Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE (INC)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampu : Ns. Ayut Merdikawati, S.Kep.M.Kep

FARIZKA ARI AISYAH

200070300011019

PRODI S1 KEPERAWATAN/ NERS

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE (INC)

A. PENGERTIAN
Intranatal Care atau Persalinan Normal merupakan persalinan sebagai
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kelahiran cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi letak belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun janin (Baity, 2011). Persalinan
dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap (Depkes RI, 2008).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga
menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah
untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan
untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifuddin, 2011).
B. ETIOLOGI
1. Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan kadar ekstrogen dan
progesteron. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul HIS (kontraksi)
bila kadar progesteron menurun
2. Plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim
3. Distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan menegang menyebabkan iskemik otot-otot
raim sehingga mengganggu uterus plasenta
4. Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terlihat ganglion servikale. Bila ganglion ini digeser dan
ditekan mislanya oleh kepala janin maka akan menimbulkan kontraksi pada
rahim
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor yang mempengaruhi proses persalinan menurut Sarwono (2014) adalah:
1. Paritas: Serviks yang mengalami pembukaan yang lengkap memberikan
tahanan yang lebih baik.
2. Serviks yang kaku: Serviks yang memberikan tahanan yang jauh lebih
besar dan dapat memperpanjang persalinan.
3. Usia ibu: Pada primigravida muda yaitu 12-16 tahun sering didapatkan
toxemia, sedangkan umur yang lanjut biasanya membawahi pertensi
obesitas dan myoma uteri.
4. Interval antara persalinan: Jika interval melebihi 10 tahun maka kehamilan
dan persalinan menyerupai kehamilan dan persalinan pada primigravida.
5. Besarnya anak: Hal ini akan cenderung pada partus yang lebih lama baik
dalam kala I maupun kala II
D. KLASIFIKASI
1. Persalinan Spontan
Persalinan (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri tanpa alat, serta
tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang lebih 24 jam
melalui jalan lahir.
2. Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
3. Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
rangsangan. Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin
yang dilahirkan:
a. Abortus
1) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
2) Hidup diluar kandungan
3) Umur hamil sebelum 28 minggu
4) Berat janin kurang dari 1000 gram
b. Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu Berat janin kurang
dari 2.449 gram.
c. Persalinan Aterm
1) Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
2) Berat janin diatas 2500 gram
d. Persalinan Serotinus
1) Persalinan melampaui umur 42 minggu
2) Pada janin terdapat tanda postmaturitas
e. Persalinan Presipitatus: Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
(Nugroho 2011).
E. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Maternal
a. Ketuban pecah dini
b. Persalinan prematur
c. Distosia
d. Hamil posterm
e. Tidak ada kemajuan dalam persalinan
f. Emboli cairan ketuban
g. Perdarahan
2. Infant
a. Gawat janin
b. Distosia
c. Kelainan posisi janin
d. Janin > 1
e. Prolaps tali pusat (Nurhati, 2009).
F. PATOFISIOLOGI
Langkah- Langkah Pertolongan Persalinan Normal
1. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning sebesar 5
sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan perineum yang
kaku dapat dilakukan episiotomi median, mediolateral atau lateral. 
2. Episotomi dilakukan pada saat his dan, mengejan untuk mengurangi sakit,
tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah
mengait dan melakukan adaptasi.
3. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak
terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk
mengendalikan ekspulsi.
4. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung
dibersihkan dari lender, kepala dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam
guna menyesuaikan os aksiput ke arah punggung. Periksa tali pusat, jika tali
pusat melilit leher, coba untuk melepaskan lilitan tesebut melalui kepala janin.
5. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam
kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu
belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan
bayi. 
6. Setelah bayi lahir seluruhnya, angkat kepala bayi dan punggungnya pada satu
tangan dan tangan lainnya mengangkat bokog. Rendahkan posisi kepala bayi
agar cairan / mukus dapat keluar. Jalan nafas dibersihkan dengan menghisap
lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda
jalan nafas bebas dari hambatan.
7. Keringkan bayi untuk mencegah hipotermi, letakkan bayi diatas perut ibunya,
selimuti bayi dan biarkan ibu memeluk bayinya.
8. Klem tali pusat dengan menggunakan dua buah klem steril, jepitkan klem yang
satu kurang lebih 3 cm dari ujung tali pusat pada bayi dan klem yang lain
sekitar 2 cm diatas klem yang pertama.
9. Gunting tali pusat dilokasi antara klem yang pertama dengan klem yang kedua.
Biarkan klem yang kedua tetap pada tempatnya. Ikat tali pusat dengan benang
steril dibawah klem yang pertama.
10. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan : 
a. Setelah bayi menagis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah
berkembang dengan sempurna. 
b. Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi
yang aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc. 
c. Pada bayi premature pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga
darah yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk
mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus. 
11. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya 
12. Tunggu hingga plasenta terlepas dan jangan menarik tali pusat.Anjurkan ibu
untuk meneran untuk melahirkan plasenta. Secara perlahan keluarkan
membran plasenta dengan menggunakan gerakan hingga plasenta terlepas.
Letakkan plasenta pada baki kemudian periksa keutuhan membran plasenta.
G. PATHWAY
Kala I
Penurunan hormone Plasenta tua Iritasi mekanis

Estrogen menurun, Rangsangan estrogen Penekanan serviks oleh


progesterone menurun bagian terbawah janin
Peningkatan estrogen
Kontraksi otot polos Penekanan plexus
Sintesa prostaglandin tranken lause
Peningkatan kontraksi meningkat
uterus Peningkatan kontraksi
Konsentrasi actin myosin,
ATP meningkat

Kontraksi (his)

Kala I fase laten Kala I fase aktif


Pembukaan Keadaan Penurunan bagian Pembukaan
serviks (1-3 cm) psikologis bawah janin serviks (4-10 cm)

Dilatasi serviks Krisis maternal Penekanan vesika Dilatasi jaringan


urinaria serviks
Menekan saraf Ansietas
sekitar Gangguan Perobekan
eliminasi urin pembuluh darah
Pelepasan kapiler
mediator nyeri
Mekanisme tubuh perdarahan
Persepsi nyeri
Sekresi kelenjar
Nyeri sebasea
melahirkan meningkat

Diaphoresis

Resiko ketidakseimbangan cairan


Kala II
Kepala masuk PAP

His cepat dan lebih kuat

Tekanan pada otot2 panggul

Menekan vena cava Energy yang dibutuhkan Reflex meneran


inferior semakin banyak
Usaha meneran
Hambatan aliranbalik Intake oral tetap
vena Keletihan
Kelemahan/keletihan
CO2 menurun
Kekuatan otot menurun
Curah jantung meningkat
Kemampuan meneran
Merangsang reseptor menurun
nyeri
Persalinan lama
Nyeri Melahirkan
Usaha memperlebar jalan
lahir

Episiotomy

Risiko Perdarahan
Kala III
Janin keluar

Ibu kelelahan

Kontraksi jelek Kontraksi baik

Plasenta tidak keluar Plasenta keluar

Pengeluaran Komplit Inkomplit


plasenta secara Resiko HPP
manual Kontraksi baik Kontraksi buruk
Hipovolemia
vaskuler

Resiko deficit volume


cairan

Perubahan CO

Sirkulasi terganggu

Risiko
Ketidakseimbangan
Cairan

Kala IV
Proses persalinan plasenta

Kebutuhan Robekan Kontraksi


energy jalan lahir uterus
meningkat kurang
Diskontinuitas
Intake jaringan Kontusio
kurang uteri
Pelepasan
Produksi mediator HPP
energy inflamasi
menurun Risiko
Ambang nyeri Kekurangan
Keletihan menurun Volume
Cairan
Menyusui Nyeri akut
tidak
efektif
H. PROSES PERSALINAN
1. Kala 1
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi
pematangan dan pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar
janin. Pada kala 1 terdapat dua fase yaitu :
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar
delapan jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar enam jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit
selama 20-30 detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap
10 menit, dengan durasi 60-90 detik. Kontraksi terjadi bersamaan dengan
keluarnya darah, lendir, serta pecah ketuban secara spontan. Cairan ketuban
yang keluar sebelum pembukaan 5 cm kerap dikatakan sebagai ketuban
pecah dini.
2. Kala II
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang
membutuhkan waktu sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah
membuka selebar 10cm hingga bayi lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban
sudah pecah atau baru pecah spontan, dengan kontraksi yang lebih sering
terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.
Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian
terbawah janin yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga
mengejan dan kontraksi otot-otot dinding abdomen serta diafragma,
membantu ibu mengeluarkan bayi dari dalam rahim.
3. Kala III
Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari
dalam rahim. Fase ini dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya
plasenta. Pada tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun
frekuensi dan aktivitas rahim terus menurun. Plasenta bisa lepas spontan
atau tetap menempel dan membutuhkan bantuan tambahan.
4. Kala IV
Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan
untuk mengobservasi persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil
dikeluarkan dan tidak boleh ada pendarahan dari vagina atau organ. Luka-
luka pada tubuh ibu harus dirawat dengan baik dan tidak boleh ada
gumpalan darah.

I. TANDA DAN GEJALA


a. Permulaan Terjadi Persalinan
Dengan menurunnya progesterone menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi
otot rahim menyebabkan:
1) Turunnya kepala, masuk PAP, pada primigravida minggu ke-36 dapat
menimbulkan sesak di bagian bawah, diatas simfisis pubis, sering ingin BAK
atau susah BAk karena kandung kemih tertekan kepala.
2) Perut lebih lebar karena fundus uteri turun
3) Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim
dan tertekannya flexusfrankenhouse yang terletak sekitar serviks
4) Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot Rahim
5) Terjadi pengeluaran lender dimana lender penutup serviks dilepaskan
b. Gejala Persalinan
1) Kekuatan his (kontraksi otot rahim) makin sering terjadi & teratur dengan
jarak kontraksi yang semakin pendek
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda2 yaitu pengeluaran lender yang
bercampur darah
3) Dapat disertai ketuban pecah
4) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu perlunakan,
pendataran & terjadi pembukaan serviks.
c. Tanda persalinan sudah dekat
1. Terjadi lightening: Menjelang minggu ke-35 pada primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP yang
disebabkan:
 Pinggang terasa sakit yag menjalar ke depan
 Sifatnya teratur, interval makin pendek & kekuatannya makin besar
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
 Dibawa aktivitas makin bertambah
2. Pengeluaran lender dan darah: Dengan his terjadi perubahan serviks yang
menimbulkan:
 Pendataran & pembukaan
 Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada servikalis lepas
 Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
3. Pengeluaran cairan: Sebagian besar ketuban pecah menjelang pembukaan
lengkap, dengan pecah ketuban diharapkan persalinan berlangsung selama
24 jam.
d. Persalinan
1) Kala I, Sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur (his sejati) sampai dilatasi
serviks lengkap.
Primigravida : 6-18 jam
Multipara : 2-10 jam
a) Tanda dan gejala :
 His sudah Adekuat
 Penipisan dan pembukaan serviks sekurang – kurangnya 3 cm
 Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
b) His dianggap Adekuat bila:
 His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung
sedikitnya 40 detik
 Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan
cekungan lagi bila dilakukan penekanan diujung jari
 Serviks membuka.
c) Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase:
(1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lembut sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
(2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
(a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi
4 cm
(b) Fase dilaktasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
brlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
(c) Fase diselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm)
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigavida. Pada multigrafida
pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, aktif, dan diselerasi
terjadi lebih pendek.
d) Pemeriksaan dalam
(1) Perabaan serviks
(a) lunak dan pendataran serviks
(b) masih tebal atau tipis
(c) pembukaan dan arah serviks
(2) Ketuban
a) sudah pecah atau belum
b) pembukaan hampit lengkap : pecahkan ketuban
(3) Bagian terendah dan posisinya
a) leopold 3 dan 4
b) kepala : keras, bulat teraba sutura
c) letak kepala : penurunan kadar bidang  hodge, ada caput
succadeneum atau tidak, berapa besarnya
d) bokong dikenal : lunak, deminatornya tulang sacrum
(4) Sifat flour albus
(5) Keadaan patologis : tumor, kekakuan serviks, halangan penurunan
bagian terendah
e) Pemeriksaan dalam idealnya dilakukan minimal 4 jam sekali.
Bidang Hodge : untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah
janin turun dalam panggul
H I: bidang hodge yang sudah dibentuk pada lingkaran PAP
denganbagian    atas simfisis dan promontorium
H II: sejajar dengan hodge I, setinggi bagian bawah simfisis
H III: sejajar hodge I, II, setinggi spina ischiadica kiri dan kanan
H IV: sejajar bidang hodge I,II,III setinggi os coccigeus
2) Kala II
a) Waktu:
 30 menit – 3 jam (primigravida)
 menit – 30 meit (multipara)
b) Tanda dan gejala :
 Ibu ingin meneran
 Perineum menonjol
 Vulva dan anus membuka
 Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
 Kepala telah turun didasar panggul
 Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3
menit sekali, kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,
yang secara reflektoris menimbulkan  rasa meneran.
3) Kala III
a) Berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir
b) Hanya beberapa menit setelah bayi lahir, plasenta baru lahir 45-60
menit.
4) Kala IV
a) Masa pemulihan yang terjadi segera sehingga homeostatis berlangsung
dengan baik (2 jam PP)
b) Periode penting untuk memantau adanya komplikasi

J. PENATALAKSANAAN
Faktor penting dalam persalinan
1. Power (tenaga)
Power utama pada proses persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang
dihasilkan oleh kontraksi & retraksi otot-otot rahim. Power/kontraksi &
retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi
otot perut & diafragma sewaktu ibu mengejan.
2. Passage (lintasan)
Janin harus berjalan lewat rongga panggul, serviks dan vagina sebelum
melahirkan untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan
atau resistensi yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan
sekitarnya.
3. Passenger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang
paling besar (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin. Ukuran
kepala leboh besar daripada bahu & kurang lebih ¼ dari panjang bayi. 96%
dari bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama.
4. Posisi
Merupakan indicator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin,
apakah sebelah kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu.
5. Psikolog
Pengalaman persalinan sebelumnya membawa trauma psikis atau
menyenangkan. Kesiapan emosi pasien menerima juga tergantung dari
persiapan financial, support system dari keluarga, teman dekat &
lingkungan.
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
c. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG): Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk
mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler: Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling
jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
Memakai alat Kardiotokografi (KTG): Kardiotokografi adalah gelombang
ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk
mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama
sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat
yang sama (Nugroho, 2011).

A. Penanganan kala 1
1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan 
2) Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan
perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan, dll. 
3) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan 
5) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah
buang air besar/kecil. 
6) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup
minum 
7) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
8) Kemajuan Persalinan dalam Kala I 
9) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan Kala
I: 
 Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi 
 Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan 
 Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin 
10) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala
I: 
 Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten 
 Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif 
 Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin 
11) Kemajuan pada kondisi janin
 Jika didapati denyut jantung janin tidak normal ( kurang dari 100 atau lebih
dari 180 denyut permenit ) curigai adanya gawat janin 
 Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi
sempurna digolongkan kedalam malposisi atau malpresentasi 
 Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama
tangani penyebab tersebut. 
12) Kemajuan pada kondisi Ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu: 
 Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau
kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V. dan berikan
analgesia secukupnya. 
 Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan 
 Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang
segera berikan dektrose IV.
B. Penanganan kala II
1) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu
agar merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu 
2) Menjaga kebersihan diri 
3) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu 
4) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan
ibu 
5) Mengatur posisi ibu 
6) Menjaga kandung kemih tetap kosong
7) Memberikan cukup minum 
8) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman 
9) Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas
10) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( < 120 ) 
11) Kemajuan persalinan dalam Kala II 
- Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan kala II: 
a. Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir 
b. Dimulainya fase pengeluaran 
- Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat persalinan
tahap kedua 
a. Tidak turunnya janin dijalan lahir 
b. Gagalnya pengeluaran pada fase akhir 
12) Kelahiran kepala Bayi 
a. Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala
bayi lahir 
b. Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat 
c. Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan 
d. Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah
13) Periksa tali pusat: 
a. Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali
pusat melalui kepala bayi 
b. Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat kemudian
digunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi leher bayi. 
14) Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya 
a. Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya 
b. Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi 
c. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan 
d. Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang
e. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi
sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung
bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya 
f. Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya 
g. Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai
pernafasan bayi , Jika bayi menangis atau bernafas ( dada bayi terlihat
naik turun paling sedikit 30x/m ) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya 
h. Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan
segera mulai resusitasi bayi 
i. Klem dan pototng tali pusat 
j. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit
dada siibu. 
k. Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut dan
pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya
panas tubuh.
C. Penanganan Kala III
a. Manajemen Aktif Kala III
1) Pemberian oksitosin dengan segera 
2) Pengendalian tarikan tali pusat 
3) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
b. Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
1) Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi 
2) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi
guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg.
IM.
3) Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara : 
a) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis.
Selamakontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso
kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu. 
b) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan
vulva. 
c) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat
(2-3 menit ) 
d) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-
menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus. 
4) PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi 
5) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau
klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan
ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat
memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban. 
6) Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase fundus
agar menimbulkan kontraksi. 
7) Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam
waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam jarak waktu
15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama. 
8) Periksa wanita secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau
vagina atau perbaiki episotomi.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan
a. Perdarahan
b. Kelengkapan plasenta
c. Ada tidaknya plasenta suksenturiata
d. Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri
e. Pengosongan kandung kemih untuk mencegah atonia uteri
f. Pemberian uterotunika bila perlu
g. Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >> hecting
h. Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta
i. Perdarahan peurperium berkepanjangan
j. Bahaya infeksi
k. Polip plasenta
l. Degenerasi gana >> kuriokarsinoma
D. Penanganan Kala IV
1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras.
Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
menghentikan perdarahan
2) Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II 
3) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan
dan minuman yang disukainya. 
4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering 
5) Biarkan ibu beristirahat 
6) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi 
7) Bayi sangat siap segera setelah kelahiran 
8) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena
masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. 
9) Ajari ibu atau keluarga tentang : 
a) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi 
b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
Hal-hal yang harus diperhatikan
a) Kontraksi uterus harus baik
b) Tidak ada perdarahan pervagina atau alat genetalia lain
c) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
d) Kandung kemih harus kosong
e) Luka perineum terawat baik, tidak ada hematoma
f) Bayi dalam keadaan baik
g) Ibu dalam keadaan baik
4.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian umum
1. Identitas Pasien: Nama , jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat
pendidikan, dll.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamlan,persalinan dan nifas yang lalu
b. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil keluhan
yang di rasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan selama,
kehamilan (ANC), hamil ke berapa
c. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat menstruasi:1.Menarche 2.Siklus haid 3.Lama haid 4.banyak
haid 5.dismenorhoe.. 6. HPHT 7. HPL
2) Riwayat pernikahan :1.Usia pernikahan suami-istri 2.Pernikahan
3) Riwayat KB:1.Apakah klien mengikuti program KB/tidak, Jenis KB
yang di gunakan
3. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga terdapat penyakit
keturunan,ataupun penyakit menular.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
b. Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada atau
tidak, edema ada atau tidak
e. Mata: fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna
kornea, sklera ikterik atau tidak
f. Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak,
kesimetrisan, kebersihan, kesimetrisan, kebersihan
5. Pemeriksaan kala
 Kala I
1) Integritas Ego :
a. Dapat senang atau cemas
b. Nyeri/Ketidak nyamanan
c. Kontraksi reguler, peningkatan frekuensi, durasi dan keparahan.
2) Keamanan
Irama jantung janin paling baik terdengar pada umbilicus (tergantung posisi
janin)
3) Seksualitas
Adanya dilatasi serviks, rabas vagina, mungkin lender merah muda,
kecoklatan, atau terdiri dari  plak lendir
4) Prioritas keperawatan
a. Meningkatkan emosi dan fisik klien/pasangan terhadap persalinan.
b. Meningkatkan kemajuan persalinan
c. Mendukung kemampuan koping klien/pasangan
d. Mencegah komplikasi maternal/bayi.
5) Memeriksa tanda-tanda vital.
6) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan penurunan
karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus:
a. Frekuensi
b. Interval
c. Intensitas
d. Durasi
e. Tonus istirahat
7) Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada kehamilan
pertama dan seorang diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya
8) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan
a. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah
fetus,letrak janin,penurunan janin.
b. Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, foetus, station.
c. Tes diagnostik dan laboratorium
d. Spesimen urin dan tes darah.
e. Ruptur membran.
f. Cairan amnion : Warna, karakter dan jumlah
 Kala 2
1) Tanda yang menyertai kala II
2) Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir, adanya mual, bertambahnya
perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan
sering, ibu merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban
+/-, perineum menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah mengatakan
saya ingin BAB usaha keras tanpa disadari, pada waktu his kepala janin
tampak di vulva
3) Melakukan monitoring terhadap :
a. His (frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas), keadaan janin (penurunan
janin melalui vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan
darah.
b. Durasi kala II → kemajuan pada kala II :
c. Primigravida berlangsung 45– 60 menit, multipara berlangsung 15 – 30
menit
 Kala 3
Kaji pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
1) Adanya kontraksi yang kuat
2) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat pipih
sehingga  plasenta bergerak kebagian bawah
3) Keluarnya  darah hitam dari intrauterus
4) Terjadinya perpanjangan tali pusat sebagai akibat  plasenta  akan keluar.
5) Penuhnya vagina  (plasenta  diketahui pada pemeriksaan vagina atau
rektal, atau membran fetus terlihat pada introitus vagina)
6) Status Fisik mental
7) Perubahan secara psikologi setelah melahirkan akan dijumpai, curah
jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke plasenta
berhenti, didapatkan melalui pemeriksaan:
8) Suhu, nadi, dan pernafasan
9) Pemeriksaan terhadap perdarahan : warna darah dan jumlah darah
10) Tanda-tanda masalah potensial
11) Saat praktisi keperawatan primer mengeluarkan plasenta perawat
mengobservasi tanda-tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau
perubahan pernafasan
 Kala 4
1) Tanda tanda vital
Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa potensial,
komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV observasi 
vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan 
seperti: pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan
mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.
2) Pemeriksaan fundus dan tingginya,selama waktu itu pengosongan
kandung kemih mempermudah pengkajian dan hasilnya lebih tepat.
3) Kandung kemih
Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung kemih
menengang  akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada
perkusi. Kateterisasi mungkin diperlukan mencegah peregangan kandung
kemih dan retensi kandung kencing jika klien tidak bisa kencing.
4) Lochia
Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain
dibawah  bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat
dicatat hasil dan bekuannya.
5) Perineum
Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk mengiring
dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan perlahan-
lahan mengangkat bokong untuk melihat perineum.
6) Temperatur
Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan
keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal
selama rentang waktu satu jam pertama, kenaikan pada periode ini
mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan.
7) Kenyamanan
Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan selama
persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi ketidak nyamanannya
Tanda-tanda potensial masalah : Karena pendarahan dapat
menyebabkan potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada
adanya potensial komplikasi
b. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
1) Kala 1
a. Nyeri melahirkan
b. Ansietas
c. Risiko ketidakseimbangan cairan
d. Gangguan eliminasi urin
2) Kala 2
a. Nyeri melahirkan
b. Keletihan
c. Risiko perdarahan
3) Kala 3
a. Koping tidak efektif
b. Risiko ketidakseimbangan cairan
4) Kala 4
a. Nyeri akut
b. Risiko kekurangan volume cairan
c. Menyusui tidak efektif
5)
c. Intervensi Keperawatan
Kala 1 Fase Laten
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri melahirkan D.0079 Setelah dilakukan tindakan keperawatan …. Manajemen nyeri 1.08238
b/d  dilatasi serviks d.d x 24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun, a. Observasi
mengeluh nyeri, perinium dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karateristik, durasi,
terasa tertekan, ekspresi Tingkat nyeri L.08066 frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
wajah meringis, uterus a. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
membulat b. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
c. Frekuensi nadi membaik (60- 4. Identifikasi faktor yang memperberat atau
100x/menit) yang memperingan nyeri
d. Pola nafas membaik (16-20x/menit) b. Terapeutik
e. TD membaik (115/80-139-88 mmHg) 1. Berikan teknik non famakologis dengan
kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
c. Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
2. Ansietas D.0080 b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan …. Reduksi Ansietas 1.09314
kekhwatiran mengalami x 24 jam maka tingkat ansietas menurun a. Observasi
kegagalan, ancaman dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi saat tingkat asnietas berubah
terhadap kematian d.d Tingkat ansietas L.09093 (mis. Kondisi, waktu stressor)
merasa bingung, merasa a. Verbalisasi kebingungan menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil
khawatir dengan akibat dari b. Verbalisasi khawatir dengan akibat keputusan
kondisi yang dihadapi, dari kondisi yang dihadapi menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non
tampak gelisah, tampak c. Perilaku gelisah menurun verbal)
tegang d. Perilaku tegang menurun b. Terapeutik
e. Konsentrasi membaik 1. Temani pasien untuk meringankan
kecemaasan, jika memungkinkan
2. Pahami situasi yang membuat ansietas dan
dengarkan denganpenuh perhatian
c. Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin akan dialami
2. Anjurkan keluarga tetap bersama pasien, bila
perlu
3. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
4. Latih teknik relaksasi

Kala 1 Fase Aktif


No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan …. Manajemen Cairan 1.03098
cairan D.0036 X 24 jam maka keseimbangan cairan a. Observasi
meningkat dengan kriteria hasil: 1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi,
Keseimbangan cairan L.03020 kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
a. Asupan cairan meningkat kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
b. Haluaran urin meningkat darah
c. Kelembaban membrane mukosa b. Terapeutik
meningkat 1. Catat intake-output dan hitung balance cairan
d. Tekanan darah membaik 24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, bila perlu

2. Gangguan Eliminasi Urine Setelah dilakukan tindakan keperawatan …. Manajemen Eliminasi Urine 1.04152
D.0040 b.d penekanan pada X 24 jam maka eliminasi urine membaik a. Observasi
vesika urinaria dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
Eliminasi urin L.04034 inkontinensia urine
a. Desakan berkemih menurun 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
b. Distensi kandung kemih menurun retensiatau inkontinensia urine
3. Monitor eliminasi urine (mis. Frekuensi,
konsistensi, warna, aroma dan volume)
b. Terapeutik
1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
c. Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih
2. Anjurkan minum yang cukup

3 Ansietas D.0080 b.d kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan …. Reduksi Ansietas 1.09314
terpapar informasi d.d x 24 jam maka tingkat ansietas menurun a. Observasi
merasa bingung, merasa dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi saat tingkat asnietas berubah
khawatir dengan akibat dari Tingkat ansietas L.09093 (mis. Kondisi, waktu stressor)
kondisi yang dihadapi, a. Verbalisasi kebingungan menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil
tampak gelisah, tampak b. Verbalisasi khawatir dengan akibat keputusan
tegang dari kondisi yang dihadapi menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non
c. Perilaku gelisah menurun verbal)
d. Perilaku tegang menurun b. Terapeutik
e. Konsentrasi membaik 1. Temani pasien untuk meringankan
kecemaasan, jika memungkinkan
2. Pahami situasi yang membuat ansietas dan
dengarkan denganpenuh perhatian
c. Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin akan dialami
2. Anjurkan keluarga tetap bersama pasien, bila
perlu
3. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
4. Latih teknik relaksasi
Kala 2
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri melahirkan (D.0079) Setelah dilakukan intervensi selama periode Manajemen nyeri (1.08238)
persalinan, maka nyeri dalam proses a. Observasi
persalinan membaik (menjadi lebih 1. Identifikasi skala nyeri
adekuat dan efektif) dengan kriteria hasil 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
sebagai berikut: 3. Identifikasi faktor yang memperingan dan
Tingkat nyeri (L.08066) memperberat nyeri
a. Keluhan nyeri meringis menurun 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
b. Sikap protektif menurun tentang nyeri
c. Gelisah menurun 5. Monitor keberhasilan terapi komplementer
d. Frekuensi nadi membaik yang sudah diberikan
e. Kesulitan tidur menurun b. Terapeutik
f. Diaforesis menurun 1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk
g. Berfokus pad diri sendiri menurun mengurangi rasa nyeri (terapi pijat, terapi
h. Anoreksi menurun imajinasi terbimbing)
i. Muntah menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
j. Mual menurun nyeri (suhu ruangan, kebisingan)
k. Pola nafas membaik c. Edukasi
l. Fokus membaik 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Status intrapartum (L.07060) 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
a. Koping terhadap ketidaknyamanan 4. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
persalinan meningkat mengurangi rasa nyeri
b. Memanfaatkan teknik untuk
memfasilitasi persalinan meningkat Pengaturan Posisi (1.01019)
c. Perdarahan vagina menurun a. Observasi
d. Frekuensi kontraksi uterus membaik 1. Monitor status oksigenasi sebelum dan
e. Periode kontraksi uterus membaik sesudah mengubah posisi
f. Intensitas kontraksi uterus membaik b. Terapeutik
g. Dilatasi serviks meningkat 2. Tempatkan pada matras/tempat tidur
h. Nyeri dengan kontraksi menurun terapeutik yang tepat
i. Nyeri punggung menurun 3. Tempatkan pada posisi yang terapeautik
j. Tekanan darah membaik 4. Tinggikan tempat tidur bagian kepala
k. Frekuensi nadi membaik 5. Berikan bantalan yang tepat pada leher
l. Gula darah membaik 6. Hindari menempatkan pada posisis yang
m. Output urine membaik meningkatkan nyeri
n. Reflex neurologis membaik 7. Ubah posisi setiap dua jam
o. Status kognitif membaik c. Edukasi
1. Informasikan saat akan dilakukan perubahan
posisi
2. Ajarkan cara menggunakan postur yang baik
dan mekanika tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi
Terapi Relaksasi (1.09326)
a. Observasi
1. Identifikassi penurunan tingkat energi, ketidak
mampuan berkosentrasi atau gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relasasi yang pernah efektif
digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan dan
penggunaan teknik sbelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah dan suhu sevbelum dan
sesudah latihan
5. Monitor pasien terhadap terapi relaksasi
b. Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
c. Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia (musik, meditasi,
nafas dalam, relasasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
4. Anjurkan rileks untuk merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relasasi
(napas dalam, peregangan atau imajinasi
yang terbimbing)
2. Keletihan (D.0057) Setelah dilakukan intervensi selama …. jam, Edukasi aktivitas/ istirahat (1.12362)
maka tingkat keletihan membaik dengan a. Observasi
kriteria hasil sebagai berikut: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Tingkat keletihan L.05046 menerima informasi
a. Verbalisasi kepulihan energi meningat b. Terapeutik
b. Tenaga meningkat 1. Sediakan materi dan media pengaturan
c. Kemampuan melakukan aktivitas rutin aktivitas dan istirahat
meningkat 2. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan
d. Motivasi meningkat sesuai kesepakatan
e. Verbalisasi lelah menurun 3. Berikan kesempatan kepada pasien dan
f. Lesumenurun keluarga untuk bertanya
g. Gangguan konsentrasi menurun c. Edukasi
h. Sakit kepala menurun 1. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas
i. Sakit tenggorokan menurun fisik/olahraga secara rutin
j. Mengi menurun 2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
k. Sianosis menurun 3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
l. Gelisah menurun istirahat
m. Frekuensi nafas menurun 4. Anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan
n. Perasaan bersalah menurun istirahat (mis kelelahan, sesak nafas saat
o. Selera makan membaik aktivitas)
p. Pola nafas membaik 5. Anjurkan cara mengidentifikasi target dan
q. Libido membaik jenis aktivitas sesuai kemampuan
r. Pola istirahat membaik
Manajemen Energi (1.05178)
a. Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengalami kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
b. Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulasi (mis cahaya, suara dan kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
c. Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

3 Risiko perdarahan D.0012 Setelah dilakukan intervensi selama …. jam, Pencegahan Perdarahan 1.02067
maka tingkat perdarahan menurun dengan a. Observasi:
kriteria hasil sebagai berikut: 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Tingkat perdarahan L.02017 2. Monitor nilai hematokrit/haemoglobin sebelum
a. Kelembapan membrane mukosa dan setelah kehilangan darah
meningkat 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
b. Kelembapa kulit meningkat 4. Monitor koagulasi (mis, prothrombin time (PT),
c. Kognitif meningkat partial thoromboplastin time (PTT), fibrinogen,
d. Hemoptisis menurun degradasi fibrin dan atau platelet)
e. Hematemesis menurun b. Terapeutik:
f. Hematuria menurun 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
g. Perdarahan anus menurun 2. Batasi tindakan invasive, jika perlu
h. Distensi abdomen menurun 3. Gunakan kasur pencegah decubitus
i. Perdarahan vagina menurun 4. Hindari pengukuran suhu rektal
j. Perdarahan pasca operasi menurun c. Edukasi:
k. Hemoglobin membaik 1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
l. Hematokrit membaik 2. Anjurkan menggunakan kaos kaki saat
m. Tekanan darah membaik ambulasi
n. Denyut nadi apikal membaik 3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
o. Suhu tubuh membaik menghindari konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
6. Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
d. Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
Kala 3
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Koping tidak efektif D.0096 Setelah dilakukan tindakan keperawatan …. Dukungan penampilan peran 1.13478
bd ketidakpercayaan x 24 jam maka status koping membaik
terhadap kemampuan diri dengan kriteria hasil: a. Observasi
mengatasi masalah, dll dd Status koping L.09086 1. Identifikasi adanya peran yang tidak
mengungkapkan tidak a. Perilaku koping adaptif meningkat terpenuhi
mampu mengatasi masalah b. Verbalisasi kemampuan mengatasi 2. Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
dll masalah meningkat b. Terapeutik
c. Verbalisasi pengakuan masalah 1. Fasilitasi diskusi tentang peran orangtua
meningkat c. Edukasi
d. Verbalisasi kelemahan diri meningkat 1. Diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk
e. Perilaku asertif meningkat pengembangan peran

2 Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan …. Manajemen cairan 1.03098


cairan d.d perdarahan X 24 jam maka keseimbangan cairan
D.0036 meningkat dengan kriteria hasil: a. Observasi
Keseimbangan cairan L.03020 1. Monitor status hidrasi
a. Asupan cairan meningkat b. Terapeutik
b. Haluaran urin meningkat 1. Catat intake-output dan hitung balans cairan
c. Kelembaban membrane mukosa 24 jam
meningkat 2. Berikan asupan cairan
d. Tekanan darah membaik 3. Berikan cairan intravena
c. Edukasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik
Kala 4

No dx Diagnosis Luaran Intervensi

Resiko hypovolemia (perdarahan) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia 1.03116


D.0034 dalam waktu …x24 jam
diharapkan Kondisi volume a. Observasi
cairan intravaskuler, interstisiel, 1. Periksa tanda dan gejala
dana tau intraseluler membaik. hypovolemia
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor intake dan output cairan

Status cairan L.03028 b. Terapeutik


a. Kekuatan nadi meningkat 1. Hitung kebutuhan cairan
b. Turgor kulit meningkat 2. Berikan posisi modified tredelenburg
c. Otput urine meningkat 3. Berikan asupan cairan oral
d. Ortopnea menurun
e. Dispnea menurun c. Edukasi
f. Proxysmal (PND) 1. Anjurkan memperbanyak asupan
menurun cairan oral
g. Edema anasarka 2. Anjurkan menghindari perubahan
menurun posisi mendadak
h. Edema perifer menurun
i. Frekuensi nadi membaik d. Kolaborasi
j. Tekanan darah membaik 1. Kolaborasi pemberian cairan IV
k. Tekanan nadi membaik isotonis
l. Membran mukosa 2. Kolaborasi pemberian cairan IV
membaik hipotonis
m. Kadar HB membaik 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
n. Kadar Ht membaik 4. Kolaborasi pemberian produk darah
Pemantauan cairan 1.03121

a. Observasi
1. Monitor frekuensi dan kekuatan
nadi
2. Monitor frekuensi nafas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian kapiler
6. Monitor elastisistas atau turgor kulit
7. Monitor jumlah, warna, dan berat
jenis urine
8. Monitor kadar albumin dan protein
total
9. Monitor hasil pemeriksaan serum
10. Monitor intake dan output cairan
11. Identifikasi tanda-tanda
hypovolemia
12. Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia
13. Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan

b. Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan

c. Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantuan
2. Informasikan hasil pemantauan jika
perlu
Nyeri Akut D.0077 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 1.08238
keperawatan dalam waktu …
x24 jam diharapkan a. Observasi
pengalaman sensorik dan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
emosional yang berkaitan durasi, frekuensi, kualitas dan
dengan kerusakan jaringan intensitas nyeri
actual atau fungsional dengan 2. Identifikasi skala nyeri
onset mendadak atau lambat 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
dan berintensitas ringan hingga 4. Identifikasi factor yang
berat dan constant menurun. memperberat dan memperingan
Dengan kriteria hasil: nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
Tingkat nyeri L.08066 keyakinan tentang nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya
2. Meringis menurun terhadap respon nyeri
3. Sikap protektif menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
4. Gelisah menurun kualitas hidup
5. Kesulitan tidur menurun 8. Monitor keberhasilan terapi
6. Frekuensi nadi membaik komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik

b. Terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis kelamin dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,priode,dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan mengunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan tekhik nonfarmakologis untik
mengurangi rasa nyeri

d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic,jika
perlu

Menyusui tidak efektif D.0029 Setelah dilakukan intervensi Edukasi menyusui 1.12393
dalam waktu …x24 jam, a. Observasi
diharapkan Kemampuan 1. Identifikasi kesiapan dan
memberikan ASI secara kemampuan menerima informasi
langsung dari payudara kepada 2. Identifikasi tujuan atau keinginan
bayi dan anak untuk memenuhi menyusui
kebutuhan nutrisi membaik. b. Terapeutik
Dengan kriteria hasil: 1. Sedikan materi dan media
pendidikan kesehatan
Status menyusui L.03029 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
a. Perlekatan bayi pada sesuai kesepakatan
payudara ibu meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
b. Kemampuan ibu 4. Dukung ibu meningkatkan
memposisikan bayi dengan kepercayaan diri dalam menyusui
benar meningkat 5. Libatkan system pedukung :suami,
c. Miksi bayi lebih dari 8 keluarga, tenaga kesehatan dan
kali/24 jam meningkat masyarakat
d. Berat badan bayi
meningkat c. Edukasi
e. Tetesan/pancaran ASI 1. Berikan konseling menyusui
meningkat 2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu
f. Suplai ASI adekuat dan bayi
meningkat 3. Ajarakn empat posisi menyusui dan
g. Putting tidak lecet setelah 2 perlekatan yang benar
minggu melahirkan 4. Ajarkan perawatan payudara
meningkat antepartum dengan mengkompres
h. Kepercayaan diri ibu dengan kapas yang telah diberikan
meningkat minyak kelapa
i. Lecet pada putting 5. Anjarkan perawatan payudara
menurun postpartum
j. Kelelahan maternal
menurun
k. Kecemasan maternal Konseling laktasi 1.03093
menurun
a. Observasi
1. Identifikasi keadaan emosional ibu
saat akan dilakukan konseling
menyusui
2. Idenifikasi keinginan dan tujuan
menyusui
3. Identifikasi permasalahan yang ibu
alami selama proses menyusui

b. Terapeutik
1. Gunakan tekhnik mendengarkan
aktif
2. Berikan pujian terhadap perilaku ibu
yang benar
c. Edukasi
1. Ajarkan tekhnik menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu
Daftar pustaka

Bobak. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Gary dkk. 2017. Obstetri Williams, Ed.21. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Oktarina, Mika. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Ed.1,
Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Saifuddin AB, Adriansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2011. Buku Acuan Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiharjo
Sarwono Pawirohardjo. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: penerbit Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai