Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nur Hayati (B)

Nim : 2002021799
Prodi : D3 Kebidanan (2A)

Evaluasi Pemeriksaan Laboratorium (KKPK)


Pertanyaan :
1. Jelaskan dan uraikan bagaimana pengambilan sampel darah!
2. Jelaskan pengambilan sampel urine!
3. Uraikan mengenai hasil pemeriksaan golongan darah!
4. Uraikan mengenai pemeriksaan papsmear dan IVA ini!
5. Jelaskan mengenai pemeriksaan lab sputum untuk identifikasi BTA pada
penderita TB!
6. Bagaimana pengambilan sampel feses pada bayi yg mengalami diare!
Jawaban :
1. Tes darah merupakan pemeriksaan sampel darah yang diambil dari tusukan
pada jari atau melalui pembuluh darah di bagian tubuh tertentu, seperti lengan
dengan menggunakan jarum. Tes darah bertujuan untuk mendeteksi penyakit,
mengetahui fungsi organ, mendeteksi racun, obat, atau zat tertentu, dan
memeriksa kondisi kesehatan secara keseluruhan. Setelah sampel darah diambil,
sampel darah dimasukkan ke dalam botol kecil khusus lalu dibawa ke
laboratorium. Di tempat ini, sampel darah akan diperiksa di bawah mikroskop
atau diuji dengan bahan kimia, tergantung dari jenis dan tujuan tes darah.
Pengambilan sampel darah umumnya menggunakan teknik venipunktur.
Venipunktur adalah proses pengambilan darah melalui pembuluh vena dengan
menggunakan jarum kecil. Prosedur pengambilan darah biasanya berlangsung 5-
10 menit. Proses ini bisa lebih cepat jika pembuluh vena mudah ditemukan. Jika
sampel yang dibutuhkan hanya sedikit, dapat dilakukan pengambilan sampel
darah melalui jari, yaitu dengan menusukkan jarum kecil ke ujung jari lalu
menekan-nekan ujung jari agar tetesan darah keluar dan dapat ditampung. Meski
terlihat menyeramkan, sebenarnya proses pengambilan darah yang benar hanya
sedikit menimbulkan rasa sakit.
Jenis tes darah :
 Tes darah lengkap
Tes darah lengkap atau yang disebut juga dengan tes hitung darah
lengkap sebenarnya tidak memberikan diagnosis yang definitif terhadap
suatu kondisi. Meski begitu, pemeriksaan ini dapat memberikan petunjuk
penting mengenai masalah kesehatan dalam diri Anda yang mungkin
terjadi. Pemeriksaan darah ini akan melihat tinggi-rendahnya
hemoglobin, jumlah sel darah putih, hematokrit, dan tinggi-rendahnya
jumlah keping darah (trombosit).
 Uji protein C – reaktif
Tes darah ini bertujuan untuk mengetahui adanya peradangan. Protein C-
reaktif (CRP) adalah protein yang diproduksi oleh hati. Jika protein C-
reaktif lebih tinggi dari normal, artinya terjadi peradangan di dalam
tubuh.
 Tingkat sedimentasi eritrosit (laju endap darah)
Tes darah ini dilakukan untuk mengetahui seberapa parah peradangan
yang terjadi di dalam tubuh. Peradangan bisa disebabkan oleh infeksi,
tumor, atau penyakit autoimun. Pemeriksaan ini dikerjakan dengan cara
melihat seberapa cepat sel darah merah mengendap ke dasar tabung
pengujian. Semakin cepat sel darah merah mengendap, semakin tinggi
tingkat peradangan. Tes ini biasanya dilakukan untuk mendiagnosis
kondisi seperti endokarditis, radang sendi, polymyalgia rheumatica,
radang pembuluh darah (vaskulitis), dan penyakit Crohn.
 Tes elektrolit
Elektrolit (mineral di dalam tubuh) berfungsi untuk menjaga
keseimbangan kandungan air yang sehat di dalam tubuh, menunjang
listrik saraf, membantu memindahkan nutrisi ke dalam sel-sel tubuh
berikut limbah yang diproduksi keluar dari sel-sel tersebut, dan
menstabilkan kadar alkali dan asam di dalam tubuh. Perubahan level
mineral di dalam tubuh dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti
diabetes, dehidrasi, gagal ginjal, penyakit hati, gangguan jantung, atau
sedang menjalani pengobatan tertentu. Uji elektrolit juga dapat dilakukan
untuk menilai kadar elektrolit di dalam tubuh setelah mendapatkan terapi
untuk mengatasi gangguan elektrolit.
 Tes koagulasi
Tes ini dilakukan untuk melihat adakah masalah pembekuan darah,
seperti yang dialami oleh penderita penyakit von Willebrand dan
hemofilia. Tes ini dilakukan dengan melihat atau mengukur seberapa
cepat darah menggumpal.
 Tes fungsi tiroid
Tes ini akan menguji sampel darah dengan melihat tingkatan hormon
tiroid, triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4), serta TSH (Thyroid
Stimulating Hormone). Biasanya tes ini akan dilakukan jika dokter Anda
mencurigai adanya tiroid yang kurang aktif atau terlalu aktif.
 Tes enzyme-linked immunosorbent assay atau ELISA
Tes darah ini biasanya dilakukan untuk melihat adanya antibodi dalam
tubuh. Jika Anda mengalami infeksi bakteri atau virus seperti HIV,
toksoplasma, atau mungkin mengidap alergi, sistem kekebalan tubuh
akan menghasilkan antibodi spesifik dalam menanggapi alergi atau
infeksi. Tes ini berguna untuk memastikan tingkat keparahannya atau
adanya sumber paparan (alergen) yang tidak umum.
 Analisa gas darah
Tes darah ini dilakukan guna mengevaluasi tingkat keasaman (pH) darah
dan kadar gas dalam darah seperti oksigen dan karbondioksida. Analisa
gas darah adalah pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk meninjau
gangguan keseimbangan asam basa tubuh seperti asidosis dan alkalosis,
untuk meninjau fungsi paru dan respon terapi oksigen pada paru-paru,
serta untuk menilai apakah terdapat gangguan ginjal.
 Tes darah untuk menilai risiko penyakit jantung
Tes darah ini dimaksudkan untuk mengetahui risiko penyakit jantung
koroner. Tes ini meliputi pemeriksaan kolestrol baik (HDL), kolesterol
buruk (LDL), dan lemak dalam darah (trigliserida). Kadar kolesterol
buruk dan trigliserida yang tidak normal dalam darah dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Kebanyakan orang
diharuskan berpuasa selama 9-12 jam sebelum tes dilakukan.

2. Pemeriksaan urin (urinalisis) merupakan pemeriksaan penyaring untuk


mengetahui adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan
salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal , untuk mendeteksi adanya
metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan.
Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopik, kemudian pH, protein,
keton, glukosa, dan bilirubin diperiksa dengan menggunakan strip reagen. Berat
jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik untuk
pemeriksaan sedimentasi urin seperti mendeteksi sel darah merah atau sel darah
putih di dalam urin, Kristal dan bakteri.
a. Pada pengambilan sampel urin pasien hendaknya:
 Membersihkan daerah genital sebelum berkemih
 Membuang beberapa millimeter pertama urin sebelum mulai
menampung urin.
 Menampung urin aliran tengah
 Pada wanita hendaknya tidak sedang haid. Adanya darah haid sangat
mempengaruhi hasil urin lengkap.

b. Cara pengambilan sampel urine:


 Punksi Suprapubik.
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan
pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit
dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril.
 Kateter.
BahanBahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum
dan semprit yang steril.
 Urin Porsi Tengah.
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis
merupakan teknik pengambilan yang pal ing sering dilakukan
dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita.

3. Hasil pemeriksaan golongan darah.


a. Golongan Darah A : darah di anti serum A mengumpal, anti serum AB
mengumpal sedangkan di anti serum B tidak. Aglutinasi pada anti-A
karena golongan darah A mempunyai antigen A dan antibodi B.
b. Golongan Darah B : darah di anti serum A tidak mengumpal, anti serum
AB mengumpal sedangkan di anti serum B mengumpal. Aglutinasi pada
anti-B karena golongan darah B mempunyai antigen B dan antibodi A.
c. Golongan Darah AB : darah di anti serum A dan B mengumpal, anti
serum AB mengumpal. Aglutinasi pada anti-A dan anti-B karena
golongan darah AB mempunyai antigen A dan B tetapi tidak mempunyai
antibodi.
d. Golongan Darah O: darah di anti serum A, B, dan AB tidak
mengumpal. Tidak terjadi aglutinasi karena golongan darah O tidak
mempunyai antigen A dan B tetapi mempunyai antibodi A dan B.

4. Pemeriksaan pap smear dan IVA


a. Pap smear
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil
dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring
(skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara
dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi.
Saat pap smear, tes dilakukan dengan cara mengambil sampel sel
serviks. Sampel sel serviks didapat dengan cara memasukkan alat
bernama spekulum agar leher rahim dapat terlihat.
Selanjutnya, petugas kesehatan mengambil sel serviks dengan
pengeruk atau sikat khusus. Sampel sel serviks dimasukkan ke dalam
botol berisi pengawet cair. Nantinya, sampel sel leher rahim ini dibawa
ke laboratorium dan diuji apakah ada tanda-tanda perubahan sel yang
mengarah ke pertumbuhan kanker.
Ada tiga kategori hasil tes pap smear, yaitu:
 Negatif, berarti tidak ditemukan luka atau tanda-tanda sel ganas.
 KelainanKelainan sel epitel, yaitu adanya perubahan sel pada
serviks yang berisiko menjadi kanker atau prakanker.
 KumpulanKumpulan sel abnormal ganas, ditandai dengan adanya
luka dan pertumbuhan sel yang tidak wajar.
b. IVA
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara
melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas
leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang telah diberi
asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan asam
asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati
secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal.
Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat melihat
perubahan-perubahan pada jaringan epitel. Serviks yang diberi larutan
asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek
akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam
asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih (displasia).
Saat skrining IVA test, asam asetat dioles ke serviks. Hal ini bertujuan
untuk melihat proses peralihan bentuk cairan ke padat (koagulasi) pada
protein yang ditemukan di permukaan leher rahim.
Hal yang diperhatikan saat IVA test adalah perubahan bentuk protein
pada permukaan serviks. Peralihan yang perlu diamati adalah adanya
bercak putih (acetowhite) dan padat pada dinding rahim.
Tiga kategori hasil IVA test, yaitu:
 Negatif, tidak ditemukan area dengan acetowhite atau jika
ditemukan, bentuknya samar dan tipis, batas areanya tidak jelas.
 PositifPositif, area leher rahim dengan acetowhite berwarna
buram.
 DugaanDugaan kanker, ditandai dengan adanya pertumbuhan sel
atau luka. Area dengan acetowhite sudah tidak terlihat lagi akibat
adanya pendarahan.

5. Pemeriksaan BTA adalah prosedur untuk mendeteksi bakteri penyebab


penyakit tuberkulosis (TB). Bakteri TB dapat hidup di lingkungan asam,
sehingga pemeriksaan terhadap bakteri ini dikenal dengan nama pemeriksaan
bakteri tahan asam (BTA).
Pemeriksaan BTA dilakukan dengan memeriksa keberadaan bakteri di
berbagai organ tubuh, utamanya melalui pemeriksaan sampel dahak, mengingat
tuberkulosis (TB) paling sering menyerang paru-paru. Selain memeriksa sampel
dahak, pemeriksaan BTA juga dapat menggunakan sampel darah, tinja, urine,
dan sumsum tulang untuk melihat infeksi TB di luar paru.
Prosedur Pengambilan Sampel Pemeriksaan BTA
 Untuk mengumpulkan sampel dahak, pasien akan diberikan wadah
khusus dari plastik steril. Untuk mengeluarkan dahak, terlebih dahulu
pasien menghirup napas dalam-dalam dan menahannya selama sekitar
lima detik. Setelah ditahan, napas kemudian dikeluarkan secara perlahan.
Ulangi langkah menghirup napas, kemudian batukan dengan keras
hingga dahak naik ke mulut. Dahak yang sudah ada di mulut kemudian
dikeluarkan ke dalam wadah plastik yang sudah disediakan dan ditutup
rapat.
 PengambilanPengambilan dahak tidak hanya dilakukan 1 kali, melainkan
3 kali dengan metode waktu SPS (sewaktu-pagi-sewaktu). Sampel dahak
pertama diambil sewaktu dokter meminta sampel dahak. Dahak kedua
diambil pagi hari keesokan harinya dan dahak ketiga diambil saat
mengantarkan sampel dahak yang kedua ke laboratorium (lab). Selain
metode SPS, dahak juga bisa diambil 3 hari berturut-turut setiap pagi.
 SampelSampel dahak akan dianalisis dengan pewarnaan sampel dengan
zat khusus dan pengamatan mikroskop. Pemeriksaan ini paling cepat dan
paling mudah dilakukan, dibandingkan dengan pemeriksaan untuk
penyakit TB lainnya, seperti kultur BTA dan genexpert.

6. Prosedur pengumpulan sampel pada bayi yang masih menggunakan popok:


 Cara pertama adalah dengan mengambil sampel dari popok. Mengambil
sampel secara langsung dari popok disarankan, namun untuk hasil
interpretasi yang lebih baik lapisi popok dengan plastik agar sampel
tidak terserap ke dalam popok. Pastikan sampel tidak bercampur dengan
urin.
 Cara lain ialah menggunakan kantong khusus berlabel data pasien yang
disediakan oleh klinik atau rumah sakit. Kantong khusus tersebut
ditempelkan pada kulit sekitar anus anak. Setelah spesimen
terkumpulkan kantong khusus tersebut dicabut, lalu diserahkan pada
petugas laboratorium. Dengan cara ini, dapat dipastikan feses tidak
tercampur dengan urin.

a. Prosedural :
 Makroskopik
1. Warna : Warna normal pada feses adalah kecoklatan atau
kuning. Warna tersebut diakibatkan karena adanya zat
bilirubin yang dihasilkan oleh hati. Namun, warna dapat
bersifat variatif tergantung pada diet pasien. Warna tanah
liat (clay-coloured) atau warna dempul yang pucat
menunjukan adanya kelainan seperti obstruksi bilier,
empedu, atau steatorrhea.[1,2] Tinja berwarna gelap atau
kehitaman (black tarry stool) disebut melena. Melena
terjadi jika terdapat perdarahan lebih dari 100 mL di
saluran pencernaan atas.
2. Konsistensi : Konsistensi normal feses adalah agak lunak
dan berbentuk. Konstipasi menyebabkan tinja menjadi
kecil dan keras sehingga sulit untuk dikeluarkan. Untuk
pemeriksaan konsistensi, skala feses Bristol dapat
digunakan untuk panduan visual saat pemeriksaan. Bristol
Stool Form Scale disingkat BSF juga digunakan untuk
memonitor keadaan pasien yang memiliki feses yang cair
3. Jumlah : Pada keadaan normal, jumlah tinja manusia
adalah 100-250 gram/hari. Namun, hal tersebut
dipengaruhi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi,
khususnya sayur yang banyak mengandung.
4. Bau : Bau normal pada tinja disebabkan oleh indol, skatol,
serta asam butirat. Bau pada tinja dihasilkan oleh keadaan
seperti penguraian protein dan gula. Bau menyengat dapat
disebabkan oleh parasit Giardia lamblia atau malabsorpsi
lemak
5. Lendir : adanya sedikit lendir dalam tinja adalah normal.
Beberapa bakteri dan parasit dapat menyebabkan adanya
lendir yang banyak pada tinja
6. Darah : adanya campuran darah segar menandakan
perdarahan pada saluran pencernaan bawah. Darah yang
bercampur dengan tinja juga didapati pada disentri yang
disebabkan oleh Shigella
7. Parasit : Pada infeksi parasit, kista parasit bisa ditemukan
pada tinja yang padat, sedangkan trofozoit bisa ditemukan
pada tinja yang cair. Pada pemeriksaan makroskopis juga
bisa tampak cacing, contohnya Enterobius vermicularis
dan Ascaris lumbricoides

 Mikroskopis
1. Leukosit : pada keadaan normal, leukosit tidak ditemukan
dalam tinja. Untuk pemeriksaan leukosit, sampel tinja diambil
pada bagian yang berlendir. Leukosit biasanya didapati pada
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Dan tidak ditemukan
pada kasus diare yang disebabkan oleh virus dan parasit
2. Eritrosit : Pada keadaan normal, eritrosit tidak ditemukan
dalam tinja. Invasi amoeba dapat menyebabkan adanya darah
pada tinja. Keadaan seperti disentri juga merupakan infeksi
pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau
lendir. Penyebab lain adanya eritrosit pada tinja adalah
inflammatory bowel disease
3. Lemak : Pada manusia sehat, kurang dari 6 g/hari lemak
diekskresi dalam tinja. Jumlah ini tetap konstan meskipun
konsumsi harian lemak mencapai 100-125 g. Untuk
pengumpulan sampel pemeriksaan steatorrhea, tinja
dikumpulkan selama 72 jam saat pasien melakukan diet yang
mengandung 100 g lemak setiap hari.
4. pH tinja diperiksa menggunakan kertas nitrazine. Kertas
kemudian ditempelkan pada sampel tinja selama 30 detik,
kemudian bandingkan perubahan warna pada kertas nitrazine.
pH normal tinja adalah 7,0-7,5. Pada bayi yang meminum asi,
pH akan lebih asam daripada normal.

Anda mungkin juga menyukai