Nim : 2002021799
Prodi : D3 Kebidanan (2A)
a. Prosedural :
Makroskopik
1. Warna : Warna normal pada feses adalah kecoklatan atau
kuning. Warna tersebut diakibatkan karena adanya zat
bilirubin yang dihasilkan oleh hati. Namun, warna dapat
bersifat variatif tergantung pada diet pasien. Warna tanah
liat (clay-coloured) atau warna dempul yang pucat
menunjukan adanya kelainan seperti obstruksi bilier,
empedu, atau steatorrhea.[1,2] Tinja berwarna gelap atau
kehitaman (black tarry stool) disebut melena. Melena
terjadi jika terdapat perdarahan lebih dari 100 mL di
saluran pencernaan atas.
2. Konsistensi : Konsistensi normal feses adalah agak lunak
dan berbentuk. Konstipasi menyebabkan tinja menjadi
kecil dan keras sehingga sulit untuk dikeluarkan. Untuk
pemeriksaan konsistensi, skala feses Bristol dapat
digunakan untuk panduan visual saat pemeriksaan. Bristol
Stool Form Scale disingkat BSF juga digunakan untuk
memonitor keadaan pasien yang memiliki feses yang cair
3. Jumlah : Pada keadaan normal, jumlah tinja manusia
adalah 100-250 gram/hari. Namun, hal tersebut
dipengaruhi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi,
khususnya sayur yang banyak mengandung.
4. Bau : Bau normal pada tinja disebabkan oleh indol, skatol,
serta asam butirat. Bau pada tinja dihasilkan oleh keadaan
seperti penguraian protein dan gula. Bau menyengat dapat
disebabkan oleh parasit Giardia lamblia atau malabsorpsi
lemak
5. Lendir : adanya sedikit lendir dalam tinja adalah normal.
Beberapa bakteri dan parasit dapat menyebabkan adanya
lendir yang banyak pada tinja
6. Darah : adanya campuran darah segar menandakan
perdarahan pada saluran pencernaan bawah. Darah yang
bercampur dengan tinja juga didapati pada disentri yang
disebabkan oleh Shigella
7. Parasit : Pada infeksi parasit, kista parasit bisa ditemukan
pada tinja yang padat, sedangkan trofozoit bisa ditemukan
pada tinja yang cair. Pada pemeriksaan makroskopis juga
bisa tampak cacing, contohnya Enterobius vermicularis
dan Ascaris lumbricoides
Mikroskopis
1. Leukosit : pada keadaan normal, leukosit tidak ditemukan
dalam tinja. Untuk pemeriksaan leukosit, sampel tinja diambil
pada bagian yang berlendir. Leukosit biasanya didapati pada
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Dan tidak ditemukan
pada kasus diare yang disebabkan oleh virus dan parasit
2. Eritrosit : Pada keadaan normal, eritrosit tidak ditemukan
dalam tinja. Invasi amoeba dapat menyebabkan adanya darah
pada tinja. Keadaan seperti disentri juga merupakan infeksi
pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau
lendir. Penyebab lain adanya eritrosit pada tinja adalah
inflammatory bowel disease
3. Lemak : Pada manusia sehat, kurang dari 6 g/hari lemak
diekskresi dalam tinja. Jumlah ini tetap konstan meskipun
konsumsi harian lemak mencapai 100-125 g. Untuk
pengumpulan sampel pemeriksaan steatorrhea, tinja
dikumpulkan selama 72 jam saat pasien melakukan diet yang
mengandung 100 g lemak setiap hari.
4. pH tinja diperiksa menggunakan kertas nitrazine. Kertas
kemudian ditempelkan pada sampel tinja selama 30 detik,
kemudian bandingkan perubahan warna pada kertas nitrazine.
pH normal tinja adalah 7,0-7,5. Pada bayi yang meminum asi,
pH akan lebih asam daripada normal.