Anda di halaman 1dari 6

Tinjauan Pustaka

PENATALAKSANAAN PIODERMA TERKINI


Laksmi Dewi Budiani, Made Swastika Adiguna

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


FK Universitas Udayana, RS Sanglah Denpasar-Bali

ABSTRAK
Sampai saat ini pioderma masih sering dijumpai dan masih menjadi masalah di beberapa
nega ra berk embang , terma suk Ind onesia. Piode rma men empati urutan empat besar u ntuk
kunjungan rawat jalan di Indonesia. Di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar
didapatkan jumlak kasus pioderma pada tahun 2006, 2007, 2008 berturut-turut adalah 6,5%
(287 kasus), 6,23% (267 kasus), dan 4,5% (175 kasus) dari seluruh kunjungan pasien baru
dengan urutan tertinggi pada kelompok usia di bawah lima tahun. Staphylococcus aureus
merupakan penyebab tersering pioderma di seluruh dunia, dengan gambaran klinis bervariasi
mulai dari pioderma superficial, misalnya furunkel, folikulitis, impetigo bulosa, hingga infeksi
ja rin gan lu nak in vasif. Ma salah uta ma dalam pen gob ata n infe ksi Staphylococcu s a dalah
munculnya galur yang resisten terhadap antibiotik, yaitu methicillin-resistant Staphylococcus
aureus (MRSA). Hal ini dapat disebabkan, antara lain karena penggunaan antibiotik dalam
waktu lama dan kontrol yang kurang terhadap penggunaan antibiotika. Untuk pengobatan
MRSA hanya ada empat antibiotik yang disetujui oleh Federal Drug Administration (FDA), yaitu
vankomisin, linezolid, daptomisin, dan tigesiklin.(MDVI 2014; 41/2:85 - 90)

Kata kunci: pioderma, MRSA

ABSTRACT
Until now pyoderma is still frequently founded and still a problem in developing countries
including Indonesia. Pyoderma is placed at the big four of outpatients in Indonesia. The incidence
of pyoderma at the outpatient division of Sanglah General Hospital Denpasar on 2006, 2007,
2008 were 6.5% (287 cases), 6.23% (267 cases) and 4.5% (175 cases)respectively. The group of
below five years of age was rantes on the top. Staphylococcus aureus is the most implicated
causative agent of pyoderma in the world, with various clinical features starting from superficial
pyoderma to invasive soft tissue infection. The main issue in the treatment of staphylococcus
infection is the emergence of resistant strain to antibiotic, the methicillin-resistant Staphylococcus
aureus (MRSA). This strain could arise due to long term and low control of antibiotic use. There are
only four antibiotics for MRSA which have been approved by the FDA: vancomycin, linezolide,
tigecycline, and daptomycine.(MDVI 2014; 41/2:85 - 90)

Key words: pyoderma, MRSA

Korespondensi :
Jl. Diponegoro, Denpasar-Bali
Telp/Fax:0 361-257517
e-mail: laksmitrimanjaya@yahoo.co.id

85
LD Budiani & MS Adiguna Penatalaksanaan pioderma terkini

PENDAHULUAN patogen yang sering disertai sekret purulen. Bakteri patogen


tersering yang merupakan penyebab pioderma adalah Sta-
Pioderma adalah infeksi kulit disertai pembentukan pus phylococcus aureus, meskipun dapat disebabkan oleh Sta-
yang biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus phylococcus aureus maupun Streptococcus  hemoliticus
aureus dan Streptococcus  hemoliticus.1 grup A.1
Pioderma menempati urutan empat besar jumlah
kunjungan rawat jalan di Indonesia.2 Data dari 8 rumah sakit
di 6 kota besar di Indonesia pada tahun 2001 didapatkan PATOGENESIS
1237 (13,86%) pasien pioderma dari 8919 kunjungan baru
pasien kulit dan prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok Stratum korneum yang intak merupakan salah satu
usia 1-4 tahun.3 Di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah pertahanan kulit terhadap bakteri patogen penyebab
Denpasar didapatkan angka kejadian pioderma pada tahun pioderma. Beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya
2006, 2007, 2008 berturut-turut adalah 6,5% (287 kasus), pioderma adalah gigitan serangga, trauma lokal, kelainan kulit
6,23% (267 kasus), 4,5% (175 kasus) dari seluruh kunjungan (terutama dermatitis atopik), higiene buruk, suhu dan
pasien baru dan urutan tertinggi pada kelompok usia di bawah kelembaban tinggi, usia pasien, riwayat pemakaian antibiotik,
lima tahun.4 dan pemukiman padat. Penularannya terjadi melalui kontak
Staphylococcus aureus merupakan sumber utama langsung dengan individu terinfeksi. 19
infeksi pada manusia dan penyebab pioderma tersering di Beberapa penelitian di Indonesia mendapatkan
seluruh dunia dengan gambaran klinis bervariasi.5 Selain kelompok usia tertinggi yang menderita pioderma adalah
infeksi pada kulit, Staphylococcus aureus juga sering kelompok usia di bawah lima tahun,3,4 kemungkinan karena
menyebabkan infeksi lain pada manusia, misalnya sistem imunitas yang masih lemah dan seringnya anak-anak
osteomielitis, artritis septik, endokarditis infektif, dan pneu- berada dalam suatu kelompok, misalnya lingkungan taman
monia komplikata.6-8 kanak-kanak atau sekolah.19
Sebelum ditemukan antibiotik, infeksi invasif Staphy- Berbagai protein imunomodulator yang dikeluarkan
lococcus aureus sering berakibat fatal. Perubahan besar oleh bakteri tersebut, misalnya toksin, eksotoksin, dan
terjadi pada prognosis pasien dengan ditemukannya adesin, menyebabkan timbulnya gambaran klinis. Adanya
penisilin pada tahun 1950.11,12 Beberapa tahun kemudian defek imun, misalnya ekskoriasi superfisial, infeksi jamur pada
ditemukan galur bakteri yang resisten terhadap penisilin sela jari kaki, pembedahan, trauma, luka bakar, kateter
karena kemampuannya membentuk -lactamase.9,10 Pada intravaskular, akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
awal tahun 1960 diperkenalkan metisilin sebagai obat yang Peran respon pejamu tidak selalu dapat diandalkan. Pada
efektif untuk infeksi Staphylococcus aureus yang resisten pasien imunodefisiensi dan pasien granulomatosa kronik,
terhadap penisilin.13 Tetapi penemuan metisilin tersebut netrofil tidak dapat menghancurkan Staphylococcus aureus
diikuti oleh munculnya galur yang resisten terhadap metisilin dan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri sehingga infeksi
(methicillin-resistant Staphylococcus aureus). Galur ini bakteri penghasil toksin meningkat.20,21
pertama kali dilaporkan pada tahun 1961 di Inggris14 dan Toksin ekfoliatif (ETs) terdiri atas ETA dan ETB. ETs
penyebarannya meningkat pesat ke seluruh dunia, bahkan adalah protease sering yang berikatan dengan molekul sel
menjadi endemis di beberapa daerah pada awal tahun 1990.15 adesi desmoglein-1 pada epidermis dan memecah epidermis
Taiwan dan Cina merupakan negara dengan prevalensi MRSA sehingga sel kehilangan daya adesinya. Biasanya
tertinggi di dunia.16 Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang epidermolisis terjadi di antara stratum spinosum dan
melaporkan 23 kasus infeksi luka operasi dengan MRSA,17 granulosum sehingga lepuh yang timbul berdinding tipis
sedangkan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah dan kendur dengan tanda Nickolsky positif. ETA
Denpasar dilaporkan 3 kasus MRSA.18 menyebabkan impetigo bulosa dan ETB menyebabkan Sta-
Sampai saat ini pengobatan pioderma seringkali hanya phylococcal scalded skin syndrome.1,22
berdasarkan gejala klinis saja. Pemeriksaan kultur kuman dan Enterotoksin Staphylococcus aureus yang disebut
uji sensitivitas obat tidak secara rutin dilakukan. Untuk toxic shock syndrome toksin-1 (TSST-1) dikenal sebagai
menghindari terjadinya resistensi dalam pengobatan superantigen toksin pirogenik. Antigen konvensional
pioderma, perlu ditingkatkan pengetahuan mengenai memerlukan pengenalan oleh lima elemen kompleks reseptor
pioderma dan penatalaksanaannya. sel T, sedangkan superantigen hanya memerlukan daerah
rantai  sehingga 5% - 30% sel T lainnya akan teraktivasi.
Hal ini menyebabkan pelepasan sitokin dari makrofag secara
DEFINISI DAN ETIOLOGI sistemik, terutama interleukin 2, interferon-, dan tumor
nekrosis faktor-.20,23 Stimulasi superantigen pada sel T juga
Pioderma adalah infeksi pada epidermis, tepat di bawah menyebabkan aktivasi dan ekspansi limfosit yang
stratum korneum atau pada folikel rambut, oleh bakteri mengekspresi daerah rantai- reseptor sel T spesifik. Hal ini

86
MDVI Vol. 41 No. 2 Tahun 2014; 85 - 90

dapat mengaktivasi sel B, menyebabkan kadar imunoglobulin phylococcal cassette chromosomal mec (SCCmec) tipe IV
E (IgE) atau autoantibodi meningkat. Superantigen secara dan V, sedangkan HA-MRSA mengandung SCCmec tipe I, II
selektif dapat menginduksi antigen pada sel T yang dan III. SCCmec mengandung gen mecA, gen yang
berkaitan dengan limfosit kutan, sehingga menyebabkan bertanggung jawab tentang sintesis protein pembawa sifat
proses "homi ng" ke kulit. Gempuran sitokin ini resistensi terhadap berbagai antibiotik; (5) galur CA-MRSA
menyebabkan sindrom kebocoran kapiler dan dapat hampir 100% mengandung gen panton valentine leukosidin
menjelaskan sebagian besar manifestasi klinis penyakit (PVL), sedangkan HA-MRSA jarang (5%); (6) CA-MRSA
yang diperantarai superantigen, misalnya toxic shock syn- terutama disebabkan oleh galur USA 300 dan 400, sedangkan
drome (TSS) dan scarlet fever.1,21 HA-MRSA oleh galur USA 100 dan 200.27-29
Infeksi tersering yang disebabkan MRSA adalah
infeksi kulit dan jaringan lunak, gambaran klinisnya mirip
MANIFESTASI KLINIS pioderma karena methicillin-sensitive Staphylococcus
aureus (MSSA). Brasel dkk menyebutkan lesi kulit infeksi
Manifestasi klinis pioderma bervariasi, mulai dari MRSA khas, yaitu menyerupai gigitan laba-laba (spider
pioderma superfisial hingga infeksi jaringan lunak invasif, bite) dengan nekrosis sentral yang dikelilingi oleh eritema
bergantung pada lokasi anatomis infeksi dan faktor pejamu. dan indurasi.30
Manifestasi klinis infeksi pada kulit dapat berupa impetigo Galur CA-MRSA dapat mengeluarkan toksin yang
bulosa dan impetigo non-bulosa, infeksi pada folikel rambut disebut panton-valentine leucocidin (PVL), yang dapat
dan jaringan sekitarnya berupa folikulitis, furunkulosis dan menghancurkan sel darah putih dan jaringan hidup sehingga
karbunkel, sedangkan infeksi jaringan lunak berupa selulitis.1 memperberat manifestasi klinis. Lesi kulit infeksi galur CA-
MRSA yang mengandung gen PVL umumnya multipel, sering
terjadi infeksi berulang, berukuran lebih besar, terdapat
PIODERMA YANG DISEBABKAN MRSA nekrosis kulit (nekrosis fasiitis), dan sering disertai komplikasi
pneumonia yang berakibat fatal.31
Masalah utama infeksi Staphylococcus aureus adalah Diagnosis infeksi kulit oleh MRSA memerlukan anam-
munculnya galur yang resisten terhadap penisilin atau nesis yang teliti mengenai faktor risiko, pemeriksaan fisis,
metisilin. 1 Methicillin-resistant Staphylococcus aureus pemeriksaan penunjang, misalnya darah lengkap, pulasan
(MRSA) adalah organisme yang multi resisten walaupun gram swab luka, kultur dan uji sensitivitas, dan bila perlu
methicillin-resistant sebenarnya berarti resisten terhadap pemeriksaan protein chain reaction (PCR) untuk
antibiotik golongan -laktam.24 Dikenal 2 bentuk MRSA, yaitu menentukan adanya gen PVL.32
healthcare-associated methicillin-resistant Staphylococ-
cus aureus (HA-MRSA) dan community-acquired methi-
cillin-resistant Staphylococcus aureus (CA-MRSA). HA- PENATALAKSANAAN
MRSA adalah MRSA yang menginfeksi individu dengan
faktor risiko, misalnya dirawat inap, dilakukan pembedahan, Apabila terdapat abses kutan, tindakan utamanya
dan keadaan imunosupresi, sedangkan CA-MRSA adalah insisi dan drainase, untuk abses atau bisul yang kecil
menginfeksi individu di masyarakat tanpa faktor risiko.25 tindakan ini cukup. Antibiotik diberikan bila terdapat abses
Standar Communication Disease Center (CDC) yang berat dan luas, abses yang cepat berkembang menjadi
menyebutkan bahwa faktor risiko infeksi yang berhubungan selulitis, abses dengan tanda dan gejala sistemik, abses yang
dengan MRSA sebagai 5 C's yaitu: (1) contaminated items: berhubungan dengan keadaan imunosupresi, abses pada
barang-barang yang terkontaminasi; (2) close contact: usia tua, abses di daerah yang sulit dilakukan drainase, abses
kontak erat, penularan dapat terjadi dalam satu keluarga dan yang berhubungan dengan flebitis septik dan abses yang
antar kelompok orang yang kontak erat, misalnya anak-anak tidak membaik dengan insisi dan drainase saja.33
di penitipan anak, narapidana, dan atlet yang kontak dengan Pembersihan benda asing, misalnya benang jahit, massa
atlet lainnya di bidang olahraga tertentu; (3) crowding: atau prostetik di dalamnya perlu segera dilakukan karena
populasi padat penduduk; (4) Cleanliness: kebersihan yang benda asing tersebut merupakan nidus untuk bakteri dan
kurang; (5) cuts and other compromised skin integrity: luka terjadi pembentukan biofilm. Biofilm di sekitar benda asing
dan integritas kulit yang menurun.26 dapat melindungi bakteri terhadap antibiotik.34
Beberapa perbedaan antara CA-MRSA dengan HA- Kultur dari abses serta infeksi kulit dan jaringan lunak
MRSA, yaitu: (1) CA-MRSA lebih sering menginfeksi purulen lainnya dianjurkan pada pasien yang diobati dengan
populasi usia muda; (2) CA-MRSA lebih sering berkaitan antibiotik, pasien dengan infeksi lokal yang berat atau disertai
dengan infeksi kulit dan jaringan lunak; (3) HA-MRSA tanda sistemik, pasien yang tidak membaik pada terapi awal,
umumnya resisten terhadap lebih banyak jenis antibiotik dan bila dipertimbangkan akan terjadi suatu kejadian luar
dibandingkan CA-MRSA; (4) CA-MRSA mengandung Sta- biasa.33

87
LD Budiani & MS Adiguna Penatalaksanaan pioderma terkini

Pemilihan antibiotik Linezolid

Secara garis besar dibagi menjadi dua, yang pertama Merupakan antibiotik pertama golongan oxazolidinones,
adalah terapi untuk infeksi MSSA dan kedua adalah terapi ditemukan tahun 1990. Obat ini selektif mengikat sub unit
untuk MRSA.1 ribosom 50S bakteri yang menghambat pembentukan kompleks
inisiasi fungsional, efektif terhadap patogen gram positif,
Pemilihan antibiotik untuk infeksi MSSA misalnya Enterococcus faeceum, Staphylococcus aureus, S.
agalactiae, S. pneumoniae dan S. pyogenes.39
Pilihan terapinya meliputi mupirosin dan asam fusidat Linezolid mempunyai bioavailabilitas 100%. Dosis oral
sebagai terapi topikal. Terapi lokal dengan salep atau krim 600 mg dapat mencapai konsentrasi plasma yang sama
mupirosin, pembersihan krusta, dan higiene yang baik dengan pemberian secara intravena. Konsentrasi pada
cukup untuk menyembuhkan kasus ringan hingga sedang. cairan bula kulit mencapai 104% dari konsentrasi plasma.
Terapi sistemik yang dapat diberikan adalah golongan Obat ini diindikasikan untuk infeksi kulit dengan komplikasi
penisilin, misalnya dikloksasilin serta amoksilin dengan dan diabetic foot. Efek sampingnya, antara lain: (1)
asam klavulanat. Untuk pasien yang alergi terhadap mielosupresi yang reversible (anemia, leukopenia,
penisilin, dapat diberikan azitromisin, klindamisin atau pansitopenia dan trombositopenia) sehingga perlu
eritromisin.1 pemeriksaan darah lengkap setiap minggu bila diberikan
selama lebih dari 2 minggu; (2) tidak boleh diberikan bersama
Pemilihan antibiotik untuk infeksi MRSA makanan atau obat yang mengandung tiramin atau
pseudoefedrin; (3) dapat timbul ruam kulit, nafsu makan
Jika diduga kuat infeksi disebabkan oleh CA-MRSA, menurun, konstipasi, demam, reaksi alergik berat, tinitus
dapat dilakukan rawat jalan dan diberikan sulfametoksazol- dan kolitis pseudomembran; (4) toksik pada mitokondria
trimetoprim, minosiklin, doksisiklin atau klindamisin. sehingga dapat terjadi asidosis laktik dan neuropati perifer.
Sulfametoksazol-trimetoprim secara mikrobiologis sangat Linezolid lebih unggul dibandingkan vankomisin karena
efektif terhadap MRSA, tetapi hasil penelitian klinis tidak penyembuhan klinisnya lebih baik, dapat diberikan secara
sebaik vankomisin.35,36 Hanya ada empat antibiotik yang oral, dan lama perawatan lebih singkat.41,42
diakui oleh FDA untuk pengobatan MRSA, yaitu Dosis linezolid dewasa bergantung pada kondisi infeksi.
vankomisin, linezolid, daptomisin dan tigesiklin.37 Pada infeksi tanpa komplikasi dosis linezolid 400 mg per-oral
setiap 12 jam selama 10 sampai 14 hari, sedangkan infeksi
Fluorokuinolon generasi baru dengan komplikasi diberikan 600 mg secara intra vena atau
Gatifloksasin, moksifloksasin, oksifloksasin dan per-oral setiap 12 jam selama 10 sampai 14 hari.39
levofloksasin yang diberikan secara kombinasi dengan
rifampisin memberikan hasil beragam. Dengan meningkatnya Daptomisin
resistensi CA-MRSA terhadap fluorokuinolon, maka obat
ini sebaiknya tidak digunakan sebagai pengobatan lini Daptomisin merupakan antibiotik lipopeptida yang
pertama.37,38 hanya aktif melawan organisme gram positif, didapat secara
alami dari saprofit di tanah, yaitu Streptomyces roseoporus.
Vankomisin Daptomisin berikatan dengan membran sel bakteri yang
memerlukan kalsium untuk hidupnya sehingga terjadi
Pertama kali ditemukan tahun 1956 pada contoh tanah depolarisasi cepat tanpa lisis dan kemudian menimbulkan
di daerah Asia Tenggara, diproduksi oleh Actinomycetes dan kematian sel bakteri.39
Streptococcus orientalis. Obat ini merupakan antimikroba Daptomisin bersifat bakterisidal kuat dengan dosis 2 gr
glikopeptida yang berikatan C terminal dan unit prekursor setiap 24 jam. Untuk infeksi kulit dan jaringan lunak diberikan
peptidoglikan yang mencegah pembentukan dinding sel 4 mg/kg BB sekali sehari, sedangkan untuk bakteremia Sta-
bakteri. Vankomisin bekerja pada permukaan luar membran phylococcus aureus atau endokarditis dosisnya 6 mg/kgBB
sel bakteri dan tidak dapat berpenetrasi ke dalam sitoplasma sekali sehari. Kesembuhan klinis 81% dan eradikasi
bakteri. Untuk meningkatkan efektivitasnya, pemberian mikrobiologis 91%. Efek sampingnya adalah mual, muntah,
vankomisin dikombinasikan dengan rifampisin atau mialgia, meningkatnya kadar enzim otot (CPK), miopati dan
aminoglikosida, tersedia dalam bentuk infus.39 rabdomiositis.39
Dosis dewasa vankomisin yang dianjurkan adalah 15
mg/kgBB secara intravena setiap 12 jam selama 10 sampai 14 Tigesiklin
hari, bergantung pada keadaan klinis dan perjalanan
penyakit.39 Dosis pada anak yang dianjurkan adalah 60 mg/ Tigesiklin termasuk golongan glycyclines, mempunyai
kgBB/hari.41 struktur sama dengan tetrasiklin, dengan rangka 4 cincin

88
MDVI Vol. 41 No. 2 Tahun 2014; 85 - 90

karbolik sentral. Obat ini bersifat bakteriostatik dengan 4. Budiani LD, Dhana Saputra IPK, Rusyati LM, dkk. Profil
sasaran ribosom bakteri.39 pioderma di poliklinik kulit dan kelamin RS Sanglah Denpasar
Tigesiklin merupakan glikopeptida baru dengan Periode Januari 2006-Desember 2008 (Studi Retrospektif).
spektrum luas terhadap infeksi gram positif, termasuk MRSA, Naskah lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan X. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).
VRE, basil gram negatif, dan organisme atipik. Obat ini
Banten 29 -31 Oktober 2009
merupakan alternatif untuk organisme yang multidrug re- 5. Crossley K. Overview of Staphylococcus aures in medicines.
sistant. Dosis tigesiklin untuk infeksi kulit dan jaringan lunak Dalam: Weigelt JA, penyunting. MRSA. New York: Informa
adalah 100 mg intra vena pada awalnya kemudian 50 mg healthcare; 2007. h.1-10
intravena setiap 12 jam selama 5 sampai 14 hari, bergantung 6. Micek ST. Pleuropulmonary complications of panton-
beratnya infeksi dan perjalanan penyakit.39 valentine leukosidin positive community-acquired methicillin
resistant Staphylococcus aureus. Chest. 2005; 128: 2732-8.
PENUTUP 7. Bocchini CE, Hulten KG, Mason EO, Gonzales BE,
Hammerman WA, Kaplan SL. Panton-valentine leukosidin
genes are associated with enhanced inflammatory response
Pioderma merupakan infeksi kulit dan jaringan lunak
and local disese in acute hematogenous Staphylococcus aureus
yang disertai pembentukan pus, paling sering disebabkan osteomyelitis in children. Pediatrics. 2006; 117(2): 433-40.
oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus  8. Brown EL. Pediatric antibody response to community-
hemoliticus. Berbagai protein imunomodulator, misalnya acquired Staphylococcus aureus infection is directed to
toksin, eksotoksin dan adesin mempengaruhi gambaran klinis panton-valentine leukosidin. Clin and Vacc Immunol. 2008;
dan perkembangan penyakitnya. Manifestasi klinis pioderma 16(1): 139-41
adalah impetigo bulosa, impetigo non bulosa, ektima, 9. Riyanto E. "Staphylococcus aureus pembawa gen MecA.
folikulitis, furunkel, karbunkel, abses, paronikia, selulitis, dan Prevalensi strain MRSA pada pasien pioderma di Unit Rawat
lain-lain. Jalan divisi dermatologi anak Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya" (tesis). Surabaya:
Masalah utama penanganan pioderma saat ini adalah
Universitas Airlangga; 2005.
timbulnya galur Staphylococcus aureus yang resisten 10. Hamilton SM, Bryant AE, Carroll KC, Lockary V, Ma Y,
terhadap penisilin atau metisilin MRSA, sehingga McIndoo E, dkk. In vitro production of panton-valentine
pengobatannya dibagi menjadi dua, yaitu terapi untuk infeksi leukosidin among strain of methicillin resistant
MSSA dan untuk MRSA. Staphylococcus aureus causing diverse infections. CID. 2007;
Jika terdapat abses, tindakan utama adalah insisi dan 45: 1550-8
drainase. Antibiotik dipertimbangkan untuk kasus yang berat 11. Budimir A, Deurenberg RH, Plecko V, Vink C, Kalenic S,
dan luas. Pada infeksi MSSA dapat diberikan mupirosin atau Stobberingh EE. Molecular characterization of methicillin
asam fusidat topikal, sistemik dapat diberikan golongan resistant Staphylococcus aureus bloodstream isolates from
Croatia. J Antimic Chem. 2006; 57: 331-4
penisilin. Untuk pengobatan MRSA hanya empat antibiotik
12. Lucado J.L. An assessment of methicillin-resistant
yang diakui FDA, yaitu vankomisin, linezolid, daptomisin Staphylococcus aures outside hospital settings in allegheny
dan tigesiklin. county, pennsylvania (tesis). Pittsburgh: University of
Pittsburgh; 2008.
13. McDonald RR, Antonishyn NA, Hansen T, Snook LA, Nagle
E, Mulvey MR, dkk. Development of a triplex real-time PCR
assay for detection of panton-valentine leukosidin toxin genes
in clinical isolates of Methicillin Resistant Staphylococcus
aureus. J Clin Microbiol. 2005; 43: 6147-9
14. Ma XX, Ito T, Kondo Y, Cho M, Yoshizawa Y, Kaneko J,
DAFTAR PUSTAKA dkk. Two different panton-valentine leukosidin phage lineage
predominate in Japan. J Clin Microbiol. 2008; 46: 3246-58
1. Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN, Swartz MN, 15. O'Hara FP, Guex N, Word JM, Miller LA, Becker JA, Walsh
Johnson RA. Superficial cutaneous infections and pyodermas. SL, dkk. A Geographic variant of the Staphylococcus aureus
Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller panton-valentine leukosidin toxin and the origin of
AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick's Dermatology In community-associated methicillin resistant Staphylococcus
General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill aureus USA300. JID. 2008; 197: 187-94
Company; 2008. h. 1694-709 16. Severin JA, Lestari ES, Kuntaman K, Melles DC, Pastink M,
2. Anonim. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Peeters JK, dkk. Unusually high prevalence of panton-
Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depatemen Kesehatan valentine leukosidin genes among methicilin sensitive
RI; 2008. Staphylococcus aureus strain carried in the Indonesian
3. Wisesa TW. Pioderma pada bayi dan anak. Dalam: Budiardja population. J Clin Microbiol. 2008; 46(6):1989-5
SA, Sugito TL, Kurniati DD, penyunting. Infeksi kulit pada 17. Nurkusuma DD. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
bayi dan anak.Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005. Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada
h.35-47 kasus infeksi luka paska operasi di ruang perawatan bedah

89
LD Budiani & MS Adiguna Penatalaksanaan pioderma terkini

Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang, 2009 (tesis) 30. Witte W, Strommenger B, Cuny C, Heuck D, Nuebel U.
18. Marpaung IM, Birawan IM, Darmada IGK. Tiga kasus infeksi Methicillin resistant Staphylococcus aureus containing the
kulit superfisial yang disebabkan MRSA di RSUP Sanglah. panton-valentine leukosidin gene in Germany in 2005 and
Naskah lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan X. Perhimpunan 2006. J Antimicrob Chemother. 2007; 60: 1258-63
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). 31. Brasel KJ, Weigelt JA. Community-acquired MRSA as a
Banten 29 -31 Oktober 2009 pathogen. Dalam: Weigelt JA, penyunting. MRSA. New York:
19. Zulkarnain I. Etiopatogenesis dan penatalaksanaan impetigo. Informa healthcare; 2007.h.43-54
Dalam: Agusni I, Zulkarnain I, Sawitri, penyunting. 32. Bocchini CE, Hulten KG, Mason EO, Gonzalez BE,
Dermatosis bulosa pada bayi dan anak. Edisi ke-1. Surabaya: Hammerman WA, Kaplan SL. Panton-valentine leukosidin
Airlangga University Press; 2007. h. 17-24 genes are associated with enhanced inflammatory response
20. Saavedra A, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. Soft- and local disese in acute hematogenous Staphylococcus aureus
tissue infections: erysipelas, cellulitis, gangrenous cellulitis osteomyelitis in children. Pediatrics. 2006; 117: 433-40
and myonecrosis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, 33. Hammond SP, Baden LR. Management of skin and soft-tissue
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick's infection: polling result. NEJM. 2011; 105: 20-2
Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7. New York: 34. Nathwani D, Morgan M, Masterton RG, Dryden M, Cookson
McGraw-Hill Company; 2008.h. 1720-31. DB, French G. Guidelines for UK practice for the diagnosis
21. Travers JB, Mousdicas N. Gram-positive infection associated and management of methicillin-resistant Staphylococcus
with toxin production. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz aureus (MRSA) infections presenting in the community. J
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Antimicrob Chemother. 2008; 61: 976-94
Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7. 35. Liu C, Bayer A, Cosgorove SE, Daum RS, Fridkin SK, Gorwitz
New York: McGraw-Hill Company; 2008. h. 1710-9 RJ, dkk. Clinical practice guidelines by the infectious diseases
22. Stanley JR, Amagai M. Mechanisms of disease: pemphigus, society of America for the treatment of Methicillin-resistant
bullous impetigo, and the Staphylococcal scalded-skin Staphylococcus aureus infections in adults and children:
syndrome. NEJM. 2006; 355: 1800-10 executive summary. 2011; 52: 285-92
23. Lowy F.D. Antimicrobial resistance: the example of 36. Levine DP. Therapy for community-associated MRSA
Staphylococcus aureus. J Clin Inves. 2003; 111: 1265-73 infections: antibiotics and more. CID.2008; 9: 1-6
24. Martin JM, Green M. Group A Streptococcus. Semin Pediatr 37. Gould FK, Brindle R, Chadwick PR, Fraise AP, Hill S,
Infect Dis. 2006; 1045: 140-8 Nathwani D, dkk. Guidelines (2008) for the prophylaxis and
25. Reed RL. Antibiotics for MRSA infections. Dalam: Weigelt treatment of Methicillin resistant Staphylococcus aureus
JA, penyunting. MRSA. New York: Informa Healthcare; 2007. (MRSA) infections in the United Kingdom. J Antimicrob
h. 147-63 Chemother. 2009; 63: 848-61
26. Bouguessa NR, Bes M, Meugnier H, Forey F, Reverdy ME, 38. Smith SM, Eng RHK, Tumang FT. Ciprofloxacin therapy for
Lina G, dkk. Detection of methicillin resistant Staphylococcus Methicillin resistant Staphylococcus aureus infections or
aureus strains resistant to multiple antibiotics and carrying colonization. Antimicrob Agents Chemother. 1989; 33: 181-4
the panton-valentine leukosidin genes in an Algiers Hospital. 39. Reed RL. Antibiotics for MRSA Infections. Dalam: Weigelt
Antimicrob Agents Chemother. 2005; 50: 1083-5 JA, penyunting. MRSA. New York: Informa Healthcare;
27. Anonim. Guidance on the diagnosis and management of PVL- 2007.h. 147-63
associated Staphylococcus aureus infections (PVL-SA) in 40. Giuliano C, Haase KK, Hall R. Use of vankomisin
England. Edisi ke-2. PVL sub-group of the Steering Group on pharmacokinetic-pharmacodynamic properties in the
Helathcare Associated Infection. 2008. treatment of MRSA infections. Expert Rev Anti Infect Ther.
28. Jones RN, Nilius AM, Akinlade BK, Deshpande LM, Notario 2010; 8: 95-106
GF. Molecular characterization of Staphylococcus aureus 41. Dodds, Hawke CI. Linezolid versus vancomycin for MRSA
isolates from a 2005 clinical trial of uncomplicated skin and skin and soft tissue infections (Systematic Review and Meta-
skin structure infections. Antimic Agents Chemother. 2007; Analysis). ANZ J Surg. 2009;79: 629-35
51: 3381-4 42. Livermore DM. Linezolid in vitro: mechanism and antibacterial
29. Baggett HC, Hennessy TW, Rudolph K, Bruden D, spectrum. J Antimicrob Chemother. 2003; 51: 9-16
Reasonover A, Parkinson A, dkk. Community-onset
Methicillin resistant Staphylococcus aureus associated with
antibiotic use and the cytotoxin panton-valentine leukosidin
during a furunculosis outbreak in Rural Alaska. JID. 2004;
189: 1565-73

90

Anda mungkin juga menyukai