Anda di halaman 1dari 3

Bujuk Rayu Tak Biasa Basuki Untuk Anies

"Kalau soal Ibu Kota negara, semua bertanggung jawab, termasuk saya. Jangan dibeda-bedakan
kewenangannya, karena ini Ibu Kota negara," kata Basuki saat dijumpai di Kompleks Istana Kepresidenan,
Jakarta, Selasa (25/2/2020).

Basuki secara lugas menyatakan ikut bertanggungjawab atas banjir Jakarta, pernyataan yang tak biasa,
sepertinya Basuki ingin melakukan bujuk rayu pada Anies dengan mengeluarkan kalimat manis seperti ini.

Meski ketidakhadiran pada Gubernur, Anies Baswedan, RIdwan Kamil dan Wahidin sempat menunda
beberapa agenda penting namun banyak hal menarik yang dapat disimak seusai rapat dengar pendapat
(RDP) antara pemerintah dengan Komisi V DPR.
Salah satunya adalah pernyataan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Seusai rapat , Basuki yang ditemui
wartawan tidak segan mengatakan bahwa dirinya juga ikut bertanggung jawab atas banjir yang melanda
Jakarta.

Konteks pengakuan Basuki ini disampaikan setelah dirinya menjelaskan tentang rencana pemerintah pusat
untuk membantu penanganan banjir yang melanda Pulau Jawa dan Jakarta khususnya.

Setelah memaparkan tentang hal tersebut, Basuki juga ingin menandaskan bahwa persoalan banjir di
Jakarta jangan dibatasi dan dikotak-kotakan secara administrasi padahal seharusnya adalah semua pihak
mengambil bagian dan bertanggungjawab.

Disinilah, Basuki mengatakan bahwa dirinya memang ikut bertanggungjawab atas banjir yang sedang
melanda Jakarta secara berjilid-jilid.

Pernyataan Basuki ini memang terlihat tak biasa. Apalagi, kerap Basuki bersilang pendapat dengan Anies
Baswedan soal penanganan banjir. Basuki yakin bahwa konsep normalisasi sungai adalah hal yang mesti
dilakukan pihak pemerintah baik pusat maupun daerah.

Untuk ini, Anies nampaknya tak sepakat. Anies lebih senang menyebutnya naturalisasi, tidak
menormalisasi karena bagi Anies ada pembetonan dalma proses ini.

Basuki yang mungkin lebih paham teknis berharap agar Anies mampu mengaplikasikan apa yagn
disebutnya naturalisasi tersebut, karena menurut Basuki esensinya sama, yaitu memperluas daerah aliran
sungai.

Sayangnya, Anies belum bergerak secara signifikan. Malah, dalam sebuah kesempatan, Basuki dan Anies
dipancing untuk saling berdebat tentang penanganan banjir, menyambung perkataan Anies yang siap
untuk berdebat dengan siapa. Basuki mengatakan bahwa dirinya tak terlatih untuk berdebat.

Karena itu, pernyataan ikut bertanggung jawab Basuki terdengar seperti oase di padang gurun. Meskipun
ini bukan pernyataan yang pertama dalam waktu yang berdekatan. Lusa kemarin (25/2/2020), saat ditemui
di Istana Presiden, Basuki juga mengatakan demikian, ikut bertanggungjawab atas banjir Jakarta.

Ada apa dengan Basuki, sehingga terkesan manis seperti ini?


Menarik melihat pernyataan Basuki ini, bahkan menurut saya, ada unsur bujuk rayu yang terkandung di
dalam pernyataan ikut bertanggung jawab atas banjir Jakarta ala Basuki ini.

Bujuk rayu pada Anies seperti apa yang dimaksud dari pernyataan Basuki ini?

Paling tidak ada dua konteks yang dapat digunakan untuk menjelaskan pernyataan. Pertama, pernyataan
ikut bertanggungjawab Basuki ingin sekali menegaskan bahwa pemerintah memang berperan aktif untuk
mengurangi dampak banjir di Ibu kota.

Banyak hal yang sudah dilakukan, seperti pembuatan waduk dan sebagainya. Oleh karena iti, Basuki
merasa pemerintah masih perlu berbuat lebih banyak. Pernyataan normal bagi seorang praktisi yang
bukan politikus dari seorang Basuki.

Kedua, konteks berkaitan dengan rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR yang dilaksanakan
kemarin.

Saat itu Basuki hadir dan direncanakan akan bertemu dengan Anies mendiskusikan tentang penanganan
banjir. Sayang Anies tak hadir dan pertemuan terpaksa ditunda untuk pertemuan berikutnya yang akan
dihadiri oleh para Gubernur—selain Anies, RIdwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) dan Wahidin (Gubernur
Banten) juga diundang.

Pernyataan Basuki dapat dianggap sebagai cara Basuki untuk membuka keran diskusi dengan lebih
lembut. Menyatakan ikut berntanggunjawab, membuat ruang diskusi nanti akan tampak terbuka, dan bisa
saja, Basuki meminta agar kewenangan pemerintah pusat diberikan dalam porsi yang lebih banyak.

Mengapa harus demikian? Dalam beberapa pernyataannya, Basuki mengatakan bahwa titik banjir
maksimal terjadi di titik dimana normalisasi tidak dilanjutkan lagi oleh pemerintah daerah di masa Anies ini.

Ruang normalisasi atau naturalisasi atau apapun namannya ini, menjadi terbatas bagi Basuki karena
pemprov DKI memiliki tugas untuk menyiapkan proses penyiapan konstruksi seperti pembebasan lahan
dan sebagainya sebelum dibantu untuk normalisasi, sayangnya tidak dilakukan oleh Anies.

Karena itu, patut didugam bahwa dengan mengatakan ikut bertanggungjawab, Basuki ingin memohon
kepada Anies memberikan ruang yang lebih banyak, ataupun Anies mulai dapat membuka hati untuk
mendiskusikan apa yang harus segera dilakukan, bukan lagi terjebak dalam debat kusir soal definisi
naturalisasi dan normalisasi.

Strategi bujuk rayu ini, hanya bisa berhasil jikalah Anies pada akhirnya luluh dan memberikan ruang
seluas-luasnya kepada pemerintah pusat untuk menangani banjir Jakarta. Termasuk, meneruskan proyek
normalisasi yang telah dijalankan oleh Jokowi dan Ahok.

Tak mudah bagi Anies, karena secara politis akan mengganggi persona brandingnya, tetapi siapa tahu,
demi masyarakat Jakarta dan termakan bujuk rayu Basuki, Anies bisa saja berubah. Kita tunggu saja
kelanjutan bujuk rayu ini di rapat Komisi V DPR nanti.

Anda mungkin juga menyukai