stimulasi apa saja yang diberikan oleh orang tua kepada anak dalam
membantu kemampuan berjalan anak. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan kepada tiga subjek penelitian yang
bertempat tinggal di Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin.
Peneliti menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara dalam
memperoleh data. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan jenis
analisis data Miles and Hubberman. Adapun hasil dari penelitian ini menyatakan
bahwa orang tua yang menjadi subjek penelitian menyadari pentingnya stimulasi
kemampuan berjalan bagi anak, namun kurangnya pengetahuan terhadap cara
pemberian stimulasi yang tepat bagi anak.

Kata kunci : Stimulasi, Kemampuan Berjalan, Orang Tua

ABSTRACT

Every ability that a child acquires will definitely involve people in it. Parents
have an important role in providing stimulation for children. The stimulation
given by parents to children aged 0-1 years will be very beneficial for children in
gaining the ability to walk. With the stimulation of the ability to walk children
aged 0-1 years can prevent delays in walking children. The purpose of this study
was to find out what stimulation was given by parents to children in helping

iii
Universitas Sriwijaya

children's walking ability. This study used descriptive qualitative method. The
study was conducted on three research subjects who live on Jalan Cangkring RT
20 RW 05, Banyuasin Regency. Researchers used observation guidelines and
interview guidelines in obtaining data. The data analysis technique in this study
uses the Miles and Hubberman type of data analysis. The results of this study
stated that parents who were research subjects realized the importance of
stimulating walking ability for children, but lacked knowledge of how to provide
appropriate stimulation for children.

Keywords: Stimulation, Walking Ability, Parents

iv
Universitas Sriwijaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada hakikatnya seorang anak ialah titipan dari Allah kepada orang tua. Dan tentunya
setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya bahkan sejak di dalam
kandungan. Walaupun dalam kenyataanya para orang tua memiliki cara tersendiri untuk
memberikan yang terbaik kepada anak. Baik dalam pemberian gizi, kasih sayang, cara
pengasuhan bahkan stimulasi yang baik bagi perkembangan anak.
Pemberian stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah penting dimulai dari
dalam kandungan, kelahiran serta kemampuan yang harus dimiliki anak. Terkhusus pada anak
usia 0-1 tahun, pada usia tersebut anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
mumpuni dan dapat dirasakan oleh orang tua. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa anak pada
usia 0-1 tahun telah mulai menunjukkan kemampuan yang signifikan, seperti posisi miring ke
kanan dan ke kiri, posisi tengkurap, posisi merangkak dan posisi berjalan. Kemampuan tersebut
tentunya akan lebih maksimal jika anak mendapatkan stimulasi yang baik dari orang tua.
Terutama kemampuan berjalan anak yang bertahap dari tengkurap kemudian merangkak lalu
berdiri dan mulai melangkah, setelah itu barulah anak akan mulai berjalan. Jadi kemampuan
berjalan anak sangatlah perlu untuk di stimulasi serta akan lebih dominan dalam melibatkan
peran orang tua.
Menurut Sukintaka (2017:147) kemampuan berjalan ialah salah satu dari sekian banyak
keterampilan motorik anak. Dalam hal ini juga dijelaskan bahwa kemampuan motorik anak dapat
dilihat dari dua sisi yaitu motorik kasar dan motorik halus. Sedangkan kemampuan berjalan anak
termasuk ke dalam bidang pengembangan fisik motorik tepatnya kemampuan motorik kasar.
Yaitu melibatkan koordinasi yang tepat antara kekuatan otot anak.
Sedangkan Ma’mun (2016:78) mengelompokan bahwa kemampuan motorik dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu kemampuan gerak lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif.
Kemudian kemampuan berjalan anak termasuk ke dalam gerak lokomotor, hal ini tentunya
dikarenakan beranjak dari pengertian gerak lokomotor itu sendiri yaitu gerak yang berpindah dari
satu tempat ke tempat lainnya. Dan untuk gerak nonlokomotor sendiri ialah gerak yang di

5
Universitas Sriwijaya

tempat seperti melipat, melingkar dan memutar. Serta untuk gerak manipulatif ialah gerak yang
memerlukan gerak tangan dan kaki seperti, menendang, menangkap, melempar dan lain-lain.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menekankan bahwa penting sekali bagi orang
tua untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Mencakup seluruh aspek
perkembangan yaitu Nilai, Agama dan Moral, Kognitif, Fisik Motorik, Sosial Emosional, Bahasa
dan Seni. Dari semua aspek tersebut orang tua tentu dianjurkan untuk memantau perkembangan
anak. Terkhusus juga kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun yang memerlukan peran orang
tua terutama dalam pemberian stimulasi, hal ini tentunya untuk mencegah keterlambatan anak
dalam berjalan.
Berdasarkan observasi peneliti di Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin,
telah menunjukkan bahwa dari total 17 orang tua yang memiliki anak usia 0-1 tahun sekitar 13
orang tua menyatakan jika anak mereka dominannya mulai berjalan di usia 15-18 bulan.
Sedangkan normalnya anak usia 9-12 bulan telah menunjukkan indikasi kemampuan berjalan
seperti berdiri berpegangan pada dinding. Hal tersebut tentu dapat menjadi indikasi dari
keterlambatan berjalan yang dialami oleh anak, tentunya akan berkaitan dengan peran orang tua
dalam pemberian stimulasi kemampuan berjalan kepada anak atau bahkan gizi dan nutrisi anak.
Di Indonesia sendiri, dari data yang dikumpulkan pada tahun 2015 oleh Kementrian Kesehatan
Indonesia menunjukkan bahwa jumlah anak yang terlambat berjalan dan berbicara terus
meningkat dari angka 6% beranjak ke angka 19% selama 5 tahun. Hal tersebut di dominasi oleh
anak-anak yang tinggal di pedesaan.
Hal tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Alinea Dwi Elisanti. Yang
berjudul “Perkembangan Kemampuan Berjalan Anak Usia 9-15 Bulan Yang menggunakan Alat
Bantu Berjalan (baby walker) Di puskemas Gresik”
Yang menyatakan bahwa banyak hal yang menjadi penyebab keterlambatan kemampuan berjalan
anak. Seperti bobot tubuh anak yang kurang atau berlebihan, trauma yang dialami anak saat
mulai belajar berjalan, stimulasi yang kurang dari orang tua serta hal umumnya yang paling
sering terjadi ialah anak terlalu berlebihan dalam menggunakan alat bantu berjalan (baby
walker).

1.2. Rumusan Masalah

6
Universitas Sriwijaya

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas , rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu “Bagaimana Peran Orang Tua dalam Stimulasi Kemampuan Berjalan Anak
Usia 0-1 Tahun di Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui stimulasi apa saja yang diberikan oleh orang tua dalam membantu kemampuan
berjalan anak usia 0-1 tahun di Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
guna mewujudkan pendidikan yang lebih baik bagi semua pihak.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Anak
Agar anak mulai termotivasi untuk mendapatkan stimulasi kemampuan berjalan yang
tepat.
2. Bagi guru
Agar dapat meningkatkan kinerja guru dan sebagai informasi tambahan dalam
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun,
sehingga dalam pengambilan keputusan dapat menyusun strategi yang tepat untuk anak.

3. Bagi orang tua,


Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai stimulasi yang tepat agar dapat
membantu kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun.
4. Bagi peneliti,
Menambah wawasan dan informasi guna mendukung pengetahuan untuk menjadi guru
professional.

7
Universitas Sriwijaya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Anak Usia Dini


2.1.1 Pengertian Anak Usia Dini
Menurut Aisyah (2016:98) anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang
melewati masa bayi, masa balita dan masa prasekolah. Pada setiap masa yang dilalui oleh anak
usia dini akan menunjukkan perkembangannya masing-masing yang berbeda antara masa bayi,
masa balita, dan masa prasekolah. Perkembangan tersebut dapat berlangsung secara normal dan
bisa juga berlangsung secara tidak normal yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada

8
Universitas Sriwijaya

diri anak usia dini. Anak usia dini yang tengah tumbuh dan berkembang. Yang berkaitan erat
dengan stimulasi yang didapat oleh anak.
Sedangkan anak usia dini menurut Arumsari (2017) adalah anak yang berusia nol tahun
atau sejak lahir sampai usia enam tahun . Senada dengan pendapat Masnipal (2015:82) anak usia
dini adalah sosok yang polos sekaligus penuh potensi memiliki karakter yang unik, beberapa
karakteristik yang khas pada anak usia dini antara lain dorongan rasa serba ingin tahu yang besar
terhadap apa saja di dekatnya, mobilitas yang tinggi (bergerak dan bergerak), dan bermain tanpa
mengenal waktu. Selanjutnya pengertian anak usia dini menurut Sujiono dikutip oleh Meriyati
(2016) adalah sesosok individu yang berada pada rentan usia 0-6 tahun.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang
berusia 0 sampai 6 tahun yang memiliki karakter yang unik dan memiliki rasa serba ingin tahu
yang tinggi, yang tengah berada pada masa keemasan yang tepat untuk pemberian rangsangan
pendidikan sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal.
Terkhusus untuk anak usia 0-1 tahun yang masih berada pada masa paling membutuhkan
peran orang tua dalam segala aspek perkembangan. Oleh karena itu setiap pertumubuhan
maupun perkembangan anak usia 0-1 tahun sangat perlu peran orang tua. Terlebih pada
kemampuan berjalan anak, karena dengan stimulasi yang tepat akan membantu perkembangan
anak secara maksimal.
2.2. Pengertian Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa orang tua adalah ayah
atau ibu kandung yang membesarkan putra dan putrinya dengan kasih sayang. Kemudian
Hasanudin (2016) menyatakan bahwa orang tua adalah ibu atau bapak yang dikenal pertama kali
oleh putra dan putrinya. Dan Arifin (2015) mengungkapkan bahwa orang tua adalah pimpinan
keluarga sekaligus pendidik bagi anak yang pertama.
Dengan begitu kita dapat menyimpulkan bahwa orang tua merupakan ayah dan ibu yang
membesarkan anak dengan kasih sayang dan menjadi pimpinan serta pendidik bagi anak. Untuk
itulah orang tua memiliki peranan penting dalam pertumbuhan serta perkembangan anak.
Terutama untuk anak yang berusia 0-1 tahun, karena anak pada usia tersebut masih sangat
bergantung kepada orang tua, baik itu secara lahir maupun batin. Agar anak memiliki
pertumbuhan dan perkembangan yang baik sangat penting bagi orang tua untuk memberikan
nutrisi yang cukup, kasih sayang yang sesuai serta stimulasi yang tepat. Khususnya untuk

9
Universitas Sriwijaya

stimulasi kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun, orang tua perlu memberikan dorongan bagi
anak untuk mampu berjalan.

2.3. Pengertian Stimulasi

Menurut (dr. Kusnandi Rusmi,Sp.A(k) MM, 2015), Stimulasi adalah upaya orang tua
atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang.
Aktifitas bermain dan suasana cinta ini pentig guna merangsang seluruh sistem indera, melatih
kemampuan motorikhalus dan kasar, kemampuan berkomunkasi serta perasaan pikiran si anak.
Seperti di jelaskan pakar dan konsultan tumbuh kembang anak . Rangsangan atau stimulasi sejak
dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak.
Selain stimulasi ada faktor eksternal lain yang ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak
yakni kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak.

Menurut (Dinkes, 2015) setiap orang tua harus selalu memberikan rangsangan/stimulasi
kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan
personal sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih
sayang, baik dalam metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan
optimal. Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan
anak, karena itu para orang tua atau pengasuh harus diberi  penjelasan cara-cara melakukan
stimulasi kepada anak-anak.

Menurut Siswono (2017:157) stimulasi adalah suatu upaya merangsang anak untuk
memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam
upaya peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak calon bayi masih
berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan janin
sudah dapat bernafas, menendang , menggeliat, bergerak, menelan menghisap jempol, dan
lainnya.

Berdasarkan pengertian mengenai stimulasi di atas di atas dapat disimpulkan bahwa


stimulasi merupakan suatu upaya rangsangan dalam bentuk suasan bermain yang menyenangkan
untuk memberikan pengetahuan serta keterampilan pada anak, sehingga dapat membantu

10
Universitas Sriwijaya

perkembangan dan pertumbuhan anak untuk itu stimulasi sangatlah penting untuk dilakukan
untuk menghindari keterlambatan dalam perkembangan.

Untuk itulah orang tua perlu memberikan stimulasi yang tepat kepada anak karena peran
orang tua sangat mempengaruhi keterampilan dan kemampuan yang dimiliki anak. Terutama
dalam kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun, yang sangat dipengaruhi oleh peran orang tua
dalam memberikan stimulasi yang tepat. Jadi walaupun banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kemampuan berjalan anak, baik itu faktor pendukung maupun faktor penghambat, orang tua
tetap memiliki peranan penting.

2.3.1. Stimulasi Kemampuan Berjalan Untuk Anak Usia 0-1 Tahun

Sukintaka (2017), menyatakan bahwa kemampuan berjalan ialah salah satu dari sekian
banyak keterampilan motorik yang dimiliki anak. Keterampilan motorik juga dibagi dua macam
yaitu motorik kasar dan motorik halus, sedangkan kemampuan berjalan termasuk ke dalam salah
satu keterampilan motorik kasar. Hal ini dikarenakan kemampuan berjalan memerlukan kinerja
antar otot-otot besar anak agar dapat mengatur koordinasi dan keseimbangan.
Menurut Surinah yang dikutip Ahmad (2018), bahwa setiap keterampilan yang dimiliki
anak memerlukan stimulasi yang tepat dari orang tua, agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Termasuk juga kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun yang merupakan salah satu
keterampilan motorik kasar anak.
Menurut Suryanto (2017), banyak sekali stimulasi yang dapat orang tua berikan kepada
anak usia 0-1 tahun agar dapat membantu perkembangan kemampuan berjalan anak. Seperti
orang tua dapat mengizinkan anak untuk berekplorasi ke segala penjuru rumah, membiarkan
anak berimajinasi dengan setiap gerak langkahnya pada benda di rumah. Kemudian orang tua
dapat mengusahakan agar tidak terus-menerus menggendong anak dan membiarkan anak
menggunakan alat bantu jalan anak seperti meja dorong, tongkat jalan ataupun baby walker
yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta tidak berlebihan, agar otot kaki anak lebih lincah
dalam bergerak. Orang tua juga senantiasa dapat mengajak anak bermain untuk menstimulasi
kemampuan berjalan anak seperti, bermain lempar tangkap bola, menuntut anak berjalan di pagi
atau sore hari, ataupun menyediakan tongkat poros yang dapat berputar untuk anak. Serta dapat

11
Universitas Sriwijaya

mengajak anak berenang, karena dengan berenang dapat mebuat semua otot pada tubuh anak
bergerak, dari otot lengan, kaki hingga lehernya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stimulasi kemampuan berjalan
bagi anak sangat perlu dilakukan agar anak tidak mengalami keterlambatan berjalan.
Kemampuan berjalan sendiri ialah termasuk dari keterampilan motorik kasar anak.

2.4. Faktor Penghambat Kemampuan Berjalan Anak Usia 0-1 Tahun

Menurut Prasetyo (2017), ada beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan anak
dalam berjalan. Diantaranya ialah motivasi anak yang kurang karena seringnya anak digendong
hingga membuatnya nyaman dan merasa malas dalam melangkah untuk mulai berjalan.
Kemudian bobot tubuh anak yang kurang dan berlebihan juga menjadi faktor penyebab
keterlambatan anak berjalan, hal ini dikarenakan sulitnya anak dalam menyeimbangkan
tubuhnya. Selanjutnya trauma yang didapat anak ketika mulai belajar berjalan juga menjadi
faktor penghambat. Ada pula penyebab lain dalam keterlambatan kemampuan berjalan anak
seperti, gangguan pada saraf otak ataupun penyakit yang diderita anak. Namun pada umumnya
yang paling sering terjadi ialah stimulasi yang kurang dari orang tua. Untuk itulah sangat penting
sekali peran orang tua dalam membantu perkembangan kemampuan berjalan anak.

Adapun dampak dari keterlambatan berjalan pada anak dapat berpengaruh pada self
regulatory yaitu berkaitan dengan kemampuan dalam mengontrol emosi. Hal ini dikarenakan
bila terjadi keterlambatan dalam gerak lokomotor dan perkembangan motorik dapat merusak
akses terhadap sumber eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadapa regulasi emosional
sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan anak.

2.5. Faktor Pendukung Kemampuan Berjalan Anak Usia 0-1 Tahun

Prasetyo (2017), memaparkan bahwa faktor yang mendukung kemampuan berjalan anak
ialah :
1. Peran Orang Tua
Dalam setiap kemampuan yang dimiliki oleh anak, tentunya tidak akan luput dari peran
orang tua. Termasuk juga kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun. Kemampuan berjalan

12
Universitas Sriwijaya

anak akan sangat dipengaruhi oleh orang tua, hal ini dikarenakan orang tua yang Bersama
dengan anak selama 24 jam sehingga dapat memantau serta memberikan stimulasi yang
tepat bagi kemampuan berjalan anak
2. Pemberian Stimulasi
Stimulasi/rangsanagn bagi anak yang diberikan akan menjadi faktor pendukung bagi
kemampuan berjalan anak. Karena dengan adanya stimulasi akan membatu otot-otot anak
agar dapat memiliki kemampuan sesuai dengan usia nya.
3. Nutrisi/Gizi Anak
Nutrisi atau makanan tentu menjadi kebutuhan bagi setiap anak, tak terkecuali bagi anak
usia 0-1 tahun. Jadi setiap anak tentu harus mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat
berkembang dengan baik termasuk perkembangan kemampuan berjalan anak.
4. Faktor Genetik
Genetik/keturunan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal
ini dapat berhubungan dengan fisik orang tua yang menurun pada anak, dengan begitu
kemajuan anak dalam berkembangnya fisik motorik anak juga dapat terpengaruh, baik
keterampilan motorik kasar dan halus. Dan termasuk juga di dalam nya kemampuan anak
dalam berjalan, berlari, melempar, menendang dan lainnya.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

13
Universitas Sriwijaya

1.1 Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari
naskah wawancara , catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi
lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan
realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dengan mencocokan antara realita empirik dengan
teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif. (Sugiyono, 2015:113)
Berkorelasi dengan penelitian kualitatif maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriftif kualitatif, dengan mendeskripsikan dan mencari tahu stimulasi apa saja yang diberikan
oleh orang tua kepada anak dalam membantu kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun di Jalan
Cangkring RT 20 RW 05 kabupaten banyuasin.

1.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat penelitian di mana kegiatan penelitian itu dilakukan.
Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan agar dapat mempermudah objek yang menjadi sasaran
penelitian, sehingga permasalahan tidak terlalu luas. Lokasi Penelitian ini akan dilaksanakan di
Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin.

1.3 Fokus Penelitian


Fokus penelitian pada penelitian ini adalah mencari tahu stimulasi apa saja yang
diberikan oleh orang tua kepada anak usia 0-1 tahun dalam membantu kemampuan berjalan
anak.

1.4 Subjek Penelitian


Subjek penelitian merupakan orang yang bersedia menjadi partisipan dalam memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Sugiyono, 2017:132). Dan setidaknya
harus memiliki pengalaman tentang latar penelitian serta harus sukarela menjadi anggota tim
penelitian walaupun hanya bersifat informal.

14
Universitas Sriwijaya

Adapun subjek dalam penelitian ini ialah tiga orang tua yang memiliki anak usia (0-1)
tahun di Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin yaitu NA (30) orang tua dari
MLA (1 tahun) , EY (35) orang tua dari MAA (1 tahun), dan NAT (21) orang tua dari NKH (8
bulan).

1.5 Jenis dan Sumber Data Penelitian


Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berbentuk dan diperoleh
melalui pengamatan serta wawancara dengan orang tua yang memiliki anak usia 0 -1 tahun.
Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah menggunakan data primer, yaitu peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang stimulasi apa saja yang
diberikan oleh orang tua kepada anak usia 0-1 tahun dalam membantu kemampuan berjalan anak
di Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin.
1.6 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu melalui cara pengamatan yang tidak
berperan serta, artinya peneliti hanya mengadakan pengamatan saja tanpa menjadi anggota
kelompok yang diamatinya, pengamatan dilakukan secara terbuka dengan diketahui oleh subjek,
sedangkan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat
untuk mengamati peristiwa yang terjadi.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi tak berstruktur, menurut (Hamzah,
2020: 68) observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis.
Dalam melakukan observasi peneliti tidak menggunakan instrumen yang baku, tetapi hanya
berupa rambu-rambu pengamatan atau tujuan dari observasi itu sendiri. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan pengamatan langsung dengan tetap menaati protocol kesehatan dan
pengamatan melalui video yang dikirim oleh orang tua. Berikut ini format pedoman observasi
tak berstruktur yang digunakan dalam penelitian.

Pedoman Observasi Tak Berstruktur

Tujuan Observasi:

1) Untuk Mengetahui Stimulasi Kemampuan Berjalan Anak Usia 0-1 Tahun Yang Diberikan
Oleh Orang Tua.

15
Universitas Sriwijaya

2) Untuk Mengetahui Media Atau Alat Bantu Jalan Yang Digunakan Oleh Orang Tua Dalam
Menstimulasi Kemampuan Berjalan Anak Usia 0-1 Tahun.

Hari/Tanggal Observasi :
Waktu Observasi :
Lokasi Observasi :
Subjek :
Observer :
Catatan :

2. Wawancara

Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur dengan mewawancarai tiga orang tua


yang memiliki anak usia 0-1 tahun di Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin.
Wawancara akan dilakukan secara langsung dengan tetap menaati protocol kesehatan. Berikut ini
format pedoman wawancara semiterstruktur yang digunakan dalam penelitian.

Inisial Nama Orangtua :

Alamat :

Inisial Nama Anak :

Usia Anak :

1. Menurut bapak/ibu kemampuan berjalan itu apa?


2. Apakah menurut bapak/ibu kemampuan berjalan anak itu penting untuk di stimulasi/dibantu
dengan adanya kegiatan tertentu?
3. Kegiatan/Stimulasi seperti apa yang bapak/ibu berikan kepada anak untuk melatih
kemampuan berjalan?

16
Universitas Sriwijaya

4. Apakah ada perbedaan dalam pemberian kegiatan/stimulasi kemampuan berjalan dalam setiap
pertambahan usia? Jika ada, apa saja perbedaannya!
5. Apakah ada waktu khusus dari bapak/ibu untuk menstimulasi kemampuan berjalan anak? Jika
ada tolong jelaskan ya!
6. Bagaimana cara bapak/ibu mengatur jadwal kesibukan bapak/ibu dengan pemberian kegiatan
untuk melatih kemampuan berjalan anak?
7. Apakah ada kegiatan khusus yang dilakukan oleh bapak/ibu untuk melatih kemampuan
berjalan anak, seperti senam bayi/berenang khusus bayi? Jika ada, kegiatan seperti apa!
8. Bagaimana contoh kegiatan yang dapat melatih kemampuan berjalan yang dilakukan oleh
bapak/ibu?
9. Apakah bapak/ibu menggunakan alat bantu jalan seperti baby Walker dan tongkat jalan
ataupun meja dorong dalam melatih kemampuan berjalan anak? Jika ada, alat bantu berjalan
seperti apa?
10. Apakah kemampuan berjalan anak berkembang dengan baik dengan adanya
kegiatan/stimulasi yang telah diberikan oleh ibu/bapak?
3. Dokumentasi

Teknik pengambilan data melalui teknik dokumentasi ialah suatu bentuk pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, dukungan yang berupa arsip-arsip, data-data,
maupun catatan pribadi dan peraturan-peraturan yang relevan dengan fokus penelitian. Dalam
penelitian ini akan mencantumkan semua data yang berkaitan dengan dokumentasi terkait
stimulasi apa saja yang diberikan oleh orang tua kepada anak usia 0-1 tahun ataupun dengan
objek penelitian secara langsung. Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang
berkaitan dengan subjek dan objek penelitian sehingga memperoleh data yang diperlukan.

1.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini berfungsi menganalisis berbagai data yang
sudah ada dan menggunakan metode deskriptif analitik. Metode ini dilakukan dengan cara terus
menerus sampai dengan tuntas, sehingga datanya sudah jenuh walaupun ditambah dengan
sumber-sumber data terbaru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis analisis data
model Miles dan Huberman. Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan itu sebagai
berikut:

17
Universitas Sriwijaya

1. Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan
kondisi dan hasil observasi, wawancara serta dokumen-dokumen yang diperoleh ketika
melakukan penelitian di lapangan.

2. Reduksi Data

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi
data adalah suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasikan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih
tajam mengenai stimulasi yang diberikan orang tua kepada anak untuk membantu kemampuan
berjalan anak usia 0-1 tahun. Kemudian data tersebut dibuat dalam bentuk ringkasan yang dirasa
penting dalam penelitian.

3. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data merupakan analisis dalam
bentuk matrik, grafik, deskripsi naratif mengenai stimulasi apa saja yang diberikan oleh orang
tua kepada anak dalam membantu kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun di Jalan Cangkring
RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin sehingga data dapat mudah dipahami. Kemudian data itu
disusun secara sistematis, supaya menggambarkan secara mendetail mengenai penelitian ini.

4. Penarikan Kesimpulan

Setelah data dilapangan terkumpul dengan menggunakan pengumpulan data diatas,


maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut menggunakan analisis secara
deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan
arti dari data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak
mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum
dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya.

1.8. Keabsahan Data (Validasi Data)

18
Universitas Sriwijaya

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek
yang diteliti (Sugiyono, 2017 : 268). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik
pengumpulan data dengan triangulasi data sumber . Triangulasi data sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.

Trianggulasi data sumber dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Membandingkan data pengamatan dengan hasil wawancara. Melalui teknik ini peneliti
membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, sebagai gambaran untuk
mengetahui stimulasi apa saja yang diberikan oleh orang tua kepada anak usia 0-1 tahun
dalam membantu kemampuan berjalan anak.

3.9 Tahap-Tahap Penelitian


1) Tahap Pra Lapangan
Tahap ini adalah tahap awal yang harus dilakukan peneliti mengenai studi pendahuluan,
peneliti mencari permasalahan penelitian dengan melakukan observasi awal kelokasi penelitian,
setelah permasalahan ditemukan peneliti membuat proposal penelitian dan kemudian
diseminarkan. Pasca seminar proposal, peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing setelah
proposal mendapat persetujuan dari dosen pembimbing/ penguji untuk dilanjutkan, kemudian
setelah mendapat persetujuan dari validator dan mendapat izin penelitian, peneliti segera
melakukan penelitian di Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin.
2) Tahap Pengumpulan Data Di Lapangan
Pada tahap ini mencari data seakurat mungkin ke sumber data dengan melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3) Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian adalah tahap akhir dalam suatu penelitian. Yang dilakukan pada
tahap akhir ini adalah menganalisis data yang telah diperoleh pada tahap pengumpulan data di
lapangan. Seteleh mendapat kesimpulan dan memberikan saran, barulah dilakukan penulisan
laporan.

19
Universitas Sriwijaya

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini ialah tiga Orang tua yang memiliki anak usia (0-1) tahun di
Jalan Cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin. Berikut ini deskripsi subjek penelitian
yang diteliti:

1. Narasumber 1 NA

NA adalah ibu dari anak yang berinisial MLA yang berusia 1 tahun. NA adalah seorang
perawat dengan pendidikan terakhir D3 keperawatan di salah satu universitas swasta dan suami
NA sendiri berprofesi sebagai karyawan swasta dengan Pendidikan terakhir SMA/sederajat.
Kepribadian NA yang ramah dan terbuka membuat peneliti tidak mengalami kesulitan untuk
mewawancarai NA. NA hanya mempunyai satu anak yaitu MHN, kepribadian MHN yang
cenderung aktif terhadap lingkungan sekitar. Untuk tempat tinggal, NA dan keluarga sudah
mempunyai tempat tinggal sendiri yang cukup besar. Keadaan rumah NA juga sangat asri.

2. Narasumber 2 EY

EY adalah seorang ibu dari anak yang berinisial MAA yang berusia 1 tahun. EY merupakan
ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD kelas 3 sedangkan, suami EY berprofesi

20
Universitas Sriwijaya

sebagai buruh pabrik dengan pendidikan terakhir SD kelas 2. Kepribadian EY yang ramah dan
terbuka membuat peneliti tidak mengalami kesulitan untuk mewawancarai EY. EY mempunyai
empat orang anak yaitu tiga anak perempuan dan satu anak laki-laki, termasuk MAA sebagai
anak ketiga. MAA merupakan anak yang tidak pemalu. Untuk tempat tinggal, EY dan keluarga
sudah mempunyai tempat tinggal sendiri. Keadaan rumah EY cukup untuk menampung seluruh
keluarga.

3. Narasumber 3 NAT

NAT adalah seorang ibu dari anak yang berinisial NKH yang berusia 8 bulan. NAT ialah
seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat, sedangkan suami NAT
berprofesi sebagai tenaga honorer kesatuan polisi pamong praja (SATPOL PP). Kepribadian
NAT yang terbuka membuat peneliti tidak mengalami kesulitan untuk mewawancarai NAT.
NAT hanya memiliki satu orang anak yaitu NKH. Kepribadian NKH sedikit pemalu dan
tertutup terhadap orang yang baru dikenalnya. Untuk tempat tinggal, NAT dan keluarga sudah
mempunyai tempat tinggal sendiri. Keadaan rumah NAT cukup menampung anggota keluarga.

4.2 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini terdapat data hasil dari wawancara, observasi serta ada nya
dokumentasi yang dilakukan kepada tiga orang subjek penelitian. Yang memiliki anak usia 0-1
tahun dalam membantu peneliti mencari tahu mengenai stimulasi apa saja yang diberikan orang
tua terkait dengan membantu kemampuan berjalan anak yang tinggal di Jalan Cangkring RT 21
RW 05 Kabupaten Banyuasin.

4.2.1 Pemberian Stimulasi Kemampuan Berjalan Anak Usia 0-1 Tahun Dari Orang Tua

4.2.1.1 Anak Dituntun Berjalan Dari Arah Depan Atau Belakang

Anak dituntun berjalan dari arah depan ataupun belakang ialah salah satu
stimulasi/kegiatan yang diberikan oleh orang tua dalam membantu kemampuan berjalan anak
usia 0-1 tahun. Adapun kegiatan tersebut sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh orang tua
secara berkesinambungan.

21
Universitas Sriwijaya

Menurut ibu EY selaku orang tua dari MAA pada wawancara hari senin, 10 Mei 2021
menyatakan sebagai berikut.

“Nah gimana yah lho kalau untuk melatih jalan anak tuh sebenarnya banyak kali
ya kegiatan yang bagus tapi kan saya juga ada kerja lain jadi tuh kayak nya ada lah
kali kegiatan kayak apa tuh saya pegang anak, saya tuntun anak dari depan atau gak
tuh ya dari belakang supaya bisa di ti-ta-ta-ti-ta-ta kan gitu kali yah”.

Hal tersebut juga selaras dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada hari selasa,
11 Mei 2021 bahwa catatan lapangan menunjukan :

EY seringkali memegang MAA dari belakang unutk menuntun MAA berjalan dengan
tetap di pegang untuk di ti-ta-ta.

Adapun berikut dokumentasi MAA sedang dituntut berjalan.

Gambar 1.1 MAA dituntun berjalan 1

Selanjutnya dalam wawancara ibu NA selaku orangtua dari MLA pada hari Rabu, 12
Mei 2021 menyatakan sebagai berikut.

“Jadi yah ini misalnya untuk kegiatannya anak yang belom setahun bisa dituntun
jalan di ti-ta-ta sama juga untuk kegiatan umur yang udah setahun beda kalau
anaknya dikasih mainan buat belajar jalan gitu kalau udah deket setahun”.

22
Universitas Sriwijaya

Hal ini juga selaras dengan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Kamis, 13 Mei
2021.

“NA mengajak MLA berjalan dengan dituntun serta menyesuaikan minat anak untuk
berjalan disekitar tempat tinggal terkadang juga MLA diajak dan dituntun berjalan
keluar”.

Adapun berikut dokumentasi MLA sedang dituntut berjalan.

Gambar 1.2 MLA dituntun berjalan

Kemudian wawancara ibu NAT selaku orang tau NKH yang dilakukan pada hari jum’at,
14 Mei 2021 ialah sebagai berikut.

“Sayatuh kadang kalau anak nya nangis terus mungkin bosan tiduran terus suka saya
berdirikan terus saya tuntun jalan dari belakang gitu”.

Adapun berikut dokumentasi NKH sedang dituntut berjalan.

23
Universitas Sriwijaya

Gambar 1.3 NKH dituntun berjalan

4.2.1.2 Anak Mencoba berdiri berpegangan dengan dinding ataupun pagar

Anak mencoba berdiri dengan berpegangan pada dinidng atau pagar ialah salah satu
stimulasi/kegiatan yang dapat dengan mudah diberikan oleh orang tua kepada anak untuk
membantu kemampuan berjalan. Kegiatan tersebut sangat sederhana namun harus dalam pantauan
orang tua agar anak tidak terjatuh saat memulai mencoba berjalan dengan berpegangan di dinding
ataupun pagar.

Menurut ibu EY selaku orang tua dari MAA pada wawancara hari senin, 10 Mei 2021
menyatakan sebagai berikut.

“Terus kalau udah bisa berdiri diawasin berjalan bareng dinding terus di pintu nih
ada pagar nya biar gak keluar jadi berdiri di sana”.

Hal ini juga selaras dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada hari selasa, 11
Mei 2021 bahwa catatan lapangan menunjukan :

”EY terlihat sedang mengawasi MAA yang berdiri dekat pagar pintu rumah nya”.

Adapun berikut dokumentasi MAA berdiri dekat pagar pintu.

24
Universitas Sriwijaya

Gambar 1.4 MAA berdiri dekat pagar

Selanjutnya dalam wawancara ibu NA selaku orangtua dari MLA pada hari Rabu, 12 Mei
2021 menyatakan sebagai berikut.

“jadi kan anaknya bisa di ajak main ti-ta-ta atau gak berdiri dekat dinding belajar
jalan atau gak suka saya ajak berdiri di pagar pintu rumah gitu”.

Hal ini juga selaras dengan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Kamis, 13 Mei
2021.

“NA mengawasi MLA bermain belajar berpegangan di dinding dan pagar pintu di
rumahnya”.

Adapun berikut dokumentasi MAA berdiri dekat pagar pintu dan saat ketika belajar
berjalan di dekat dinding.

25
Universitas Sriwijaya

Gambar 1.5 MLA berdiri dekat dinding 1

Gambar 1.6 MLA berdiri dekat pagar

4.2.2 Penggunaan Alah Bantu Jalan Dalam Stimulasi Kemampuan Berjalan Anak Usia
0-1 Tahun
4.2.2.1 Penggunaan Alat Bantu Jalan BabyWalker

Penggunaan alat bantu jalan anak yaitu baby walker ialah salah satu alat bantu jalan atau
mainan jalan bagi anak yang paling umum digunakan oleh orangtua dengan anak usia 0-1 tahun di
jalan cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin. Alat bantu jalan baby walker ini dapat
dengan mudah didapat oleh orangtua dan diperjualbelikan secara legal.

Menurut wawancara ibu NA selaku orangtua dari MLA pada hari Rabu, 12 Mei 2021
menyatakan sebagai berikut.

“Kalau mainan buat jalan anak itu ada hadiah dari kawan-kawan di rumah sakit
baby walker lah terus ada yag dibuatin sama abi ny mainan buat jalan dari paralon.
Anak nya nih kan paling suka main dorong-dorong kursi gitu”.

26
Universitas Sriwijaya

Hal ini selaras dengan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Kamis, 13 Mei 2021.

“NA terlihat sedang mengawasi MLA duduk di baby walker.”

Adapun berikut dokumentasi MLA bermain baby walker.

Gambar 1.7 MLA bermain baby walker

4.2.2.2 Penggunaan Alat Bantu Jalan dengan Kursi yang di Dorong

Penggunaan alat bantu jalan dengan kursi yang didorong ialah salah satu cara orangtua di
jalan cangkring RT 20 RW 05 Kabupaten Banyuasin dalam membantu kemampuan berjalan
anak. Kegiatan tersebut sangat mudah dilakukan serta tidak memakan banyak biaya namun orang
tua harus mempunyai kursi di rumah.

Menurut wawancara ibu NA selaku orangtua dari MLA pada hari Rabu, 12 Mei 2021
menyatakan sebagai berikut.

“Kalau mainan buat jalan anak itu ada hadiah dari kawan-kawan di rumah sakit
baby walker lah terus ada yag dibuatin sama abi ny mainan buat jalan dari paralon.
Anak nya nih kan paling suka main dorong-dorong kursi gitu”.

Hal ini selaras dengan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Kamis, 13 Mei 2021.

“NA terlihat mengawasi MLA bermain mendorong kursi”.

Adapun berikut dokumentasi MLA bermain mendorong kursi.

27
Universitas Sriwijaya

Gambar 1.8 MLA mendorong kursi

4.2.2.3 Penggunaan Alat Bantu Jalan dengan Paralon Beroda

Penggunaan alat bantu jalan dengan paralon beroda ialah salah satu cara yang digunakan
oleh orang tua dalam membantu kemampuan berjalan anak. Alat bantu jalan paralon beroda
merupakan alat bantu jalan yang sangat sederhana terbuat dari paralon dan kaleng bekas sebagai
roda. Alat ini dapat dibuat sendiri oleh orang tua.

Menurut wawancara ibu NA selaku orangtua dari MLA pada hari Rabu, 12 Mei 2021
menyatakan sebagai berikut.

“Kalau mainan buat jalan anak itu ada hadiah dari kawan-kawan di rumah sakit
baby walker lah terus ada yag dibuatin sama abi ny mainan buat jalan dari paralon.
Anak nya nih kan paling suka main dorong-dorong kursi gitu”.

Hal ini selaras dengan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Kamis, 13 Mei 2021.

“NA mengajak MLA bermain dengan alat bantu jalan paralon beroda di sekitar
jalan rumahnya”.

Adapun berikut dokumentasi MLA bermain paralon beroda.

28
Universitas Sriwijaya

Gambar 1.9 MLA bermain paralon beroda 1

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pemberian Stimulasi Kemampuan Berjalan Anak Usia 0-1 Tahun Dari Orang Tua

Stimulasi kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun merupakan hal penting yang harus
didapat anak guna mencegah keterlambatan kemampuan berjalan. Stimulasi tersebut tentunya
didapat dari orang terdekat anak yaitu orang tua. Untuk itulah penting sekali kesadaran dari
orang tua dalam mmemberikan stimulasi kepada anak guna membantu kemampuan berjalan.

Menurut Prasetya (2016), seorang anak memerlukan perhatian khusus dalam


mengoptimalisasi tumbuh kembangnya yang dalam hal ini dimulai dari janin. Untuk itulah
tumbuh kembang anak tergantung pada perhatian serta stimulasi yang didapat anak dari orang
tua. Adapun stimulasi yang diberikan kepada anak harus menyesuaikan dengan kebutuhan. Hal
ini memang senada dengan hasil wawancara terhadap tiga subjek penelitian bahwa stimulasi itu
penting namun untuk memberikan stimulasi ataupun kegiatan yang tepat bagi anak sebagian
subjek penelitian masih bingung dan belum mengetahui dengan rinci. Selaras dengan hasil
wawancara dari ibu EY yang mengaku dan menyadari bahwa kegiatan untuk anak itu banyak dan
penting namun untuk aplikasi nya yang masih kurang.

Selanjutnya Grover. D Patterning dalam Haryanti (2017) menyatakan bahwa stimulasi


dapat merangsang perkembangan anak dan sangat penting untuk diberikan agar membantu
kemampuan dasar anak dari usia 0-6 tahun agar dapat berkembang secara optimal. Stimulasi

29
Universitas Sriwijaya

harus diberikan sedini mungkin serta secara ruitn dan berkesinmabungan. Sejalan dengan
pengakuan ibu NA bahwa seringkali mengajak anak bermain mainan jalan untuk anak serta
bergantian dengan suami jika sudah pulang bekerja.

Soetjiningsih (2015) menyatakan bahwa stimulasi juga termasuk hal penting dalam tumbuh
kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang cukup dari orang tua akan lebih cepat
berkembang daripada anak yang kurang atau tidak mendapatkan stimulasi dari orang tua. Untuk
itulah orang tua bertanggung jawab penuh terhadap pemberian stimulasi bagi anak dalam
memperoleh kemampuan dasar serta keterampilan. Hal ini senada dengan pengakuan dari hasil
wawancara ibu NAT bahwa anak itu bergantung dan belajar dari orang tua. Termasuk juga di
dalam nya belajar kemampuan berjalan.

Dari beberapa temuan peneliti di lapangan mengenai stimulasi kemampuan berjalan anak
dari orang tua dapat diperoleh bahwa sebenarnya orang tua menyadari pentingnya stimulasi
namun tidak memahami dengan rinci stimulasi apa yang cocok dan dapat diberikan kepada anak.

4.3.2 Penggunaan Alah Bantu Jalan Dalam Stimulasi Kemampuan Berjalan Anak Usia
0-1 Tahun

Penggunaan alat bantu jalan bagi bayi tentunya akan ada manfaat yang didapat seperti alat
bantu jalan baby walker yang sudah legal dan diperjualbelikan. Ternyata ada banyak mainan
untuk membantu anak dalam belajar berjalan, penggunaan tersebut akan lebih bermanfaat lagi
jika digunakan sesuai kebutuhan anak serta sesuai porsinya tanpa berlebihan

Menurut Garina dkk (2015), pengasuhan anak pada usia 0-5 tahun akan sangat berkaitan
dengan pengembangan aspek fisik motorik anak, termasuk juga kemampuan berjalan anak.
Kemampuan berjalan anak melibatkan otot paha, betis, dan juga otot pinggul anak, jadi
penggunaan alat bantu jalan yang baik harus melibatkan kinerja ketiga otot tersebut agar ank tidak
malas dan mengalami ketergantungan penggunaan alat bantu jaln seperti baby walker juga harus
sesuai dengan porsinya. Hal ini selaras dengan pengakuan ibu NA yang membiarkan anaknya
bermain dengan alat bantu jalan seperti paralon beroda ataupun dorongan kursi dan baby walker
yang digunakan sesuai porsi.

30
Universitas Sriwijaya

Kemudian Suririnah, dikutip Elisanti (2015:32) menyatakan bahwa anak akan lebih cepat
berjalan jika anak aktif bergerak dengan seluruh otot ditubuhkan bekerja, termasuk otot kaki, otot
lengan, otot leher, juga melatih kekuatan tulang belakang. Untuk itulah agar semua otot anak aktif
bergerak anak dapat diberikan stimulasi seperti senam bayi atau diajak berenang, namun juga
dapat dibantu dengan mainan atau alat bantu jalan seperti tongkat bertumpu untuk anak ataupun
mainan lainnya. Senada dengan pengakuan ibu NA yang mengajak anak untuk bermain dengan
alat bantu jalan seperti anak yang mendorong kursi. Ketika anak mendorong kursi otot kaki, otot
paha, otot lengan juga bergerak sewaktu bermain mendorong kursi.

Elisanti (2015) berpendapat bahwa kemampuan berjalan anak sangat dipengaruhi oleh
aktifnya orang tua dalam memberikan stimulasi serta cerdasnya orang tua dalam penggunaan alat
bantu jalan. Setiap orang tua harus perhatian dan peduli terhadap perkembangan sang buah hati
agar dapat memberikan kemampuan yang semestinya pada anak. Hal ini tidak berlaku bagi
subjek penelitian yang mengaku dan menyadari bahwa stimulasi itu penting, namun tidak terlalu
menerapkan dikarenakan kurangnya pengetahuan serta keterbatasan ekonomi.

Dari beberapa temuan pada penelitian ini mengenai peran orang tua dalam stimulasi
kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun dapat disimpulan bahwa dari tiga orang tua yang
menjadi subjek penelitian hanya satu diantaranya yang menerapakan penggunaan alat bantu jalan
secara berkala dan berkesinambungan.

31
Universitas Sriwijaya

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti mengenai
peran orang tua dalam membantu kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun di jalan cangkring
RT 21 RW 05 Kabupaten Banyuasin. Bahwa sebenarnya orang tua menyadari jika anak memang
perlu didukung untuk belajar berjalan namun untuk kegiatan apa yang dapat membantu
kemampuan berjalan anak usia 0-1 tahun. Ternyata orang tua masih bingung, dikarenakan
kurangnya pengetahuan dari orang tua mengenai kegiatan ataupun stimulasi seperti apa yang
dapat membantu anak kemampuan berjalan.
Adapaun kegiatan yang orang tua berikan kepada anak usia 0-1 tahun untuk membantu
kemampuan berjalan anak memang tidak terlalu bervariasi. Seperti kegiatan melatih berjalan
dengan memegang anak dari belakang, kegiatan melatih anak berjalan dengan berpegangan di
dinding ataupun dengan memegang tangan. Namun untuk alat bantu belajar berjalan yang
digunakan oleh orang tua ialah baby walker dan juga paralon jalan yang dibuat khusus untuk
anak, namun untuk penggunaan alat bantu belajar berjalan ini tidak banyak orang tua yang
menggunakannya.
5.2 Saran

Pada penelitian ini terdapat saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk peneliti yaitu sebaiknya peneliti selanjutnya yang menggunakan jenis penelitian serupa
disarankan untuk menyiapkan pedoman secara matang, peneliti selanjutnya juga disarankan
untuk melakukan penelitian dengan bantuan teman sejawat guna membantu proses
pendokumentasian, agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.

32

Anda mungkin juga menyukai