Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN ASMA

1.KONSEP DASAR MEDIS


1.1 PENGERTIAN
1.Asma ialah: Penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah
untuk bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan
manisfestasi berupa serangan asma. Kelainan yang di dapatkan
ialah:
1) Otot broncus akan mengkerut (terjadi pengkerutan)
2) Selaput lendir broncus edema
3) Produksi lendir makin banyak, lengket dan kental sehingga
ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lubang broncus menjadi
semput dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak
nafas.Serangan demikian dapat hilang sendiri atau hilang dengan
pertolongan obat. (Ngastiyah,1997:66)
2.Asma ialah : Menyebabkan penyakit kronik pada anak-anak, mempengaruhi
anak-anak terutama pada usia 2 sampai 8 tahun dan lebih
banyak mempengaruhi anak laki-laki di banding dengan anak
perempuan. (Adele Pillitteri,2002:269)
3.Asma ialah : Mengi berulang dan / atau batuk persisten dalam keadaan dimana
asama adalah yang paling mungkin,sedangkan sebab lain yang
jarang telah di singkirkan.(Kapita selekta kedokteran, jilid 2,
2000:461)
4.Asma ialah : Suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara resibel yang
ditandai dengan bronchospasme,inflamasi,dan peningkatan
reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.(Suriadi,2001:7)

1
2

5. Suatu penyakit pernafasan yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan


peningkatan reakasi jalan nafas terhadap berbagai stimulan yang
dapat menyebabkan penyakit kronik pada anak terutama pada
usia 2 – 8 tahun dan lebih banyak pada anak laki-laki.

1.2 ETIOLOGI
Penyebab asama masih belum jelas.di duga yang memegang peranan
utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan broncus (hiperreaktivitas broncus)
Faktor pencetusnya adalah :
1.Faktor ekstrinsik
Alegen
Setiap macam zat yang dapat menimbulkan (menyebabkan) reaksi
munologik bisa menimbulkan keadaan hypersensitivitas. Pada umumnya
antigen (alegen). Penting pada asma anak adalah bentuk tertentu extrak
protein.Sensitisasi tergantung pada lama dan insensitas berhubungan dengan
bahan alegen, misal : debu rumah, bulu binatang. Berhubungan dengan umur,
misal: semakin bertambahnya umur makin banyak alegen pencetusnya.
2.Faktor ekstrinsik
1) Infeksi
Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan
virus prainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya perfusis dan
streptokokus.Jamur misalnya aspergillius dan parasut seprti askaris.
2) Iritan
Hairspray, minyak wangi, obat semprot, asap rokok, bau tajam dari
cat, SO2, dan polutan udara lainnya dapat memacu serangan asama. Iritasi
hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan reflek bronkokontriksi.
3

3) Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan
kelembapan udara di hubungkan dengan Percepatan dan terjadinya serangan
asma..
4) Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat misalnya berlari atau naik sepeda dapat
memicu serangan asma, bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan
dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru dibawah optimal amat
rentan terhadap kegiatan jasmani.
5) Infeksi saluran nafas
Infeksin virus pada sinusitis, baik sinusitis akut maupun kronikdapat
memudahkan terjadinya asma pada anak. Rinitis alergika dapat
memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau reflek.
3. Faktor Psikis
Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persoalan yang
berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan
menggagalkan usaha pencegahan,sebaliknya terlalu takut terhadap adanya
serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.

1.3 PATOFISIOLOGI
1) Asma pada anak terjadi karena ada penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
2) Dengan adanya bahan iritasi atau allergent otot-otot broncus menjadi spasme
dan zat antibody tubuh muncul (immunoglobulin E atau I gE) dengan adanya
alergi IgE di munculkan pada receptor sel mast yang menyebabkan
pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.Mediator tersebut akan
memberikan gejala asma.
3) Respon asma terjadi dalam tiga tahap; tahap immediate yang di tandai dengan
bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayet dimana bronkokontriksi dapat
4

berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama, tahap late
yang di tandai dengan peradangan dalam hiperresponsif jalan nafas beberapa
minggu atau bulan.
4) Asthma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan
udara dingin.
5) Selama serangan asthmatik bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan
sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak,
kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distress
pernafasan.
6) Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli
dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian
tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi penurunan PO2
(hypoxia). Selama serangan asthmatic CO2 tertahan dengan meningkatnya
resistensi jalan nafas selama resistensi, dan menyebabkan acidosis respifatory
dan hyperapnea. Kemudian system pernafasan akan mengadakan kompensasi
dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut
menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah
(hypocapnea)
5

Patofisiologi
Stimulus non Stimulus imunologik
munologik (infeksi, Ag (Alergen)
virus, fisik, kimia)

Pengaktifan sel Antibody (IgE)

Sel must, sel epitel, makrofak,


cosinotis limposity

Radang Mediator

Kontraksi otot-otot pernafasan


Edema bronkus, infiltrat kemotaksis
seluluer, Fibrosis sub
epitel, Skresi mukus Respon granulosit, Netrofil, Eusiofil,
meningkat, Permeabilitas Basofil, Aktifnya sel mononukleus,
vaskuler dan mukosal Makrofak, Limfosit

Bersihan jalan nafas tidak efektif Sekresi mulut Edema mukosa

Penyumbatan jalan nafas Perubahan pada nafas

Ketidakseimbangan Hiperinflasi dan


P dan V kelenturan berkurang
Hiporenvikasi alveolar Sesak nafas (dyspnea) Sianosis
Kerja nafas bertambah
RR meningkat
Penurunan PO2 Resiko kurang Daya O2
Peningkatan POO2 volume cairan terhadap HB

Ketidakseimbangan Anemia
asam basa
Fatique
1.4 TANDA DAN GEJALA Kerusaskan pertukaran gas
1) Wheezing
2) Dypsnea
6

3) Batuk kering (tidak produktif)


4) tachypnea orthopnea
5) Gelisah
6) Diaphorosis
7) Nyeri pada abdomen
8) Sianosis
9) Perubahan tingkat kesadaran
1.5 STADIUM ASMA
1) Stadium Immidiate
- Adanya ISPA
- Serangan dapat beberapa kali
- Serangan dapat 3 – 4 kali dalam 1 tahun
- Gejala yang berlebih terjadi pada malam hari
- Nyeri berlangsung 3 – 4 hari
- Batuk-batuk berlangsung 10 – 14 hari
2) Stadium Delay
- Terjadi sebelum umur 3 tahun dan bertambah pada usia kurang dari 3
tahun.
- Frekuensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun
- Tiap serangan bisa sampai beberapa minggu
- Gejala terjadi paling jelek pada malam hari dengan batuk dan mengi yang
akan mengganggu.

3) Stadium Lead
- Terjadi umur yang bervariasi
- Bisa menyebabkan obstruksi yang resisten
7

- Mengi bila digunakan beraktifitas.


- Pada torax pigeon chast

1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1) Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
2) Foto thorax
3) Uji faal paru
4) analisa gas darah
5) Pemeriksaan energi (radioilergosorbent test; RAST)
6) Gas darah arteri
Pa CO2 dan PaO2 sedikit menurun, umumnya terjadi 2 antara serangan

1.7 KOMPLIKASI
1) Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2) Cronic persistent bronchitis
3) Bronchiolitis
4) Pneumonia
5) Emphysema

1.8 PENATALAKSANAAN
1) Menghindari factor pencetus
2) Oksigen Serangan akut dengan oksigen nasal / masker

3) Obat-obatan
Untuk pencegahan serangan asma dapat :
Bronkodilator
8

Kortikosteroid
Ketotifen (zadifen)
DSCG
Mukolitik
Obat pencegahan harus terus diberikan ealaupun sedang tidak mendapat
serangan
Obat-obat untuk asma anak terdiri dari:
Bronkodilator: Adrenalin, orsiprenalin, turbutalin, fenoterol
Kortikosteroid : Prednison, hidrokortison, dekstametason
Mukolitik : banyak minum air
Terapi cairan parenteral

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 PENGKAJIAN
Identitas
Asma menyerang pada anak usia 3-14 tahun (50%) (Ngastiyah, 1991)
Asma episodic sering terjadi pada anaak usia 3 tahun, dan asma presisten
sering terjadi pada anak usia 8-14 tahun.
2.2 Keluhan Utama
Sesak nafas
2.3 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Sesak nafas diikuti kenaikan frekuensi pernafasan, batuk dan wheezing
beberapa kali
Batuk-batuk dengan dahak kental, jernih dan berbusa
2.4 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
1) Artenatal : Bila salah satu atau kedua orang tua menderita asma
kemungkinan diturunkan secara poligenik
2) Natal : Tidak ditemukan penyebab terjadinya asma ketika bayi di
lahirkan
9

3) Postnatal : Adanya salah satu atau lebih faktor-faktor pencetus terjadinya


asma, antara lain :
Faktor allerge
Faktor infeksi
Faktor iritan
Faktor cuaca
Faktor kegiatan jasmani
Faktor infeksi saluran nafas
Faktor psikis

2.5 Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)


Penyakit asma merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara
poligenik
2.6 Riwayat Psiko Sosial
Faktor resiko merupakan faktor pencetus, stress akan memperberat serangan
asma
2.7 Activity Daily Life (ADL)
1) Pola nutrisi
Selama periode sesak nafas nafsu makan akan menurun yang diikuti intake
cairan yang menurun pula.
2) Pola aktivitas
Biasanya pasien yang sedang mendapat serangan asma akan lebih senang
duduk dipinggir tempat tidur dengan kedua tangannya berpagangan pada
tepi tempat tidur / duduk dikursi dengan berpegangan tangan pada pinggir
kursi
3) Istirahat
Mengalami gangguan akibat sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk
khususnya pada malam hari atau dini hari menyebabkan rasa tidak nyaman
pada daerah dada.
10

4) Eliminasi
Pola eliminasi tidak mempengaruhi tetapi bila terjadi penurunan aktivitas
akibat kelemahan menjadikan potensial terjadi konstipasi
5) Personal Hygiene
Kemungkinan terjadi gangguan kebersihan diri akibat serangan asma
karena keringat yang terlalu banyak

3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1 Keadaan umum
Fatiquen, tachipneu, sesak nafas
3.2 Kulit
Terdapat cyanosis pada bibir, sekitar hidung, telinga dan kuku
3.3 Kepala
Pada hidung terdapat pernafasan cuping hidung
3.4 dada
Inspeksi
Terdapat tarikan intercostae, suprastenal, epigastrium, tachypneu, dyspneu
Auskultasi
Wheezing (inspirasi / ekspirasi), penurunan suara nafas (akibat obstruksi dan
spasme otot bronkus), rales, ronchi
Perkusi
Terdapat hipersonor pada seluruh thorax terutama bagian bawah posterior

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4.1 Memeriksa sputum darah
Eostmofil lebih dari 250-5400 cal / m3
4.2 Uji faal ginjal
11

Untuk menentukan derajat obstruksi hasil profokasi broncus, hasil pengobatan


dan perjalanan penyakit
4.3 Pemeriksaan foto thorax
Pada keadan awal tidak di dapatkan kelainan, pada keadaan kronik akan
terlihat atelektasis
4.4 Test alergi kulit
Berguna dalam identifikasi alergen lingkungan
4.5 Test inhalasi bronchial
Untuk menyelidiki kemaknaan klinis alergen yang diduga dengan tes kulit
4.6 Test fungsi paru
Untuk menentukan tingkat obstruksi jalan udara dan gangguan pertukaran gas.

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL


(Suriad dan Rosa, 2001)
5.1 Gangguan pertukaran gas / tidak efektif bersihan jalan nafas / tidak efektif
pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosal dan
meningkatnya secret.
5.2 Fatique berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya usaha nafas.
5.3 Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan.
5.4 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
5.5 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.

6. INTERVENSI
6.1 Diagnosa 1
1) Tujuan : Bersihan jalan nafas dan pertukaran gas efektif
12

2) Kriteria hasil : Klien akan menunjukkan perbaikan ventilasi dan


oksigenasi, jaringan adekuat dengan GDA (gas darah
analisa) dalam rentang normal
Pernafasan normal (RR tidak ada tarikan otot Bantu
pernafasan), warna kulit merah muda, tidak ada suara
nafas tambahan
3) Intervensi :
3.1 Monitor respirasi, denyut janting, tekanan darah
R/: Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan / atau
kronisnya proses penyakit
3.2 Auskultasi suara nafas dan observasi warna kulit tiap 15-30 menit,
observasi usaha bernafas
R/: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas dan dapat / tak dimanifestasikan adanya bunyi advemisius
3.3 Kaji posisi yang lebih nyaman (tidak harus di fiksasi, kemana anak
nyaman itulah yang harus dilakukan)
R/: Anak-anak akan mencari posisi yang menurutnya enak dan merasa
aman sehingga dengan posisi tersebut kita dapat melakukan
tindakan atau membuat aliran udara lebih lancar
3.4 Berikan obat sesuai dengan hasil kolaborasi, monitor obat dan efek
sampingnya (Bronkodilator, steroid, antibiotik)
R/: Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local,
menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.
Kortikosteroid digunakan untuk mencegah alergi / menghambat
pengeluaran histamin , menurunkan berat dan frekuensi spasme
jalan nafas, inflamasi pernafasan dan dispnea
3.5 Ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi kecemasan pada
anak
13

R/: Kecemasan merupakan salah satu faktor yang akan memperburuk


keadaan karena cemas akan menambah spasme dari pada jalan
nafas
3.6 Ketahui bahwa bayi harus bernafas lewat hidung, lakukan suction pada
hiodung bila di perlukan
R/: memperlancar jalan nafas sehingga kebutuhan tubuh akan O2
dapet terpenuhi

6.2 Diagnosa 2
1) Tujuan :Anak tidak tampak fatique yang ditandai dengan tidak
iritabel, dapat berpartisipasi dan aktivitas yang sesuai
dengan kondisi
2) Kriteria hasil : Anak mendapatkan istirahat yang cukup yang dapat
mencegah hypoxia dan mengurangi kerja berat pernafasan
3) Intevensi :
3.1 Kaji tanda dan gejala hypoxia, kegelisahan, fatique, iritabel,
tachycardia, tachypnea
R/: Membantu untuk mengatasi apabila serangan dengan tanda dan
gejala tersebut datang
3.2 Berikan istirahat yang cukup
R/: Menghindarkan aktivitas yang dapat membuat anak lemah
3.3 Instruksikan agtar orang tua tetap berada di dekat anak
R/: Memberikan kenyamanan pada anak
3.4 Ajarkan untuk aktivitas sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak
R/: Melaksanakan / mengawasi kegiatan anak dalam batas-batas yang
ditentukan oleh dokter
6.3 Diagnosa 3
1) Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi
14

2) kriteria hasil : Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan


keluaran, bunyi nafas bersih, tanda fital dalam rentang yang
dapat di terima, berat badan stabil, dan tidak ada edema
3) Intervensi :
3.1 Gunakan tekhnik bermain sesuai umur anak-anak dalam pemberian
intake cairan
R/: Memodifikasi tindakan sehingga anak tidak menyadari kalau
sedang menjalani terapi
3.2 Koreksi dehidrasi secara bertahap
R/: Menghindari adanya dehidrasi yang dapat memperburuk keadaan

6.4 Diagnosa 4
1) Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat yang di
tandai dengan mengekspresikan perasaan dan perhatian
serta pemberian aktivitas yang sesuai usia atau kondisi
dan perkembangan psiko sosio anak
2) Kriteria hasil : Orang tua mau mendemonstrasikan koping yang tepat
pada anak
3) Intervensi :
3.1 Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan
R/: Mendampingi untuk memberikan rasa nyaman pada anank
3.2 Jelaskan prosedur dan pengobatan yang di berikan
R/: Menghindari kesalahan dalam memberikan obat
3.3 informasikan kondisi anak pada orang tua
R/: Menghindari kesalahan dalam mengkomunikasikan keadaan /
kondisi anak

3.4 Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finensial


15

R/: Menjaga keserasian keluarga sehingga tidak menimbulkan masalah


psikologis bagi anak

6.5 Diagnosa 5
1) Tujuan : Anak / orang tua akan dapat mengidentifikasi dosis /
takaran efek-efek yang diinginkan, efek yang beracun dan
frekuensi penggunaan obat yang diberikan dan
mengindikasikan untuk mencari bantuan tindakan
keperawatan kesehatan
2) Kriteria hasil : Orang tua klien mampu mengidentifikasikan pantangan
klien, mengetahui dosis obat, dan mampu untuk
mengidentifikasikan mencari pertolongan ketika terjadi
serangan
3) Intervesi :
3.1 Ajarkan cara-cara penggunaan obat yang diberikan
R/: Menghindari kesalahan dalam pemberian obat
3.2 Instrukssikan untuk menghindari kontak dengan iritasi alergen-alergen
di rumah, sekolah dan tempat bermain anak
R/: Menghindari faktor-faktor yang dapat merangsang timbulnya
serangan asma

7. IMPLEMENTASI
Tindakan yang diberikan mengacu pada intervensi yang telah dibuat dengan
prinsip:
1) mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan pembersihan jalan nafas
2) Memberikan istirahat yang cukup, mencegah hypoxia, dan mengurangi kerja
berat pernafasan
3) Memberikan lingkungan yang tenang da mengurangi kecemasan
4) Berikan hidrasi yang adekuat
16

5) Mengkaji proses koping keluarga


6) Memberikan informasi tentang proses penyakit, perawatan dan pengobatan

8. EVALUASI
Setiap tindakan yang dilakukan untuk membatasi masalah keperawatan yang akan
di dapatkan hasil berikut:
Tujuan tercapai / masalah teratasi
Tujuan tercapai sebagian / masalah teratasi sebagian
Tujuan belum tercapai / masalah belum teratasi

DAFTAR PUSTAKA
17

Ngastiah. (1997). Perawatan anak sakit. EGC : Jakarta

Suriadi dan Rita. (2001). Askep pada anak. PT Fajar Interpratama : Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2001). Kapita Selekta. Jilid 2


Mediaa Aeseulapius, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai