LP PNC - Farizka Ari Aisyah - 200070300011019
LP PNC - Farizka Ari Aisyah - 200070300011019
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1. Konsep Dasar
A. Definisi
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ary Sulistyawati, 2009).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2012).
B. Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
a. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
b. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu
c. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-
minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut (Saleha, 2009) adalahsebagai
berikut:
a. Priode immediate postpartum: masa segera setelah plasenta lahir 24 jam. Pada
masa ini seringterdapat masalah, misalnya perdarahan pada atonia uteri. Oleh
karenaitu, bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus,Pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
b. Priode early postpartum antara 24 jam sampai 1 minggu: pada fase ini bisa
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,Tidak ada perdarahan, lokhea
tidak berbau busuk, tidak demam, ibucukup mendapatkan makan dan cairan,
serta ibu dapat menyusuidengan baik.
c. Priode late postpartum antara 1 minggu sampai 5 minggu: pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaansehari-hari serta konseling
keluarga berencana.
2016)
A. Pathway
Post Partum Normal
Perubahan Fisiologis
Sistem kardiovaskular Sistem perkemihan Sistem endokrin Sistem pencernaan Sistem integumen Sistem muskulokeletal
Perubahan Psikologis
MK : Kesiapan
MK : Gangguan
Kurang peningkatan
pola tidur menjadi orang tua
pengetahuan
MK : Risi proses
pengasuhan tidak
efektif
B. Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan post
partum adalah sebagai berikut:
a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga
baru, maupun budaya tertentu
2. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama: sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
c. Riwayat kesehatan
Mengumpulkan data-data tentang respons pasien terhadap kelahiran bayinya
serta penyesuaian selama masa post partum. Pengkajian awal mulai dengan
review prenatal dan intranatal meliputi :
a) Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan
b) Lamanya ketuban pecah dini
c) Adanya episiotomi dan laserasi
d) Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)
e) Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran
f) Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post
partum
g) Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia
uteri, retensi plasenta
d. Riwayat Persalinan: tempat persalinan, normal atau terdapat komplikasi,
keadaan bayi, keadaan ibu
e. Riwayat Nifas Yang Lalu- Pengeluaran ASI lancar / tidak- BB bayi- Riwayat ber
KB / tidak
f. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
a) Inspeksi Abdomen:
- Kaji adakah striae dan linea alba.
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat
dimasase untuk merangsang kontraksi.
b) Palpasi Abdomen
- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat,
12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm
setiap hari.
a. Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
b. Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
c. Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis
d. Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan
konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya
perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling
menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran
uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun
kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin,
Reeder, G., Koniak, 2014).
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis
akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini menyerupai belah
memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat
diukur panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali
seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu
untuk melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus
abdominis adalah 28 dengan meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa
bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal kemudian palpasi abdomen
dari bawah prosessus xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan
lebar diastasis.
- Saluran cerna
- Alat kemih: Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung
kemih yang bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak
dan hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan
- Lochea: Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum.
Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu postpartum hari ke tujuh harus
memiliki lokhia yang sudah berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna
lokhia masih merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum. Lokhia yang
berbau busuk yang dinamankan Lokhia purulenta menunjukan adanya infeksi
disaluran reproduksi dan harus segera ditangani.
- Vagina
- Perinium dan rectum
REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi
episiotomi atau laserasi perinium. REEDA singkatan (Redness / kemerahan,
Edema, Ecchymosisekimosis, Discharge/keluaran, dan Approximate/
perlekatan) pada luka episiotomy. Kemerahan dianggap normal pada
episiotomi dan luka namun jika ada rasa sakit yang signifikan, diperlukan
pengkajian lebih lanjut. Selanjutnya, edema berlebihan dapat memperlambat
penyembuhan luka. Penggunaan kompres es (icepacks) selama periode pasca
melahirkan umumnya disarankan
- Ekstremitas
a) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan
varises sangat penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai
kecenderungan untuk mengalami varises pada beberapa pembuluh
darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal.
- Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga
dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan
adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika
nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini
agar sirkulasi lancar.
- Kemampuan perawatan diri
g. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
-
B. Diagnosa Keperawatan
a) Risiko perdarahan d.d peningkatan curah jatung
b) Inkontinensia urine stress b.d perubahan reflek berkemih
c) Menyusui tidak efektif b.d pembengkakan pada payudara
d) Menyusui efektif b.d hormon prolaktin dan oksitosin adekuat
e) Konstipasi b.d pergerakan usus lebih lambat dalam menyerap air
f) Hipertermia b.d respon stress fisiologis (kelelahan melahirkan)
g) Nyeri kronis b.d perubahan pusat berat saat hamil
h) Risiko infeksi d.d personal hygiene kurang baik
i) Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus
j) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d luka episiotomi pada perineum
k) Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab memberi asuhan pada bayi
l) Kesiapan peningkatan menjadi orang tua d.d tampak dukungan orang tua pada
anak
C. Rencana keperawatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
Inkontinensia Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Latihan otot panggul 1.07215
urine stress kontinensia urine membaik. Dengan kriteria hasil:
Kontinensia urine L.04036 Observasi
a. Distensi kandung kemih menurun Monitor pengeluaran urine
b. Verbalisasi pengeluaran urine tidak tuntas menurun
c. Frekuensi berkemih membaik Terapeutik
d. Sensasi berkemih membaik Berikan reinforcement positif selama latihan dilakukan dengan benar
Edukasi
1. Anjurkan berbaring
2. Anjurkan tidak mengontraksikan perut, kaki, bokong saat
melakukan latihan otot panggul
3. Anjurkan menambah durasi kontraksi-relaksasi selama 10 detik,
dengan siklus 10-20 kali, dilakukan 3-4 kali sehari
4. Anjurkan mengkontraksikan sekitar otot uretra dan anus seperti
menahan BAK/BAB selama 5 detik kemudian dikendurkan dan
direlaksasikan dengan siklus 10 kali
5. Evaluasi latihan dengan cara menghentikan urin saat BAK,
seminggu sekali
6. Anjurkan latihan 5-12 minggu
Kolaborasi
Kolaborasi dengan rehab medik untuk mengukur kekuatan otot panggul,
jika perlu
Menyusui Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Edukasi Menyusui 1.12393
tidak efektif status menyusui membaik. Dengan kriteria hasil: Observasi
Status menyusui L.03029 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
a. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat 2. Identifikasi tujuan/keinginan menyusui
b. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar
meningkat Terapeutik
c. Suplai ASI adekuat meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
d. Putting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan
e. Kepercayaan diri ibu meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
f. Bayi menangis setelah menyusu menurun 4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
g. Miksi bayi lebih dari 8x/24 jam 5. Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga kesehatan
dan masyarakat
Edukasi
1. Berikan konseling menyusui
2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
3. Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar
4. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengompres
dengan kapas diberi minyak kelapa
5. Ajarkan perawatan payudara postpartum (memerah ASI, pijat
payudara, pijat oksitosin
Menyusui Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Konseling Laktasi 1.03093
efektif status menyusui membaik. Dengan kriteria hasil: Observasi
Status menyusui L.03029 1. Identifikasi emosional ibu saat akan konseling menyusui
a. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat 2. Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
b. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar 3. Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui
meningkat
c. Suplai ASI adekuat meningkat Terapeutik
d. Putting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan 1. Gunakan teknik mendengarkan aktif (duduk sama tinggi,
e. Kepercayaan diri ibu meningkat dengarkan permasalahan ibu)
f. Bayi menangis setelah menyusu menurun 2. Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
g. Miksi bayi lebih dari 8x/24 jam
Edukasi
Ajarkan teknik menyusui sesuai kebutuhan ibu
Promosi ASI Eksklusif 1.03135
Observasi
1. Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu pada postnatal
Terapeutik
1. Fasilitasi ibu melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
2. Fasilitasi ibu untuk melakukan rawat gabung dengan bayi room in
3. Gunakan sendok/cangkir jika bayi belum bisa menyusu
4. Dukung ibu menyusui dengan mendampingi ibu selama kegiatan
menyusui berlangsung
5. Diskusikan dengan keluarga tentang ASI Eksklusif
6. Siapkan kelas menyusui pada masa prenatal minimal 2 kali dan
periode postnatal 4 kali
Edukasi
1. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
2. Jelaskan pentingnya menyusui di malam hari untuk
mempertahankan dan meningkatkan produksi ASI
3. Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI (misal. Berat badan
meningkat, BAK lebih dari 10x/hari, warna urine tidak pekat)
4. Jelaskan manfaat rawat gabung (room in)
5. Anjurkan ibu menyusui setelah melahirkan
6. Anjurkan ibu hanya memberi nutrisi bayi melalui ASI
7. Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan bayi setelah lahir
8. Anjurkan ibu menjaga produksi ASI dengan memerah, meski
kondisi ibu dan bayi terpisah
Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Manajemen konstipasi 1.04155
eliminasi fekal membaik. Dengan kriteria hasil: Observasi
Eliminasi Fekal L.04033 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
a. Kontrol pengeluaran feses meningkat 2. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk,
b. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun volume, warna)
c. Distensi abdomen menurun 3. Identifikasi faktor risiko konstipasi (misal. Obat-obatan, tirah
baring, dan diet rendah serat
Terapeutik
1. Anjurkan diet rendah serat
2. Lakukan masase abdomen
3. Lakukan evaluasi feses secara manual
Edukasi
1. Jelaskan etiologi dan masalah tindakan
2. Anjurkan peningkatan asupan cairan
3. Latih buang air secara teratur
Terapeutik
1. Kolaborasi obat pencahar, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Manajemen nyeri 1.08238
tingkat nyeri menurun dan kontrol nyeri meningkat. Dengan 1. Observasi
kriteria hasil: a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, klualitas dan
Tingkat nyeri L.08066 intensitas nyeri
d. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
e. Gelisah menurun c. Identifikasi respons nyeri non verbal
f. Mual menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, diharapkan Dukungan tidur 1. 05174
pola tidur penampilan peran membaik. Dengan kriteria hasil: 1. Obersevasi
Penampilan peran L. 13119 a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
a. Verbalisasi harapan terpenuhi meningkat b. Identifikais faktor penganggu tidur
b. Verbalisasi kepuasan peran meningkat
c. Adaptasi peran meningkat 2. Terapeutik
d. Strategi koping yang efektif meningkat a. Modifikasi lingkungab; cahaya, suhu, kebisingan
e. Dukungan social meningkat b. Tetapkan jadwal tidur rutin
f. Tanggung jawab peran meningkat
g. Verbalisasi perasaan bingung menjalankan peran 3. Edukasi
menurun a. Jelaskan pentingnya tidur cukup
h. Konflik peran menurun b. Anjurkan menepati kebiasaan tidur
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menganggu
tidur
d. Ajarkan teknik non farmakologi
D. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mncapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping
E. Evaluasi
Tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan
klien. Format evaluasi menggunakan :
S. :Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap data
tersebut
O. :Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat, termasuk
tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi
data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A. :Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan objektif.
P. :Planning adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
mencapai status kesehatab klien yang optimal. (Hutaen, 2010)
.
Daftar pustaka
Anisah, N., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. 2015 Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum. Surakarta.
Aggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jogjakarta : Pustaka Rihana
Budiono, dkk. (2015) Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta. Bumi Medika.
Dessy, T., dkk. (2009) Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta
Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:Salemba Medika.
Doenges, Marilynn, E., dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan Keperawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta:EGC.
Hutaen, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:Trans Info.
Kementrian Kesehatan Republik indonesia(2018) Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2017. http://www.pusdatin.kemkes.go.id /article/view /18041000001/
profil-kesehatan-i-2017-lampiran.html (diakses 26 November 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
https://id.scribd.com/document/393406572/hasil-riskesdas-2018 (diakses 4
Desember 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Dinas Kesehatan Kalimantan Timur
2016 www.depkes.go.id>23_Kaltim_2016 (diakses 28 November 2018)
Kemenkes RI, 2015. Angka Kematian Ibu dan Bayi, Profil Kesehatan 2015 (diakses 4
Desember 2018)
Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 2. Jakarta:EGC
Maritalia D, (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Yogyakarta: 55167
Hacker, Moore. (2005) Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.
Nurniati, Ermawati, Lisma. (2014). Pengaruh Senam Nifas terhadap Penurunan Tinggi
Fundus Uteri pada Ibu Post Partum di RSUP DR. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 3(3)
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP
PPNI Priharyanti Wulandari dan Prasita Dwi Nur Hiba, (2015), Pengaruh Massage Effleurage
Terhadap Pengurangan Tingkat Nyeri persalinan Kala I Fase Aktif Pada
Primigravida Di Ruang Bougenville Rsud Tugurejo Semarang, Jurnal
Keperawatan Maternitas.Volume 3, No. 1, Mei 2015. (diakses 6 Desember
2018)
Rukiyah, Aiyeyeh., & Lia Yulianti.(2010). Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta:Trans Info
Media
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, dkk. (2009) . Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta: Fitramaya
Sulistyawati, A. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: ANDI
World Health Organization (WHO). (2014). WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank. Trends
in maternal mortality: 1990 to 2013. Geneva: World Health Organization