Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil dan Pembahasan

1. Karakter Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukan karakteristik responden

berdasarkan distribusi persentase Jenis kelamin dimana paling banyak

laki-laki 37 responden (34,3%) dan perempuan 71 responden (65,7%).

Pengaruh jenis kelamin dalam melakukan pekerjaan tergantung dari

jenis pekerjaan itu sendiri. Pada pekerjaan yang lebih mengandalkan

otot akan lebih baik menggunakan pekerja laki-laki sedangkan pada

pekerjaan yang lebih mengutamakan keteramilan akan baik

menggunakan pekerja perempuan. Robbins (2006) menyatakan antara

pria dan wanita tidak memiliki perbedaan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah, keterampilan analisis, motivasi dan

bersosialisasi. Teori tersebut dibuktikan pada penelitian Mustofa

(2008) dan Muzaputri (2008) yang mendapatkan hasil tidak

menemukan perbedaan kinerja antara perawat pria dan wanita dalam

melakukan tugas keperawatan.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukan karakteristik responden

berdasarkan distribusi persentase lama kerja dimana 4-7 tahun 22

76
77

responden (20,4%) dan paling banyak kurang dari 3 tahun 86

responden (79,6%). Pengalaman kerja merupakan waktu mulai

bekerja hinggi saat ini, dimana semakin lama pengalaman seorang

bekerja akan semakin terampil dalam melakukan pekerjaan tersebut.

Seperti yang disampaikan oleh Siagian (2000), pengalaman seorang

dalam bekerja akan mempengaruhi dalam melaksanakan tugas sehari-

hari yang akan semakin terampil dan berpengalaman dalam bekerja.

Hal tersebut didukung oleh penelitian Lusiani (2006) yang

menyatakan bahwa perawat yang memiliki pengalaman kerja tinggi

akan memiliki kinerja yang lebih baik dalam memberikan asuhan

keperawatan.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukan karakteristik responden

berdasarkan distribusi persentase tingkat pendidikan responden

dimana paling banyak DIII 98 reponden (90,7%), S1/Ners 10

responden (8,3%) dan S2 1 responden (0.9%). Tingkat pendidikan

menurut Andrew dalam Mangkunegara (2004) yaitu suatu proses

dalam jangka panjang yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan

sistematis untuk mempelajari konseptual dan teoritis sesuai dengan

jenis dan tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor

yang menjadi dasar seseorang untuk bertindak melakukan pekerjaan

(Nursalam, 2003). Sementara Siagian (2002) menyatakan semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula


78

keinginan dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang

dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Faizin, 2009) yang

mendapatkan hasil tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh

positif terhadap kinerjanya.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepegawaian

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukan karakteristik responden

berdasarkan distribusi persentase status kepegawaian responden

dimana paling banyak kontrak/honorer 105 reponden (94,9%) dan

Tetap 3 responden (2,8%). Pada status kepegawaian, terdapat berbagai

jenis status kepegawaian diantaranya PNS, honor, pegawai tetap,

kontrak atau outsoursing dimana masing-masing memiliki kelebihan

dan kekurangan. Bila dilihat dari kinerjanya mungkin akan terjadi

perbedaan tetapi berdasarkan hasil penelitian Muzaputri (2008), tidak

terdapat perbedaan kinerja antara perawat PNS dan perawat honor.

2. Pembahasan Hasil Analisis Univariat

a. Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan karakteristik berdasarkan

distribusi gaya kepemimpinan kepala ruangan menunjukan kategori

baik 93 responden (86,1%) dan kategori kurang 14 responden (13%).

Menurut peneliti gaya kepemimpinan baik dikarenakan faktor

komunikasi, pemecahan masalah, hubungan pemimpin dan bawahan

cukup baik. Hubungan pemimpin dan bawahan bisa dikarenakan

faktor lama kerja perawat, lama kerja perawat kurang dari 3 tahun
79

sejumlah 86 responden (79,6%). Gaya kepemimpinan yang disukai

sebagain besar kuat dikarenakan komunikasi yang baik antara kepala

ruangan dengan perawat pelaksana selalu memecahkan masalah

dengan bersama dan hubungan pemimpin dan bawahan.

Komunikasi baik yaitu suatu proses berbagi pesan melalui

kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan. Secara paradigmatik,

komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah komponen

berkorelasi satu salam lain secara fungsional untuk mencapai suatu

tujuan tertentu (Suprapto, 2019).

Komunikasi merupakan usaha mendorong orang lain

menginterprestasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh

orang yang mempunyai pendapat tersebut, komunikasi sering

muncul dalam proses organisasi (Panuju, 2015) . Pemecahan

masalah adalah keputusan yang diambil oleh atasan untuk

memecahakan suatu permasalahan. Hasil dari pemecahan masalah

adalah solusi (McLeod & Schell, 2018). Hubungan pemimpin

dengan bawahan yaitu suatu gaya yang menunjukan perhatian yang

mengutamakan hubungan dengan faktor manusia (Fiedler dalam

Siagian, 2018). Sedang menurut Stum (2016) hubungan pemimpin

dan bawahan merupakan interaksi antara pemimpin dan bawahannya

yang dapat menciptakan lingkungan yang dapat memotivasi dan

menahan karyawan agar teteap dalam organisasi tersebut.


80

b. Kinerja Perawat Pelaksana

Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukan karakteristik

berdarkan distribusi kinerja perawat pelaksana kategori baik 76

responden (70,4%) dan kategori kurang 32 responden (29,6%).

Istilah kinerja berasal dari kata job Performance atau Actual

Performance yang mengandung pengertian yaitu hasil keija secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksnakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya (Mangkunegara, 2008). Sejumlah ahli teori organisasi

membuktikan bahwa struktur dan manajemen suatu organisasi akan

bergantung pada tugas-tugas yang diembannya, dan hasilnya adalah

kinerja yang lebih baik apabila sesuai dengan tugasnya. Istilah kinerja

berasal dari kata job Performance atau Actual Performance yang

mengandung pengertian yaitu hasil keija secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksnakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

(Mangkunegara, 2008). Sejumlah ahli teori organisasi membuktikan

bahwa struktur dan manajemen suatu organisasi akan bergantung pada

tugas-tugas yang diembannya, dan hasilnya adalah kinerja yang lebih

baik apabila sesuai dengan tugasnya.

3. Pembahasan Hasil Analisis bivariat

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah gaya

kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang


81

dipergunakan oleh seseorang pemimpin pada saat mencoba memenuhi

prilaku atau memotivasi orang lain atau bawahan (Thoha, 2007). Gaya

kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk

mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula

dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi

yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin (Rivai, 2014).

Penelitian yang dilakukan lakukan Meinyari (2012). Tentang

pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruangan terhadap motivasi kerja

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di IRNA C RSUP

Sanglah Denpasar (2012). dari hasil analisis dengan spearman rank

dimana didapatkan nilai signifikan p = 0,015 (p = ≤ 0,05), yang

beratri ada pengaruh tentang gaya kepemimpinan kepala ruangan

terhadap motivasi kerja perawat. Di penelitian yang lain yang

dilakukan oleh Astria Khairizah dari Fakultas Ilmu Administrasi,

Universitas Brawijaya, Malang, Pengaruh Gaya Kepemimpinan

kesimpulan dari data yang didapat yakni Partisipatif (X3) secara

mandiriterhadap Kinerja Karyawan (Y) Hasil pengujian nilai thitung

< ttabel yakni0,438 < 1,673 dapat diketahui bahwa Ho diterima dan

Ha ditolak. Juga memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

yakni 0,663 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh gaya

kepemimpinan partisipatif terhadap kinerja karyawan. Sependapat

dengan Mangkunegara sebagaimana dikutip oleh Anggara dan


82

Suhendi (2010), jika terdapat factor kemampuan, motivasi, dan

mental dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Penelitian pada tahun 2014 oleh Kontesa tentang Hubungan Gaya

Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Motivasi Kerja Perawat di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang

dengan sample 38 perawat, dengan teknik pengambilan sample

mengunakan cross sectional, metode pengambilan data mengunakan chi

square, didapatkan hasil 20 orang (52,6%) perawat memiliki motivasi

tinggi, gaya kepemimpinan kepala ruangan paling banyak adalah

demokratis sebanyak 17 orang (44,7%), dan terdapat hubungan yang

bermakna gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja perawat di Ruang

Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang.

B. Keterbatasan Penulis
Dalam penelitian ini, penulis sudah berusaha sebaik dan semaksimal

mungkin, namun penulis menyadari adanya kelemahan dan keterbatasan

dalam penelitian ini yaitu :

1. Ada kemungkinan kebenaran data karena responden kurang bersungguh-

sungguh dalam mengisi kuisioner atau tidak sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya terjadi dalam mengisi kuisioner yang telah diberikan penulis,

sehingga penulis kurang mendapatkan hasil yang memuaskan dan

berdampak pada hasil analisis yang kurang akurat.

2. Penyebaran kuisioner yang membutuhkan waktu sampai 1 minggu karna

jadwal shif perawat pelaksana yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai