Anda di halaman 1dari 8

Kesehatan Masyarakat Indonesia

Herman, S., dkk. Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2018 Desember; 4 (4): 154-161
ISSN: 2477-1570
http://stikbar.org/ycabpublisher/index.php/PHI/index
Penelitian Asli

PENGETAHUAN KEBERSIHAN PRIBADI, SANITASI DAN KEAMANAN


PANGAN DARI PEKERJA MAKANAN DI UNIVERSITAS
CANTEEN DI INDONESIA

Abdul Rahman, Ramadhan Tosepu *, Siti Rabbani Karimuna, Sartiah Yusran,


Asnia Zainuddin, Junaid

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo, Indonesia

Diterima: 6 Desember 2018 | Diperbaiki: 10 Desember 2018 | Diterima: 11 Desember 2018


*Korespondensi:
Ramadhan Tosepu
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo, Provinsi Sulawesi Tenggara,
Indonesia Jl.HEMokodompit, Anduonohu, Kendari.
Surel: adhan_lpmi@yahoo.co.id

Hak cipta: © penulis, penerbit YCAB dan Kesehatan Masyarakat Indonesia. Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah
persyaratan Lisensi Non-Komersial Atribusi Creative Commons, yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi non-komersial
yang tidak dibatasi dalam media apa pun, asalkan karya aslinya dikutip dengan benar.

ABSTRAK
Latar Belakang: Higiene sanitasi makanan dan minuman merupakan upaya pencegahan yang menitikberatkan pada kegiatan atau tindakan yang diperlukan
untuk membebaskan makanan dan minuman dari bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan.
Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan personal hygiene, sanitasi dan keamanan pangan pekerja pangan di kantin
universitas.
Metode: Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional. Tiga puluh empat kantin direkrut dengan menggunakan total
sampling. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan persentase.
Hasil: Temuan menunjukkan bahwa 11 kantin (32,3%) tidak memenuhi standar sanitasi kantin, 24 kantin (70,6%) tidak memenuhi standar
penerangan, 29 (85,3%) tidak memenuhi standar ventilasi, 18 (52,9%) tidak memenuhi standar memenuhi standar air bersih, 31 (91,2%) tidak
memenuhi standar pembuangan air limbah, 23 (67,6%) tidak memenuhi standar fasilitas cuci tangan, 25 (73,5%) tidak memenuhi standar kondisi
pembuangan limbah, 28 responden ( 85,3%) memiliki personal hygiene yang baik, 6 responden (14,6%) memiliki personal hygiene yang buruk dan
semua pekerja makanan memiliki pengetahuan yang baik tentang keamanan pangan (100%).
Kesimpulan: Higiene perorangan, sanitasi dan keamanan pangan di kantin universitas harus terus dilakukan. Temuan kami
bisa dijadikan dasar untuk membuat kantin universitas yang sehat.

Kata kunci: kebersihan pribadi, sanitasi, pengetahuan, pekerja makanan

LATAR BELAKANG

Pangan adalah semua zat yang dibutuhkan tubuh Higiene sanitasi makanan dan minuman merupakan
tidak termasuk air, obat-obatan, dan zat lain yang upaya pencegahan yang menitikberatkan pada
digunakan dalam pengobatan (Chandra, 2007). kegiatan / tindakan yang diperlukan untuk
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan membebaskan makanan dan minuman dari bahaya
manusia, namun juga sangat mungkin menjadi yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan
penyebab gangguan pada tubuh. Selain itu, juga mulai dari sebelum pangan diproduksi, selama proses
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh pengolahan, penyiapan, pengangkutan, hingga
terhadap berbagai penyakit (Allwood, Jenkins, Paulus, pangan. siap untuk dikonsumsi (Sari, Sulistyani, &
Johnson, & Hedberg, 2004; Nel, Lues, Buys, & Venter, Dewanti, 2016).
2004).

Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volum1e544, Edisi 4, Oktober - Desember 2018


Pada tahun 2017 jumlah kejadian keracunan Opsi "standar" dan "tidak standar". Skor total>
makanan meningkat dengan terjadinya penyakit 700 berarti terstandarisasi; dan skor total
bawaan makanan yang mencapai 33 (44,17%) <700 berarti tidak standar.
juta kasus dimana 60% kasus tersebut terjadi
pada anak usia 5-7 tahun (Chaib & Lawe-Davies, Daftar periksa observasi kebersihan pribadi,
2017). Pada tahun 2017 terjadi kasus keracunan dikembangkan oleh penulis berdasarkan model
makanan yaitu 213 (43,2%) kasus dari seluruh kebersihan pribadi Gordon (Gordon). Personal
puskesmas dan rumah sakit di Kota Kendari ( hygiene merupakan salah satu cara merawat
BPOM, 2017). Pada tahun 2017 terdapat 35.864 manusia untuk menjaga kesehatannya.
kasus diare yang diobati, yaitu 46,77% dari Pemeliharaan kebersihan individu diperlukan
perkiraan kasus (Dinkes, 2017) untuk kenyamanan, keamanan, dan kesehatan
individu. Praktik kebersihan sama dengan
meningkatkan kesehatan (Gordon). Higiene
Berdasarkan survey pendahuluan, terdapat 8 pribadi diukur menggunakan skala Guttmann
kantin yang menunjukkan bahwa penerapan dengan opsi 0 (salah) dan 1 (benar) (Widhiarso,
higiene sanitasi makanan belum memenuhi 2011). Jumlah item 10 item. “Baik” jika responden
standar kesehatan. Hal ini juga terlihat dari menjawab pertanyaan dari kuesioner dengan
kebersihan diri pekerja makanan saat mengolah skor pertanyaan ≥ 50% dan “buruk” jika
makanan yang tidak mengenakan pakaian kerja responden menjawab pertanyaan dari kuesioner
lengkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dengan skor <50%
mengidentifikasi pengetahuan personal hygiene,
sanitasi dan keamanan pangan pekerja pangan di Pengetahuan keamanan pangan dari daftar periksa
kantin universitas. observasi pekerja makanan, diadopsi dari sebelumnya
belajar (Aswita, 2015). Pengetahuan adalah
hasil dari mengetahui, dan ini terjadi setelah
METODE orang-orang merasakan objek tertentu (
Notoatmodjo, 2003). Higiene pribadi diukur
Desain studi menggunakan skala Guttmann dengan opsi 0
Ini dulu Sebuah deskriptif belajar dengan (salah) dan 1 (benar) (Widhiarso, 2011). Jumlah
pengamatan pendekatan di satu dari itu item 10 item. “Baik” jika responden menjawab
universitas di Sulawesi Tenggara Indonesia. pertanyaan dari kuesioner dengan skor
Ada 34 kantin dan 34 pekerja makanan yang direkrut pertanyaan ≥ 50% dan “buruk” jika responden
dengan menggunakan total sampling. Ini belajar itu menjawab pertanyaan dari kuesioner dengan
dilakukan antara bulan Oktober dan Desember skor <50%
2018.
Pengumpulan data
Instrumen Data dikumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan daftar
Sanitasi kantin pengamatan daftar periksa, periksa observasi. Untuk sanitasi kantin dan personal hygiene,
dikembangkan oleh penulis berdasarkan kami amati secara obyektif berdasarkan standar Kementerian
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kesehatan Republik Indonesia. Untuk pengetahuan keamanan
Nomor 1096 / Menkes / PER / VI / 2011 (Indonesia, pangan, kami bertanya langsung kepada pekerja makanan
2011). Sanitasi kantin merupakan salah satu upaya dengan menggunakan checklist observasi. Pengamatan
pencegahan yang menitikberatkan pada kegiatan dilakukan satu kali. Sebelum dilakukan pendataan, penelitian
dan tindakan yang diperlukan untuk membebaskan ini telah mendapatkan persetujuan dari Fakultas Kesehatan
makanan dan minuman dari segala bahaya yang Masyarakat Universitas Halu Oleo Nomor 2334 / UN29.15 / PP /
dapat mengganggu atau merusak kesehatan ( 2018.
Fauziah & Kalsum, 2016). Dalam penelitian ini
sanitasi kantin meliputi sanitasi makanan,
penerangan, listrik, air bersih, tempat pembuangan Analisis data
limbah, fasilitas cuci tangan dan tempat sampah. Data dianalisis dan dideskripsikan menggunakan
Daftar periksa observasi digunakan persentase.

Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volum1e545, Edisi 4, Oktober - Desember 2018


HASIL 25 kantin (73,5%) tidak memenuhi standar
tempat sampah. Dengan kata lain, semua
Sanitasi Kantin variabel sanitasi kantin berada di bawah standar
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 34 kantin 50% antar kantin perguruan tinggi, kecuali
(100%) terdapat 11 kantin (32,3%) yang tidak variabel sanitasi makanan dengan 67,7%
memenuhi kriteria sanitasi kantin, 24 kantin mengikuti standar.
(70,6%) tidak sesuai dengan persyaratan
penerangan, 29 kantin (85,3%). ) tidak Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 34 responden (100%),
memenuhi persyaratan ventilasi, 18 kantin sebanyak 28 responden (85,3%) memiliki personal hygiene
(52,9%) tidak memenuhi persyaratan air yang baik sedangkan 6 responden (14,6%) memiliki
bersih, 31 kantin (91,2%) tidak memenuhi personal hygiene yang buruk. Dan semua pekerja
standar pembuangan air limbah, 23 kantin makanan memiliki pengetahuan yang baik.
(67,6%) melakukan tidak memenuhi itu
persyaratan fasilitas cuci tangan, dan

Tabel 1 Distribusi sanitasi makanan, penerangan, listrik, air bersih, pembuangan limbah, cuci tangan
fasilitas dan tempat sampah di kantin universitas

Ciri N %
Sanitasi makanan
Standar 23 67.7
Tidak standar 11 32.3
Petir
Standar 10 29.4
Tidak standar 24 70.6
Ventilasi
Standar 5 14.7
Tidak standar 29 85.3
Air bersih
Standar 16 47.1
Tidak standar 18 52.9
Pembuangan air limbah
Standar 3 8.8
Tidak standar 31 91.2
Tempat cuci tangan
Standar 11 32.4
Tidak standar 23 67.6
Tong sampah
Standar 9 26.5
Tidak standar 25 73.5

Meja 2 Distribusi pengetahuan Personal Hygiene dan keamanan pangan pekerja makanan di kantin universitas

Karakteristik N %
Kebersihan pribadi
Baik 28 82.4
Miskin 6 14.6
Pengetahuan keamanan pangan

Baik 34 100
Miskin 0 0

PEMBAHASAN obyek. Penginderaan terjadi melalui panca indera


manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui, dan ini penciuman, pengecap, dan peraba. Kebanyakan
terjadi setelah orang-orang merasakan sesuatu pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volum1e546, Edisi 4, Oktober - Desember 2018


telinga (Noar & Zimmerman, 2005). Sanitasi adalah kondisi yang tidak memenuhi kriteria (Ramadani &
upaya kesehatan dengan cara menjaga dan Mersatika, 2017). Personal hygiene merupakan cermin
menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya. dari kesuksesan masing-masing, yang mengarah pada
Misalnya menyediakan air bersih untuk cuci tangan, kebiasaan dan kebersihan pribadi. Untuk menjaga
menyediakan tempat sampah untuk menampung kebersihan diri dalam kehidupan sehari-hari harus
sampah agar tidak dibuang sembarangan (Melosi, selalu berusaha mencegah datangnya penyakit yang
2004). Sanitasi kantin adalah upaya yang bertujuan dapat mengganggu kesehatan (Murray, Lopez, &
untuk menjaga kebersihan dan keamanan pangan Organisasi, 1996; Prüss-
agar tidak menimbulkan bahaya racun dan Üstün, Bos, Gore, & Bartram, 2008).
penyakit pada manusia (Pragle, Harding, & Mack,
2007) Personal hygiene merupakan tata cara menjaga
kebersihan dalam pengelolaan pangan yang aman
Prosedur yang penting bagi pekerja pengolahan dan sehat. Prosedur pembersihan merupakan
makanan adalah mencuci tangan, higienitas dan perilaku bersih untuk mencegah kontaminasi pada
kesehatan pribadi (Baş, Ersun, & Kıvanç, 2006). makanan yang ditangani. Proses yang penting bagi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 pekerja pengolah makanan adalah mencuci tangan,
kantin (100%) terdapat sekitar 11 kantin yang higienitas dan kesehatan pribadi (Green & Selman,
tidak memenuhi kriteria kriteria kantin baik. 2005; Marriott, Schilling, & Gravani, 2018).
Berdasarkan hasil observasi lapangan yang
dilakukan halaman kantin tidak bersih, tidak rapi Angka kejadian penyakit yang ditularkan melalui
dan berjarak kurang dari 500 meter dari sarang makanan di Indonesia cukup signifikan terlihat
lalat / tempat sampah, serta terdapat beberapa dari masih tingginya angka penyakit infeksi
kantin yang berbau busuk atau bau yang berasal seperti tifus, kolera, dan disentri. Oleh karena itu
dari sumber pencemaran dan tidak sesuai pekerja penanganan makanan harus mengikuti
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik prosedur sanitasi yang memadai untuk
Indonesia Nomor 1096 / Menkes / Per / VI Tahun mencegah kontaminasi makanan olahan (Powell,
2011 tentang Persyaratan Hygiene Hygiene Jacob, & Chapman, 2011; Soares, Almeida,
Pelayanan Katering (Indonesia, 2011). Cerqueira, Carvalho, & Nunes, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34


Berdasarkan hasil observasi, fasilitas sanitasi responden (100%) terdapat delapan responden
di kantin tidak memenuhi syarat karena (82,4%) yang memiliki personal hygiene baik
terdapat kantin yang tidak memiliki saluran dalam mengolah makanan dan enam responden
pembuangan limbah, beberapa kantin tidak lainnya (14,6%) hal ini terjadi karena masih
memiliki tempat cuci peralatan dan bahan terdapat responden yang menderita penyakit
yang memenuhi kriteria, kantin fasilitas menular alami. seperti flu dan batuk. Higiene
pencucian tidak disediakan dalam satu wadah perorangan penjamah makanan yang tidak
pencucian dan digunakan berulang kali, memenuhi persyaratan (93,8%), hal ini
bahan makanan yang akan diolah tidak dikarenakan setiap kali ingin bekerja tidak
disimpan dalam wadah individu, terdapat mencuci tangan dan tidak menutup mulut jika
dapur yang ukurannya kurang memadai dan batuk (Asokawati, Chahaya, & Dharma).
terdapat kantin yang kondisi bangunannya
tidak padat oleh vektor seperti tikus dan
serangga, serta fasilitas pengontrol vektor Berdasarkan observasi yang dilakukan di kantin, masih
tidak melengkapi semua lokasi kantin. terdapat responden yang tidak menutupi luka pada saat
mengolah makanan yaitu luka akibat penggunaan pisau,
Lokasi dan bangunan sangat penting untuk setiap terdapat sebagian responden yang tidak menjaga
tempat usaha dan kondisi sanitasi yang tidak kebersihan tangan, rambut, dan berkuku panjang, paling
memenuhi persyaratan juga dapat menentukan banyak. responden memiliki pakaian kotor karena
kualitas makanan yang disajikan, karena berbagai setelahnya
penyakit dapat terjadi akibat sanitasi.

Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volum1e547, Edisi 4, Oktober - Desember 2018


mereka memasak, mereka menyeka tangan mereka pada kostum termasuk penyakit yang ditularkan melalui makanan,
yang digunakan. kebersihan diri, kebiasaan yang berkaitan dengan
pengolahan makanan dan metode pengolahan
Hasil penelitian menunjukkan, terdapat makanan sehat (Powell dkk., 2011; Reilly, 2008).
responden yang sedang menggoreng, kemudian Pengetahuan pekerja makanan tentang kebersihan
kami mengangkat telepon di depan piring yang termasuk dalam kategori sangat baik (73,3%) hal ini
mereka masak dan tanpa mereka sadari mereka dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana
batuk satu hingga dua kali saat mengolah semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja
makanan dan sesekali mereka menggaruk-garuk makanan semakin baik pula pengetahuannya (
anggota badan tepat di atas piringnya. seperti Fatmawati, Rosidi, & Handarsari, 2013).
menggaruk lengan dan menggaruk kepala, dan
sebagian responden tidak memakai masker saat Pendidikan merupakan faktor dibalik pengetahuan dan kemudian
mengolah makanan sehingga tidak sesuai pengetahuan mempengaruhi perilaku. Pelatihan bagi pekerja
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor makanan dan konsumen tentang cara penanganan makanan yang
1089 tentang pelayanan Katering Sanitasi ( higienis merupakan elemen yang sangat menentukan dalam
Indonesia, 2011). pencegahan penyakit bawaan makanan (Griffith, Livesey, & Clayton,
2010;
Perilaku pedagang tidak higienis bisa juga menjadi Jouve, Aagaard-Hansen, & Aidara-Kane, 2010;
Sumber penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti Kouabenan & Ngueutsa, 2016). Apa saja

perpindahan bakteri penyebab penyakit dan saat melayani kontaminasi, baik di awal maupun akibat penanganan
pedagang makanan perlu berperilaku sehat untuk selama penyiapannya, jika tidak dikendalikan pada tahap
menghasilkan pangan yang bersih, sehat, aman dan untuk ini akan berdampak negatif langsung terhadap kesehatan
menjaga kualitas pangan yang disediakan. Perhatikan baik- konsumennya (Miranti & Adi, 2018). Pengetahuan dapat
baik karena penyimpanan makanan yang benar akan diperoleh melalui informasi yang disampaikan oleh tenaga
menghasilkan produk yang berkualitas (Echols, 2001; kesehatan, orang tua, guru, buku, media massa dan
Hillstrom, 2012). sumber lainnya. Pengetahuan juga bisa didapat melalui
pengalaman. Pendidikan yang tinggi tentang higiene
Higiene perorangan menentukan kualitas kesehatan sanitasi pangan akan mempengaruhi pekerja dalam
makanan olahan seperti mencuci tangan untuk melaksanakan higiene sanitasi pangan pada saat
menjaga kebersihan tangan, mencuci piring untuk melakukan proses produksi (Jevšnik, Hlebec, & Raspor,
menjaga kebersihan piring dan menghilangkan bagian 2008;Walker, Pritchard, & Forsythe, 2003; Wilcock, Pun,
makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan Khanona, & Aung, 2004).
makanan secara keseluruhan. Petugas pangan
merupakan salah satu sumber pencemar penyakit
karena kebersihan pawang sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya pencemaran tersebut dan untuk Pengetahuan juga merupakan komponen dalam
menghasilkan jajanan yang sehat dan aman pembentukan tingkah laku seseorang, budaya
dikonsumsi (Clayton, Griffith, Price, & Peters, 2002; dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, dan
Jacob & Organisasi, 1989; Medeiros, lingkungan, kemudian pengalaman merupakan
Hillers, Kendall, & Mason, 2001). sumber pengetahuan atau pengalaman salah satu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (
Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui, dan ini Alavi & Leidner, 2001; Von Krogh, Ichijo, & Nonaka,
terjadi setelah orang merasakan objek tertentu. 2000). Pengetahuan pekerja pangan tidak secara
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, langsung mempengaruhi praktik higiene sanitasi
yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pekerja pangan, dan selain pengetahuan, faktor
pengecap, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan lain dapat memengaruhi praktik higiene sanitasi
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (González, seperti pengalaman kerja. Pengetahuan tentang
Moll, & Amanti, 2006; Pfeffer pekerja pangan yang baik juga akan menghasilkan
& Sutton, 2000). Untuk memastikan kualitas makanan dan sikap yang benar, sehingga diharapkan praktik
setiap petugas yang terlibat dalam sanitasi makanan higiene sanitasi yang dimiliki juga baik (Faour-
harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, Klingbeil, Kuri, & Todd,

Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volum1e548, Edisi 4, Oktober - Desember 2018


2015; Heinz, 2013; Lues, Rasephei, Venter, & Allwood, PB, Jenkins, T., Paulus, C., Johnson, L., &
Hedberg, CW (2004). Kepatuhan mencuci tangan di
Theron, 2006).
antara pekerja perusahaan ritel makanan di
Minnesota.Jurnal Perlindungan Pangan, 67 (12),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang 2825-2828.
baik tidak berpengaruh langsung terhadap praktik Asokawati, R., Chahaya, I., & Dharma, S. Gambaran
kebersihan petugas makanan karena dari 34 responden Higiene Sanitasi Penyelenggaraan Makanan dan
Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan
(100%) terdapat enam responden (14,6%) yang memiliki
Makan di Lingkungan Kantin Universitas Sumatera
personal hygiene yang buruk, namun tingkat Utara Tahun 2015.
pengetahuannya dalam kategori sesuai. Semakin tinggi Gambaran Higiene Sanitasi Penyelenggaraan
pendidikan seseorang maka semakin banyak Makanan dan Keberadaan Bakteri Escherichia
coli pada Peralatan Makan di Lingkungan Kantin
pengetahuan atau informasi yang diperoleh semakin luas,
Universitas Sumatera Utara Tahun
namun bukan berarti seseorang yang berpendidikan
2015.
rendah memiliki pengetahuan yang mendalam karena Aswita, Y. (2015). Prinsip Penyelenggaraan Higiene
peningkatan pengetahuan tidak didapat dari pendidikan Sanitasi Makanan Dan Tingkat Pengetahuan
formal (Eraut, 2002). Serta Sikap Penjamah Makanan Di Lembaga
Permasyarakatan Kelas IIa Binjai
Baş, M., Ersun, A. Ş., & Kıvanç, G. (2006). Evaluasi
Penelitian lain menjelaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan, sikap, dan praktik kebersihan
pengetahuan pekerja makanan tidak berpengaruh makanan penjamah makanan dalam bisnis
signifikan terhadap perilaku kebersihan penjamah makanan di Turki.Kontrol Makanan, 17 (4),
317-322.
makanan dimana pendidikan formal umumnya
BPOM. (2017). Laporan pengawasan makanan dan
menjadi sarana bagi setidaknya masyarakat untuk minuman.
dapat membaca dan akan membantu memfasilitasi Chaib, F., & Lawe-Davies, O. (2017). SIAPA yang pertama
komunikasi dan mempengaruhi pemberian dan Perkiraan global penyakit bawaan makanan menemukan bahwa

menerima berbagai informasi (Rakhmawati, 2015) anak di bawah 5 tahun bertanggung jawab atas hampir sepertiga
kematian.
Chandra, B. (2007). Pengantar kesehatan lingkungan.
Jakarta: EGC.
Batasan penelitian Clayton, DA, Griffith, CJ, Harga, P., & Peters, AC
Studi ini mungkin memiliki keterbatasan dalam (2002). Keyakinan penjamah makanan dan praktik yang

observasi kami yang mungkin membatasi hasil Internasional


dilaporkan sendiri. jurnal dari
penelitian kesehatan lingkungan, 12 (1), 25-39.
seperti yang baru kami amati satu kali saja. Dinkes. (2017). Profil kesehatan sulawesi tenggara. Echols,
M. (2001).Keamanan pangan dan WTO: the
interaksi budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi:
KESIMPULAN Kluwer Law International. Eraut, M. (2002).
Mengembangkan pengetahuan profesional
dan kompetensi: Routledge.
Keamanan pangan diperlukan untuk mencegah Faour-Klingbeil, D., Kuri, V., & Todd, E. (2015). Menyelidiki
penyakit bawaan makanan. Efek kesehatan yang hubungan dua jenis manajemen bisnis makanan
berbeda dapat terjadi jika makanan yang disajikan di dengan pengetahuan, sikap, dan praktik
keamanan pangan penjamah makanan di
kantin tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
Beirut, Lebanon.Kontrol Makanan, 55,
Pengawasan makanan di kantin menjadi fokus utama
166-175.
dalam mewujudkan kantin yang sehat. Kebersihan Fatmawati, S., Rosidi, A., & Handarsari, E. (2013).
pribadi sebagai bagian integral dari ketahanan pangan Perilaku higiene pengolah makanan
perlu menjadi perhatian yang serius bagi universitas. berdasarkan pengetahuan tentang higiene
mengolah makanan dalam penyelenggaraan
Untuk mencegah dampak negatif, perlu dibuat
makanan di Pusat Pendidikan dan Latihan
pedoman pengawasan pangan di kantin. Olahraga Pelajar Jawa Tengah. Jurnal Gizi,
2 (2).
Fauziah, R., & Kalsum, U. (2016).Sikap dan
Sanitasi Kantin Terkait Penerapan Sanitasi Higiene
REFERENSI
Pangan pada Penjamah Makanan di Kantin Sekolah
Menengah Atas Kota Jambi. Kertas
Alavi, M., & Leidner, DE (2001). Pengetahuan disajikan di itu hijau Pengembangan
sistem manajemen dan manajemen Konferensi Internasional (GDIC 2016).
pengetahuan: Landasan konseptual dan González, N., Moll, LC, & Amanti, C. (2006). Dana
masalah penelitian. MIS triwulanan, 107-136. pengetahuan: Praktek berteori di

Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volum1e549, Edisi 4, Oktober - Desember 2018


rumah tangga, komunitas, dan ruang kelas: ruang debon dari rumah potong daging merah dengan
Routledge. kapasitas yang tinggi. Kontrol Makanan, 15 (7), 571-578.
Gordon, F. Kebersihan pribadi. Keterampilan Keperawatan Kunci, 60. Noar, SM, & Zimmerman, RS (2005). Kesehatan
Hijau, LR, & Selman, C. (2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi Teori Perilaku dan pengetahuan kumulatif tentang
Praktik persiapan makanan yang aman bagi pekerja dan perilaku kesehatan: apakah kita bergerak ke arah
manajer makanan: studi kualitatif. Makanan yang benar? Penelitian pendidikan kesehatan, 20 (
Tren Perlindungan, 25 (12), 981-990. 3), 275-290.
Griffith, CJ, Livesey, KM, & Clayton, DA (2010). Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku
Budaya keamanan pangan: evolusi faktor risiko kesehatan: Jakarta: Rineka Cipta. Pfeffer, J., &
yang muncul? British Food Journal, Sutton, RI (2000).Yang mengetahui
112 (4), 426-438. gap: Bagaimana perusahaan cerdas mengubah
Heinz, H. (2013). Prinsip dan praktik untuk keamanan pengetahuan menjadi tindakan: Pers bisnis Harvard.
pengolahan makanan: Elsevier. Powell, DA, Jacob, CJ, & Chapman, BJ (2011).
Hillstrom, K. (2012).Regulasi dan Keamanan Pangan: Meningkatkan budaya keamanan pangan untuk mengurangi
Greenhaven Publishing LLC. angka penyakit bawaan makanan. Kontrol Makanan, 22 (6), 817-
Indonesia, MKR (2011). Peraturan Menteri Kesehatan 822.
Republik Indonesia Nomor Pragle, AS, Harding, AK, & Mack, JC (2007).
1096 / Menkes / Per / VI / 2011 tentang Hygiene Perspektif pekerja makanan tentang perilaku
Sanitasi Jasaboga: Jakarta. mencuci tangan dan hambatan di lingkungan
Jacob, M., & Organisasi, WH (1989). Penanganan makanan yang restoran. Jurnal dari Lingkungan
aman: panduan pelatihan bagi manajer di perusahaan Kesehatan, 69 (10), 27-33.
layanan makanan. Prüss-Üstün, A., Bos, R., Gore, F., & Bartram, J. (2008).
Jevšnik, M., Hlebec, V., & Raspor, P. (2008). Makanan Air yang lebih aman, kesehatan yang lebih baik: biaya,
pengetahuan dan praktik keamanan di antara manfaat, dan keberlanjutan intervensi untuk melindungi
penjamah makanan di Slovenia. Kontrol Makanan, dan meningkatkan kesehatan: Organisasi Kesehatan Dunia.
19 (12), 1107-1118. Rakhmawati, N. (2015). Sanitasi dan higiene peranan
Jouve, J.-L., Aagaard-Hansen, J., & Aidara-Kane, A. dalam proses pengolahan makanan di hotel
(2010). Keamanan pangan: kesetaraan dan faktor penentu brongto yogyakarta.Khasanah Ilmu-Jurnal
sosial.Kesetaraan, faktor penentu sosial dan program Pariwisata Dan Perhotelan, 6 (1).
kesehatan masyarakat, 95. Ramadani, ER, & Mersatika, A. (2017). Higiene dan
Kouabenan, DR, & Ngueutsa, R. (2016). Kontrol Sanitasi Makanan Jajanan di Kantin Sekolah
keyakinan dan keterlibatan dalam perilaku higienis Dasar di Kecamatan Buke Kabupaten Konawe
dan keamanan: kasus penyakit bawaan makanan. Selatan Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Jurnal internasional penelitian kesehatan Kesehatan Masyarakat, 2 (6).
lingkungan, 26 (4), 381-395. Reilly, C. (2008).Kontaminasi logam makanan: nya
Lues, JF, Rasephei, MR, Venter, P., & Theron, M. pentingnya kualitas makanan dan kesehatan manusia:
M. (2006). Menilai keamanan pangan dan praktik John Wiley & Sons.
penanganan makanan terkait di penjual makanan Sari, MA, Sulistyani, S., & Dewanti, NAY (2016).
jalanan.Jurnal internasional penelitian kesehatan Perbedaan Perilaku Penjamah Makanan
lingkungan, 16 (5), 319-328. Sebelum dan Sesudah Mendapatkan
Marriott, NG, Schilling, MW, & Gravani, RB Penyuluhan Higiene Sanitasi Makanan pada
(2018). Prinsip sanitasi makanan: Peloncat. Warung Makan di Terminal Terboyo
Medeiros, LC, Hillers, VN, Kendall, PA, & Mason, Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
A. (2001). Pendidikan keamanan pangan: apa yang Journal), 4 (5), 11-17.
harus kita ajarkan kepada konsumen?Jurnal dari Soares, LS, Almeida, RC, Cerqueira, ES, Carvalho,
Pendidikan Gizi, 33 (2), 108-113. JS, & Nunes, IL (2012). Pengetahuan, sikap dan
Melosi, MV (2004). Sampah di Kota: Tolak praktik dalam keamanan pangan dan
reformasi dan Lingkungan:Universitas keberadaan stafilokokus koagulase-positif di
Pittsburgh Pre. tangan penjamah makanan di sekolah
Miranti, EA, & Adi, AC (2018). Hubungan Camaçari, Brasil.Kontrol Makanan, 27 (1), 206-
pengetahuan dengan sikap dan higiene 213.
perorangan penjamah makanan pada Von Krogh, G., Ichijo, K., & Nonaka, I. (2000).
penyelenggaraan makanan asrama putri.Media Mengaktifkan penciptaan pengetahuan: Cara
Gizi Indonesia, 11 (2), 120-126. membuka misteri pengetahuan diam-diam dan
melepaskan kekuatan inovasi: Oxford University
Murray, CJ, Lopez, AD, & Organisasi, WH Press on Demand.
(1996). Beban global penyakit: penilaian Walker, E., Pritchard, C., & Forsythe, S. (2003). Makanan
komprehensif kematian dan kecacatan dari pengetahuan kebersihan penangan dalam bisnis
penyakit, cedera, dan faktor risiko pada tahun makanan kecil. Kontrol Makanan, 14 (5), 339-343.
1990 dan diproyeksikan hingga 2020: ringkasan. Widhiarso, W. (2011). Analisis program Skalo skala
Guttman.Yogyakarta, Indonesia: Universitas
Nel, S., Lues, J., Buys, E., & Venter, P. (2004). Itu Gajah Mada.
praktik kebersihan pribadi dan umum di

Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volum1e640, Edisi 4, Oktober - Desember 2018


Wilcock, A., Pun, M., Khanona, J., & Aung, M. (2004). Kutip artikel ini sebagai:Rahman, A., Tosepu, R.,
Sikap, pengetahuan dan perilaku konsumen: tinjauan Karimuna, SR, Yusran, S., Junaid. AZ(2018).
tentang masalah keamanan pangan. Tren Makanan Pengetahuan tentang kebersihan diri, sanitasi, dan keamanan
Sains & Teknologi, 15 (2), 56-66. pangan pekerja makanan di kantin universitas di Indonesia.
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 4 (4): 154-
161.

Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volum1e641, Edisi 4, Oktober - Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai