Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE (ANC)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampu : Ns. Ayut Merdikawati, S.Kep.M.Kep

FARIZKA ARI AISYAH


200070300011019

PRODI S1 KEPERAWATAN/ NERS

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
1. Konsep Dasar
A. Definisi
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ary Sulistyawati, 2009).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2012).
B. Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
a. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
b. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu
c. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-
minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut (Saleha, 2009) adalahsebagai
berikut:

a. Priode immediate postpartum: masa segera setelah plasenta lahir 24 jam. Pada
masa ini seringterdapat masalah, misalnya perdarahan pada atonia uteri. Oleh
karenaitu, bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus,Pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
b. Priode early postpartum antara 24 jam sampai 1 minggu: pada fase ini bisa
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,Tidak ada perdarahan, lokhea
tidak berbau busuk, tidak demam, ibucukup mendapatkan makan dan cairan,
serta ibu dapat menyusuidengan baik.
c. Priode late postpartum antara 1 minggu sampai 5 minggu: pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaansehari-hari serta konseling
keluarga berencana.

C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak
perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus
(rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy
(episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi).
Menurut Hacker dan Moore Edisi 2 adalah :
a. Involusi Rahim Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat
menurun dari sekitar 1000gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm pada sekitar 3
minggu masa nifas. Serviks juga kehilangan elastisnya dan kembali kaku
seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan,
secret rahim (lokhia) tampak merah (lokhia rubra) karena adanya eritrosit.
Setelah 3 sampai 4 hari lokhia menjadi lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari ke
sepuluh lokheatampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lokhia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4 jenis:
1) Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan sisa-
sisa plasenta.
2) Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh.
3) Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari keempat
belas dan berwarna kuning kecoklatan.
4) Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post
partum .
Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia menjadi alba atau serosa
menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat. Bau lokia sama dengan
bau darah menstruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk atau tidak enak.
Lokhia rubra yang banyak, lama, dan berbau busuk, khususnya jika disertai demam,
menandakan adanya kemungkinan infeksi atau bagian plasenta yang tertinggal. Jika
lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang waktu normal dan disertai
dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk, demam, serta nyeri abdomen, wanita
tersebut mungkin menderita endometriosis.
D. Perubahan Psikologi Masa Nifas
Reva Rubin (1997) dalam Ari Sulistyawati (2009) membagi periode ini menjadi 3
bagian, antara lain:
a. Fase Taking In (istirahat/penghargaan), sebagai suatu masa keter-gantungan
dengan ciri-ciri ibu membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan meningkat,
menceritakan pengalaman partusnya berulang-ulang dan bersikap sebagai
penerima, menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan. Disebut fase
taking in, karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan memerlukan
perlindungan dan perawatan, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif terhadap
lingkungannya disebabkan kare-na faktor kelelahan. Oleh karena itu, ibu perlu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Di samping itu, kondisi
tersebut perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
b. Fase Taking On/Taking Hold (dibantu tetapi dilatih), terjadi hari ke 3-10 post
partum. Terlihat sebagai suatu usaha ter-hadap pelepasan diri dengan ciri-ciri
bertindak sebagai pengatur penggerak untuk bekerja, kecemasan makin
menguat, perubahan mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas keibuan.
Pada fase ini timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan dan
penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu
secara mandiri. Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi
dirinya dan juga bagi bayinya. Pada fase ini ibu berespon dengan penuh
semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara
perawatan bayi dan ibu memi-liki keinginan untuk merawat bayinya secara
langsung.
c. Fase Letting Go (berjalan sendiri dilingkungannya), fase ini merupakan fase
menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari
postpartum. Periode ini biasanya setelah pulang kerumah dan sangat dipengaruhi
oleh waktu dan perha-tian yang diberikan oleh keluarga. Pada saat ini ibu
mengambil tugas dan tanggung jawab terhadap perawatan bayi sehingga ia harus
beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan dan hubungan sosial.
E. Tanda dan Gejala
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
(kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai.
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya
F. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Sistem kardiovaskular
- Curah jantung meningkat
- Nadi : bradikardia pada hari ke 6-10
- Statis darah pada ekstremitas bawah tromboplebitis
b. Sistem urologi
- Diuresis pada awal post partum
- Penurunan sensasi kandung kemih
c. Sistem endokrin
- Plasenta lahir : penurunan hormon esterogen dan progesteron, kadar
terendah 1 minggu setelah post partum
d. Sistem pencernaan
- Gangguan defekasi : konstipasi masih ada efek progesteron, penurunan
tekanan otot abdomen, kurang cairan dan nyeri pada luka episiotomi,
ruptur perineum
e. Sistem integumen
Suhu meningkat sampai 38 derajat, karena kelelahan diaporesis, diuresis
selama 24 jam pertama
f. Sistem muskulokeletal
- Dinding abdomen meregang, tampak lembek
- Perubahan pusat berat saat hamil (hipermobilitas sendi) (Padila, 2016)
g. Uterus
- Setelah plasenta lahir -> TFU sepusat
- 1 minggu -> TFU pertengahan pusat simpisis
- 2 minggu -> TFU tak teraba
- 6 minggu -> TFU seperti hamil 2 minggu
- 8 minggu -> TFU normal
h. Involusi tempat plasenta
Luka bekas plasenta tidak meninggalkan jaringan parut, hal ini dilepaskan
dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium yang baru
i. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus memiliki banyak pembuluh darah yang besar,
namun pada masa persalinan tidak diperluka lagi, maka arteri akan mengecil
lagi pada masa nifas
j. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium ekstrenum dapat dilalui oleh 2 jari,
pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari. Karena hiperplasi ini,
retraksi dari cervix, robekan cervix menjadi sembuh. Vagina meregang pada
waktu persalinan akan kembali normal. Pada minggu ke 3 post partum
ruggae mulai nampak kembali. Rasa sakit/after pains perlu diperhatikan,
kolaborasi pemberian analgesik jika perlu.
k. Lochia
Lochia merupakan cairan yang dikeluarkan uteris melalui vagina pada saat
nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlah lebih banyak dari menstruasi, lochia
berbau anyir dalam kondisi normal, tapi tidak busuk.
l. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan, dinding perut akan longgar dan meregang begitu lama,
hal tersebut akan pulih dalam waktu 6 minggu. Ligamen dan facia pelvis
meregang pada waktu partus dan akan pulih berangsur angsur.
m. Sistem kardiovaskular
Selama kehamilan, jantung mengakomodasi penambahan aliran darah yang
diperlukan untuk placenta dan uterus
n. Ginjal
Aktivitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dan volume darah
serta ekresi produk sampah dari proses autolisis. Puncak dari proses
aktivitas ini terjadi pada hari pertama post partum.
o. Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Dalam proses kala III, oxytoxin membantu
pelepasan plasenta, kontraksi uterus, memperkecil bekas perlekatan
plasenta dan memperkecil perdarahan. Stimulasi oxytoxin pada saat ibu
menyusui bayi membuat involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah
placenta lahir, sirkulasi HCG, esterogen, progesteron, dan hormon laktogen
palcenta dapat menurun denga cepat, keadaan tersebut berdampak pada
perubahan fisiologis pada ibu nifas.
p. Prolaktin
Penurunan esterogen menyebabkan prolaktin disekresi oleh glandula
hipofise anterior yang bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang
produksi susu. Prolaktin juga dapat menekan produksi FSH yang disekresi
oleh kelenjar hipofise anterior dan merangsang produksi esterogen,
progesteron, perkembangan folikel de graf hingga menstruasi.
q. Laktasi
Laktasi merupakan proses pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Selama kehamilan esterogen dan progesteron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu dan saluran kelenjar. Kedua hormon ini mengerem LTH,
setelah melahirkan LTH dapat bergerak dengan bebas sehingga laktasi
terangsang. Rangsangan dari penghisapan bayi dapat merangsang produksi
oksitosin. Rangsangan tersebut menuju ke hypofise dan menghasilkan
oxcitocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pada
post partum hari ke 3, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Hal ini
merupakan tanda ekskresi dari cairan putting dan putting susu. Banyaknya
air susu yang dikeluarkan oleh ibu tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi oleh ibu.
G. Perawatan Masa Nifas
1. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan gizi seimbang yaitu cukup
kalori, protein, cairan, sayur dan buah-buahan.
2. Pakaian
Pakaian agak longgar agar payudara tidak tertekan, daerah perut tidak
perlu diikat kencang agar tidak mempengaruhi involusi.
3. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva untuk mencegah
infeksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
4. Miksi
Kencing spontan harus dilakukan dalam 8 jam postpartum. Kadang wanita
sulit kencing dikarenakan tekanan spincter uretra mengalami tekanan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama
persalinan.
5. Defekasi
Buang air besar harus 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat peroral/perektal.
6. Perawatan payudara
Perawatan payudara dilakukan saat wanita hamil agar putting susu lemas,
tidak keras dan kering.
7. Kembalinya datang bulan/menstruasi
Sebagian besar kembalinya datang bulan dialami 4-6 bulan.
8. Cuti hamil dan bersalin
Cuti hamil dapat diperoleh 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan

9. Mempersiapkan untuk metode KB


Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan KB. Penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid
pertama kali muncul. Umumnya 2 minggu setelah melahirkan (Padila,

2016)
A. Pathway
Post Partum Normal

Perubahan Fisiologis

Sistem kardiovaskular Sistem perkemihan Sistem endokrin Sistem pencernaan Sistem integumen Sistem muskulokeletal

Curah jantung Peregangan/trauma Kelenjar hipofise


Hisapan bayi Gangguan penurunan Efek kelelahan,
meningkat pada kandug kemih posterior
hormon progesteron diaporesis
akibat penekanan
kepala janin, Menghasilkan Merangsang
MK : Risiko
episiotomi, efek oksitosin produksi oksitosin Respon stress
perdarahan Merelaksasi otot sistem
epidural anastesi adekuat fisiologis
pencernaan
Merangsang
pengeluaran air MK : Menyusui
Kelemahan instrinsik susu efektif Respon menuju
Usus bergerak lebih
spinter uretra hipotalamus
lambat dalam menyerap
air
Jumlah ASI yang
Perubahan reflek berlebih Terjadi perubahan
berkemih MK : Konstipasi suhu tubuh

Payudara bengkak MK : Menyusui


MK : Inkontinensia MK : Hipertermia
tidak efektif
Urine Stress

Uterus Perubahan pusat


berat saat hamil

Tindakan episiotomi Vagina dan Perineum Proses Inovolusi uterus


Hipermobilitas
Ruptur jaringan Peningkatan kadar oksitosin sendi
MK : Gangguan
integritas Personal Hygiene kurang baik Peningkatan kantraksi uterus MK : Nyeri Kronis
kulit/jaringan
MK : Nyeri Akut
MK : Risiko Infeksi
Sistem reproduksi
Post Partum Normal

Perubahan Psikologis

Taking in Taking Hold Letting Go


(Ketergantungan) (Ketergantungan, (Kemandirian)
kemandirian)

Berfokus pada diri Peran menjadi


sendiri dan lemas Belajar perawatan orang tua
diri dan bayi

MK : Kesiapan
MK : Gangguan
Kurang peningkatan
pola tidur menjadi orang tua
pengetahuan

MK : Risi proses
pengasuhan tidak
efektif
B. Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan post
partum adalah sebagai berikut:
a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga
baru, maupun budaya tertentu
2. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama: sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
c. Riwayat kesehatan
Mengumpulkan data-data tentang respons pasien terhadap kelahiran bayinya
serta penyesuaian selama masa post partum. Pengkajian awal mulai dengan
review prenatal dan intranatal meliputi :
a) Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan
b) Lamanya ketuban pecah dini
c) Adanya episiotomi dan laserasi
d) Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)
e) Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran
f) Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post
partum
g) Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia
uteri, retensi plasenta
d. Riwayat Persalinan: tempat persalinan, normal atau terdapat komplikasi,
keadaan bayi, keadaan ibu
e. Riwayat Nifas Yang Lalu- Pengeluaran ASI lancar / tidak- BB bayi- Riwayat ber
KB / tidak
f. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
a) Inspeksi Abdomen:
- Kaji adakah striae dan linea alba.
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat
dimasase untuk merangsang kontraksi.
b) Palpasi Abdomen
- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat,
12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm
setiap hari.
a. Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
b. Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
c. Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis
d. Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan
konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya
perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling
menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran
uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun
kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin,
Reeder, G., Koniak, 2014).
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis
akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini menyerupai belah
memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat
diukur panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali
seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu
untuk melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus
abdominis adalah 28 dengan meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa
bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal kemudian palpasi abdomen
dari bawah prosessus xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan
lebar diastasis.
- Saluran cerna
- Alat kemih: Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung
kemih yang bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak
dan hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan
- Lochea: Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum.
Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu postpartum hari ke tujuh harus
memiliki lokhia yang sudah berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna
lokhia masih merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum. Lokhia yang
berbau busuk yang dinamankan Lokhia purulenta menunjukan adanya infeksi
disaluran reproduksi dan harus segera ditangani.
- Vagina
- Perinium dan rectum
REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi
episiotomi atau laserasi perinium. REEDA singkatan (Redness / kemerahan,
Edema, Ecchymosisekimosis, Discharge/keluaran, dan Approximate/
perlekatan) pada luka episiotomy. Kemerahan dianggap normal pada
episiotomi dan luka namun jika ada rasa sakit yang signifikan, diperlukan
pengkajian lebih lanjut. Selanjutnya, edema berlebihan dapat memperlambat
penyembuhan luka. Penggunaan kompres es (icepacks) selama periode pasca
melahirkan umumnya disarankan
- Ekstremitas
a) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan
varises sangat penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai
kecenderungan untuk mengalami varises pada beberapa pembuluh
darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal.
- Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga
dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan
adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika
nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini
agar sirkulasi lancar.
- Kemampuan perawatan diri
g. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
-
B. Diagnosa Keperawatan
a) Risiko perdarahan d.d peningkatan curah jatung
b) Inkontinensia urine stress b.d perubahan reflek berkemih
c) Menyusui tidak efektif b.d pembengkakan pada payudara
d) Menyusui efektif b.d hormon prolaktin dan oksitosin adekuat
e) Konstipasi b.d pergerakan usus lebih lambat dalam menyerap air
f) Hipertermia b.d respon stress fisiologis (kelelahan melahirkan)
g) Nyeri kronis b.d perubahan pusat berat saat hamil
h) Risiko infeksi d.d personal hygiene kurang baik
i) Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus
j) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d luka episiotomi pada perineum
k) Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab memberi asuhan pada bayi
l) Kesiapan peningkatan menjadi orang tua d.d tampak dukungan orang tua pada
anak
C. Rencana keperawatan

Diagnosa Luaran Rencana keperawatan


Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Pencegahan pendarahan 1.02067
perdarahan tingkat nyeri menurun dan risiko perdarahan menurun. Dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan genjala perdarahan
Tingkat perdarahan L.02017 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah
a. Perdarahan vagina menurun kehilangan darah
b. Hemoglobin membaik Terapeutik
c. Hematokrit membaik Pertahankan bed rest selama perdarahan
d. Tekanan darah membaik
e. Suhu tubuh membaik Edukasi
f. Perdarahan pasca operasi menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
Inkontinensia Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Latihan otot panggul 1.07215
urine stress kontinensia urine membaik. Dengan kriteria hasil:
Kontinensia urine L.04036 Observasi
a. Distensi kandung kemih menurun Monitor pengeluaran urine
b. Verbalisasi pengeluaran urine tidak tuntas menurun
c. Frekuensi berkemih membaik Terapeutik
d. Sensasi berkemih membaik Berikan reinforcement positif selama latihan dilakukan dengan benar

Edukasi
1. Anjurkan berbaring
2. Anjurkan tidak mengontraksikan perut, kaki, bokong saat
melakukan latihan otot panggul
3. Anjurkan menambah durasi kontraksi-relaksasi selama 10 detik,
dengan siklus 10-20 kali, dilakukan 3-4 kali sehari
4. Anjurkan mengkontraksikan sekitar otot uretra dan anus seperti
menahan BAK/BAB selama 5 detik kemudian dikendurkan dan
direlaksasikan dengan siklus 10 kali
5. Evaluasi latihan dengan cara menghentikan urin saat BAK,
seminggu sekali
6. Anjurkan latihan 5-12 minggu
Kolaborasi
Kolaborasi dengan rehab medik untuk mengukur kekuatan otot panggul,
jika perlu
Menyusui Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Edukasi Menyusui 1.12393
tidak efektif status menyusui membaik. Dengan kriteria hasil: Observasi
Status menyusui L.03029 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
a. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat 2. Identifikasi tujuan/keinginan menyusui
b. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar
meningkat Terapeutik
c. Suplai ASI adekuat meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
d. Putting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan
e. Kepercayaan diri ibu meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
f. Bayi menangis setelah menyusu menurun 4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
g. Miksi bayi lebih dari 8x/24 jam 5. Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga kesehatan
dan masyarakat

Edukasi
1. Berikan konseling menyusui
2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
3. Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar
4. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengompres
dengan kapas diberi minyak kelapa
5. Ajarkan perawatan payudara postpartum (memerah ASI, pijat
payudara, pijat oksitosin
Menyusui Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Konseling Laktasi 1.03093
efektif status menyusui membaik. Dengan kriteria hasil: Observasi
Status menyusui L.03029 1. Identifikasi emosional ibu saat akan konseling menyusui
a. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat 2. Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
b. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar 3. Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui
meningkat
c. Suplai ASI adekuat meningkat Terapeutik
d. Putting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan 1. Gunakan teknik mendengarkan aktif (duduk sama tinggi,
e. Kepercayaan diri ibu meningkat dengarkan permasalahan ibu)
f. Bayi menangis setelah menyusu menurun 2. Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
g. Miksi bayi lebih dari 8x/24 jam
Edukasi
Ajarkan teknik menyusui sesuai kebutuhan ibu
Promosi ASI Eksklusif 1.03135
Observasi
1. Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu pada postnatal

Terapeutik
1. Fasilitasi ibu melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
2. Fasilitasi ibu untuk melakukan rawat gabung dengan bayi room in
3. Gunakan sendok/cangkir jika bayi belum bisa menyusu
4. Dukung ibu menyusui dengan mendampingi ibu selama kegiatan
menyusui berlangsung
5. Diskusikan dengan keluarga tentang ASI Eksklusif
6. Siapkan kelas menyusui pada masa prenatal minimal 2 kali dan
periode postnatal 4 kali

Edukasi
1. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
2. Jelaskan pentingnya menyusui di malam hari untuk
mempertahankan dan meningkatkan produksi ASI
3. Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI (misal. Berat badan
meningkat, BAK lebih dari 10x/hari, warna urine tidak pekat)
4. Jelaskan manfaat rawat gabung (room in)
5. Anjurkan ibu menyusui setelah melahirkan
6. Anjurkan ibu hanya memberi nutrisi bayi melalui ASI
7. Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan bayi setelah lahir
8. Anjurkan ibu menjaga produksi ASI dengan memerah, meski
kondisi ibu dan bayi terpisah
Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Manajemen konstipasi 1.04155
eliminasi fekal membaik. Dengan kriteria hasil: Observasi
Eliminasi Fekal L.04033 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
a. Kontrol pengeluaran feses meningkat 2. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk,
b. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun volume, warna)
c. Distensi abdomen menurun 3. Identifikasi faktor risiko konstipasi (misal. Obat-obatan, tirah
baring, dan diet rendah serat

Terapeutik
1. Anjurkan diet rendah serat
2. Lakukan masase abdomen
3. Lakukan evaluasi feses secara manual
Edukasi
1. Jelaskan etiologi dan masalah tindakan
2. Anjurkan peningkatan asupan cairan
3. Latih buang air secara teratur

Terapeutik
1. Kolaborasi obat pencahar, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Manajemen nyeri 1.08238
tingkat nyeri menurun dan kontrol nyeri meningkat. Dengan 1. Observasi
kriteria hasil: a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, klualitas dan
Tingkat nyeri L.08066 intensitas nyeri
d. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
e. Gelisah menurun c. Identifikasi respons nyeri non verbal
f. Mual menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Kontrol nyeri L.08063 2. Terapeutik


a. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Nyeri akut
b. Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat b. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
c. Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Ajarkan teknik non farmaklogis untuk mengurangi nyeri

4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Dukungan tidur 1. 05174
pola tidur penampilan peran membaik. Dengan kriteria hasil: 1. Obersevasi
Penampilan peran L. 13119 a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
a. Verbalisasi harapan terpenuhi meningkat b. Identifikais faktor penganggu tidur
b. Verbalisasi kepuasan peran meningkat
c. Adaptasi peran meningkat 2. Terapeutik
d. Strategi koping yang efektif meningkat a. Modifikasi lingkungab; cahaya, suhu, kebisingan
e. Dukungan social meningkat b. Tetapkan jadwal tidur rutin
f. Tanggung jawab peran meningkat
g. Verbalisasi perasaan bingung menjalankan peran 3. Edukasi
menurun a. Jelaskan pentingnya tidur cukup
h. Konflik peran menurun b. Anjurkan menepati kebiasaan tidur
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menganggu
tidur
d. Ajarkan teknik non farmakologi
D. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mncapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping
E. Evaluasi
Tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan
klien. Format evaluasi menggunakan :
S. :Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap data
tersebut
O. :Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat, termasuk
tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi
data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A. :Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan objektif.
P. :Planning adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
mencapai status kesehatab klien yang optimal. (Hutaen, 2010)
.
Daftar pustaka

Anisah, N., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. 2015 Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum. Surakarta.
Aggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jogjakarta : Pustaka Rihana
Budiono, dkk. (2015) Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta. Bumi Medika.
Dessy, T., dkk. (2009) Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta
Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:Salemba Medika.
Doenges, Marilynn, E., dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan Keperawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta:EGC.
Hutaen, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:Trans Info.
Kementrian Kesehatan Republik indonesia(2018) Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2017. http://www.pusdatin.kemkes.go.id /article/view /18041000001/
profil-kesehatan-i-2017-lampiran.html (diakses 26 November 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
https://id.scribd.com/document/393406572/hasil-riskesdas-2018 (diakses 4
Desember 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Dinas Kesehatan Kalimantan Timur
2016 www.depkes.go.id>23_Kaltim_2016 (diakses 28 November 2018)
Kemenkes RI, 2015. Angka Kematian Ibu dan Bayi, Profil Kesehatan 2015 (diakses 4
Desember 2018)
Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 2. Jakarta:EGC
Maritalia D, (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Yogyakarta: 55167
Hacker, Moore. (2005) Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.
Nurniati, Ermawati, Lisma. (2014). Pengaruh Senam Nifas terhadap Penurunan Tinggi
Fundus Uteri pada Ibu Post Partum di RSUP DR. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 3(3)

Padila (2016) Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP
PPNI Priharyanti Wulandari dan Prasita Dwi Nur Hiba, (2015), Pengaruh Massage Effleurage
Terhadap Pengurangan Tingkat Nyeri persalinan Kala I Fase Aktif Pada
Primigravida Di Ruang Bougenville Rsud Tugurejo Semarang, Jurnal
Keperawatan Maternitas.Volume 3, No. 1, Mei 2015. (diakses 6 Desember
2018)
Rukiyah, Aiyeyeh., & Lia Yulianti.(2010). Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta:Trans Info
Media
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, dkk. (2009) . Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta: Fitramaya
Sulistyawati, A. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: ANDI
World Health Organization (WHO). (2014). WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank. Trends
in maternal mortality: 1990 to 2013. Geneva: World Health Organization

Anda mungkin juga menyukai