Anda di halaman 1dari 17

RISIKO OPERASIONAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Manajemen Risiko
Dosen Pengampu : Iwan Fahri Cahyadi, SP,MM

Disusun Oleh :
1. Ismawaroh (1820210178)
2. Dimas Aditia (1950110163)
3. Nanik Khusnul khuluq (1950110173)
4. M. Syarif Fajar Khoirullah (1950110181)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2021

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini risiko operasional semakin dikenal sebagai salah satu
factor yang perlu dikelola dan di cermati oleh para pelaku usaha yang
khususnya bergerak di bidang jasa keuangan. Dalam industri yang
memiliki aktivitas perdagangan, risiko operasional menjadi komponen
vital dalam kerangka pengelola risiko perusahaan yang lebih luas. Oleh
karena itu, pemahaman mengenai konsep risiko operasional beserta
pendekatan matematis dan probalistik menjadi sangat penting dikuasai
oleh praktisi didunia usaha dan akademis.
Tanpa disadari perusahaan itu sebenarnya sudah mengenali risiko
operasional, sebagai contoh perusahaan mengalami kesalahan pencatatan,
system pengawasan internal yang kurang memadai, kegagalan system
computer, dll. Risiko tersebut biasa disebut dengan risiko inherent yaitu
risiko yang muncul karena perusahaan menjalankan bisnisnya. Adapun
upaya perusahaan untuk mengelola dan menurunkan risiko operasional,
misalnya seperti memperbaiki system, memberikan training terhadap
karyawan, dll.
Manajemen operasional itu sendiri merupakan serangkaian prosedur
dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan risiko paar yang timbul dari kegiatan
perusahaan. Untuk memahami pengertian risiko operasional terlebih
dahulu kita harus mengetahui apa sebenarnya risiko itu sendiri.
Secara umum risiko diartikan sebagai potensi terjadinya suatu
peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Maka risiko
operasional merupakan risiko yang di sebabkan adanya ketidak cukupan
atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
system atau adanya problem eksternal yang mempebngaruhi operasional
perusahaan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Definisi Risiko dan Ruang Lingkup Operasional ?
2. Sebutkan Bentuk-Bentuk Risiko operasional ?
3. Bagaimana Pengukuran Risiko Operasional ?
4. Bagaimana Perubahan Karakteristik Risiko Operasional ?
5. Bagaimana Biaya Terhadap Risiko Operasional ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Ruang Lingkup Risiko Operasional
1. Risiko Operasional
Risiko operasional (operasional risk) merupakan risiko yang
telah lama dikenal dan sekaligus paling mutakhir dihadapi
Lembaga keuangan pad umumnya, khususnya bagi dunia
perbankan. Risiko itu terjadi satu momok merugikan dan sekaligus
mengecewakan.1
Definisi “risiko operasional” seperti digariskan pada Bassel II
Capital Accord mendefinisikan Operasional Riisk sebagai risiko
kerugian yang terjadi sebagai akibat inadequate atau Failed internal
processis , people dan system atau sebagai akibat dari eksternal
events. Meskipun memasukkan unsur legal risk kedalamnya,
Bassel Iiitu tidak memuat business, strategic dan reputation risk
sebagai bagian dari operasional risk tersebut.2
Definisi risiko operasional dalam Basse II adalah termasuk
risiko hukum, namun tidak mencakup risiko bisnis, strategi dan
reputasi. Menurut (mamdu:2009) risiko operasional merupakan
tipe risiko yang paling tua, tapi yang paling sedikit dipahami
dibandingkan dengan tipe risiko lainnya. Prubahan sesudah
mengenali risiko operasional meskipun dengan mana yang berbeda.
Sebagai contoh perusahaan selalu berusaha memperbaiki sistem,
prosedur, atau proses bisnis melalui manajemen kualitas,
perusahaan memberikan training kepada karyawannya agar mereka
semakin terlatih dan semakin sedikit membuat kesalahan. Dalam
konteks manajemen risiko, upaya tersebut di pandang sebagai
upaya untuk mengelola atau menurunkan risiko operasional
2. Ruang Lingkup Risiko Operasional
1
Masyhud Ali, Manajemen Risiko Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan
Globalisasi Bisnis (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm.244.
2
H. Masyhud Ali, Manajemen Risiko (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2006) Hal 272

3
Menurut Lam (2014:241-246), ruang lingkup risiko operasional
terdiri dari:
a. Risiko Proses
Risiko operasional timbul dari proses yang tidak efektif
dan/atau tidak efisien. Tidak efektif dapat didefinisikan sebagai
hal-hal yang dapat menggagalkan pencapaian tujuan, sementara
tidak efisien dapat diartikan sebagai hal-hal yang dapat
menunjang pencapaian tujuan akan tetapi menghabiskan
banyak biaya. Pada umumnya risiko proses berkaitan dengan
proses transaksi, yang mencakup penjualan, pematokan harga
(pricing),dokumentasi, konfimasi, dan pemenuhan (fulfilment).
Risiko-risiko tersebut berpotensi menimbulkan kerugian
dalam aspek keuangan, pelanggan, dan reputasi perusahaan.
Misalnya kesalahan pematokan harga jual dapat mengakibatkan
perusahaan memperoleh laba yang rendah, sementara masalah
pemenuhan dapat mengakibatkan customer menjauh dari
perusahaan. Risiko signifikan lainnya dapat berasal dari proses
dokumentasi. Ketidakcukupan dokumentasi berpotensi
menimbulkan misscommunication antara pihak-pihak yang
terlibat dalam sebuah kontrak sehingga dapat menciptakan
tambahan risiko ketidakpastian ketika terjadi suatu perselisihan.
Misalnya mengenai dokumen persetujuan transaksi.
b. Risiko Sumber Daya Manusia
People Risk biasanya timbul dari hambatan-hambatan yang
dialami oleh karyawan, kompetisi yang tidak membangun
pentingnya kesadaran akan risiko. hambatan karyawan tejadi
ketika perusahaan tidak dapat memenuhi posisi-posisi
karyawan di titik-titik kritis karena jangka waktu karyawan
lebih pendek, atau karena kompensasi atau insentif lainnya
tidak cukup menarik perhatian kandidatkandidat baru.

4
Kompetisi yang kurang memadai menjadi masalah ketika
karyawan-karyawan perusahaan tidak memiliki kemampuan
dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan tugas
mereka dengan tepat. Lalu masalah ketidak jujuran pencurian
aset perusahaan oleh karywan. Sementara masalah budaya
organisasi yang tidak sadar akan risiko berpotensi juga untuk
menimbulkan perilaku-perilaku yang menyimpang dari para
karyawan.
c. Risiko incidental
Risk Event merupakan risiko atas kerugian yang
berhubungan erat dengan peristiwa-peristiwa tunggal yang
tidak diharapkan, akan tetapi berpotensi membawa dampak
yang serius jika risiko-risiko tersebut benar-bener terjadi.
Misalnya, kecurangan internal atau kecurangan ekternal,
kegagalan sistem,dislokasi pasar, dan bencan alam
d. Risiko bisnis
Risiko bisnis merupakan risiko atas kerugian yang
berhubungan dengan perubahan yang tidak diharapkan dalam
lingkungan kompetitif. Risiko ini mencakup masalah strategi
perusahaan, manajemen klien, pemgembangan produk,
pematokan harga, dan masalah penjualan. 
B. Bentuk-Bentuk Risiko Oprasional
Risiko operasional ini tentu saja tidak muncul secara sendirinya tanpa ada
faktor yang dapat mempengaruhinya. Adapun faktor yang membentuk
risiko operasional yaitu :
1. Risiko pada Komputer
Risiko pada bidang komputer bisa terjadi karena berbagai faktor
seperti faktor masuknya virus yang disebabkan oleh proteksi software
yang tidak memadai. Komputer yang dalam praktiknya menggunakan
jaringan internet paling rentan terhaadap risiko ini. Tidak hanya itu, faktor
human error juga turut melatarbelakangi risiko ini seperti kesalahan

5
pemakaian dan tidak stabilnya tegangan listrik. Oleh karena hal tersebut,
maka dalam suatu perusahaan perlu seorang ahli IT yang tangguh dan
berkualitas sehingga bilamana risiko ini timbul perusahaan dapat
menanggulanginya.
Risiko-risiko yang timbul dalam bidang komputer :
a. Terjadinya perubahan data-data komputer karena faktor terserang
oleh virus. Solusinya, untuk setiap komputer perlu adanya backup
data yang dianggap penting dan memproteksi komputer dari
hardware asing.
b. Komputer adalah tehnologi yang selalu mengalami perubahan
terutama program yang ditawarkan maka perlu personel yang
memiliki kualitas IT tinggi agar bisa menghindari risiko
dikemudian hari.
c. Komputer adalah masuk dalam kategori IT yang memiliki nilai
pasar yang tinggi, sehingga setiap pergantian perangkat komputer
dan biaya tenaga ahlinya akan membutuh biaya yang tinggi.
2. Kerusakan Maintenance Pabrik
Bagi setiap perusahaan khususnya perusahaan yang memiliki
mesin sangat mengandalkan pada kualitas peralatannya dalam
menunjang produksi, maka biaya pada pemeliharaan, perawatan dan
pergantian peralatan pabrik bersifat rutin. Peralatan atau maintenance
pabrik jika dilihat dari segi harga dipasaran memiliki nilai yang
berbeda-beda, ada yang rendah, sedang dan tinggi. Serta lebih jauh ada
yang dapat diperoleh didalam negeri ada yang harus di impor. Jika
harus di impor maka artinya perusahaan harus menyediakan mata uang
asing untuk dapat memesan dan membeli peralatan tersebut. Begitu
pula dengan teknisi yang diperlukan untuk mengoperasionalkan mesin
pabrik juga harus terlebih dahulu dilatih, disekolahkan agar mengerti
dengan benar setiap permasalahan yang timbul dikemudian hari.
Oleh karena itu, beberapa resiko yang harus ditanggung oleh suatu
industri pada saat timbulnya kerusakan maintenance pabrik adalah :

6
a. Terhentinya aktivitas produksi selama beberapa saat.
Solusinya, bahwa setiap perusahaan disarankan untuk selalu
menyediakan mesin cadangan beserta suku cadangnya agar
aktifitas produksi tidak terbuang percuma.
b. Biaya service (service cost) dengan mendatangkan tenaga ahli,
jika perusahaan tidak memilikinya.
c. Biaya pergantian dalam bentuk pembelian baru beberapa
peralatan pabrik. Dan persoalan yang lebih jauh jika barang
yang dipesan tersebut tidak tersedia dipasaran dengan cepat,
sehingga mengharuskan perusahaan untuk memesan terlebih
dahulu dan ini akan memakan waktu yang lama.
3. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja terjadi pada saat suatu perusahaan tidak
menerapkan dan memberlakukan suatu konsep keselamatan dan
jaminan bekerja sesuai barang dengan aturan dan ketentuan yang
berlaku. Bentuk risiko kecelakaan yang akan dialami perusahaan :
a. Perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen kerja yang
telah diterapkan karena dianggap tidak efektif.
b. Bila kecelakaan kerja sering terjadi dan dapat sorotan pers
maka akan berakibat turunnya reputasi perusahaan dimata
konsumen dan mitra bisnis.
c. Bila perusahaan tidak menerapkankeselamatan kerja maka saat
mengajukan pinjaman ke perbankan akan mengalami kendala.
4. Kesalahan dalam Pembukaan Secara Manual (Manual Risk)
Resiko dalam bidang pembukaan secara manual sebenarnya terjadi
karna beberapa sebab seperti :
a. Pembukaan secara manual ditulis atau dicatat umumnya di
kertas, sehingga pada saat suatu kantor mengalami kebanjiran,
kebakaran, kesalahan dalam tidak bisa atau sulit untuk mencari
penggantinya.

7
b. Jika kesalahan dalam pencatatan secara pembukuan terjadi
maka penyelesaian dan pencarian sumber masalahnya juga
harus dilakukan secara manual. Seperti kesalahan dalam
pembuatan pada income statement maka pelacakannya proses
dimana sumbernya harus dicari pada buku atau catatan dan
juga penelusurannya harus dilakukan hingga ke buku jurnal
serta pada setiap kuitansi dan berbagai bukti tertulis lainnya.
Sehingga jika kejadian ini sering terjadi maka waktu yang
dibutuhkan terlalu lama. Memang salah satu keuntungannya
bukti fisik langsung ditemukan. Namun jika ini dilakukan
dengan komputer, maka dengan hanya melihat nomor seri dari
setiap bon, faktur dan sebagainya dengan cepat akan selesai.
Jika dilakukan secara computer maka pihak perusahaan bisa
membuat sebuah website atau email pribadi kantor yang
bersifat rahasia dan menyimpan data-data rahasia dengan
password rahasia juga, sehingga jika seorang pimpinan sedang
berada diluar kota atau luar negeri maka dengan data yang
tersimpan via internet tersebut memungkinkan pekerjaan dapat
terus berlangsung dan berbagai data dapat dengan mudah
diperoleh.
c. Proses penyusunan pembukuan akan berlangsung dengan
waktu yang lama sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien dan
efektif. Efisien dilihat dari segi biaya dan efektif dilihat dari
segi waktu.
d. Setiap pengiriman informasi harus dilakukan melalui kantor
pos atau jasa pengiriman surat. Sementara dengan penggunaan
teknologi sudah dapat dilakukan dengan cara email atau via
internet.
5. Kesalahan Pembelian Barang dan Tidak Ada Kesepakatan Bahwa
Barang yang Dibeli Dapat Ditukar Kembali

8
Resiko seperti ini timbul pada saat kesepakatan dalam setiap
pembelian barang tidak diikuti dengan perjanjian bahwa barang
tersebut bisa di tukar kembali dan berbagai kesepakatan lainnya.
Sehingga pada saat kesepakatan tersebut tidak dibuat maka perusahaan
harus mengalami atau menanggung beberapa resiko kerugian, yaitu
sebagai berikut :
a. Adanya barang yang sudah dibeli dengan harapan dapat terjual
namun tidak laku terjual dan tidak ada perjanjian barang
tersebut bisa ditukar sehingga perusahaan mengalami kerugian.
b. Pada saat barang sudah dijual namun ternyata ada sisa dan itu
tidak bisa ditukar dengan yang baru, maka ini memaksakan
perusahaan untuk menjualnya dengan harga yang murah
dengan asumsi daripada barang tersebut tidak dijual dipasaran
atau mengalami kadaluarsa.
c. Perusahaan tidak bisa melakukan penghematan biaya. Karena
kontrak dagang dengan para mitra bisnis bersifat tunai dan
tidak ada konsep service purna jual.
6. Pegawai Outsourcing
Penerimaan dan penempatan pegawai secara konsep outsourcing
memberi pengaruh besar bagi perusahaan baik secara jangka pendek
dan jangka panjang.
Pegawai outsourcing biasanya pegawai yang disediakan oleh suatu
lembaga penyedia pegawai dan kemudiaan suatu perusahaan
menghubungi perusahaan tersebut untuk dipekerjakan sebagai kontrak
pada perusahaan, atau suatu perusahaan sebagai pegawai dengan
perjanjian secara outsourcing. Pada saat ini banyak perusahaan yang
menerapkan sistem outsourcing dengan berbagai alasan yaitu sebagai
berikut :
a. Biaya yang dikeluarkan lebih murah karena perusahaan tinggal
menghubungi lembaga penyalur kerja. Jika selama ini
perusahaan melakukannya sendiri seperti membuat tim

9
penerimaan dan seleksi (recruitmen and selection) karyawan
dan juga membuat pelatihan (training) maka dengan adanya
jasa penyalur tenaga kerja memungkinkan cost yang
dikeluarkan untuk itu menjadi lebih sedikit.
b. Pegawai yang berasal dari outsourcing dianggap lebih memiliki
kesiapan karena sudah dipersiapkan.
c. Perusahaan hanya memiliki dan bertanggung jawab kepada
lembaga penyalur tenaga kerja dan itu dilakukan sesuai dengan
kontrak kerja sama yang disepakati.
d. Tidak ada biaya fixed cost yang harus ditanggung dan
dipersiapkan, seperti pada saat pegawai tersebut akan pensiun
maka harus menyiapkan uang pesangon atau dana pensiun.
e. Perusahaan bisa dengan mudah mengganti karyawan tersebut
setelah habis masa kontrak karena perjanjian dilakukan sesuai
dengan isi kontrak kerja.
Ada beberapa risiko yang harus ditanggung perusahaan
ketika menerima pegawai outsourcing :
a) Tidak punya rasa tanggung psikologis untuk menjaga
perusahaan karenabpegawai tersebut lebih bertanggung
jawab pada penyalur.
b) Rahasia perusahaan selama ia bekerja mungkin
diketahui publik bila ia tidak lagi bekerja diperusahaan.
7. Globalisasi dalam Konsep dan Produk
Era globalisasi telah memberi perubahaan besar bagi konsep bisnis
pada seluruh sektor bisnis, baik finansial dan non finansial, sehingga
penciptaan konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginan
globalisasi tersebut, jika tidak maka artinya produk tersebut tidak akan
laku di perusahaan secara baik. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu
dilakukan pelatihan dan pendidikan bagi para karyawan agar
mengetahui konsep dan cara berfikir global yang kemudian akan
tertuang dalam bentuk hasil produk.

10
Untuk menerapkan konsep global tersebut perusahaan harus
dengan cepat melakukan adaptasi dalam menyesuaikan setiap
perubahaan sekarang ini dengan kondisi realita di perusahaan. Seperti
penggunaan teknologi modern yang memiliki spesifikasi tinggi
sehingga cepat terkoneksi dengan berbagai permasalahan, baik
pengaduan masalah yang datang dari internal perusahaan maupun yang
berasal dari pihak eksternal. Sehingga tidak terjadi penumpukan dalam
penanganan masalah, namun masalah akan lebih cepat terselesaikan
Oleh karena itu, solusi penerapan yang harus diterapkan adalah,
“Berfikir, merencanakan, dan merealisasikan semua aktivitas usaha
dengan menerapkan standar-standar internasional terutama aktivitas
yang terkait dengan aspek permodalan, regulasi, transparansi atau
komunikasi, teknologi serta kompetensi manajemen dan karyawan.
Sehingga dengan penerapan seperti itu diharapkan antisipasi
perusahaan terhadap risiko operasional dari segi global akan dapat
dihindari atau minimal diperkecil.3

C. Pengukuran Risiko Operational


Salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan dua
klasifikasi, yaitu:
1. Frekuensi atau probilitas terjadinya risiko.
2. Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut.
Dengan menggunakan dua dimensi tersebut, kita bisa membuat
matriks frekuensi/tingkat untuk risiko-risiko yang ada, termasuk
risiko operasional. Berikut contoh aplikasi matriks termasuk untuk
gagal bayar dan kesalahan pemrosesan transaksi.
Tipe risiko seperti ini lebih menantang untuk dihadapi. Jika
risiko seperti ini muncul, perusahaan bisa mengalami kerugian
yang cukup besar, dan barang kali dapat mengakibatkan

3
http://kamarbacabuku.blogspot.com/2014/11/risiko-oprasional.html?m=1. Diakses pada
tanggal 05 pukul 17.00

11
kabangkrutan. Tetapi frekuensi risiko tersebut relativ jarang,
sehingga tidak mudah di temui atau dikenali oleh prusahaan.
Karena itu tipe risiko ini paling sulit dipahami karakteristiknya,
dan sulit diprediksi kapan datangnya. Misalnya,baring gagal
melakukan pengawasan terhadap tranding yang diluar batas oleh
salah seorang tradernya. Kemudian terjadi kerugian yang
mengakibatkan kebangkrutan perusahaan tersebut. Frekuensi risiko
semacam ini relative jarang ditemui.
Tipe risiko ini seringkali muncul tapi besarnya kerugian
relative kecil. Biasanya risiko semacam ini muncul sebagai akibat
perusahaan menjalankan bisnisnya. Dengan kata lain, risiko
semacam ini merupakan konsekuensi perusahaan menjalankan
bisnisnya. Misalnya, untuk perusahaan supermarket, ada risiko
shoplifting (pencuruian oleh pembeli), pencurian oleh karyawan,
barang dagangan rusak karena busuk atau karena botol pecah,
risiko semacam ini lebih mudah dikenali, dan perusahaan bisa
menghitung tersebut. Kemudian perusahaan bisa menganggapnya
sebagai biaya dari kegiatan bisnis, dan perusahaan bisa
memasukkannya dalam komponen harga. Kebanyakan perusahaan
memasukkan biaya seperti itu ke dalam struktur harga mereka.
Perusahaan bisa memonitor risiko-risiko tersebut untuk
memastikan bahwa risiko masih dalam wilayah normal. Jika risiko
tersebut bergerak melebihi batas tertentu, maka perusahaan perlu
melakukan tindakan untuk menangani risiko tersebut. Misalnya,
jika frekuensi pencurian oleh pembeli supermarket menunjukkan
kecenderungan meningkat maka manajer perlu melakukan
perbaikan. Perbaikan-perbaikan tersebut pada intinya memperbaiki
prosedur dan proses bisnis. Misalnya, pada kasus pencurian diatas,
manajer supermarket bisa meminta pembeli untuk meninggalkan
tas, memasang barcode pada setiap produk yang dipajang

12
(sehingga jika pembeli tidak lepas dan melewati tiang scanner akan
bersembungi).
D. Perubahan Karakteristik Risiko Operasional
Setiap risiko bisa berubah karakteristiknya dari waktu ke waktu.
Misalnya pada jam pencatatan transksi dilakukansecara manual (karyawan
menuliskan harga dan jumlah unit yang diperdagangkan di kertas), cara
tersebut dpata memunculkan risiko kesalahan pencatatan. Frejuensi
kesalahan cukup sering karena karyawan lelah namun biasanya
mengakibatkan kerugian yang relative kecil. Sekarang ini sudah banyak
cara manual seperti itu diganti dengan pencatatan telekomputerisasi
dengan demikian frekuensi kesalahan dapat diturunkan namun akan
muncul jenis risiko baru. Apabila terjadi kegagalan atau kelemahan pada
sistem komputer maka kerugian yang muncul akan sangat besar.
a. Globalisasi
Era globlalisasi telah memberi perubahan besar bagi konsep bisnis
pada seluruh sektor bisnis, baik financial maupun non financial,
sehingga menciptakan konsep produk dibuat untuk bisa manampung
keinginan globalisasi tersebut.
b. Otomatisasi
Otomatisasi ini meruurnkan risiko yang berkaitan dengan manusia
(misal kesalahan dalam pencatatan karena kelelahan).
c. Terlalu mengandalkan teknologi
Apa bila terlalu mengandalkan teknologi maka akan ada risiko baru
yng akan dialami, walaupun dengan menggunakan teknologi
memudahkan dlam membentu proses bisnis yang akan lebih cepat.
d. Outsourcing
Outsourcing merupakan tren bisnis akhir-akhir ini outsourcing berarti
menggunakan jasa pihak luar untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaaan perusahaan.
e. Perubahan budaya masyarakat

13
Masyarakat semakin lama semakin pandai, semakin sadar akan hak
dan kewajibannya. Kesadaran ini cenderung meningkatkan risiko
litigasi, dimana mayarakat akan berusaha menuntut apabila merasa
dirugikan. Perubahan budaya masyarakat bisa meningkatkan risiko
gugutan hukum.

E. Biaya Untuk Risiko Operational


Untuk mengatasi risiko operational suatu perusahaan harus membuat
analisa mencakup:
a. Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan
dihadapi
b. Memperhitung biaya yang harus dialokasikan menyangkut
pengelolaan risiko
c. Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layak
diterappkan untuk mengelola risiko
d. Memutuskan dari mana sumber dana yang dapat dialokasikan
untuk mendukung penyelesaian operational risk ini

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Risiko operasional (operasional risk) merupakan risiko yang telah
lama dikenal dan sekaligus paling mutakhir dihadapi Lembaga keuangan
pad umumnya, khususnya bagi dunia perbankan. Risiko itu terjadi satu
momok merugikan dan sekaligus mengecewakan. Ruang lingkup Risiko
Operasional terdiri dari risiko proses, risiko sumber daya manusia, risiko
meidental, dan risiko bisnis.
Adapun fsktor ysng mempengaruhi risiko operasional, anatar lain :
1. Risiko pada computer, 2. Kerusakan Maintenance pabrik, 3. Kecelakaan
Kerja, 4. Kesalahan dalam pembukaan secara manual, 5. Kesalahan
pembelian barang dan tidak ada kesepakapatan bahwa barang yang dibeli
dapat ditukar kembali, 6. Pegawai outsourcing, 7. Globalisasi dalam
konsep dan produk.
Untuk mengatasi risiko operasional suatu perusahaan harus
membuat analisa yang mencakup, yaitu : menghitung dan memetakan
bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi. Memperhitungkan berapa
biaya yang harus dialokasikan menyangkut pengelolaan risiko.
Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layak diterapkan
untuk mengelola risiko. Dan memutuskan dari mana sumber dana yang
dapat dialokasikan untuk mendukung penyelesaian operasional risk ini.
B. Saran

15
Demikian makalah ini kami buat, dengan adanya makalah ini kami
berharap pembaca dapat memahami mengenai materi yang kami buat ini
dan menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca. Apa bila terdapat
kesalahan dalam penggunaan kata atau yang lainnya kami mohon maaf.

DAFTAR PUSTAKA

Masyhud Ali, Manajemen Risiko Strategi Perbankan dan Dunia Usaha


Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis (Jakarta: Rajawali Pers, 2006)
H. Masyhud Ali, Manajemen Risiko (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2006)
http://kamarbacabuku.blogspot.com/2014/11/risiko-oprasional.html?m=1.

16

Anda mungkin juga menyukai