Anda di halaman 1dari 11

ASBABUN NUZUL

Oleh :
Irna Wahyu Hidayati
Nunung Rohmawati
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir STAIA Syubbanul Wathon Magelang
A. Pendahuluan
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan
yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan
pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah
lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang. Sebagian
besar al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi kehidupan
para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan
kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum
Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah
Saw untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka al-Qur’an turun untuk
peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang
dinamakan asbabun nuzul.1 Asbabun nuzul merupakan salah satu pokok bahasan
dalam studi ilmu-ilmu al-Qur’an. Ilmu ini memberikan peranan yang sangat penting
dalam menafsirkan al-Qur’an, bukan hanya untuk memahami suatu ayat, mengetahui
hikmah dibalik penetapan suatu hukum, tetapi juga menginformasikan realitas sosial-
budaya masyarakat pada masa turunnya al-Qur’an. Kajian asbabun nuzul memberikan
kesadaran akan pentingnya konteks sejarah dalam memahami al-Qur’an, dimana
perhatian kajian ini adalah menelaah latar belakang turunnya ayat-ayat al-Qur’an,
disamping sangat membantu untuk melacak makna suatu ayat, juga berguna dalam
upaya memahami al-Qur’an untuk waktu dan tempat yang berbeda.
Pembahasan mengenai asbabun nuzul ini sangat penting dalam pembahasan
ulum al-Quran, karena pembahasan ini merupakan kunci pokok dari landasan
keimanan terhadap pembuktian bahwa al-Qur’an itu benar turunnya dari Allah SWT.
Adapun susunan pembahasan dari makalah ini diawali dengan definisi asbabun nuzul,
cara mengetahui asbabun nuzul, bentuk dan macam-macam asbabun nuzul, redaksi
asbabun nuzul, dan urgensi asbabun nuzul dalam menafsirkan al-Qur’an. Tentu saja
makalah ini diakhiri dengan kesimpulan dari pemaparan yang telah dipaparkan.
Syaikh Manna’ Al-Qattan, “Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an”, terj. Umar Mujtahid Cet. 1, Jakarta :
1

Ummul Qura, 2016, hlm. 121.


B. Pembahasan
a. Definisi Asbabun Nuzul
Kata asbab secara etimologis adalah jamak dari kata sabab yang berarti
alasan atau sebab. Jika kata asbab dan nuzul dikomulasikan, kata ini menjadi
asbab al-nuzul yang berarti sebab-sebab turun, artinya pengetahuan tentang sebab
turunnya al-Qur’an. Sedangkan secara terminologis, ulama berbeda dalam
memberikan definisi secara redaksional meskipun substansinya sama. Al-Zarqani
mendefinisikan asbabun nuzul sebagai ayat atau beberapa ayat yang turun yang
membicarakan dan menjelaskan hukum pada saat terjadinya peristiwa. Shubhi al-
Shalih mendefinisikannya sebagai ayat atau beberapa ayat yang turun karena
adanya sebab, baik yang mengandung sebab, memberi jawaban terhadap sebab,
atau menerangkan hukum pada saat terjadinya peristiwa itu.2
Berdasarkan pengertian diatas, asbabun nuzul mengerucut pada dua hal
berikut ini : Pertama, terjadi suatu peristiwa, kemudian al-Qur’an turun berkaitan
dengan peristiwa tersebut. Kedua, Rasulullah Saw ditanya tentang sesuatu lalu al-
Qur’an turun berisi penjelasan hukum terkait pertanyaan yang diajukan. Kendati
demikian, ini tidak berarti bahwa orang harus mencari tahu asbabun nuzul setiap
ayat. Namun tidak semua al-Qur’an turun bertepatan dengan suatu kejadian atau
peristiwa tertentu, atau karena adanya pertanyaan. Akan tetapi sebagaimana
disebutkan, pada awalnya al-Qur’an turun untuk menyampaikan tentang akidah-
akidah iman, kewajiban-kewajiban Islam, dan syariat-syariat Allah dalam
kehidupan individu maupun kelompok.
Al-Ja’bari berkata, “al-Qur’an turun dalam dua kategori. Pertama turun
begitu saja. Kedua, turun setelah adanya peristiwa atau pertanyaan”. Maksudnya,
turunnya ayat-ayat al-Qur’an tidak selalu bertepatan dengan suatu peristiwa atau
pertanyaan dari para sahabat.3

2
Said H M, “Ulum Al-Qur’an (Memahami Otentifikasi Al-Qur’an)”, Cet. 1, Surabaya: Pustaka Idea,
2016, hlm. 99.
3
Syaikh Manna’ Al-Qattan, “Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an”, hlm. 124-125.
b. Cara Mengetahui Asbabun Nuzul
Adanya sebab turunnya ayat adalah peristiwa sejarah yang terjadi pada
masa Rasulullah. Oleh karena itu, tidak ada cara lain untuk mengetahuinya kecuali
dengan cara riwayat yang shahih dari orang-orang yang telah menyaksikan atau
orang-orang yang hadir pada saat kejadian. Kemungkinan berijtihad tidak ada dan
tidak diperkenankan. Melakukan ijtihad untuk mengetahui dengan menggunakan
logika atau rasio, dinilai melakukan tindakan tanpa dasar dan tanpa ilmu. Untuk
menjaga kesalahan dalam menafsirkan ayat al-Qur’an, ulama membatasi cara
mengetahui asbabun nuzul dengan riwayat yang shahih. Mereka tidak
membenarkan seseorang mengeluarkan pendapat atau berijtihad dalam masalah
asbabun nuzul. Dalam hal ini, al-Wahidi sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi,
berkata: Tidak diperkenankan berpendapat tentang sebab turunnya al-Kitab
kecuali dengan dasar riwayat dan mendengar dari orang-orang yang
menyaksikan turunnya ayat, memahami sebab-sebab turunnya ayat, dan
membahas berdasarkan ilmu sebab-sebab turunnya ayat.4
Jika asbabun nuzul diriwayatkan dari seorang sahabat maka dapat di
terima (maqbul) sekalipun tidak dikuatkan dan di dukung dengan riwayat yang
lain. Karena, perkataan sahabat tidak ada celah untuk diijtihadkan dalam masalah
ini dan sahabat adalah orang yang melihat serta bertemu langsung dengan
Rasulullah. Adapun jika asbabun nuzul diriwayatkan dengan hadis mursal, yaitu
hadis yang sanadnya gugur dari seorang sahabat dan hanya sampai kepada
seorang tabi‘in, maka hukumnya tidak dapat di terima kecuali sanadnya sahih dan
dikuatkan oleh hadis mursal lainnya. Dan perawinya harus dari imam-imam tafsir
yang mengambil tafsirnya dari para sahabat seperti Mujahid, Ikrimah dan Sa‘id
bin Jubair. Dari sini jelaslah bahwa cara untuk mengetahui asbabun nuzul adalah
melalui hadis shahih maupun hadis mursal dengan syarat sanadnya shahih dan
harus dikuatkan dengan hadis mursal yang lain yang diriwayatkan oleh para
sahabat maupun tabi‘in.5
c. Bentuk-Bentuk Asbabun Nuzul
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa sebab-sebab turunnya al-Qur’an
terkadang berbentuk peristiwa dan terkadang berbentuk pertanyaan. Sebab-sebab
turun ayat dalam bentuk peristiwa terdapat tiga macam :
4
Said HM, “Ulum Al-Qur’an (Memahami Otentifikasi Al-Qur’an)”, hlm. 100-102.
5
Ahmad Zaini, “Asbab An-Nuzul Dan Urgensinya Dalam Memahami Makna Al-Qur’an” Jurnal
Hemeneutik Vol. 8, No. 1. 2014, hlm.9.
Pertama, peristiwa berupa pertengkaran, seperti perselisihan antara suku
‘Aus dan suku Khazraj. Perselisihan itu timbul karena intrik-intrik yang
dimunculkan oleh orang-orang Yahudi sehingga mereka berteriak-teriak dengan
mengatakan “senjata, senjata.” Peristiwa tersebut menyebabkan turunnya surat Ali
‘Imran ayat 100 dan dilanjutkan sampai beberapa ayat sesudahnya. Hal ini
merupakan cara terbaik untuk menghindari perselisihan dan merangsang agar
bersikap kasih sayang, bersatu, dan bermusyawarah. Dengan demikian, ikatan
persaudaraan terbangun dan kesepakatan terbentuk.
Kedua, peristiwa berupa kesalahan seseorang yang tidak dapat di terima
akal sehat. Seperti orang yang masih mabuk mengimani shalat sehingga ia salah
dalam membaca surat al-Kafirun. Kemudian turunlah ayat dari surat an-Nisa,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan” (An-Nisa:
43).
Ketiga, peristiwa mengenai cita-cita dan harapan, seperti muwafaqat
(persesuaian, kecocokan) Umar RA. Aku ada persesuaian dengan Tuhanku dalam
tiga perkara. Aku katakan kepada Rasulullah bagaimana kalau maqam Ibrahim
kita jadikan tempat shalat, maka turunlah ayat, “Dan jadikanlah sebagian maqam
Ibrahim tempat shalat” (Al-Baqarah: 125). Dan aku berkata wahai Rasulullah:
“Sesungguhnya di antara orang-orang yang menemui istri-istrimu ada yang baik
(al-barru) dan ada yang jahat (al-fajir), bagaimana kalau anda memerintahkan
kepada mereka untuk membuat hijab (tabir). Kemudian turunlah ayat hijab, yakni
ayat dari surat al-Ahzab ayat 53.6
Sedang ayat-ayat yang diturunkan karena ada pertanyaan yang ditujukan
kepada Nabi SAW juga ada tiga bentuk :
Pertama, pertanyaan tentang peristiwa yang sudah lampau, semisal firman
Allah SWT dalam surat al-Kahfi ayat 83, “Mereka akan bertanya kepadamu
(Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu
cerita tantangnya”.
Kedua, pertanyaan tentang peristiwa yang sedang berlangsung, semisal
firman Allah SWT dalam surat al-Isra ayat 85, “Dan mereka bertanya kepadamu
tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
6
Ahmad Zaini, “Asbab An-Nuzul Dan Urgensinya Dalam Memahami Makna Al-Qur’an” hlm. 5-6.
Ketiga, pertanyaan tentang peristiwa yang akan datang, semisal firman
Allah SWT dalam surat an-Nazi’at ayat 42. “(Orang-orang kafir) bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya”.
Menurut Az-Zarqani tidak semua ayat atau beberapa ayat mempunyai
asbabun nuzul diantaranya ayat yang berbicara mengenai kejadian atau keadaan
yang telah lampau dan akan datang, semisal kisah nabi-nabi dan umat terdahulu
dan juga kejadian tentang assa‘ah (kiamat) dan yang berhubungan dengannya.
Ayat-ayat seperti ini banyak terdapat dalam al-Qur’an al-Karim.7
d. Macam-Macam Asbabun Nuzul
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Ta‘addudud al-asbab wa al-nazil wahid (sebab turunnya ayat banyak, sedang
ayat yang turun adalah satu). Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang
asbabun nuzul ayat dan masing-masing dari riwayat itu diteliti, maka ada
empat yang perlu diperhatikan :8
a. Salah satu dari riwayat itu shahih, sedang riwayat yang lain tidak. Jika
terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan sebab nuzul ayat yang salah
satu riwayat di antaranya shahih, maka yang menjadi pegangan adalah
riwayat yang shahih.
b. Kedua riwayat shahih dan salah satunya mempunyai murajjih, sedang
yang lain tidak. Jika terdapat riwayat yang sama-sama shahih, tetapi
terdapat murajjih terhadap salah satunya, seperti kehadiran perawi dalam
kisah peristiwa turunnya ayat atau salah satu dari riwayat lebih shahih,
maka riwayat itu diutamakan.
c. Kedua riwayat itu shahih tetapi sama-sama tidak mempunyai murajjih dan
keduanya memungkinkan dikompromikan. Apabila riwayat itu sama-sama
kuat, perlu dipadukan bila memungkinkan, seperti ayat yang turun setelah
terjadi dua peristiwa atau lebih, karena jarak antara peristiwa yang satu
dengan yang lain berdekatan.
d. Kedua riwayat itu shahih dan sama-sama tidak mempunyai murajjih serta
tidak memungkinkan untuk dikompromikan. Jika riwayat itu sama-sama
shahih dan tidak dapat dikompromikan antara satu dengan yang lain

7
Ahmad Zaini, “Asbab An-Nuzul Dan Urgensinya Dalam Memahami Makna Al-Qur’an”, hlm. 6-7.
8
Said HM, “Ulum Al-Qur’an (Memahami Otentifikasi Al-Qur’an)”, hlm. 108-113.
karena jarak waktu yang jauh, maka hal itu dipandang sebagai ayat yang
turun berulang-ulang sesuai dengan beberapa peristiwa yang terjadi.
2. Ta‘addud al-nazil wa al-sabab wahid (ayat yang turun banyak, sedang sebab
turunnya adalah satu). Misalnya, satu peristiwa yang menyebabkan turunnya
tiga ayat, yang inti kandungannya lebih dari satu dan berbeda pesan yang
dikandung adalah hadis yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi, Ibn Jarir, Ibn
Mundzir Ibn Abi Hatim, al-Thabrani, dan al-Hakim. Berdasarkan riwayat dari
Umu Salamah, ia berkata: “Wahai Rasulullah, saya belum pernah mendengar
Allah menyebutkan perempuan dalam berhijrah.” Atas dasar keluhan Umu
Salamah itu, surat Ali Imran ayat 195, al-Nisa’ ayat 32, dan surat al-Ahzab
ayat 35 turun.9
e. Redaksi Asbabun Nuzul
Ungkapan-ungkapan yang di gunakan oleh para sahabat untuk
menunjukkan turunnya al-Qur’an tidak selamanya sama. Shighah atau redaksi
asbabun nuzul bisa berupa nash tegas yang menjelaskan sebab turunnya ayat, atau
bisa juga berupa kemungkinan. Ungkapan-ungkapan itu secara garis besar di
kelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
1. Sharih (tegas) yang menjelaskan sebab turunnya ayat
Ungkapan riwayat “sharih” yang memang jelas menunjukkan asbabun nuzul
dengan indikasi menggunakan lafadz (pendahuluan).
“sebab turun ayat ini adalah.....”
Atau berupa fa’ ta’qibiyah pada penyebab turunnya ayat setelah menyebut
suatu kejadian atau pertanyaan, misalnya perawi berkata,
“telah terjadi..... maka turunlah ayat…..” atau
“rasulullah saw pernah di tanya tentang ....... maka turunlah ayat…..”
Kedua redaksi di atas menyebutkan penyebab turunnya ayat secara tegas.10
2. Muhtamilah (masih kemungkinan, belum pasti)
Adapun redaksi yang masih mengandung unsur kemungkinan (tidak
tegas), antara sebab turun ayat atau kandungan hukum ayat tersebut, adalah
manakala perawi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan…” Terkadang,
redaksi seperti ini dimaksudkan sebagai sebab turun ayat, dan terkadang juga
dimaksudkan sebagai makna ayat. Begitu juga apabila perawi berkata, “Aku
9
Said HM, “Ulum Al-Qur’an (Memahami Otentifikasi Al-Qur’an)”, hlm. 113-115.
10
Pan Suaidi, “Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi”, Jurnal Almufida
Vol. 1 No. 1, 2016, hlm. 115.
kira ayat ini turun berkenaan dengan….” Atau, “Aku tidak mengira ayat ini
turun selain berkaitan dengan….” Dengan redaksi seperti ini, perawi tidak
memastikan sebab turunnya ayat, karena kedua redaksi ini mengandung unsur
kemungkinan, antara sebab turunnya ayat dan maksud lainnya.11

Ibnu Taimiyah berkata, “Perkataan para perawi, ‘ayat ini turun berkaitan
dengan…’, terkadang yang di maksud adalah sebab turunnya ayat, dan terkadang
yang dimaksud adalah kandungan ayat tersebut, meski bukan sebab turunnya
ayat”.

Para ulama berbeda pendapat terkait perkataan seorang sahabat, “ayat ini
turun berkenaan dengan…”. Apakah perkataan ini berlaku seperti musnad seperti
halnya jika menyebutkan sebab turunnya ayat, atau diberlakukan seperti tafsir
(penjelasan) ayat yang bukan merupakan musnad (sesuatu yang disandarkan pada
sumbernya) ?.

Imam Bukhari mengategorikan redaksi asbabun nuzul seperti ini sebagai


musnad, sementara yang lain tidak. Sebagian besar kitab-kitab musnad
menggunakan istilah ini, seperti Musnad Ahmad dan lainnya. Lain halnya jika ada
suatu sebab lalu setelah itu ada ayat turun, mereka semua memasukkan sebab
seperti ini di dalam musnad. Imam Az-Zarkasyi berkata dalam kitab Al-Burhan,
“Diketahui dari salah satu kebiasaan sahabat dan tabi’in bahwa jika ada salah
seorang di antara mereka berkata, ‘Ayat ini turun berkaitan dengan…’ maka
maksud kata-kata ini adalah ayat tersebut mencakup hukum yang dibahas,
bukannya sebagai sebab turunnya ayat. Ini sama seperti berdalil pada ayat untuk
menentukan hukum, bukan seperti menukil sesuatu yang terjadi”.12

f. Urgensi Asbabun Nuzul Dalam Menafsirkan Al-Qur’an


Para mufassirun (para ahli tafsir) telah memperhatikan dan memberikan
pembahasan khusus masalah asbabun nuzul dalam buku-buku mereka. Di
antaranya Ali bin Madini syaikh Bukhari, kemudian karangan termasyhur yang di
tulis oleh al-Wahidi dengan judul Asbabun Nuzul Al-Qur’an. Telah salahlah yang
mengira bahwa tidak ada gunanya mengetahui asbabun nuzul. Karena, menurut
mereka mempelajarinya hanya bagaikan mengikuti peristiwa sejarah. Padahal

11
Pan Suaidi, “Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi”, hlm. 117.
12
Syaikh Manna’ Al-Qattan, “Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an”, hlm. 139.
tidaklah demikian, sebab mempelajari asbabun nuzul memiliki beberapa faidah.
Al-Wahidi mengatakan tidak mungkin mengetahui tafsir suatu ayat tanpa
bersandar kepada kisah dan penjelasan sebab turunnya. Ibnu Daqiq al-Id juga
mengatakan bahwa menjelaskan asbabun nuzul adalah cara yang kuat dalam
memahami makna-makna ayat al-Qur’an. Demikian juga Ibnu Taimiyah
berpendapat bahwa mengetahui asbabun nuzul membantu dalam memahami
sebuah ayat, karena pengetahuan tentang as-sabab (sebab) akan menghasilkan al-
musabbab (akibat).13
Mengetahui asbabun nuzul sangat membantu untuk mengetahui ayat al-
Qur’an serta mengetahui rahasia-rahasia yang dikandungnya. Oleh karena itu,
sekelompok ulama hadis dari kalangan sahabat dan tabi’in menaruh perhatian
terhadap riwayat-riwayat asbabun nuzul. Kajian asbabun nuzul merupakan media
yang mampu menyingkap korelasi antara nash dan realitas serta menilik sejauh
mana dialektika yang terjadi antara keduanya. Ilmu ini memberikan pemahaman
terhadap hubungan nash dan realitas. Bahkan mampu menguak hakikat dan latar
belakang turunnya sebuah ayat, apakah ayat tersebut memberikan dukungan dan
jawaban terhadap realitas yang terjadi ketika itu. Menurut Nashr Hamid Abu Zayd
sebagaimana yang dikutip oleh Fakhruddin Faiz, menyatakan bahwa ilmu asbabun
nuzul merupakan disiplin ilmu yang paling penting dalam menunjukkan hubungan
dan dialektika antara teks dan realitas. Ilmu ini memberikan bekal kepada seorang
mufasir mengenai materi yang merespons realitas, baik dengan cara menguatkan
ataupun menolak, dan menegaskan hubungan yang dialogis dan dialektis antara
teks dan realitas.14
Para pengkaji al-Qur’an menemukan bahwa peristiwa yang menjadi
penyebab turunnya ayat mampu memberikan kontribusi dalam proses penafsiran
dan pemahaman ayat. Tanpa memahami peristiwa asbabun nuzul, penafsiran atau
pemaknaan yang diberikan oleh seorang mufasir terhadap suatu ayat
dikhawatirkan tidak tepat sasaran bahkan keluar dari yang “diinginkan”. Secara
global, urgensi asbabun nuzul dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Pertama, mengetahui keagungan dan rahmat Allah dalam proses
penetapan suatu hukum. Sebagaimana diketahui bahwa diantara ciri penetapan
13
Ahmad Zaini, “Asbab An-Nuzul Dan Urgensinya Dalam Memahami Makna Al-Qur’an”, hlm. 15.
14
Syafril, “Asabun Nuzul: Kajian Historis Turunnya Ayat Al-Qur’an”, Jurnal Syahadah Vol. VI No. 2,
2018, hlm. 44-45.
hukum dalam Islam adalah dengan cara tadriji (berangsur-angsur). Khamar
misalnya, sebelum ditetapkan keharamannya, terlebih dahulu dijelaskan sifat dan
karakteristiknya, barulah pada ayat terakhir ditentukan keharamannya. Tanpa
mengetahui asbabun nuzul dan kronologi turunnya ayat-ayat tersebut, seseorang
tidak akan mengetahui hikmah dan keagungan rahmat Allah dalam menetapkan
syari’at.
Kedua, mengatahui asbabun nuzul merupakan cara yang terbaik untuk
mengetahui makna al-Qur’an dan menyingkap yang tersembunyi dalam ayat,
tanpa bantuan ilmu asbabun nuzul seseorang tidak akan mampu menafsirkan ayat
tersebut.
Ketiga, asbabun nuzul dapat menjelaskan tentang siapa ayat itu diturunkan
sehingga ayat tersebut tidak dapat diterapkan kepada orang lain karena dorongan
permusuhan dan perselisihan.
Keempat, apabila lafal ayat yang turun bersifat umum, kemudian ada dalil
yang mengkhususkannya, maka pengetahuan tentang asbabun nuzul sebatas untuk
mengkhususkan sesuatu yang melampaui gambaran sebab tersebut.15
C. Kesimpulan
a. Kata asbab secara etimologis adalah jamak dari kata sabab yang berarti alasan
atau sebab. Jika kata asbab dan nuzul dikomulasikan, kata ini menjadi asbab al-
nuzul yang berarti sebab-sebab turun, artinya pengetahuan tentang sebab turunnya
al-Qur’an. Asbabun nuzul mengerucut pada dua hal berikut: Pertama, Terjadi
suatu peristiwa, kemudian al-Qur’an turun berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Kedua, Rasulullah Saw ditanya tentang sesuatu lalu al-Qur’an turun berisi
penjelasan hukum terkait pertanyaan yang diajukan. Kendati demikian, tidak
semua al-Qur’an turun bertepatan dengan suatu kejadian atau peristiwa tertentu,
atau karena adanya pertanyaan.
b. Untuk menjaga kesalahan dalam menafsirkan ayat al-Qur’an, ulama membatasi
cara mengetahui asbabun nuzul dengan riwayat hadis yang shahih maupun hadis
mursal dengan syarat sanadnya shahih dan harus dikuatkan dengan hadis mursal
yang lain yang diriwayatkan oleh para sahabat maupun tabi‘in. Ulama tidak
membenarkan seseorang mengeluarkan pendapat atau berijtihad dalam masalah
asbabun nuzul. Tidak diperkenankan berpendapat tentang sebab turunnya al-Kitab

15
Syafril, “Asabun Nuzul: Kajian Historis Turunnya Ayat Al-Qur’an”, hlm. 45-47.
kecuali dengan dasar riwayat dan mendengar dari orang-orang yang menyaksikan
turunnya ayat, memahami sebab-sebab turunnya ayat, dan membahas berdasarkan
ilmu sebab-sebab turunnya ayat.
c. Sebab-sebab turunnya al-Qur’an terkadang berbentuk peristiwa dan terkadang
berbentuk pertanyaan. Sebab-sebab turun ayat dalam bentuk peristiwa terdapat
tiga macam yaitu peristiwa berupa pertengkaran, peristiwa berupa kesalahan
seseorang yang tidak dapat di terima akal sehat, peristiwa mengenai cita-cita dan
harapan.
Sedang ayat-ayat yang diturunkan karena ada pertanyaan yang ditujukan kepada
Nabi SAW juga ada tiga bentuk yaitu pertanyaan tentang peristiwa yang sudah
lampau, pertanyaan tentang peristiwa yang sedang berlangsung, pertanyaan
tentang peristiwa yang akan datang. Namun menurut Az-Zarqani tidak semua ayat
atau beberapa ayat mempunyai asbabun nuzul diantaranya ayat yang berbicara
mengenai kejadian atau keadaan yang telah lampau dan akan datang, semisal
kisah nabi-nabi dan umat terdahulu dan juga kejadian tentang assa‘ah (kiamat)
dan yang berhubungan dengannya.
d. Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dibagi menjadi dua
macam yaitu Ta‘addudud al-asbab wa al-nazil wahid (sebab turunnya ayat
banyak, sedang ayat yang turun adalah satu) dan Ta‘addud al-nazil wa al-sabab
wahid (ayat yang turun banyak, sedang sebab turunnya adalah satu).
e. Shighah atau redaksi asbabun nuzul bisa berupa nash tegas yang menjelaskan
sebab turunnya ayat, atau bisa juga berupa kemungkinan.
f. Mengetahui asbabun nuzul sangat membantu untuk mengetahui ayat al-Qur’an
serta mengetahui rahasia-rahasia yang dikandungnya. Para pengkaji al-Qur’an
menemukan bahwa peristiwa yang menjadi penyebab turunnya ayat mampu
memberikan kontribusi dalam proses penafsiran dan pemahaman ayat. Tanpa
memahami peristiwa asbabun nuzul, penafsiran atau pemaknaan yang diberikan
oleh seorang mufasir terhadap suatu ayat dikhawatirkan tidak tepat sasaran bahkan
keluar dari yang “diinginkan”.
Daftar Pustaka

Al-Qattan, Syaikh Manna’. 2016. Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an. Jakarta :

Ummul Qura.

H M, Said. 2016. Ulum Al-Qur’an (Memahami Otentifikasi Al-Qur’an.

Surabaya: Pustaka Idea.

Zaini, Ahmad. 2014. Asbab An-Nuzul Dan Urgensinya Dalam Memahami

Makna Al-Qur’an. Jurnal Hemeneutik Vol. 8. No. 1.

Suaidi, Pan. 2016. Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan

Urgensi. Jurnal Almufida Vol. 1. No. 1.

Syafril. 2018. Asabun Nuzul: Kajian Historis Turunnya Ayat Al-Qur’an”,

Jurnal Syahadah Vol. VI. No. 2.

Anda mungkin juga menyukai