Anda di halaman 1dari 39

STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK

USIA (4-5) TAHUN SELAMA PANDEMI COVID-19 DI JALAN


SARJANA OGAN ILIR

SKRIPSI

Oleh :

Ria Dewi Anjani

NIM: 06141281722015

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA (4-5) TAHUN SELAMA PANDEMI COVID-19 DI JALAN
SARJANA OGAN ILIR

SKRIPSI

Oleh :
Ria Dewi Anjani
NIM: 06141281722015
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Mengesahkan:
Pembimbing Skripsi

Dr. Sri Sumarni, M.Pd


NIP. 195901011986032001

Mengetahui:
Koordinator Program Studi

Dra. Syafdaningsih, M.Pd.


NIP.195908151986092001

i
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ria Dewi Anjani

NIM : 06141281722015

Program Studi : PG-PAUD

Menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang berjudul “Stimulasi


Perkembangan Motorik Halus Anak Usia (4-5) Tahun Selama Pandemi Covid-19
Di Jalan Sarjana Ogan Ilir” ini adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Apabila di kemudian hari, ada
pelanggaran yang ditemukan dalam skripsi ini dan/atau ada pengaduan dari pihak
lain terhadap keaslian karya ini, saya bersedia menanggung sanksi yang
dijatuhkan kepada saya.

Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan sungguh-sungguh tanpa pemaksaan


dari pihak manapun.

Indralaya, April 2021

Yang membuat pernyataan,

Ria Dewi Anjani

ii
NIM. 06141281722015

PRAKATA

Skripsi dengan judul “Stimulasi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia


(4-5) Tahun Selama Pandemi Covid-19 Di Jalan Sarjana Ogan Ilir” disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya. Dalam mewujudkan skripsi ini,
penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sri
Sumarni, M.Pd sebagai pembimbing atas segala bimbingan yang telah diberikan
dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Hartono, M.A., Dekan FKIP Unsri, Dr. Azizah Husin, M.Pd., Ketua Jurusan
Pendidikan, Dra. Syafdaningsih, M.Pd., Koordinator Program Studi Pendidikan
Anak Usia Dini yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan
administrasi selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan
kepada ………………………… anggota penguji yang telah memberikan
sejumlah saran untuk perbaikan skripsi ini. Lebih lanjut penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak DIKTI yang telah memberikan beasiswa PPA selama
penulis mengikuti pendidikan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembelajaran


bidang studi Pendidikan Anak Usia Dini dan pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.

Indralaya, April 2021

Penulis,

iii
Ria Dewi Anjani

HALAMAN PERSEMBAHAN

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Permasalahan Penelitian............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
2.1 Hakikat Stimulasi......................................................................................5
2.1.1 Pengertian Stimulasi................................................................................5
2.1.2 Stimulasi Anak Usia 4-5 Tahun...............................................................5
2.2 Perkembangan Motorik Anak Usia Dini...................................................9
2.2.1 Pengertian Motorik Halus......................................................................10
2.2.2 Prinsip Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini.........................11
2.2.3 Kemampuan Motorik Halus Anak Usia (4-5) Tahun............................12
2.3 Pengertian Anak Usia Dini......................................................................13
2.4 Masa Pandemi Covid-19.........................................................................14
METODELOGI PENELITIAN..........................................................................16
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................16
3.2 Lokasi Penelitian.....................................................................................16
3.3 Fokus Penelitian......................................................................................16
3.4 Subjek Penelitian.....................................................................................16
3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................17
3.6 Teknik Analisis Data...............................................................................19
3.7 Teknik Keabsahan Data (Validasi Data).................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

v
LAMPIRAN..........................................................................................................24

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stimulasi sangatlah penting diberikan kepada anak usia dini untuk
merangsang seluruh aspek perkembangan anak mulai dari nilai agama dan moral,
kognitif, bahasa, sosial emosional, fisik motorik, dan seni. Dengan tujuan agar
anak berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Menurut
(Permendikbud No. 146 Tahun 2014) Stimulasi adalah pemberian rangsangan
pendidikan yang diberikan untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan bagi anak usia dini dari lahir sampai dengan 6 tahun agar dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal. Senada dengan Montessori dikutip
(Aryanti, 2016) yang menyatakan bahwa masa kanak-kanak dari usia 0-6 tahun
disebut dengan masa Golden Age (masa emas) ialah masa di mana anak terdapat
banyak potensi, artinya pada masa ini anak mempunyai potensi yang sangat besar
untuk berkembang dan harus mendapatkan rangsangan secara maksimal dan tepat,
dengan menstimulasi aspek-aspek perkembangan anak.

Aspek perkembangan anak secara psikis ataupun jasmani sebaiknya diberikan


stimulasi melalui kegiatan bermain dan kegiatan yang menyenangkan. Aspek
psikis yang dapat dikembangkan salah satunya ialah fisik motorik karena pada
kegiatan bermain yang menyenangkan dapat melibatkan gerakan fisik secara
keseluruhan. Menurut (Khadija & Amelia, 2020:13) perkembangan fisik motorik
ialah perkembangan tubuh yang melahirkan suatu gerakan. Gerakan adalah suatu
kegiatan yang dihasilkan oleh tubuh dengan koordinasi antara saraf dan otot.

Pada setiap kegiatan anak usia dini (AUD) tidak bisa lepas dari gerak yang
melibatkan seluruh anggota fisik motoriknya, motorik adalah semua gerakan yang
mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh. Fisik motorik ialah hal yang
mencakup motorik kasar dan motorik halus. Menurut (Komaini, 2018:22) motorik

1
halus adalah gerakan yang dilaksanakan oleh kerja dari otot-otot kecil. Artinya
pada anak usia dini motorik halus ialah kemampuan untuk melakukan sesuatu
dengan melibatkan otot-otot kecil, seperti: menempel, menggunting, merobek,
meronce, dan sebagainya. Perkembangan motorik halus sangatlah penting karena
nantinya akan dibutuhkan oleh anak dari segi akademis dan aktivitas sehari-hari,
seperti memakai pakaian, makan sendiri, menulis, menggunting, mewarnai,
melipat, menggambar, dan lain-lain. Agar perkembangan motorik halus anak
dapat berkembang dengan optimal maka perlunya stimulasi yang diberikan
kepada anak. Stimulasi diberikan kepada anak bertujuan agar otot-otot yang
dimiliki oleh anak lebih matang. Hal ini dimaksud agar anak lebih siap memasuki
jenjang pendidikan pada tahap selanjutnya. (Livana et al., 2018), menyatakan
bahwa ada pengaruh stimulasi motorik halus terhadap tahap perkembangan
psikososial anak usia prasekolah hal ini dikarenakan adanya peningkatan sebelum
dan sesudah diberikan stimulasi. Senada dengan (Harahap, 2020), yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua terhadap
stimulasi tumbuh kembang motorik halus pada usia (4-5) tahun di Desa Pante
Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah Tahun 2018. Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian stimulasi terhadap anak usia
prasekolah (4-5) tahun sangat memengaruhi perkembangan motorik halus anak,
baik stimulasi tersebut dilakukan oleh orang tua, dapat juga melalui media dan
alat permainan edukatif, dan interaksi anak dengan lingkungan sekitar.

Pemberian stimulasi motorik halus sangatlah penting bagi anak usia (4-5)
tahun di mana pada usia ini anak mulai aktif dalam beraktivitas dan
mengeksplorasi segala hal yang belum ia ketahui. Berdasarkan hasil observasi
awal yang dilakukan pada tanggal 11 februari 2021 terhadap lima orang tua
menyatakan bahwasannya motorik halus anak usia (4-5) tahun penting untuk
distimulasi karena untuk persiapan masuk ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, selain itu jika motorik halus anak tidak distimulasi maka anak akan
cederung kurang aktif. Contoh Stimulasi yang diberikan oleh orang tua dan
lingkungan sekitar sebelum pandemi Covid-19 untuk melatih motorik halus anak

2
yaitu bermain di playground bersama teman-teman, mengajak anak ke tempat
bermain untuk melatih motorik halus anak, membiasakan anak untuk melakukan
aktivitas sehari-hari seperti; memakai baju dan sepatu, dan melakukan kegiatan
menggambar, mewarnai, menempel stiker, dan menulis.

Pada kenyataannya dimasa sekarang dengan adanya Virus Covid-19


Pemerintah mengeluarkan Peraturan Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan
Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19). Hal ini juga diterapkan di Jalan Sarjana Kabupaten
Ogan Ilir, yang menimbulkan dampak pada perkembangan motorik halus anak
usia (4-5) tahun yang biasanya anak bermain di luar bersama teman-temannya,
orang tua mengajak anak ke taman, dan tempat-tempat bermain yang dapat
merangsang motorik halus anak. Namun, setelah adanya peraturan dari
Pemerintah mengakibatkan anak menghabiskan waktunya bersama orang tua atau
anggota keluarga lainnya dirumah. Pada penelitian ini, peneliti akan melihat
bagaimana stimulasi perkembangan motorik halus anak usia (4-5) tahun selama
pandemi Covid-19 ini.

Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Winarti,


2020) dengan judul “Implementasi Parenting Pada Pendidikan Anak Usia Dini Di
Masa Pandemi Covid-19” dapat disimpulkan bahwa tidak sedikit orang tua yang
juga bekerja dari rumah, maka waktu yang diperlukan antara bekerja di rumah dan
pendampingan anak seringkali berbarengan, yang mengakibatkan stimulasi dan
pendampingan pada anak selama masa pandemi Covid-19 kurang maksimal.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rizki, 2020) dengan judul “Peran
Orang Tua Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Saat Pembelajaran Jarak
Jauh (Pada Wali Murid Ra Tarbiyatul Banin 18 Kelompok A Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020)” dapat disimpulkan bahwa kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai tingkat pencapaian perkembangan motorik halus
anak usia (4-5) tahun dikarenakan peran orang tua hanya mendampingi anak
dengan cara menemani anak mengerjakan tugas sekolah seperti mewarnai,

3
menggambar, menggunting, menulis dan menempel bukan memberikan stimulasi
secara langsung.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin melihat stimulasi


motorik halus anak usia (4-5) tahun apa saja yang diperoleh selama pandemi
Covid-19 di Jalan Sarjana Ogan Ilir, baik stimulasi yang diberikan oleh orang tua
ataupun stimulasi yang anak dapatkan sendiri dari lingkungan sekitarnya dengan
tujuan untuk menggali informasi terbaru mengenai stimulasi-stimulasi
perkembangan motorik halus anak usia (4-5) tahun di lapangan selama pandemi
Covid-19.

1.2 Permasalahan Penelitian


Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana stimulasi perkembangan motorik halus anak usia (4-5) tahun


selama pandemi Covid-19 di Jalan Sarjana Ogan Ilir yang diberikan oleh
orang tua?
2. Bagaimana stimulasi perkembangan motorik halus anak usia (4-5) tahun
selama pandemi Covid-19 di Jalan Sarjana Ogan Ilir yang di dapatkan
anak dari lingkungan sekitar?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui stimulasi perkembangan motorik halus anak usia (4-5)


tahun selama pandemi Covid-19 di Jalan Sarjana Ogan Ilir yang diberikan
oleh orang tua.
2. Untuk mengetahui stimulasi perkembangan motorik halus anak usia (4-5)
tahun selama pandemi Covid-19 di Jalan Sarjana Ogan Ilir yang di
dapatkan anak dari lingkungan sekitar.

4
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya
adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis


Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan baru mengenai stimulasi motorik halus anak (4-5) tahun selama
pandemi Covid-19.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
pada orang tua mengenai stimulasi motorik halus anak usia (4-5)
tahun selama pandemi Covid-19.
b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pada
guru dalam menstimulasi motorik halus anak usia (4-5) tahun selama
pandemi Covid-19.
c. Bagi penelitian selanjutnya, dapat menjadi bahan kajian dan
memberikan wawasan bagi peneliti lain untuk melihat stimulasi
motorik halus anak yang didapat di lapangan selama pandemi Covid-
19.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Stimulasi


Stimulasi merupakan pemberian rangsangan yang dapat dilakukan oleh
orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya yang bertujuan untuk melatih dan
memberikan rangsangan kepada anak dalam mengembangkan seluruh aspek
perkembangan anak. Stimulasi yang didapatkan oleh anak bukan hanya
bersumber dari orang tua, guru, ataupun orang dewasa tetapi anak juga
mendapatkan stimulasi dari lingkungan disekitarnya.

2.1.1 Pengertian Stimulasi


Stimulasi sejak dini sangatlah diperlukan untuk anak, agar anak dapat
berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya atau sesuai dengan
usianya. Menurut (Permendikbud No. 146 Tahun 2014), stimulasi adalah
pemberian rangsangan pendidikan yang bertujuan untuk mencapai kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan bagi anak usia dini dari lahir sampai
dengan 6 tahun agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sependapat
dengan (Darmawan, 2019:24) yang menyatakan bahwa stimulasi adalah
kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal, artinya seorang anak sangatlah perlu
mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan diberikan secara terus
menerus pada setiap kesempatan. Selanjutnya menurut (Soetjiningsih & Ranuh,
2019: 211), stimulasi adalah salah satu upaya untuk mencerdaskan anak yang
dilakukan sedini mungkin.

Jadi dapat kita simpulkan dari beberapa pengertian mengenai stimulasi di


atas bahwa stimulasi adalah pemberian rangsangan pendidikan ataupun
dorongan terhadap kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan agar anak dapat berkembang
secara optimal yang dilakukan sedini mungkin.

6
2.1.2 Stimulasi Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun
Menstimulasi motorik halus anak sejak dini sangatlah perlu agar anak
dapat lebih kuat dalam memegang barang, lebih mahir ketika makan sendiri,
memakai baju sendiri, dan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kesulitan.
Sebagai orang tua perlulah mengetahui bagaimana cara untuk menstimulasi
anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Menurut (Garina et al., 2017:26)
hal-hal yang dapat dilakukan orang tua pada masa prasekolah atau anak usia
(4-5) tahun untuk mengoptimalkan perkembangan motorik halus anak yaitu
sebagai berikut.

1. Biarkan anak membantu tugas-tugas sederhana yang dapat ia lakukan.


Seperti membantu menyiram bunga, menyapu halaman rumah, dan
kegiatan sehari-hari yang dapat anak lakukan.
2. Ajaklah anak untuk bermain dengan teman sebayanya, hal ini untuk
melatih motorik halus dan sosialisasi anak.
3. Bantulah anak untuk melatih kemampuan berbahasa dengan berbicara
kepadanya dalam kalimat komplet dan menggunakan kata-kata yang lebih
mudah dimengerti olehnya, hal ini dapat membantunya berlatih
menggunakan kata-kata dan frase dengan baik. Dalam melatih bahasa anak
dapat menggunakan media atau alat permainan seperti, playdough,
plastisin, kartu huruf dan sebagainya. Bukan hanya kemampuan bahasa
anak saja yang terstimulasi tetapi motorik halus anak dapat tersimulasi
juga.
4. Memberikan anak beberapa pilihan sederhana (misalnya, memutuskan apa
yang akan dipakai, kapan bermain, dan makanan apa yang akan dia
makan).

7
Menurut (Darmawan, 2019: 51-57), stimulasi yang dapat dilakukan oleh
orang tua untuk mengoptimalkan perkembangan motorik halus anak usia (4-5)
tahun yaitu sebagai berikut.

1. Kemampuan Gerak Halus


a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Ajak anak bermain puzzle, menggambar, menghitung, memilih dan
mengelompokkan, memotong, dan menempel gambar.
b. Konsep tentang “separuh atau satu”
Bila anak sudah bisa menyusun puzzle, ajak anak membuat lingkaran
dan segi empat dari kertas/karton, gunting dua bagian. Tunjukkan pada
anak bagaimana menyatukan dua bagian tersebut menjadi satu bagian.
c. Menggambar
Ketika anak sedang menggambar, minta anak melengkapi gambar
tersebut, misal: menggambar baju pada gambar orang, menggambar
pohon, bunga, matahari, atau pagar pada gambar rumah, dan sebagainya.
d. Mencocokkan dan menghitung
Bila anak sudah bisa berhitung dan kenal angka, buat 1 set kartu
yang ditulis angka 1-10. Letakkan kartu itu berurutan di atas meja. Minta
anak menghitung benda-benda kecil yang ada di rumah seperti: kacang,
batu kerikil, biji sawo, dan lain-lain, sesuai angka yang tertera pada
kartu. Kemudian letakkan benda-benda tersebut di dekat kartu angka
yang cocok.
e. Menggunting
Bila anak sudah bisa memakai gunting tumpul, ajari cara
menggunting kertas yang sudah dilipat-lipat, membuat suatu bentuk
seperti rumbai-rumbai, orang, binatang, mobil, dan sebagainya.
f. Membandingkan besar/kecil, banyak/sedikit, berat/ringan
Ajak anak bermain menyusun 3 buah piring berbeda ukuran atau 3
gelas diisi air dengan isi tidak sama. Minta anak menyusun piring/gelas
tersebut dari yang ukuran kecil/jumlah sedikit ke besar/banyak atau dari

8
ringan ke berat. Bila anak dapat menyusun ketiga benda itu, tambah
jumlahnya menjadi 4 atau lebih.
g. Percobaan Ilmiah
Sediakan 3 gelas isi air. Pada gelas pertama tambahkan satu sendok
teh gula pasir dan bantu anak ketika mengaduk gula tersebut. Pada gelas
kedua masukkan gabus dan pada gelas ketiga masukkan kelereng.
Bicarakan mengenai hasilnya ketika anak melakukan percobaan ini.
h. Berkebun
Ajak anak menanam biji kacang tanah atau kacang hijau di
kaleng/gelas air mineral bekas yang telah diisi tanah. Bantu anak
menyiram tanaman tersebut setiap hari. Ajak anak memperhatikan
pertumbuhannya dari hari ke hari. Bicarakan mengenai bagaimana
tanaman, binatang, dan anak-anak tumbuh besar.
2. Kemampuan Bersosialisasi Dan Kemandirian
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Stimulasi yang perlu dilanjutkan ialah sebagai berikut: (1) berikan
tugas rutin pada anak dalam kegiatan di rumah, ajak anak membantu di
dapur, dan makan bersama keluarga; (2) buat agar anak bermain dengan
teman sebayanya; (3) ajak anak berbicara tentang apa yang dirasakan
anak selama satu hari ini; (4) ajaklah anak untuk berdiskusi mengenai
rencana jalan-jalan sesering mungkin.
b. Membentuk kemandirian
Beri kesempatan pada anak untuk mengunjungi tetangga dekat,
teman, atau saudara tanpa ditemani anda. Selanjutnya minta anak
bercerita tentang kunjungan nya itu.
c. Membuat “album keluarga”
Bantu anak membuat album keluarga yang ditempeli dengan foto-
foto anggota keluarga. Tulis nama setiap orang dibawahnya.
d. Membuat boneka
Tunjukkan cara membuat “boneka” dari kertas. Gambar bagian
muka dengan spidol. Agar dapat berdiri tegak, pasang lidi sebagai

9
“rangka/badan” boneka. Atau buat “boneka” dari kaos kaki bekas.
Gambar mata, hidung, dan mulut. Gerakkan jari-jari tangan anda seolah-
olah boneka itu dapat berbicara. Buat agar anak mau bermain dengan
temannya selain bermain sendiri.
e. Menggambar orang
Tunjukkan pada anak cara menggambar orang pada selembar kertas.
Jelaskan ketika anda menggambar mata, hidung, bibir, dan baju.
f. Mengikuti aturan permainan/petunjuk
Ajak anak bermain sekaligus belajar mengikuti aturan/petunjuk
permainan. Pada awal permainan, beri perintah kepada anak, misalnya
“berjalan 3 langkah jinjit”. Setiap kali akan menjalankan perintah itu,
minta anak mengatakan “Bolehkah saya memulainya?”. Setelah anak
bisa memainkan permainan ini, bergantian anak yang memberikan
perintah dan anda yang mengatakan “Bolehkan saya memulainya?”
g. Bermain kreatif dengan teman-temannya
Undang ke rumah 2-3 anak yang sebaya. Ajari anak-anak permainan
dengan bernyanyi, membuat boneka dari kertas/kaos kaki bekas dan
kemudian memainkannya. Minta anak mau menirukan tingkah laku
binatang seperti yang dilihatnya di kebun binatang.
h. Bermain “berjualan dan berbelanja di toko”
Kumpulkan benda-benda yang ada di rumah seperti sepatu, sendal,
buku, mainan, majalah, dan sebagainya untuk bermain “ belanja di
toko”. Tulis harga setiap benda pada secarik kertas kecil. Buat “uang
kertas” dari potongan kertas dan “uang logam” dari kancing/tutup botol.
Kemudian minta anak berperan sebagai pemiliki toko, anda dan anak
yang lain pura-pura membeli benda-benda itu dengan “uang kertas” dan
“uang logam”. Selanjutnya secara bergantian anak-anak menjadi
pembeli dan pemilik toko.

10
Selanjutnya menurut (Kusumo, 2016: 13-18) contoh Apparatus Montessori
yang digunakan oleh guru ataupun orang tua dalam menstimulasi motorik halus
anak usia (4-5) tahun yaitu: knobbed cylinders, pink tower, brown strais,
knobless cylinders, red rods, color tablet, constructive triangles, geometric
solid, sandpaper globe, number rods, spindle box, sandpaper numbers, golden
bead material, metal insets, sandpaper letters, moveable alphabet, transfer tray,
tray menyendok, tray menuang, dressing frame, world puzzle, flag stand, dan
land and water form.
Adapun stimulasi motorik halus anak usia dini menurut (Montessori, 2020:
29-34) yang dapat diterapkan oleh orang tua yaitu sebagai berikut.
1. Membiasakan anak melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi,
menggosok gigi, memakai pakaian, menggunakan sepatu, kaos kaki, dan
sebagainya.
2. Kemampuan merawat lingkungan sekitar seperti mencuci piring, menata
meja makan, membersihkan rumah, menyiram tanaman, dan melakukan
kegiatan memasak bersama.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa stimulasi


motorik halus pada anak usia (4-5) tahun sangat perlu dilakukan untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Stimulasi motorik halus anak usia (4-
5) tahun yang dapat dilakukan oleh orang tua yaitu membiasakan anak untuk
melakukan aktivitas sehari-hari seperti, mandi, memakai baju, menggosok gigi,
membersihkan rumah, dan menyiram tanaman. Orang tua dapat mengajak anak
untuk melakukan kegiatan sederhana seperti menggunting, menggambar.
mewarnai, bermain dengan menggunakan alat permainan edukatif apparatus
Montessori seperti knobbed cylinders, pink tower, brown strais, knobless
cylinders, red rods, color tablet, constructive triangles, geometric solid,
sandpaper globe, number rods, spindle box, sandpaper numbers, golden bead
material, metal insets, sandpaper letters, moveable alphabet, transfer tray, tray
menyendok, tray menuang, dressing frame, world puzzle, flag stand, dan land
and water form.

11
2.2 Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Perkembangan motorik merupakan proses perubahan yang terus menerus
seiring bertambahnya usia, gerakan individu meningkat dari keterampilan
motorik yang sederhana, tidak terkoordinasi, dan tidak terampil menjadi
keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisir dengan baik. Hal
tersebut senada dengan (Komaini, 2018:21) yang menyatakan bahwa
perkembangan motorik yaitu perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah
melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.
Perkembangan tersebut memerlukan usaha yang aktif dari anak dan dukungan
dari lingkungan sekitar anak sehingga dapat mengembangkan motorik halus
anak. Selanjutnya (Rohendi & Seba, 2019: 21) mengemukakan bahwa
perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak tubuh dan
unsur-unsur kematangan yang berkaitan erat dengan perkembangan pusat
motorik di otak. Lebih lanjut (Khadijah & Amelia, 2020:13) perkembangan
motorik adalah perkembangan tubuh yang melahirkan suatu gerakan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
motorik adalah perkembangan pengendalian gerak tubuh melalui kegiatan
pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi yang berkaitan erat
dengan perkembangan pusat motorik di otak. Artinya perkembangan motorik
pada anak usia dini memerlukan usaha yang aktif dari anak dan didukung
oleh lingkungan sekitarnya agar perkembangan motoriknya dapat
berkembang secara optimal.

2.2.1 Pengertian Motorik Halus


Salah satu aspek yang harus dikembangkan dan diberi stimulasi adalah
kemampuan motorik halus anak. Karena kemampuan motorik halus anak
merupakan kemampuan paling dasar yang harus dimiliki oleh anak, agar
dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mudah. Gerakan yang
menggunakan otot-otot kecil dan menggunakan jari atau bagian tubuh tertentu
disebut keterampilan motorik halus. Menurut (Suryana, 2016:153) motorik
halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian

12
anggota tubuh tertentu. Senada dengan (Asiah, 2018: 67) yang menyatakan
bahwa motorik halus adalah gerakan yang melibatkan otot-otot ujung jari
serta koordinasi mata dan tangan. Selanjutnya menurut (Slavin, 2018: 88)
motorik halus adalah gerakan yang memerlukan ketepatan dan kecekatan
dengan melibatkan otot-otot halus.

Dari beberapa pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa motorik


halus adalah gerakan yang memerlukan ketepatan dan kecekatan dengan
melibatkan otot-otot halus serta koordinasi mata dan tangan atau sebagian
anggota tubuh tertentu.

2.2.2 Prinsip Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini


Perkembangan motorik halus pada anak sangat perlu diperhatikan dan
dikembangkan untuk memberikan manfaat yang baik, oleh karena itu guru
dan orang tua dapat memberikan berbagai kegiatan stimulasi untuk membantu
mengoptimalkan kerja otot-otot kecil anak agar dapat berkembang secara
optimal. Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
motorik halus bagi anak yakni Menurut Malina & Bouchard dikutip
(Fatmawati, 2020:18) menjelaskan ada 5 prinsip utama perkembangan
motorik anak yaitu sebagai berikut: (1) kematangan saraf yang berfungsi
untuk mengatur gerakan motorik; (2) urutan yaitu kemampuan untuk
mengkoordinasi gerakan motorik dengan seimbang dari yang belum terarah
menjadi gerakan yang lebih terarah dan dapat menggabungkan gerakan
motorik yang saling berlawanan seperti melempar dan menangkap; (3)
motivasi, berikan dukungan dan kesempatan pada anak untuk melakukan
berbagai kegiatan gerak serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana
yang dibutuhkan oleh anak; (4) pengalaman, latihan gerak pada anak lebih
ditujukan bagi pengayaan gerak, pemberian pengalaman yang bermakna
dapat membangkitkan rasa senang dan gembira pada anak; (5) praktik,
perkembangan motorik anak perlu dipraktikkan dengan adanya bimbingan
oleh guru atau orang tua, bisa melalui kegiatan yang berbentuk drama, menari
bersama-sama, dan memperbanyak latihan motorik halus.

13
Menurut (Rudiyanto, 2016: 41) menyatakan bahwa ada 8 prinsip
perkembangan motorik halus anak yang peril diperhatikan yaitu sebagai
berikut: (1) berorientasi pada kebutuhan anak yang disesuaikan dengan
karakteristik dan tahapan perkembangan anak; (2) belajar sambil bermain,
hendaknya dalam mestimulasi motorik halus anak dilakukan dengan cara
yang menyenangkan bagi anak agar anak dapat melakukan setiap kegiatan
dengan senang dan nyaman; (3) kreatif dan inovatif, orang tua dan guru dapat
memberikan kegiatan kepada anak dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
unik sehingga dapat merangsang keingin tahuan anak; (4) lingkungan yang
kondusif, buatlah lingkungan disekitar anak menjadi nyaman agar anak dapat
melakukan kegiatan dan mengeksplorasi apa yang ingin ia ketahui; (5) tema,
dalam kegiatan yang dilakukan hendaknya disesuaikan dengan hal-hal yang
paling dekat dengan anak agar anak mampu mengenali berbagai konsep
secara mudah dan jelas; (6) mengembangkan keterampilan hidup yaitu
memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), berinteraksi
dengan lingkungan sekitar, dan mempunyai bekal keterampilan dasar agar
dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang selanjutnya; (7) menggunakan
kegiatan terpadu ialah kegiatan pembelajaran terstruktur dengan tujuan untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada anak, dengan memperhatikan
karakteristik perkembangan motorik anak; (8) kegiatan berorientasi pada
prinsip-prinsip perkembangan anak, kegiatan yang dilakukan dalam melatih
motorik halus anak tidak lepas dari prinsip-prinsip perkembangan anak usia
dini dengan memperhatikan karakteristik anak dan tahapan perkembangan
anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
mengembangkan motorik halus anak perlu memerhatikan prinsip-prinsip
perkembangan motorik halus diantaranya yaitu kematangan saraf, urutan,
motivasi atau lingkungan yang kondusif, pengalaman, praktik dengan
menggunakan kegiatan terpadu, kreatif dan inovatif, serta berorientasi pada
prinsip-prinsip perkembangan anak.

14
2.2.3 Kemampuan Motorik Halus Anak Usia (4-5) Tahun
Perkembangan motorik halus anak sangat penting dikembangkan dan
distimulasi karena gerakan-gerakan motorik halus inilah yang nantinya akan
mempermudah setiap aktivitas yang dilakukan oleh anak. Kemampuan
motorik halus anak meliputi melepas dan mengancingkan baju, mencoret-
coret, menyusun balok, menggosok gigi, menggunting, mewarnai, serta
makan sendiri dengan menggunakan sendok. Menurut (Santrock, 2018:15)
koordinasi motorik halus usia (4-5) tahun telah meningkat secara substansial
dan lebih tepat, seperti: menggambar bentuk yang mendekati gambar
lingkaran, menggunting kertas, menempel menggunakan jari telunjuk,
membangun jembatan (3-5) balok, membangun menara delapan balok,
menggambar 0 dan +, mengenakan dan membuka baju boneka, menuangkan
air dari teko tanpa tumpah, menuangkan air dari berbagai wadah, memasang
dan mengaitkan tali sepatu, menggunting mengikuti garis, memasang 10
manik-manik, menyalin bentuk X, membuka dan memasang penjepit baju
dengan satu tangan, dan menulis nama pertama.
Adapun kemampuan motorik halus pada anak usia (4-5) tahun menurut
Zorc yang dikutip oleh (Garina et al., 2017:19) meliputi anak telah
mengetahui beberapa angka dan huruf dengan cara anak dapat
mengkoordinasikan antara gerakan tangan dengan bentuk huruf dan lambang
bilangan, anak telah mampu menggambar kotak dan menggambar orang
dengan 6 bagian tubuh, anak telah dapat menulis nama depannya, dan anak
telah dapat menghitung 10 benda dengan menggunakan jari jemarinya. Lebih
lanjut dalam (Permendikbud No. 137 Tahun 2014), kemampuan motorik
halus anak usia (4-5) tahun yaitu anak dapat membuat garis vertikal,
horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran, menjiplak
bentuk, mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang
rumit, mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus (menjumput,
mengelus, mencolek, mengepal, memelintir, memilin, memeras).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
kemampuan motorik halus anak usia (4-5) tahun yakni membuat garis

15
vertikal, horizontal, lengkung, miring, dan lingkaran, anak dapat melepas dan
mengancingkan baju, anak dapat mencoret-coret, menggambar, mewarnai,
menyusun balok, menuangkan air dari teko tanpa tumpah, menuangkan air
dari berbagai wadah, memasang dan mengaitkan tali sepatu, menggunting
mengikuti garis, memasang 10 manik-manik, anak telah mampu menggambar
kotak dan menggambar orang dengan 6 bagian tubuh, anak telah dapat
menulis nama depannya, anak telah dapat menghitung 10 benda dengan
menggunakan jari jemarinya.

2.3 Pengertian Anak Usia Dini


Anak merupakan individu yang unik, dimana ia memiliki karakteristik
yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan perkembangannya. Menurut
(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20/2003 pasal 28 ayat 1)
bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari (0-6)
tahun. Selanjutnya menurut menurut National Association for the Education
Young Children (NAEYC) dikutip oleh (Susanto, 2017:1) menyatakan anak
usia dini atau “early childhood” adalah anak yang berada pada usia (0-8) tahun.
Selanjutnya menurut (Suyadi, 2017: 23) anak usia dini adalah anak yang
berada pada rentang usia (0-6) tahun yang memiliki karakteristik berbeda-beda.
Pada rentang usia tersebut banyak sekali potensi yang harus di stimulasi oleh
orang tua agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang sesuai
dengan tahapan usianya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa


anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia (0-8) tahun yang
memiliki karakteristik berbeda-beda. Pada usia tersebut sangat penting untuk
diberi rangsangan atau stimulus agar pertumbuhan dan perkembangan anak
usia dini berjalan secara ideal.

2.4 Covid-19
Wabah penyakit virus Covid-19 menurut World Health Organization
(WHO) yang merupakan salah satu organisasi kesehatan dunia ini pada tanggal

16
11 Maret 2020 telah menyatakan bahwa Covid-19 sebagai pandemi global.
Status pandemi global ini dinyatakan karena kasus positif virus Covid-19 di
luar negara China semakin meningkat. WHO (2020) mengemukakan bahwa
belum ada pandemi yang dipacu oleh virus corona pada saat yang bersamaan
atau belum pernah ada pandemi yang dapat dikendalikan. Dengan adanya virus
Covid-19 ini seluruh dunia mendapatkan dampak yang sangat besar di berbagai
sektor kehidupan. Dikarenakan hal tersebut, maka WHO meminta setiap
negara untuk mengambil tindakan yang mendesak dan agresif untuk mencegah
dan mengatasi penyebaran virus Covid-19.

Banyaknya dampak yang disebabkan oleh virus Covid-19 ini, Pemerintah


mengeluarkan Peraturan Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (Covid-19). Hal ini berdampak pada perkembangan anak usia dini, mulai
dari perkembangan nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, sosial emosional,
fisik motorik, dan seni. Biasanya anak bermain bersama teman-temannya, dan
mengeksplorasi lingkungannya dengan bebas sekarang dengan adanya
pembatasan sosial berskala besar tersebut membuat anak menghabiskan
waktunya dirumah saja bersama orang tua. Adapun dampak lain dari
pembatasan sosial berskala besar tersebut yaitu menurut (Chaturvedi et al.,
2021) wabah Covid-19 berdampak signifikan pada kesehatan mental,
pendidikan, dan aktivitas sehari-hari anak.

Selanjutnya juga dikemukakan oleh (Rohayani, 2020) selama pandemi


Covid-19 ini beberapa masalah muncul, mulai dari orang tua memperlakukan
gadget sebagai sahabat anak ketika anak merasa bosan, kurangnya campur
tangan orang tua dalam dunia anak, masalah orang tua dalam menghadapi
anak, serta kejenuhan orang tua dan anak selama masa pandemi ini. Senada
dengan (Tabi’in, 2020) yang menyatakan bahwa stay at home selama masa
pandemi Covid-19 ini memberikan dampak yang serius pada anak usia dini
yang mana mereka tidak bisa eksploratif sebagaimana yang seharusnya mereka
lakukan untuk menstimulasi aspek perkembangan. Selain itu munculnya stress,

17
sensitifitas, anak menjadi manja, dan perubahan tingkah laku, hal itu muncul
disaat mereka terlalu lama tinggal dirumah.

Banyaknya dampak dari pandemi Covid-19 ini membuat peran orang tua
dan pola asuh orang tua dalam mengasuh, merawat, dan mendampingi
pendidikan anak menjadi hal yang sangat penting. Karena keluarga merupakan
unit terkecil dan tempat utama bagi kehidupan anak. Menurut (Ismaniar &
Utoyo, 2020) keluarga merupakan penanggung jawab utama bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Pemberian stimulasi dan pemenuhan kebutuhan yang
berbeda pada setiap anak, khususnya anak usia dini adalah tugas dan kewajiban
orang tua. Terjadinya perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik
maupun psikis sangat tergantung sekali pada perhatian dan dukungan dari
keluarga dalam hal ini terutama orang tua. Masih terbatasnya kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki anak usia dini dalam memenuhi kebutuhannya,
menyebabkan tingkat ketergantungan anak sangat tinggi pada orang tua dan
orang dewasa yang ada di sekitarnya.

Sebagai orang tua di masa pandemi ini perlu menciptakan lingkungan yang
nyaman untuk anak dan pemberian stimulasi yang tepat. Menurut (Tanjung,
2020) penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial seperti pemilihan teman
sebaya, pengenalan beberapa hal (bahasa, suku, dan ras), dan lingkungan
pendidikan (seperti memberikan tauladan kepada anak dalam mencari ilmu)
sangat perlu diterapkan oleh orang tua selama pandemi Covid-19. Seperti
penataan buku bacaan yang diletakkan di setiap sudut rumah, meletakkan
barang–barang anak pada tempatnya yang mudah dijangkau anak. Seperti
peletakan keperluan mandi anak, peralatan belajar, dan beberapa mainan. Hal
tersebut dilakukan sebagai upaya untuk melatih anak menjadi pribadi mandiri
dan bertanggung jawab. Selain itu, anak juga secara tidak langsung terstimulasi
dengan adanya pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua.

Pemberian stimulasi juga perlu dilakukan oleh orang tua selama pandemi
Covid-19 agar anak dapat berkembang secara optimal walau hanya dirumah

18
saja. Orang tua juga dituntut untuk aktif dalam memberikan kegiatan yang
dapat merangsang enam aspek perkembangan anak usia dini. Betikut ini contoh
stimulasi yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam merangsang salah satu
aspek perkembangan anak usai dini yaitu perkembangan motorik halus, orang
tua dapat mengajak anak untuk melakukan kegiatan seperti menggambar,
melipat origami, mewarnai, menempel, memompa, menggunting, menyusun
lego, belajar menulis, bermain warna, lubang bola, dan banyak lagi contoh
stimulasi perkembangan motorik halus anak usia dini yang dapat dilakukan
oleh orang tua selama pandemi Covid-19.

19
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut (Sugiyono,
2020:9) penelitian kualitatif adalah penelitian yang memfokuskan di mana
seorang peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dengan teknik
pengumpulan data secara triangulasi (observasi, wawancara, dan
dokumentasi). Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menggambarkan realita
emprik diantara fenomena secara mendalam, rinci serta tuntas. Itulah sebabnya
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini ialah mencocokan antara realita
empirik dengan menggunakan metode deskriptif.

Korelasi terhadap penelitian ini ialah menggunakan jenis penelitian


deskriptif kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan pencarian fakta yang ada
di lapangan mengenai stimulasi motorik halus anak usia (4-5) tahun selama
pandemi Covid-19 yang terjadi di jalan Sarjana Ogan Ilir.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian adalah tempat penelitian dimana kegiatan penelitian itu
dilakukan. Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di Jalan Sarjana Kabupaten
Ogan Ilir.

3.3 Fokus Penelitian


Fokus penelitian ini terdiri dari dua fokus yang akan diteliti yaitu stimulasi
perkembangan motorik halus anak usia (4-5) tahun dari orang tua selama
pandemi Covid-19 dan stimulasi perkembangan motorik halus anak usia (4-5)
tahun dari lingkungan selama pandemi Covid-19.

20
3.4 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ialah lima orang tua yang memiliki anak usia
(4-5) tahun di Jalan Sarjana Ogan Ilir yaitu DW, EM, ES, M, dan FQ.

3.5 Jenis dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari
wawancara, observasi, dan dokumentasi dari lima narasumber yaitu DW, EM,
ES, M, dan FQ yang memiliki anak usia (4-5) tahun di Jalan Sarjana Ogan Ilir.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh langsung
dari sumber pertama. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini adalah anak dan orang tua di Jalan Sarjana Ogan Ilir.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


1) Observasi

Penelitian ini menggunakan observasi tak berstruktur, menurut


(Hamzah, 2020: 68) observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis. Dalam pengamatan peneliti tidak
menggunakan instrumen yang baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan
langsung dengan tetap menaati protocol kesehatan dan pengamatan
melalui video yang dikirim oleh orang tua. Berikut ini format pedoman
observasi tak berstruktur yang digunakan dalam penelitian.

Rambu-rambu Observasi:

1) Untuk Mengetahui Stimulasi Motorik Halus Anak Usai 4-5 Tahun


Yang Diberikan Oleh Orang tua Selama Masa Pandemi Covid-19.
2) Untuk Mengetahui Media Atau Alat Permainan Edukatif Yang
Digunakan Oleh Orang Tua Dalam Menstimulasi Motorik Halus
Anak Usai 4-5 Tahun Selama Masa Pandemi Covid-19.

21
3) Untuk Mengetahui Stimulasi Motorik Halus Anak Usai 4-5 Tahun
Yang Didapatkan Anak Dari Lingkungan Sekitar Selama Masa
Pandemi Covid-19.
Hari/Tanggal Observasi :
Waktu Observasi :
Lokasi Observasi :
Subjek :
Observer :
Catatan :

2) Wawancara

Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur dengan


mewawancarai lima orang tua yang memiliki anak usia 4-5 tahun di Jalan
Sarjana Ogan Ilir. Wawancara akan dilakukan secara langsung dengan
tetap menaati protocol kesehatan. Berikut ini format pedoman wawancara
semiterstruktur yang digunakan dalam penelitian.

Inisial Nama Orangtua :

Alamat :

Inisial Nama Anak :

Usia Anak :

1. Apakah ibu/bapak mengetahui apa itu motorik halus? Jika iya,


sejauh mana ibu/bapak mengetahui tentang motorik halus?
2. Apakah motorik halus anak itu penting untuk di stimulasi?
3. Stimulasi motorik halus seperti apa yang diberikan kepada anak
sebelum pandemi Covid-19?

22
4. Apakah ada perbedaan dalam menstimulasi perkembangan motorik
halus anak sebelum pandemi Covid-19 dan setelah pandemi Covid-
19? Jika ada, apa saja perbedaannya?
5. Apakah ada jadwal tertentu untuk menstimulasi perkembangan
motorik halus anak selama masa pandemi Covid-19? Jika ada,
seperti apa jadwal yang diberikan kepada anak untuk menstimulasi
perkembangan motorik halusnya dan bagaimana mengatur jadwal
dalam menstimulasi perkembangan motorik halus anak selama masa
pandemi Covid-19?
6. Apakah ada tindakan khusus yang dilakukan oleh orang tua dalam
menstimulasi perkembangan motorik halus anak selama masa
pandemi Covid-19? Jika iya, bagaimana contoh stimulasi
perkembangan motorik halus anak selama masa pandemi Covid-19
yang dilakukan oleh orang tua?
7. Apakah orang tua menggunakan media atau alat permainan edukatif
dalam menstimulasi perkembangan motorik halus anak selama masa
pandemi Covid-19? Jika iya, media atau alat permainan edukatif apa
yang digunakan oleh orang tua dalam menstimulasi perkembangan
motorik halus anak selama masa pandemi Covid-19?
8. Apakah anak mendapatkan stimulasi motorik halus dari lingkungan
di sekitar (teman sebaya atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan
oleh anak seperti: menyapu, memakai baju sendiri, bermain balok
sendiri, dll) selama masa pandemi Covid-19? Jika iya, Stimulasi
motorik halus seperti apa yang didapatkan anak dari lingkungan di
sekitar selama masa pandemi Covid-19?
9. Apakah motorik halus anak terstimulasi dengan adanya stimulasi
yang telah diberikan oleh ibu/bapak, dan lingkungan sekitar anak
selama masa pandemi Covid-19?

3) Dokumentasi

23
Penelitian ini akan mencantumkan semua data yang berkaitan dengan
dokumentasi terkait dengan subjek penelitian secara langsung. Dokumen
yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang berkaitan dengan subjek
penelitian yang didapatkan secara langsung, sehingga memperoleh data
yang diperlukan.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini berfungsi menganalisis berbagai
data yang sudah ada dan menggunakan metode deskriptif analitik. Metode ini
dilakukan dengan cara terus menerus sampai dengan tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh walaupun ditambah dengan sumber-sumber data terbaru. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan jenis analisis data model Miles dan
Huberman. Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan yaitu sebagai
berikut:

1) Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya
sesuai dengan kondisi dari hasil observasi, wawancara serta dokumentasi yang
diperoleh ketika melakukan penelitian di lapangan.

2) Reduksi Data

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data-data
yang telah direduksi, memberikan gambaran yang lebih tajam mengenai
stimulasi motorik halus anak usia 4-5 tahun selama pandemi Covid-19 di Jalan
Sarjana Ogan Ilir. Kemudian data tersebut dibuat dalam bentuk ringkasan
yang dirasa penting dalam penelitian.

3) Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang


memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

24
Penyajian data dalam penelitian ini ialah deskripsi naratif mengenai stimulasi
motorik halus anak usia 4-5 tahun selama pandemi Covid-19 di Jalan Sarjana
Ogan Ilir agar data dapat mudah dipahami. Kemudian data itu disusun secara
sistematis, sehingga menggambarkan secara mendetail mengenai penelitian
ini.

4) Penarikan Kesimpulan

Setelah data dilapangan terkumpul dengan menggunakan pengumpulan


data diatas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut
menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif
merupakan suatu teknik yang menggambarkan arti dari data-data yang telah
terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin
aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran
secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya.

3.8 Teknik Keabsahan Data (Validasi Data)


Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini akan
menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi teknik ini
digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi, dan
dokumentasi. Setelah proses tersebut dilakukan, maka peneliti dapat
mengetahui kebenaran atas penelitiannya.

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini ialah lima Orang tua yang memiliki anak usia (4-
5) tahun di Jalan Sarjana Ogan Ilir. Berikut ini deskripsi subjek penelitian yang
diteliti:

1. Narasumber 1 DR

DR adalah ibu dari anak yang berinisial MHN yang berusia 4,5 tahun. DR
dan suami berprofesi sebagai Guru. Kepribadian DR yang ramah dan terbuka
membuat peneliti tidak mengalami kesulitan untuk mewawancarai DR. DR hanya
mempunyai satu anak yaitu MHN, kepribadian MHN sedikit pemalu dan tertutup
terhadap orang yang baru dikenalnya. Untuk tempat tinggal, DR dan keluarga
sudah mempunyai tempat tinggal sendiri yang cukup besar. Keadaan rumah DR
juga sangat asri dan MHN juga memiliki tempat khusus atau ruangan khusus
untuk bermain yang dilengkapi media poster peraga di dinding ruangannya.

2. Narasumber 2 EM

EM adalah seorang ibu dari anak yang berinisial MAWK yang berusia 5
tahun. EM merupakan ibu rumah tangga sedangkan, suami EM berprofesi
sebagai Polisi. Kepribadian EM yang ramah dan terbuka membuat peneliti tidak
mengalami kesulitan untuk mewawancarai EM. EM mempunyai tiga orang anak
yaitu satu anak perempuan dan dua anak laki-laki, termasuk MAWK sebagai
anak bungsu. MAWK merupakan anak yang tidak pemalu. Untuk tempat
tinggal, EM dan keluarga sudah mempunyai tempat tinggal sendiri. Keadaan
rumah EM juga cukup luas dan MAWK juga memiliki tempat khusus untuk
bermain.

26
3. Narasumber 3 ES

ES adalah seorang ibu dari anak yang berinisial SA yang berusia 5 tahun. ES
berprofesi sebagai Bidan sedangkan, suami ES berprofesi sebagai Kepala
Puskesmas. Kepribadian ES yang terbuka membuat peneliti tidak mengalami
kesulitan untuk mewawancarai ES. ES mempunyai dua orang anak yaitu dua
anak perempuan, termasuk SA sebagai anak bungsu. Kepribadian SA sedikit
pemalu dan tertutup terhadap orang yang baru dikenalnya. Untuk tempat tinggal,
ES dan keluarga sudah mempunyai tempat tinggal sendiri. Keadaan rumah ES
juga cukup luas dan asri.

4. Narasumber 4 M

M adalah seorang ibu dari anak yang berinisial MRR yang berusia 4,8 tahun.
M merupakan ibu rumah tangga sedangkan, suami M berprofesi sebagai Penjaga
Sekolah. Kepribadian M yang supel dan terbuka membuat peneliti tidak
mengalami kesulitan untuk mewawancarai M. M mempunyai dua orang anak
yaitu satu anak perempuan dan satu anak laki-laki, termasuk MRR sebagai anak
bungsu. MRR merupakan anak yang tidak pemalu dan berani. Untuk tempat
tinggal, M dan keluarga sudah mempunyai tempat tinggal sendiri. Keadaan
rumah EM juga cukup luas dan MRR juga memiliki tempat khusus untuk
bermain.

5. Narasumber 5 FQ

FQ adalah seorang ibu dari anak yang berinisial FRA yang berusia 4 tahun.
FQ dan suami berprofesi sebagai Dokter. Kepribadian FQ yang humble dan
terbuka membuat peneliti tidak mengalami kesulitan untuk mewawancarai FQ.
FQ mempunyai dua orang anak yaitu dua anak laki-laki, termasuk FRA sebagai
anak pertama. FRA merupakan anak yang berani dan tidak pemalu. Untuk tempat
tinggal, FQ dan keluarga sudah mempunyai tempat tinggal sendiri. Keadaan
rumah FQ juga luas dan asri, FRA juga memiliki tempat khusus atau ruangan

27
khusus untuk bermain dengan dilengkapi perpustakaan kecil di dalam ruangan
tersebut.

4.2 Stimulasi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia (4-5) Tahun Dari
Orang Tua Selama Pandemi Covid-19

4.3 Stimulasi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia (4-5) Tahun Dari
Lingkungan Selama Pandemi Covid-19

DAFTAR PUSTAKA2014, P. M. P. dan K. R. I. N. 137 T. (n.d.). Tentang


Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

A’yuni, Q. (2018). Pengembangan Produk Alat Permainan Penyaring Air Berbasis


Sains Untuk Anak Usia 5-6 tahun di TK IT Menara Fitrah Indralaya. Skripsi.

Aryanti, T. (2016). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh


Kembang Anak. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, 8(1), 50–58.

Asiah, S. N. (2018). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini di Zaman Now.
CV Kaaffah Learning Center.

28
Chaturvedi, K., Vishwakarma, D. K., & Singh, N. (2021). Covid-19 and Its
Impact On Education, Social Life and Mental Health of Students: A survey.
Journal Children and Youth Services Review, 121.

Darmawan, A. C. (2019). Pedoman Praktis Tumbuh Kembang Anak (Usia 0-72


bulan). IPB Press.

Fatmawati, F. A. (2020). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini.


Caremedia Comunication.

Garina, L. A., Wangi, N., & Kharisma, Y. (2017). Serba-serbi Tumbuh Kembang
Anak Panduan Perawatan dan Pengasuhan Buah Hati Usia 0-5 Tahun. PT
Lontar Digital Asia.

Hamzah, A. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. CV Literasi Nusantara Abadi.

Harahap, N. R. (2020). Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Stimulasi Tumbuh


Kembang Motorik Halus Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di Desa Pante Raya
Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah Tahun 2018. Jurnal
Midwifery Update (MU), 1(1), 37.

Ismaniar, & Utoyo, S. (2020). “Mirror of Effect” dalam Perkembangan Perilaku


Anak pada Masa Pandemi Covid-19. DIKLUS: Jurnal Pendidikan Luar
Sekolah, 4(2), 147–157.

Khadijah, & Amelia, N. (2020). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini.
Kencana.

Komaini, A. (2018). Kemampuan Motorik Anak Usia Dini. PT RajaGrafindo


Persada.

29
Kusumo, E. L. (2016). Montessori di Rumah 55 Kegiatan Keterampilan Hidup.
Erlangga.

Livana, Armitasari, D., & Susanti, Y. (2018). Pengaruh Stimulasi Motorik Halus
Terhadap Tahap Perkembangan Psikososial Anak Usia Pra Sekolah. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(1), 30.

Montessori, M. (2020). Own Handbook. PT Bentang Pustaka.

Rizki, C. R. (2020). Peran orang tua dalam mengembangkan motorik halus anak
saat pembelajaran jarak jauh. Skripsi.

Rohayani, F. (2020). Menjawab Problematika Yang Dihadapi Anak Usia Dini di


Masa Pandemi Covid-19. Qawwam: Journal For Gender Mainstreaming,
14(1), 29–50.

Rohendi, A., & Seba, L. (2019). Perkembangan Motorik Pengantar Teori dan
Implikasinya dalam Belajar. Alfabeta.

Rudiyanto, A. (2016). Perkembangan Motorik Kasar Motorik Halus Anak Usia


Dini (J. Yacub (ed.)). Darussalam Press Lampung.

Santrock, J. W. (2018). Child Development (11th ed.). McGraw-Hill.

Slavin, R. E. (2018). Educational Psychology: Theory and Practice, Psikologi


Pendidikan Teori Dan Praktik (9th ed.). Pearson Education.

Soetjiningsih, & Ranuh, G. (2019). Tumbuh Kembang Anak. Kedokteran EGC.

30
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif (S. T. Suryandari (ed.)). Alfabeta.

Suryana, D. (2016). Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak. Prenada Media.

Susanto, A. (2017). Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori). PT Bumi
Aksara.

Suyadi. (2017). Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains.
PT Remaja Rosdakarya.

Tabi’in, A. (2020). Problematika Stay At Home Pada Anak Usia Dini Di Tengah
Pandemi Covid 19. Jurnal Golden Age, 4(1), 190–200.

Tanjung, R. (2020). Peran Orangtua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Masa
Pandemi Covid-19. 1(2), 64–73.

Winarti, A. (2020). Implementasi Parenting Pada Pendidikan Anak Usia Dini Di


Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Pembelajaran Pemberdayaan
Masyarakat, 2(2), 131–145.

31
LAMPIRAN

32

Anda mungkin juga menyukai