Anda di halaman 1dari 5

4.

2 Pengolahan Air
Metode pengolahan sejauh ini terdapat tiga kelas proses pengolahan yang
pokok yakni,
• Proses Pengolahan Fisika
Proses ini bergantung pada sifat fisik air contohnya proses filtrasi.
• Proses pengolahan kimiawi
Proses ini memanfaatkan sifat-sifat kimia dari reagen yang
ditambahkan ke dalam air. Contohnya proses koagulasi.
• Proses Biologi
Proses ini memanfaatkan reaksi-reaksi biokimia untuk memisahkan
impurities.
Jenis pengolahan air terdiri dari pengolahan air ekstrnal dan internal.
Pengolahan air eksternal adalah pengolahan air yang dilaksanakan diluar sistem unit
pengolahan yang meliputi filtrasi, koagulasi, dan demineralisasi plant. Pengolahgan
internal adalah dengan melakukan monitoring pengendalian batasan parameter
dengan menginjeksi bahan kimia pengendali, misalnya hidrazin untuk mengikat
oksigen, fospat untuk menaikan Ph.
4.2.1. Koagulasi, Flokulasi dan Sedimentasi
Benda-benda yang tersuspensi dalam air dapat berupa bahan-bahan kasar yang
dapat menggenap sampai pada bahan-bahan koloid lembut. Bahan-bahan tersebut
dapat bersatu dan mengendap dan disatukan menjadi lebih besar dengan bantuan
bahan penggumpal. Kumpulan benda-benda kasar tersebut akan tertinggal didasar
sedimentasi dan dihilangkan dengan cara penyaringan (Filtrasi)
Langkah-langkah proses koagulasi dan flokulasi sebagai berikut :
• Koagulan dimasukan kedalam air, hal ini memerlukan pengadukan yang
cepat.
• Terjadi proses koagulasi dan Pembentukan partikel-partikel berukuran
mikroskopis.
• Aduk perlahan-lahan maka partikel-partikel menjadi kumpulan yang dapat
terendapkan.
Penggumpalan utama yang digunakan pada penjernihan air adalah
Al2(SO4)3.14H2O, FeSO4.H2O, Fe2(SO4)3, silika yang diaktifkan dan tanah liat. Kapur
atau soda abu sering digunakan untuk membentuk kebasaan yang cukup
menghasilkan flokulasi. Penggumpalan adalah garam logam yang bereaksi dengan
basa didalam air untuk menghasilkan kumpulan hidroksida logam yang tidak dapat
larut.
Ketika ion bermuatan postif dalam koagulan (Al3+) kontak dengan ion negatif
pada Ph tertentu akan terbeentuk flok. Pembentukan flok harus dijaga sambil
dilakukan pengadukan pelan. Sehingga air jernih akan terpisah dari endapan flok.
Proses ini disebut flokulasi.
Proses selanjutnya adalah penyaringan kotor tersuspensi (senyawa organik,
partikel halus, senyawa berwarna dan mikroorganisme) yang masih lolos dari tahap
penjernihan. Tujuannya adalah pemisahan kotoran-kotoran yaang berupa zat padat
kasar yang ada didalam air baku. Penyaringan dapat berupa kawat-kawat, kisi-kisi,
kawat kasar amupun plat. Dalam proses pengendapan tidak semua gumpalan kotoran
dapat diendapkan semua. butiran gumpalan kotoran yang besar dan berat akan
mengendap sedangkan yang berukuran kecil akan melayang-layang dalam air. Guna
memperoleh air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan. Dengan
mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri atas
saringan pasir silika.
Dalam kasus pengolahan air bersih beberapa bentuk perintang atau saringan
kasar dengan jarak kisa kira-kira 75mm digunakan untuk mencegah material-material
besar masuk kedalam bangunan sedap (intake). Saringan utama biasanya dilengkapi
dengan semacam jala (jaring) yang mempunyai ukuran lubang 5-20 mm dan dipasang
dalam bentuk belt kontinyu/cakram/suatu drum yang nantinya air akan mengalir
melaluinya. Jala penyaring ini biasanya digerakkan berputar secara perlahan-lahan
sehingga material yang tersaring dapat dipisahkan (dilepaskan) sebelum kehilangan
tekanan air melalui saringan menjadi berlebihan. Material yang tersaring pada
umumnya dikembalikan kedalam sungai yaitu bagian hilir titik penyedapan air.
4.2.2. Pelunakan (Softening)
Proses pelunakan bertujuan untuk mengurangi kadar kesadahan air yang
biasanya digunakan sebagai umpan boiler. Proses pelunakan dilakukan dengan 2 cara,
yaitu proses presifikasi kimia dan penukar ion. Presifikasi kimia dilakukan dengan
cara mengubah kesadahan kalsium dan magnesium yang mempunyai kelarutan kecil
menjadi kalsium karbonat dan magnesium hidroksida yang mempunyai kelautan
besar. Presifikasi kimia dibagi menjadi 2 metode.
 Proses kapur soda Abu
Proses ini mampu mengubah kesadahan karbonat (CH) dan magnesium non
karbonat (MgNCHN)n menjadi spesies terendapkan dengan bantuan penambahan
kapur (CaO).
 Proses soda kaustik
Semua bentuk senyawa sadah ini dapat diubah menjadi bentuk yang
terendapkan dengan penambahan soda kaustik (NaOH).
1. Penukar Ion
Resin merupakan senyawa hidrokarbon yang terpolimerisasi sampai tingkat
tinggi yang mengandung ikatan-ikatan silang (Cross-linking) dan gugusan yang
mengandung ion=ion yang dapat dipertukarkan. Penukar ion ialah senyawa elektrolit
yang larut dalam air dan dapat menukar ion dengan elektrolit terlarut.
Pertukaran ion dapat didefinisikan sebagai pertukaran ion yang reversibel
antara fase padatan dan fase cair yang dalam struktur padatan tidak ada perubahan
tetap. Padatan adalah bahan penukar ion, sedangkan ion dapat berupa zat aktif. Jika
digunakan sebagai suatu pembawa zat aktif, bahan penukar ion memberikan cara
mengikat zat aktif yang diformulasikan menjadi tablet kunyah. Menutup rasa dan
aroma zat aktif pada matriks polimer tak larut. Resin penukar ion adalah suatu
jaringan polimer yang mempunyai gugus fungsi ionik. Ion ialah partikel bermuatan
listrik. Ada dua jenis ion berdasarkan muatan listriknya, yakni ion bermuatan positif
dan ion bermuatan negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan
negatif disebut anion.
Sifat-sifat penting resin:
• Kebesaran partikel a kecepatan pertukaran.
• Derajat cross-linking a kekakuan, pengembangan.
• Sifat dari gugus fungsional a macam ion yang ditukar.
• Kekuatan gugus fungsional a koofisien distribusi.
• Banyaknya gugus fungsional a kapasitas resin.
Syarat-syarat dasar suatu resin:
• Harus cukup terangkai silang, sehingga kelarutannya dapat diabaikan.
• Harus hidrofilik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui stukturnya
dengan laju yang terukur.
• Harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat dicapai dan
harus stabil
• Resin yang sedang mengembung, harus lebih besar rapatannya dari pada air.
Resin penukar ion dapat diklasifikasikan dalam berbagai macam, menurut keberadaan
gugusan labilnya, yaitu:
• Resin penukar kation memiliki sifat asam kuat (Mengandung gugusan HSO3)
• Resin penukar kation memiliki sifat asam lemah (mengandung gugusan
CH3COOH)
• Resin penukar anion memiliki sifat basa kuat (mengandung gugusan amina
tersier atau kuartener)
• Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan
labil)
Apabila menggunakan suatu resin penukar ion perlu menimbang sifat-sifat
yang mencakup ukuran partikel, bentuk, bobot jeenis, porositas dan stabilitas kimia
fisika dan kapasitas ionik. Kecepatan dan tingkat desorpsi zat aktif in vivo dari resin
ini dikendalikan oleh kecepatan difusi zat aktif melalui fase polimer resin. Demikian
juga selektivitas koefisien antara zat aktif dan resin.
Sifat-sifat penting yang diharapkan dari penukar ion adalah pengambilan daya
(kapasitas) yang benar, selektifitas yang benar, kecepatan pertukaran yang besar,
ketahanan terhadap suhu, ketahanan terhadap pengaruh kimia maupun ketahanan
terhadap pengikisan.
Resin sebagai penukar ion harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
• Resin penukar kation memiliki sifat asam kuat (Mengandung gugusan HSO3)
• Resin penukar kation memiliki sifat asam lemah (mengandung gugusan
CH3COOH)
• Resin penukar anion memiliki sifat basa kuat (mengandung gugusan amina
tersier atau kuartener)
• Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan
labil)
Faktor-faktor yang harus dipenuhi resin penukar ion:
1. Partikel yang sama dengan tahanan terobosan relatif kecil
2. Stabilitas mekanik yang tinggi
3. Tidak larut dalam air dan pelarut yang digunakan
4. Tahan terhadap asam dan basa yang mengoksidasi
5. Tahan terhadap suhu
6. Dapat digunakan dalam suatu daerah Ph yang luas
7. Tidak mempunyai daya adsorpsi terhadap ion lawan yang bergerak bebas
8. Dapat diregenerasi
9. Kapasitas penukaran dan aktifitas penukaran sudah tertentu.
2. Resin Penukar Ion
Resin sebagai penukar ion memiliki kapasitas yang terbatas. Bila kapasitas
penukar ion sudah terlampaui, penukar ion tidak lagi mampu menangkap ion
kontaminan air. Kondisi ini dinamakan sudah jenuh dan harus diregenerasi.
Ada dua cara yang digunakan untuk menentukan indikasi kejenuhan resin:
• Berdasarkan counter flow
Yaitu dengan cara mengukur kualitas air yang telah diproses oleh resin
penukar ion.
• Berdasarkan kualitas air.
Yaitu dengan cara mengukur kualitas air yang telah diproses oleh resin
penukar ion. Parameter yang digunakan adalah konduktivitas dan kadar silika.

Anda mungkin juga menyukai