KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSANC
KEPERAWATAN
Jl. Besar Ijen No. 77 Malang 65112 Telp. (0341) 558399
LOGBOOK PRAKTEK
Disusun Oleh:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSANC
KEPERAWATAN
Jl. Besar Ijen No. 77 Malang 65112 Telp. (0341) 558399
ii
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
DATA MAHASISWA
Malang, ……………………………..
Photo
4X6
Tanda Tangan
( ………………………………… )
iii
VISI DAN MISI
PRODI DIII KEPERAWATAN MALANG
VISI
Menjadi Program Studi Diploma III Keperawatan yang Berkarakter dan Unggul
Terutama di Bidang Keperawatan Komunitas pada Tahun 2019.
MISI
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Direktur
Poltekkes Kemenkes Malang
v
VISI DAN MISI
PRODI DIII KEPERAWATAN MALANG
VISI
Menjadi Program Studi Diploma III Keperawatan yang Berkarakter dan Unggul
Terutama di Bidang Keperawatan Komunitas pada Tahun 2019.
MISI
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiratNya, karena dengan rahmatNya, kami dapat
menyusun “Logbook Praktek Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana
(KGDMB) bagi Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Malang Tahun Akademik
2020/2021”.
Buku ini disusun sebagai panduan melaksanakan Praktek Klinik KGDMB pada
semester VI sehingga memudahkan bagi mahasiswa dalam melaksanakan praktek, serta
sebagai buku evaluasi selama pelaksanaan Praktek Klinik KGDMB. Ucapan terima kasih dan
penghargaan perlu kami sampaikan kepada Direktur Poltekkes Kemenkes Malang, Ketua
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang dan Semua Tim Praktek Klinik KGDMB
yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam teknis penulisan.
Harapan kami mudah-mudahan buku ini dapat digunakan bagi mahasiswa dan
preceptor akademik maupun preceptor klinik di tempat praktek. Buku ini akan selalu
diperbaharui sesuai dengan perubahan Kurikulum yang berlaku dan tak lupa juga saran dari
mahasiswa atau preceptor demi kesempurnaan buku panduan ini.
vii
DAFTAR ISI
LOGBOOK PRAKTEK.............................................................................................................1
DATA MAHASISWA..............................................................................................................iii
VISI DAN MISI........................................................................................................................iv
A. Visi.............................................................................................................................iv
B. Misi.............................................................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................v
LOGBOOK PRAKTEK.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI............................................................................................................................vii
REKAPITULASI LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN..................................................1
NILAI LAPORAN PENDAHULUAN......................................................................................2
NILAI ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................3
DAFTAR NILAI TARGET CAPAIAN KETERAMPILAN....................................................4
LABEL SKALA TARGET PENCAPAIAN KETERAMPILAN.............................................6
NILAI PENYULUHAN.............................................................................................................7
NILAI SIKAP............................................................................................................................8
REKAPITULASI NILAI PRAKTEK........................................................................................9
KETERANGAN IJIN MAHASISWA.....................................................................................10
COVER LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................11
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................12
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................................13
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT............................................14
viii
NILAI LAPORAN PENDAHULUAN
Nilai
N
ASPEK PENILAIAN BOBOT Minggu I Minggu II
O
1 KONSEP DASAR 40
1. Pengertian
2. Patofisiologi
3. Tanda dan gejala
4. Pemeriksaan
penunjang/diagnostik
5. Penatalaksanaan medis
2 KONSEP ASUHAN 50
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data Subjektif
Data Objektif
2. Diagnosa Keperawatan
Aktual
Resiko
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan
Rencana Tindakan
Rasional
3 REFERENSI 10
Minimal 3 buku
keperawat-an edisi 5 tahun
terakhir
JUMLAH 100
Nilai Rata-rata
Tri Agustiningrum
1
NILAI ASUHAN KEPERAWATAN
Nilai
NO ASPEK PENILAIAN BOBOT
Minggu I Minggu II
1 Pengkajian 25
1. Pengumpulan data
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
2 Perencanaan 25
1. Prioritas masalah
2. Tujuan
3. Rencana keperawatan
4. Rasional Tindakan
3 Implementasi 25
1. Prioritas tindakan
2. Objektif
3. Tepat
4 Evaluasi 25
1. Reasesment
2. Interpretasi
3. Planning
JUMLAH 100
Nilai Rata-Rata
Tri Agustiningrum
2
DAFTAR NILAI TARGET CAPAIAN KETERAMPILAN
Link Video Dokumentasi Nama dan
Target TT
Keterampilan Nilai
Pencapaian Preceptor
Akademik
1. Melakukan primary PBL https://www.youtube.com/wa
survey dan TRIAGE tch?v=r8rnwEBVRx0&t=4s
https://www.youtube.com/wa
tch?v=lka9XDe7KMs
2. Melakukan pengkajian PBL https://www.youtube.com/wa
secondary survey tch?v=NlYt4rO1B8k
3
Link Video Dokumentasi Nama dan
Target TT
Keterampilan Nilai
Pencapaian Preceptor
Akademik
12. Menginterpretasi EKG PBL https://www.youtube.com/wa
emergensi tch?v=o2P9Ddi_V2k
4
Link Video Dokumentasi Nama dan
Target TT
Keterampilan Nilai
Pencapaian Preceptor
Akademik
24. Timbang terima dengan PBL https://youtu.be/Ka62LBV-
perawat ruangan 4a0
https://youtu.be/0doEG-cLc-I
Keterangan :
Form pencapaian ketrampilan praktek diisi oleh Preceptor Akademik
Pencapaian Kompetensi minimal 80%
Nilai Kompetensi Problem Based Learning (PBL) didapatkan dari
tindakan yang dilakukan kepada keluarga kelolaan dan atau video dan memberikan bukti
kepada Preceptor Akademik bahwa mahasiswa sudah belajar skill lab mandiri melalui
media vide serta membuat resume SOP prosedur yang telah dipelajari.
Nilai Kompetensi Video didapatkan dengan cara membuat video.
Nilai Kompetensi Real Setting akan dilakukan dengan cara Uji
Simulasi secara kelompok di laboratorium.
5
NILAI PENYULUHAN
NILAI*)
NO ASPEK PENILAIAN BOBOT
MINGGU 1 MINGGU 2
1. Persiapan 30
1. Identifikasi masalah
2. Membuat SAP/Satpel
3. Penggunaan media
4. Penggunaan metode
2. Pelaksanaan 50
1. Melakukan pendekatan
2. Menjelaskan Tujuan
3. Cara penyampaian
Penggunaan bahasa
Penggunaan alat peraga
Mampu memberi
motivasi peserta
Tidak kaku (luwes)
3. Evaluasi 20
1. Peserta kooperatif
2. Mengerti isi penyuluhan
3. Memiliki motivasi untuk
melakukan
4. Peserta mengajukan
pertanyaan
JUMLAH 100
Nilai Rata-Rata
Tri Agustiningrum
6
NILAI SIKAP
NILAI*)
NO ASPEK PENILAIAN BOBOT
MINGGU 1 MINGGU 2
1. Disiplin 10
2. Tanggung jawab 10
3. Inisiatif dan kreatifitas 10
4. stabilitas emosi 10
5. Kejujuran 10
Hubungan dengan
6. 10
orang lain
Kerja sama dengan
7. 10
teman
8. Penampilan 10
Cara kerja dalam
9. 20
bertugas
JUMLAH 100
Nilai Rata-Rata
Tri Agustiningrum
7
8
REKAPITULASI NILAI PRAKTEK
2 Asuhan Keperawatan 30
3 Tindakan keperawatan 30
4 Penyuluhan 10
5 Sikap 10
9
1. Keterampilan: Melakukan Primary Survey dan TRIAGE
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.GADAR.001
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Tanggal Terbit :
TINDAKAN PENGKAJIAN
AWAL (INITIAL ASSESMENT) Halaman :
PRIMARY SURVEY
10
c. Penanganan jalan napas:
g. Had tilt-chin lift : untuk korban
non trauma
h. Chin lift-jaw thrust : untuk
korban trauma dicurigai fraktur servikal
i. Suction/ hisap/ log roll:
sumbatan jalan napas karena cairan atau darah di jalan napas
atas
j. OPA (korban tidak sadar atau
tanpa adanya gag reflek/reflek muntah) atau NPA (korban
sadar) : terdengar suara ngorok/ snoring karena jalan napas
terhalang oleh posisi lidah korban yang jatuh ke belakang
k. Needle cricotiroidotomy: jika
terdengar stridor (edema laring) atau perdarahan hebat yang
terus menerus/ massive
l. Intubation: korban koma (GCS
<8)
BREATHING (PERNAPASAN)
a. Oksigenasi kurang ditandai dengan sesak atau saturasi oksigen
di bawah 95%, berikan nasal kanul, rebreathing mask atau non
rebreathing mask (berdasarkan tingkat kebutuhan konsentrasi
oksigen terlihat dari alat pulse oksimetri yang mengidentifikasi
kadar saturasi O2)
b. Jika korban henti napas: berikan napas buatan (ventilasi buatan)
dengan mouth to mouth, mouth to mask atau bag valve mask
c. Lakukan pemeriksaan daerah thoraks : inspeksi, auskultasi,
perkusi, palpasi
d. Inspeksi: adanya sesak, jejeas pada dada korban, jvp meningkat,
trakea terdorong ke arah sehat
e. Auskultasi: vesikuler kanan dan kiri (terdengar jelas atau tidak)
f. Perkusi: sonor, hipersonor, atau dullness (jika hipersonor berisi
udara berlebih, jika dullness berisi cairan/darah)
g. Palpasi: adakah nyeri tekan, terdengar suara krepitasi
(identifikasi fraktur iga)
CIRCULATION+CONTROL PERDARAHAN
a. Raba nadi arteri karotis, rasakan denyutannya, jika tidak teraba
maka lakukan RJP
b. Raba ekstremitas teraba dingin atau tidak
c. Lihat apakah ada luka dan perdarahan yang banyak
d. Penghentian perdarahan: Stop bleeding direct presure (balut
tekan), elevation (tinggikan posisi), dan point pressure (titik
tekan)
e. Berikan cairan melalui IV line, untuk korban trauma dan
perdarahan berikan cairan RL hangat, 2 jalur, guyur, dan jangan
lupa ambil darah (khusus korban wanita dewasa lakukan
pemeriksaan HCG/kehamilan dengan hukum 3 for 1
(penggantian 3 cc untuk kehilangan 1 cc)
DISABILITIY (KESADARAN)
a. Cek GCS (Glasgow Coma Scale) : Eye, Verbal, Motorik
b. Lihat respon pupil korban
EXPOSURE (cek semua bagian tubuh)
11
a. Tindakan log roll (menilai bagian belakang) dilakukan secara
team, jika ada fraktur servikal, minta bantuan orang lain untuk
memfiksasi kepala dan leher
b. Buka pakaian belakang, lihat jejas, luka-luka, perubahan bentuk
dari punggung, panggul s/d kaki bagian belakang
c. Kembalikan posisi korban ke posisi semula lalu selimuti korban
untuk mencegah hipotermia
RE EVALUASI A-B-C-D
Evaluasi 1. Mendokumentasikan hasil tindakan
2. Menyampaikan hasi tindakan
3. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan
12
E = Event
Atau
K-O-M-P-A-K (keluhan, obat, makanan, penyakit, alergik, kejadian)
3. Periksa vital sign (tekanan darah, suhu,
frekuensi nadi, frekuensi napas)
4. Head to toe examination
m. Kasus trauma selalu tanyakan :
deformitas, eksoriasi/ luka gores, contusio, abrasi, penetrasi,
bullae/burn, laserasi, swelling/sembab
n. Dugaan patah tulang, selalu
tanyakan: pain, krepitasi, deformitas/perubahan bentuk
5. Periksa kepala dan leher
o. Rambut dan kulit kepala :
perdarahan, pengelupasan, penekanan cidera tulang belakang
p. Telinga: luka, cairan, darah
q. Mata: perlukaan, pkemerahan,
kondisi kelopak mata, benda asing
r. Hidung: luka, darah, cairan,
nafas cuping hidung, deformitas
s. Mulut dan bibir: luka, darah,
muntahan, benda asing, gigi, bau, bisa buka mulut/tidak,
sianosis
t. Leher: luka, bendungan vena,
spasme otot, stabilitas tulang leher
6. Periksa dada : flail chest, nafas diafragma,
kelainan bentuk, tarikan anatr iga, nyeri tekan, perlukaan, suara
ketuk, suara nafas, bunyi jantung
7. Periksa perut : luka, distensi, tegang, massa,
gelembung udara, nyeri tekan, bising usus
8. Periksa tulang belakang : kelainan bentuk, nyeri
otot, spasme otot
9. Periksa pelvis/genetalia : bentuk, keutuhan
tulang, luka, nyeri, bengkak, krepitasi, inkontinensia
10. Periksa ektremitas atas dan bawah : luka,
hambatan pergerakan, kesemutan, bengkak, bengkak, denyut nadi,
warna luka
11. Pemeriksaan penunjang : CT-Scan, X-Ray,
USG, EKG, dll
12. Persiapan rujukan: ke rumah sakit atau ke
ruangan lain
13
14
3. Keterampilan: Pemeriksaan Kepatenan Jalan Nafas (Head Tilt Chin Lift)
15
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal
dan jam pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
Nama dan tanda tangan perawat
Rujukan https://www.youtube.com/watch?v=-6ilp1Bfd0U
16
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.GADAR.007
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Tanggal Terbit :
Jaw Trust Manuver
Halaman :
17
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal
dan jam pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
Nama dan tanda tangan perawat
Rujukan https://www.youtube.com/watch?v=-6ilp1Bfd0U
18
4. Keterampilan: Pemeriksaan Pernafasan (Frekuensi Nafas dan Saturasi Oksigen)
19
bandingkan antara dada kanan dan kiri. Kemudian kaji pula
pada daerah punggung dengan cara yang sama. Biasanya pada
pasien yang mengalami nyeri pada costae dan sternum, baik
karena adanya krepitasi maupun farktura, pergerakan dinding
dada tidak akan sama antara kanan dan kiri.
6. Perkusi
20
terdengar pada ICS 3-5 midsternal sinistra karena terdapat
jantung.
d. Hipersonor/hiperresonan : Terjadi bila ada timbunan udara
yang berlebihan.
7. Auskultasi
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan
jam pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
Nama dan tanda tangan perawat
Rujukan https://www.scribd.com/document/346125743/Sop-
Pemeriksaan-Fisik-Sistem-Pernapasan
21
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.GADAR.007
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Tanggal Terbit :
Saturasi Oksigen
Halaman :
22
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
Nama dan tanda tangan perawat
Rujukan https://www.scribd.com/document/346125743/Sop-
Pemeriksaan-Fisik-Sistem-Pernapasan
23
3. Keterampilan: Pemeriksaan Sirkulasi (Nadi dan CRT)
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.GADAR.007
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Tanggal Terbit :
Pemeriksaan Nadi dan CRT
Halaman :
24
4. Keterampilan: Pemeriksaan Tingkat Kesadaran dengan GCS
25
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadaptindakan
Nama dan tanda tangan perawat
26
7. Keterampilan: Monitor Hemodinamik dengan Bed Side Monitor
27
11. Pasangkan elektroda di dinding dada
RA : ICS 4 kanan
LA : ICS 6 kanan bawah
RL : ICS 4 kiri
LL : ICS 6 kiri bawah
12. Hubungkan kabel dengan elektroda yang ada di dinding
dada pasien sesuai dengan line yang ada
13. Pasangkan alat ukur tekanan darah
14. Pasangkan oksimeter
15. Lakukan monitoring
16. Pantau display terhadap nadi, respirasi, TD, suhu, dan spO2
17. Rapikan pasien
18. Bereskan alat
19. Perawat cuci tangan
28
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT
Pengertian Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan
memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam
tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah. Pengkajian secara
noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah
pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure). Pemantauan
hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam ke
dalam pembuluh darah atau rongga tubuh.
Indikasi 1. Shock
2. Infark Miokard Akut (AMI), yg disertai: Gagal jantung kanan/kiri, Nyeri
dada yang berulang, Hipotensi/Hipertensi
3. Edema Paru
4. Pasca operasi jantung
5. Penyakit Katup Jantung
6. Tamponade Jantung
7. Gagal napas akut
8. Hipertensi Pulmonal
9. Sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan, mengetahui reaksi
pemberian obat
29
3) Tekanan kapiler arteri pulmonalis
4) Tekanan atrium kiri
5) Tekanan ventrikel kanan
6) Curah jantung
7) Tekanan arteri sistemik
Pemantauan 1) Pengukuran tekanan vena sentral / CVP : Mengukur tekanan vena jugularis
Hemodinamik
2) Memposisikan pasien berbaring setengah duduk
Non Invasive
3) Perhatikan denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi
hanya bisa dilihat. Akan tampak gelombang a (kontraksi atrium),
gelombang c (awal kontraksi ventrikel-katup trikuspid menutup),
gelombang v (pengisian atrium-katup trikuspid masih menutup)
4) Normalnya terjadi penggembungan vena setinggi manubrium sterni
5) Apabila ditemukan penggembungan vena yang lebih tinggi dari manubrium
sterni, maka terjadi peningkatan tekanan hidrostatik atrium kanan
6) Pengukuran tekanan arteri sistemik
7) Secara manual
Pemantauan Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium
Hemodinamik
kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau
Invasive
dengan tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai
Central
normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara
Venouse
Pressure menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.
(CVP)
A. Tempat Penusukan Kateter
Pemasangan kateter CVP dapat dilakukan secara perkutan atau dengan
cutdown melalui vena sentral atau vena perifer, seperti vena basilika, vena
sephalika, vena jugularis interna/eksterna dan vena subklavia.
30
31
Dikorelasikan dengan akhir gelombang QRS segmen pada EKG
3) x = enggambarkan relaksasi atrium triskuspid
Gelombang x descent : gelombang ini mungkin disebabkan gerakan ke
bawah ventrikel selama kontraksi sistolik. Terjadi sebelum timbulnya
gelombang T pada EKG
4) v = penutupan katup trikuspid
Gelombang v : gelombang v timbul akibat pengisisan atrium selama
injeksi ventrikel (ingat bahwa selama fase ini katup AV normal tetap
tertutup digambarkan pada akhir gelombang T pada EKG
5) y = pembukaan katup trikuspid
Gelombang y descendent : diakibatkan oleh terbukanya tricuspid valve
saat diastol disertai aliran darah masuk ke ventrikel kanan. Terjadi
sebelum gelombang P pada EKG
C. Cara Pengukuran CVP
1. Secara nonivasif : Pengukuran tekanan vena jugularis
2. Secara invasif :
a. memasang kateter CVP yang ditempatkan pada vena kava superior
atau atrium kanan, teknik pengukuran dengan menggunakan
manometer air atau transduser
b. melalui bagian proksimal kateter arteri pulmonalis. Pengukuran ini
hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem transduser.
D. Tekanan Vena Jugularis
Atur posisi pasien dalam posisi berbaring setengah duduk, kemudian
perhatikan hal berikut.
1. Denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi bisa
dilihat. Akan tampak gel a (kontraksi atrium), c (awal kontraksi
ventrikel-katup trikuspid menutup), gel v (pengisian atrium-katup
trikuspid masih menutup)
2. Normal, pengembungan vena setinggi manubrium sterni
3. Bila lebih tinggi berarti tekanan hidrostatik atrium kanan meningkat,
misal pada gagal jantung kanan.
Menurut Kadir A (2007), dalam keadaan normal vena jugularis tidak
pernah membesar, bila tekanan atrium kanan (CVP) naik sampai 10 mmHg
32
vena jugulais akan mulai membesar. Tinggi CVP= reference point tinggi
atrium kanan ke angulus ludovici ditambah garis tegak lurus, jadi CPV= 5
+ n cmH2O.
F. Cara Merangkai
1. Menghubungkan set infus dengan cairan NaCl 0,9%
2. Mengeluarkan udara dari selang infuse
3. Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
4. Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
5. Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
6. Mengeluarkan udara dari manometer line
7. Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
8. Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang
33
34
G. Cara Pengukuran
1. Memberikan penjelasan kepada pasien
2. Megatur posisi pasien
3. Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan
skala pengukur atau tansduser
4. Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan
antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila
5. Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada
manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi
6. Membereskan alat-alat
7. Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai
35
f. Heparin
g. Manometer line
h. Spuit 1 cc
i. Three way stopcock
j. Penyanggah tranduser/standar infuse
k. Pipa U
l. Infus set
4. Cara Merangkai
a. Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya
ke dalam cairan infuse
b. Menghubungkan cairan tersebut dengan infuse
c. Mengeluarkan udara dari selang infuse
d. Memasang cairan infus pada kantong tekanan
e. Menghubungkan tranduser dengan alat infuse
f. Memasang threeway stopcock dengan alat flus
g. Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush
h. Menghubungkan manometer dengan threeway stopcock
i. Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk
memudahkan beri sedikit tekanan pada kantong tekanan)
j. Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg
k. Menghubungkan kabel transduser dengan monitor
l. Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang
m. Melakukan kalibrasi alat sebelumpengukuran
5. Cara Kalibrasi
a. Lavelling
b. Menutup threeaway ke arah pasien dan membuka threeway ke arah
udara
c. Mengeluarkan cairan ke udara
d. Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol
e. Membuka threeway kearah klien dan menutup ke arah udara
f. Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik
Komplikasi 1) Infeksi
2) Thrombosis
3) Emboli udara
36
37
4) Perdarahan
5) Gangguan neurovaskuler
6) Iskemik atau nekrosis pada bagian distal dari pemasangan kateter
7) Insuffisiensi vaskuler
38
8. Melakukan manajemen jalan napas pasien dengan memasang alat (oropharyngeal
tube atau nasopharyngeal tube)
PROSEDUR SOP.GADAR.009
Halaman : 2
POLTEKKES Pemasangan Oro Pharingel Airway
KEMENKES
MALANG
Unit : Laboratorium Keperawatan Petugas / pelaksana:
39
Pelaksanaan 1. Cuci tangan
2. Memakai alat pelindung diri (APD): Sarung tangan.
3. Posisikan korban berbaring dengan posisi kepala menghadap
keatas, tempat yang aman, datar dan keras.
4. Buka jalan nafas (mulut) dengan jaw lift atau memakai spatula
lidah (sebaiknya kepala diposisikan hiperekxtensi untuk
memasukkan OPA)
5. Pastikan klien tidak sadar dan osbtruksi akibat lidah.
6. Bersihkan mulut dan faring dari segala kotoran.
7. Pilihlah ukuran pipa yang sesuai. Ukur panjang OPA dari sudut
mulut sampai ke angulus mandibular.
8. Masukkan OPA dengan hati-hati tanpa mendorong lidah ke
Halaman : 2
antara hidung dan pharing pada orang yang tidak sadar untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas korban.
Indikasi Pasien tidak sadar (koma)
Pasien sadar dengan nafas tidak spontan
Ada reflek muntah
Kesulitan dengan OPA
Tujuan Mempertahankan kepatenan jalan nafas
Menghilangkan obstruksi partial maupun total akibat abnormalitas
letak lidah
Persiapan tempat dan Masker 1 lembar
alat Handscone 1 pasang
Pipa naso pharyngeal airway (NPA) 1 buah
Jelly 1 buah
Persiapan pasien Amankan klien
Persiapan Amankan lingkungan
40
Lingkungan
Pelaksanaan 1. Memakai alat pelindung diri (APD): Sarung tangan.
2. Posisikan korban berbaring dengan posisi kepala menghadap
keatas.
3. Nilai adakah kelainan dicavum nasal, jika tidak ada kelainan
bersihkan cavum nasal.
4. Nilai besar lubang hidung dengan besar NPA yang akan dipakai.
Ukuran yang sama dengan jari kelingking korban dapat digunakan
sebagai panduan kasar.
5. Ukur panjang NPA dengan mengukur panjang antara pangkal
cuping hidung sampai cuping telinga (ukuran dengan diameter 20-
36 FR dan panjang skitar 17-2- cm).
6. Beri pelumas pada pipa NPA.
7. Pegang NPA sedemikian rupa sehingga ujungnya menghadap ke
telinga atau bevel menghadap ke septum.
8. Usahakan selalu memasukkan NPA melalui lubang hidung
sebelah kanan korban, walaupun lubang kiri juga diperbolehkan.
9. Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk sehingga ujungnya
terletak di faring, sambil menilai adakah alirna udara di dalam
pipa NPA.
10. Lakukan fiksasi pada NPA
41
9. Melakukan manajemen jalan napas pasien tanpa alat (jaw trust)
PROSEDUR SOP.GADAR.008
Halaman : 2
Hati-hati
42
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
Nama dan tanda tangan perawat
Rujukan Campbell, JE, 2004, BTLS, New Jersey, Upper saddle riner
PHECC, 2004, Pre Hospital Emergency care Clinic Handbook
Clinical practice prosedures, 2011,
www.ambulance.qld.gov.au/.../03_cpp_assess
AGD Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2012, Basic Trauma Cardiac
Life Support, Jakarta, AGD DKI Jakarta
Bachtiar, et al, 2016, Basic Trauma Cardiac Life Support, ,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
43
3. Mengurangi rasa sakit
4. Mengurangi pergerakan leher selama proses pemulihan
44
11.Melakukan bantuan oksigenasi dengan BVM
STANDARD OPERASIONAL No. Dokumen :
PROSEDUR SOP.GADAR.007
SOP No. Revisi :
00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1
45
7. Lakukan sebanyak 10-12 kali/menit sampai dada nampak terangkat
8. Evaluasi pernapasan
9. Bereskan alat-alat
10. dokumentasi
Sikap Sikap Selama Pelaksanaan :
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
46
12.Menginterpretasi EKG emergensi
STANDARD OPERASIONAL No. Dokumen :
PROSEDUR SOP.GADAR.007
SOP No. Revisi :
00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1
EKG EMERGENCY
POLTEKKES
KEMENKES
MALANG
Unit : Laboratorium Keperawatan Petugas / pelaksana:
47
- tidak teratur: hitung jumlah R dalam waktu tertentu dikalikan
untuk mendapat HR satu menit, mis jumlah gel R dalam 6 detik
(6 kotak besar) x 10.
2. Tentukan gelombang P
- Adakah gelombang p? Apakah ukuran dan bentuknya
sama? Apakah setiap p diikuti QRS?
- Normal: defleksi positif keatas, bentuk sama
- Apakah gel p terbalik, bertakik, tidak ada (irama
ventrikel/junctional).
- Ciri gelombang p normal: positif di II, negative di
aVR; tinggi maks 2,5 mm, lebar maks 0,11 detik.
- Kepentingan: atrial aritmia, hipertrofi atrium.
3. Tentukan PR interval, normal 0,12-0,20 dan konstan
Kepentingan: AV block
48
Interval: 0,10-0,11 (> BBB)
Gelombang Q (awal depolarisasi ventrikel) patologis: lebar ≤
0,04 detik (1mm), dalam > 25% gel R, Q normal di aVR
RVH: RAD, inverse ratio R/S (R/S di V1 >1, R/S di V6 <1), Clockwise
rotation.
LVH: LAD, LAH, R atau S di I-aVF ≤ 20 mm or S di V1 ≤ 25 mm or R
di V6 ≤ 25 mm or S V1+ R V6 ≤ 35 mm, ST depresi, T inversi di V4-
V6
Gelombang S (depolarisasi ventrikel) QTc interval < 0,42 detik
Nomenklatur QRS kompleks:
49
5. Tentukan ST segment: normal isoelektris (bisa bervariasi – 0,5 s.d. +2
mm) Elevasi: IMA, aneurisma, perikarditis
Gelombang U
50
Paling jelas di V1-V4, tidak sellau terlihat
8. Buat kesimpulan
Sikap Sikap Selama Pelaksanaan :
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
51
13.Melakukan Bantuan Hidup Dasar pasien henti jantung
STANDARD OPERASIONAL No. Dokumen :
PROSEDUR SOP.GADAR.007
SOP No. Revisi :
00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1
RJP / CPR
POLTEKKES
KEMENKES
MALANG
Unit : Laboratorium Keperawatan Petugas / pelaksana:
Persiapan tempat
dan alat 1. Alat pelindung diri (masker, handscoon)
2. Laryngoscope lurus dan bengkok
3. Orofaring/ mayo berbagai ukuran
4. Papan resusitasi (long spine blood)
5. Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai (bag valve
mask)
6. Set penghisap lendir lengkap siap pakai
Persiapan pasien 1.Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
2.Posisi klien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras
3.Baju bagian atas klien dibuka
Pers.Lingk Amankan lingkungan
52
Pelaksanaan 1.Cuci tangan terlebih dahulu
2.Memakai alat pelindung diri (masker, handscoon)
3. Cek Respon : pastikan korban tidak sadar.
- Panggil, tepuk atau goyang tubuh korban secara perlahan
- Panggil dengan lantang (keras dan jelas) : pak/bu, apakah anda
baik-baik saja? Apakah bisa dengar saya?
- Menggoyang bahu/mencubit klien
d. 4. Jika klien tidak sadar, segera aktitifkan SPGDT (Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) buka jalan nafas dengan
head tilt chin lift (tekan dahi angkat dagu) dan bersihkan jalan
nafas dari sumbatan. Menilai pernafasan dengan cara 3M yaitu :
a. Melihat pergerakan dada/perut
b.Mendengar suara keluar masuknya udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut/hidung
- Jika klien tidak bernafas, berikan nafas buatan sebanyak 2x
secara perlahan
4. Periksa denyut jantung dengan cara meraba nadi carotis, jika
nadi carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5
detik sekali selama 1 menit
5. Resusitasi jantung paru : circulation
Jika nadi karotis masih tidak ada nadi maka lakukan RJP
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
54
14.Mengunakan AED
STANDARD OPERASIONAL No. Dokumen :
PROSEDUR SOP.GADAR.007
SOP No. Revisi :
00
Tanggal Terbit :
(AUTOMATED EXTERNAL
DEFIBRILATOR)
POLTEKKES
KEMENKES
MALANG
Unit : Laboratorium Keperawatan Petugas / pelaksana:
55
5. Tempatkan satu pad didada kanan atas dibawah tulang
selangka kanan dan tempatkan pad yang lain didada
kiri pada garis tengah ketiak kira-kira beberapa inchi
dibawah ketiak kiri
6. Petugas menghubungkan konektor dan tekan tombol
analyze
7. Petugas memberitahu pada semua orang dengan
menyebut “clear” sebagai tanda untuk tidak
menyentuh korban selama AED menganalisis. Hal
ini dilakukan agar analisis yang didapatkan akurat
8. Ketika “clear” disebutkan, penolong yang bertugas
untuk melakukan CPR harus menghentikan penekanan
dada dan mengangkat tangannya beberapa inchi tidak
menyentuh. Tapi tetap bersiap untuk melakukan
penekanan dada segera setelah kejut listrik diberikan/
AED menyarankan bahwa kejut listrik tidak
diindikasikan
9. Petugas mengamati analisis AED dan siapkan untuk
pemberian kejut listrik bila diperlukan. Pastikan tidak
ada seorangpun yang kontak dengan pasien.
10. Siapkan penolong pada posisi untuk siap melanjutkan
penenkanan dada segera setelah kejut listrik diberikan
11. Petugas memberikan kejut listrik dengan menekan
tombol “shock” bila ada indikasi
12. Setelah kejut listrik diberikan maka segera lanjutkan
penekanan dada lakukan selama 5 siklus hingga AED
menyarankan untuk melakukan analisis ulang, adanya
tanda kembalinya sirkulasi spontan atau tanda
diperintahkan oleh ketua tim/anggota terlatih untuk
berhenti
13. Petugas melakukan dokumentasi
Sikap Sikap Selama Pelaksanaan :
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
Kebijakan SK. Ka. UPT Kesmas Payangan
No.800/046/UKP/UPT/Py Tahun 2016 Tentang
Layanan Klinik (BHD AHA 2015)
56
15.Memonitor tanda-tanda pneumothorak, hematothorak atau flailchest.
STANDARD OPERASIONAL No. Dokumen :
PROSEDUR SOP.GADAR.007
SOP No. Revisi :
00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1
NEEDLE
THORAKOSINTESIS
57
5. tindakan anastesi dengan lidokain pada daerah yang akan ditusuk jarum
6. melakukan penusukan dengan jarum yang sudah disiapkan didaerah
mid klavikula sela iga ke 2 pada hemithorax yang terkena
7. setelah jarum ditusukkan pada sela iga ke 2 miringkan jarum 30-45
derajat kearah atas
8. jika jarum sudah masuk ditandai oleh suara keluarnya udara. Mendrain
dicabut dan selang kateter ditinggal
9. tutup ujung IV cath dengan clap buatan dari potongan sarung tangan
yang telah diberikan lubang pada ujungnya
10. fiksasi IV cath dengan memberikan plester pada persambungan antara
sarung tangan dengan IV cath
Sikap Sikap Selama Pelaksanaan :
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
58
Halaman : 1
Pemasangan WSD
59
2.Posisi klien diatur terlentang di tempat datar
3.Baju bagian atas klien dibuka
Pers.Lingk Amankan lingkungan
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
60
16. Memonitor tanda-tanda syok
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.GADAR.001
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Tanggal Terbit :
MEMONITOR TANDA-TANDA
SYOK Halaman :
61
6. Untuk syok septik.
• Berikan therapi antibiotik sesuai therapi medis
• Berikan therapi inotropik sesuai dengan therapi medis.
7. Untuk syok anafilaktik.
• Berikan antihistamin sesuai dengan therapi medis.
• Berikan bronchodilator bila terjadi bronchospasme sesuai
dengan therapi medis.
• Adrenalin sesuai dengan therapi medis.
8. Untuk syok cardiogenic.
• Berikan obat inotropik sesuai dengan therapi medis
• Hati-hati
• Teliti
• Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi 1. Kaji respon klien
Dokumentasi 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
2. Catat respon klien terhadap tindakan
Rujukan https://fdokumen.com/document/spo-penanganan-pasien-syok.html
https://www.youtube.com/watch?v=ic0DnvoLhcU
62
17.Melakukan resusitasi cairan (pemasangan infus, monitor urin output)
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.GADAR.001
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Melakukan Resusitasi Cairan Tanggal Terbit :
(Pemasangan Infus, Monitor
Halaman :
Urin Output)
Unit : Laboratorium Keperawatan Petugas / pelaksana:
Perawat, dosen, CI,
Mhs.
Pengertian Sebuah tindakan penggantian cairan tubuh yang dilakukan saat
pasien dalam kondisi kritis atau kehilangan terlalu banyak cairan
baik dalam bentuk air maupun darah.
Indikasi Pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik
Tujuan 1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang hilang
yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein lemak dan
kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui
oral
2. Mengetahui status keseimbangan cairan tubuh
3. Menentukan tingkat dehidrasi klien
4. Memudahkan kontrol terhadap keseimbangan cairan elektrolit
5. Menentukan kebutuhan cairan klien
Persiapan Alat a. Alat steril
1. Bak instrument berisi hand scon dan kasa steril
2. Infus set steril
3. Jarum / wingnedle / abocath dengan nomer yang sesuai
4. Korentang dan tempatnya
5. Kom tutup berisi kapas alcohol
b. Alat tidak steril
1. Standart infus
2. Bidai dan pembalut jika perlu
3. Perlak dan alasnya
4. Pembendung (tourniquet)
5. Plester
6. Gunting verban
7. Bengkok
8. Sarung tangan bersih
c. Obat-obatan
1. Alcohol 70%
2. Cairan sesuai advis dokter, misal NaCl 0,9%, Ringer
laktat, Dextrose 5% dll.
Persiapan Pasien Amankan pasien dan lingkungan
Pelaksanaan 1. Mencuci tangan
2. Memakai handscoon
3. Mempersiapkan daerah yang akan dipasang infus
4. Meletakkan alas dibawah area yang dipasang infus
5. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen
steril
63
6. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian
mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk
mengeluarkan udara dan mengisi selang infus
7. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
8. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah
bawah)
9. Menggantungkan selang infus pada standar infus
10. Buka abocath dari bungkusnya
11. Potong 3 lembar plester
12. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan
syarat : pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah
tidak bercabang, pembuluh darah tidak di area persendian
13. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang
akan dipasang infus dengan torniquet
14. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien
di dalam genggaman
15. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
16. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum
menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan
abocath. Jika belum teraliri oleh darah, temukan pembuluh
darah sampai darah mengaliri jarum dan abocath
17. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
18. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam
pembuluh darah
19. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan
masukkan ujung sela infus set ke abocath
20. Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang
sudah terpasang
21. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan
membuka roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di
pembuluh darah yang benar
22. Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan
cara terbalik di bawah selang infus, kemudian disilangkan
23. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan
diplester
24. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
25. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu
diberi spalk
26. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
27. Merapikan alat dan pasien
28. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
29. Untuk mengetahui/mengukur balance cairan maka perlu
diketahui jumlah cairan yang masuk dan cairan yang keluar
dan salah satunya melalui monitor urine output dengan rumus
1-2 cc/kgBB/jam.
• Hati-hati
64
• Teliti
• Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi 1. Monitor input cairan dan output urine
Dokumentasi 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
2. Catat respon klien terhadap tindakan
Rujukan https://www.scribd.com/doc/207530591/SOP-Pasang-Infus
https://www.youtube.com/watch?v=aZ6kV4nB9jI
65
18.Menghentikan perdarahan
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.GADAR.018
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Tanggal Terbit :
MENGHENTIKAN
PERDARAHAN Halaman :
66
7. Meletakkkan lagi kain kasa steril di atas kain kasa yang
pertama, kemudian tekan dengan ujung jari bila perdarah
masih berlangsung. Tindakan ini dapat dilakukan secara
berulang sesuai kebutuhan tanpa mengangkat kain kasa
yang ada.
8. Balut tekan
9. Meletakkan kain kasa steril di atas luka
10. Memasang verband balut tekan, kemudian letakkan benda
keras (verband atau kayu balut) di atas luka
11. Membalut luka dengan menggunakan verband balut tekan.
12. Memasang tourniquet untuk luka dengan perdarahan hebat
dan trumatik amputas
13. Menutup luka ujung tungkai yang putus (amputasi) dengan
menggunakan kain kasa steril
14. Memasang tourniquet lebih kurang 10 cm sebelah proximal
luka, kemudian ikatlah dengan kuat.
15. Tourniquet harus dilonggarkan setiap 15 menit sekali
secara periodik
16. Memasang SB tube
17. Menyiapkan peralatan untuk memasang SB tube
18. Mengatur posisi pasien
19. Mendampingi dokter selama pemasangan SB tube
20. Mengobservasi tanda vital pasien
67
19.Melakukan pembidaian
STANDARD OPERASIONAL No. Dokumen :
PROSEDUR SOP.GADAR.007
Halaman : 2
Pembidaian
POLTEKKES
KEMENKES
MALANG
Unit : Laboratorium Keperawatan Petugas / pelaksana:
68
bawah ke atas sampai bidai terbalut semua.
10. Lakukan pemdidaian seperti pada saat kondisi tulang
ditemukan (jangan melakukan manipulasi).
11. Melakukan pengikatan dengan tidak terlalu sempit dan tidak
terlalu kendor.
12. Melakukan pemeriksaan neuromuskular: PMS (pulsasi,
motorik dan sensorik) kembali.
13. Bila memungkinkan meninggikan anggota gerak yang telah
dibidai
Sikap Sikap Selama Pelaksanaan :
Hati-hati
Teliti
Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
Catat respon klien terhadap tindakan
69
20.Melaksanakan terapi sesuai program
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.GADAR.018
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Tanggal Terbit :
PEMBERIAN OBAT ORAL
Halaman :
70
21.Mengkolaborasikan pemeriksaan laboratorium
1. Persiapan,
2. Pemeriksaan,
3. Pasca pemeriksaan.
71
persiapan pasien.
Sikap Hati-hati dan teliti
Rujukan https://youtu.be/1bF0O0AQHec
72
22. Mengkolaborasikan tindakan pemeriksaan ronsen thorax atau USG abdomen
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.GADAR.0022
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Tanggal Terbit :
Tindakan pemeriksaan ronsen
thorax atau USG Halaman :
73
pemeriksaan label tanggal dan waktu pengambilan film serta posisi
pengambilan foto rontgen toraks yang diinginkan.
Pelaksanaan 1. Memakai baju khusus (pasien) dan melepas seluruh perhiasan
karena pakaian dan perhiasan dapat mengaburkan gambar yang
dihasilkan.
• Hati-hati
• Teliti
• Responsif terhadap reaksi pasien
Evaluasi Catat hasil rontgen thorax
Dokumentasi Catat hasil rontgen thorax
Rujukan https://youtu.be/BQcoT_SsLNI
74
23.Mengkolaborasikan rencana pembedahan
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
KEBIJAKAN
PETUGAS Perawat
PROSEDUR 1. Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi
2. Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur yang
berlaku
3. Petugas ruangan mengisi berita acara
4. Petugas ruangan mempersiapkan mempersiapkan semua catatan
medik pasien termasuk surat izin operasi untuk dibawa bersama
pasien ke ruang operasi
5. Petugas ruangan mengalungkan label identitas yang meliputi, nama,
unmur, nomor RM, alamat, dokter operator, diagnosis, rencana jenis
operasi pasien pada pergelanhangan tangan kanan pasien atau bila
tidak memungkinkan pada pergelangan tangan kiri, kemudian
pergelangan kaki kakan, kemudian kiri, kemudian leher
75
PROSEDUR 6. Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi
misalnya, persediaan obat-obatan atau persediaan darah yang
diperlukan saat operasi dilakukan yang akan dibawa bersama pasien
ke kamar operasi
7. Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan dari
petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi dengan
memakai tempat tidur yang dipakai di ruang
8. Serah terima pasien pra operasi dilakukan diruang transfer
9. Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai berita acara serah
terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas kamar
operasi dan ditulis dalam buku register kamar operasi. Petugas
kamar operasi memeriksa kelengkapan berita acara, kelengkapan
identitas, catatan medik pasien, keadaan umum pasien, surat izin
tindakan dan kelengkapan penunjang penunjang lainnya seperti
obat-obatan dan persediaan darah
10. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung dicatat
dalam berita acara oleh asisten operasi/ amplop
11. Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara, catatan
medik pasien
12. Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan petugas ruangan
13. Serah terima dilakukan diruang transfer, petugas kamar operasi
menyerahkan pasien beserta semua kelengkapannya yang ditandai
dengan penandatanganan berita acara serah terima pasien pasca
operasi
DOKUMEN Kamar bedah
TERKAIT
76
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Tata cara transport pasien yang akan dan telah dioperasi oleh
PENGERTIAN perawat ruangan/ bangsal dan staff kamar operasi
1. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan ruangan dan kamar
operasi oleh petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan
operasi bisa berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan
TUJUAN pasien
2. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus
lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi
tersebut
KEBIJAKAN
PETUGAS Perawat
PROSEDUR 1. Pasien di antarkan ke ruang operasi oleh para medik ruangan rawat
inap tergantung kondisi pasien, pasien dapat diantar dengan
membawa bed atau dengan kursi roda
2. Dilakukan serah terima berita acara tindakan operasi antara
paramedik ruangan dengan petugas OK beserta status pasien dan
obat-obatan yang diperlukan
3. Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan administrasi dan
identitas pasien
4. Setelah dinilai lengkap, pasien dibawa koridor transport pasien
untuk kemudian di pindahkan ke bankar OK
5. Lakukan pemindahan senyaman mungkin
6. Setelah pasien diatas bangkar, posisikan senyaman mungkin, bed
pasien dikeluarkan
7. Pasien dibawa ke koridor ruang recovery
8. Ganti semua pakaian dengan handuk bersih, lepaskan semua
perhiasan, beri penutup kepala, lakukan senyaman mungkin sesuai
tata krama. Tenangkan pasien
77
PROSEDUR 9. Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang operasi, pindahkan
pasien ke meja operasi senyaman mungkin
10. Posisikan senyaman mungkin
11. Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV line, urine catheter, O2,
pasang manset tekanan darah, pasang pulse oxymetri, nyalakan
pulse oksimeter/ ECG monitor
12. Sesuai kebutuhan masing-masing pasien
DOKUMEN Kamar bedah
TERKAIT
78
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
PELAKSANAAN TINDAKAN OPERASI
Halaman : 1
Unit : Laboratorium Petugas / Pelaksana:
keperawatan Perawat, dosen, CI
PENGERTIAN Tata cara pelaksanaan operasi pasien oleh staf kamar operasi
KEBIJAKAN
PETUGAS Perawat
PROSEDUR 1. Petugas operasi mempersiapkan peralatan, bahan dan obat-obatan
yang diperlukan untuk operasi sesuai SOP terkait
2. Petugas anastesi mempersiapkan peralatan dan obat-obatan anastesi
serta mempersiapkan peralatan dan obat-obatan anastesi serta
melakukan tindakan anastesi yang diperlukan sesuai SOP terkait
3. Perawat sirkulasi menerima rekam medis dan data administrasi lisan
dan tulisan dari petugas pengantar pasien OK dan memasang foto
rontgen pada lampu baca dimasing-masing ruan operasi
4. Petugas kamar operasi melakukan tindakan handscrubbing,
gowning dan handgloving sesuai SOP yang terkait
5. Petugas operasi melakukan chroscheck dengan petugas OK yang
bertugas mengantar pasien kedalam ruang operasi dan dokter
operator mengenai identitas pasien, bagian yang akan dioperasi dan
jenis operasi sebelum melakukan tindakan antiseptis dan
mempersempit medan operasi dengan doek steril
6. Dokter operator dan petugas operasi melakukan tindakan operasi
sesuai indikasi dan SOP terkai
79
PROSEDUR 7. Bila diambil jaringan atau cairan tubuh pasien untuk pemeriksaan
laboratorium/ PA, wadah diberi identitas pasien meliputi nama,
umur, no. RM, tanggal pengambilan dan disertai berita acara serah
terima spesimen
8. Setelah operasi selesai, petugas operasi membuat laporan operasi,
petugas anastesi membuat laporan anastesi dan perawat sirkulasi
mendata alkes dan obat-obatan habis pakai serta mengumpulkan
ketiga dokumen tersebut dalam rekam medis pasien
9. Pasien dipersiapkan untuk menjalani observasi dan perawatan di
ruang pemulihan
10. Setelah kondisi pasien dinyatakan oleh dokter operator dan dokter
anastesi memungkinkan untuk dipindahkan ke bangsal, petugas
pengantar pasien OK menghubungi bangsal terkait untuk menjemput
pasien
11. Dilakukan serah terima pasien dari petugas OK ke petugas ruang
atau bangsal sesuai SOP di atas
DOKUMEN Kamar bedah
TERKAIT
80
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
PEMASTIAN PASIEN
PRAPEMBEDAHAN DI KAMAR Halaman : 1
KEBIJAKAN
PETUGAS Perawat
PROSEDUR 1. Ucapkan salam, “Assalamualaikum, selamat pagi/ siang/ sore Ibu/
Bapak”, perkenalkan diri, “saya (nama)”, jelaskan profesi/ unit kerja
2. Pastikan identitas pasien (crosscheck) meliputi nama, tanggal lahir,
jenis kelamin dan alamat
3. Pastikan pasien telah diberi informed consent sebelum masuk ruang
operasi
4. Pastikan kelengkapan pemeriksaan penunjang yang mendukung
pembedahan
81
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
KEBIJAKAN
PETUGAS Perawat
PROSEDUR 1. Persiapan
a. Kran air mengalir yang mempunyai tangkai panjang atau khusus
b. Sikat steril dalam tempatnya
c. Cairan desinfektan sejenisnya dalam tempatnya
d. Savlon/ cairan lain yang direkomendasikan
e. Lap atau handuk steril
2. Pelaksanaan
a. Benda yang dipakai ditangan (arloji, cincin, gelang) dilepas
b. Kran dibuka, tangan dibasahi sampai siku, disavloni dan digosok
dengan jari sekurang-kurangnya 2 menit, kemudian dibilas
(savlon tetap ditangan)
c. Ambil sikat, kemudian tangan disavloni lagi dan disikat mulai
dari jari terutama kuku, sela-sela jari, punggung tangan dan
telapak tangan sekurang-kurangnya 10x, setelah itu penyabunan
dan penyikatan dilakukan pada kedua lengan masing-masing
sekurang-kurangnya 6x
d. Tangan dibilas mulai dari ujung-ujung jari sampai kesiku (savlon
tetap dipegang)
e. Tangan disavloni, disikat dan dibilas lagi sekurang-kurangnya
1,5 menit
f. Setelah selesai savlon dan sikat dikembalikan ketempatnya,
tangan dibilas dan tetap diarahkan keatas sehingga air dari
tangan mengalir kesiku
82
PROSEDUR g. Kran ditutup dengan siku
h. Tangan dikeringkan dengan lap kering steril satu bagian dari lap
seyogyanya hanya dipakai untuk satu tangan dan bagian yang
lain untuk tangan sebelah lagi
i. Selanjutnya dibilas dengan alcohol 70%/ cairan sejenisnya,
memakai jas operasi dan sarung tangan
DOKUMEN Kamar bedah
TERKAIT
83
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
KEBIJAKAN
PETUGAS Perawat
PROSEDUR 1. Persiapan
a. Baki berisi:
Cairan infus (sesuai anjuran dokter)
Gunting
Handscoon
Plester
Infus set
Tourniquet
Bengkok
Perlak
Bak steril berisi:
- Abbocate (sesuai ukuran)
- Kapas alcohol
- Kasa bethadine
2. Pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Dekatkan alat ke pasien
c. Memberitahu dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
d. Memakai Handscoon
e. Atur posisi tidur pasien
84
PROSEDUR f. Membebaskan daerah yang akan diinfus dari pakaian, jam
tangan, gelang (kalau ada)
g. Memasang infus set dengan cairan infus, kemudian isi semua
selang infus dengan cairan infus sampai tidak ada rongga udara
h. Menggantungkan cairan infus kestandar infus dengan posisi
harus lebih tinggi dari tangan
i. Bendung pergelangan tangan pasien dengan torniquet dan
anjurkan pasien untuk mengepalkan tangan agar pembuluh darah
lebih jelas dan teraba
j. Desinfectan dengan kapas a;cohol daerah yang akan di infus,
kemudian kapas dibuang ke bengkok
k. Tusukan jarum infus ke pembuluh darah secara perlahan dengan
lubang jarum menghadap keatas
l. Untuk memastikan masuk atau tidaknya kepembuluh darah, lihat
apabila keluar darah dari ujung abochate berarti jarum sudah
masuk pembuluh darah
m. Viksasi abochate dengan plester agar tidak lepas
n. Cabut jarum infus secara perlahan, jangan dengan selang
abochatenya
o. Masukan ujung selang infus set ke abochate
p. Buka ikatan torniquet dan jalankan tetesan infus dengan tetesan
cepat, setelah terlihat lancar atur tetesan sesuai intruksi dokter
q. Tutup dengan kasa bethadine daerah yang di infus, kemudian
viksasi dengan plester
r. Tempelkan selang infus ketangan pasien agar tidak lepas
s. Merapikan pasien
t. Merapikan peralatan
u. Cuci tangan
3. Perlu diperhatikan
a. Reaksi pasien
b. Infus
c. Tanggal kaluarsa cairan infus
d. Bekerja dengan tehnik aseptik
DOKUMEN 1. UGD
TERKAIT 2. Rawat Inap
3. Rawat Jalan
4. Kamar bedah
85
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
KEBIJAKAN
PETUGAS 1. Perawat
2. Asisten perawat
PERALATAN 1. Foley katheter sesuai ukuran (Dewasa: 16-18 Fr, Anak: 10-16 Fr,
Bayi: 6-8 Fr) 1 buah
2. Urine bag 1 buah
3. Sarung tangan steril 1 pasang
4. Kapas sublimat dalam kom 7 buah/ bethadine kassa 7 buah
5. Xylocain jelly
6. Spuit 10cc 1 buah
7. Water for injec 25 cc 2 buah
8. Perlak dan pengalas 1 buah
9. Bengkok 1 buah
10. Gantungkan urine bag
PROSEDUR 1. Persiapan
a. Siapkan klien, jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan
tujuannya
b. Siapkan dan cek kembali kelengkapan alat yang digunakan,
termasuk memasukan cairan aquades kedalam spuit
2. Pelaksanaan
a. Jelaskan pada klien tindakan siap dilakukan, dekatkan alat
kepada klien
b. Pasang sampiran/ skerm dan pintu ditutup (menjaga privacy
klien)
c. Pakaian bagian bawah dikeataskan atau dilepas
d. Pasang pengalas dan perlak dibawah bokong klien
86
PROSEDUR e. Bengkok didekatkan pada bokong klien
f. Gunakan sarung tangan, pertahankan prinsip steril
g. Bersihkan (jangan bolak balik) daerah:
Pada wanita: vulva bagian luar dengan kapas sublimat dari
atas kebawah lalu buang ke bengkok
Pada pria: tegakkan penis dengan kassa/ kapas sublimat,
glans penis dibersihkan
h. Dengan kapas sublimat dari arah dalam ke luar (melingkar), lalu
buang ke dalam bengkok
i. Pada pria: masukan 1 tube xylokain jelly (anesthesia local) ke
orifisium urethra, tunggu 1-2 menit
j. Ambil katheter oleh asisten, lepaskan pembungkus. Katheter
diambil lalu olesi ujungnya dengan xylocain jelly (pertahankan
prinsip steril)
k. Anjurkan klien napas dalam atau teknik relaksasi lainnya (misal
diajak berbincang)
l. Masukan folley catheter ke orifisium urethra perlahan (bila ada
sumbatan jangan dipaksa) kira-kira 5 cm untuk wanita dan
hingga percabangan untuk laki-laki. Perhatikan adakah urin yang
keluar
m. Sambungkan ke selang urine bag, lalu gantungkan disamping
tempat tidur
n. Isi balon katheter dengan cairan aquades/ NaCl 0,9% 15-20cc
(sesuai petunjukan yang tertera pada catheter)
o. Fiksasi katheter dengan plester ke inguinal dekat urin bag
p. Ujung penis diberi bethadine salp dan ditutup dengan kasa steril,
lalu difiksasi
q. Observasi jumlah dan warna urine
r. Rapihkan alat-alat dan tempat tidur klien
s. Jelaskan pada klien tindakan telah selesai dilakukan, tanyakan
perasaan klien
t. Kembalikan alat-alat ke tempatnya
PROSEDUR u. Dokumentasikan: tanggal pemasangan, keadaan urin, nama
perawat dan tanda tangan yang bersangkutan 15-30 menit
pemasangan, lakukan evaluasi (observasi urin dan posisi katheter
serta tanyakan keluhan klien)
v. Dokumentasikan kembali hasil evaluasi
DOKUMEN 1. Catatan perawatan
TERKAIT 2. Laporan pergantian dinas
87
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
KEBIJAKAN
PETUGAS Perawat
PROSEDUR 1. Alat saturasi O2
2. Plester
3. Gunting
4. Caranya:
1. Pasang alat monitor O2 pada kuku jari-jari (tangan/ kaki)
Warna putih diatas kuku
Warna hitam dijari bagian bawah
2. Di plester
3. Hidupkan monitor
UNIT TERKAIT 1. Unit Rawat Inap
2. Unit Gawat Darurat
3. Kamar Bedah
4. ICU/ HCU
88
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
KEBIJAKAN
PETUGAS 1. Perawat
2. Dokter
PERALATAN 1. Sentral oksigen/ tabung oksigen yang berisi O2 sudah terbuka
2. Pengukur aliran (flow meter)
3. Botol pelembap (humidifier) yang sudah diisi dengan air matang
atau aquadest sampai pada batas untuk melembapkan udara
4. Selang oksigen 1 buah
5. Kanula hidung (nasal canula)ganda, simpel mask rebrething atau alat
lain (oksihood)
6. Plester ±15 cm
7. Kain kasa basah ±3 lembar
PROSEDUR 1. Mengecek program terapi medik
2. Memberikan salam terapeutik
3. Siapkan klien, jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
4. Siapkan dan cek kembali kelengkapan alat yang akan digunakan
5. Alat-alat didekatkan ke tempat tidur klien
6. Klien/ keluarga diberitahu dan pakaian klien dilonggarkan, ikat
pinggang dibuka
7. Atur posisi sesuai dengan kondisi klien
8. Menentukan kebutuhan oksigen klien sesuai dengan program medis
9. Selang disambungkan ke regulator dan flowmeter dibuka, kemudian
di test ke punggung tangan lalu ditutup kembali
10. Atur flowmeter untuk mengeluarkan O2 sesuai kebutuhan atau
disesuaikan dengan intruksi dokter
89
PROSEDUR 11. Memberikan oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada program
medis dan pastikan berfungsi dengan baik
Selang tidak tertekuk, sambungan paten
Ada gelembung udara pada humidifier
Terapi oksigen keluar dari kanula atau masker
12. Nasal kanul
Meletakan ujung kanula pada lubang hidung klien
Mengatur pita elastis atau selang plastik ke kepala atau ke bawah
dagu sampai kanula pas dan nyaman
Memberi plester pada kanul dikedua sisi wajah
13. Face mask
Meletakkan face mask mulai dari hidung kearah bawah
Menyesuaikan masker dengan bentuk wajah klien
Mengatur pita elastis dikepala sehingga posisi masker nyaman
bagi klien
14. Pada klien gelisah dan anak-anak selang O2 diberi fiksasi dengan
plester, anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
15. Hindarkan tindakan yang menyebabkan klien merasa sakit
16. Pada pemberian oksigen untuk klien gelisah atau anak harus
ditunggu
17. Klien bayi beri O2 melalui oksihood
18. Beritahu klien/ keluarga untuk tidak banyak bicara
19. Monitor denyut nadi, pernapasan dan kebersihan jalan napas atas
tiap dua jam, hisap lendir bila ada
20. Beritahu klien cara bernapas yang benar dan posisi alat yang benar
21. Mempertahankan level air pada botol humidifier setiap waktu
22. Mengecek jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi
setiap 8 jam
23. Mengkaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi (pada nasal
kanul) dan memberi jelly untuk melembapkan mambran mukosa jika
diperlukan
24. Pada facemask mengkaji kelembapan kulit wajah dari kekeringan
25. Mengevaluasi respon klien
26. Catat di catatan perawatan
27. Observasi reaksi klien sebelum dan sesudah pemberian oksigen
28. Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan, misal : alkohol, api
yang dapat menimbulkan kebakaran
90
No Dokumen :
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
KEBIJAKAN
PETUGAS Perawat
PROSEDUR 1. Perawat ruangan operan pasien dengan perawat anastesi
2. Perawat ruangan memastikan pasien sesuai parameter pasien diambil
dari RR dengan sekala maksimal 2 (parameter nilai 0-2)
3. Perawat memastikan pasien bisa bernafas spontan dan tekanan darah
normal
4. Oksigen dilepas, jika ada irigasi usahakan jangan di klem
(dijalankan/ dialirkan). Dan jika ada cairan dipindahkan dengan
posisi lebih rendah dari luka operasi, NGT lebih rendah dari kepala
5. Pasien dipindah dari ruangan RR ke tempat tidur atau blankar,
pasien selanjutnya dibawa keruang rawat inap
6. Monitor TTV post operasi
Administrasi:
a. Formulir persetujuan tindakan medik
b. Formulir informed consent
c. Formulir serah terima berita acara pasien operasi
d. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium
e. Formulir laporan operasi
f. Formulir laporan anastesi
7. Buku register bagian anastesi
91
24.Timbang terima dengan perawat ruangan
POLTEKKES K No Dokumen :
KEMENKES MALANG Sop.GADAR.023
STANDART OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
PENGERTIAN Timbang terima sering disebut operan (over hand) adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien (data fokus).
TUJUAN Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan beberapa
informasi yang penting.
KEBIJAKAN Pasien dalam kondisi stabil. Pasien
dalam tahap maintenance.
Pasien dalam kondisi yang membutuhkan pemantauan (observasi).
‘PROSEDUR Persiapan :
1. Persiapan alat
a. Alat tulis
b. Format timbang terima (operan)
c. Rekam medik pasien
2. Persiapan perawat
a. Kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3. Persiapan pasien
Pasien dalam kondisi stabil atau butuh pemantauan.
Pelaksanaan :
Dalam penerapan sistem MPKP, operan dilaksanakan oleh perawat jaga
sebelumnya kepada perawat yang mengganti jaga pada shift berikutnya.
92
melaporkan pasien kepada perawat shift pagi.
Contoh:
“Laporan perawatan pasien pertama. Ny. S (51 tahun) dengan Efusi Pleura,
penanggung jawab dr. N :
Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, TD, N, RR, T (sebutkan
hasil pengukuran). Keluhan yang dirasakan pasien adalah … (sebutkan
keluhan yang dialami). Rencana yang sudah dilakukan adalah … (sebutkan
implementasi) sedangkan rencana yang belum dilakukan adalah …
(sebutkan intervensi). Terapi yang diinstruksikan adalah … (sebutkan nama
terapi). Persiapan lain … (sebutkan jenis persiapan).
5. Perawat shift pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan oleh perawat
shift malam.
6. Perawat shift pagi mengajak perawat shift malam dan perawat shift
pagi lainnya yang bertanggung jawab untuk mengklarifikasi pasien
(menghampiri pasien dalam visite keperawatan).
93
“Apakah Bapak/Ibu/Mas/Mbak masih ingat dengan perawat A (perkenalkan
nama)”
5. Perawat shift pagi menjelaskan tentang perawatan pagi dan perawat
shift pagi yang akan bertanggung jawab kepada pasien tersebut.
94