Anda di halaman 1dari 4

BAB II

Tinjauan Pustaka
Keanekaragaman merupakan salah satu aspek persoalan biologi. Keanekaragaman
merupakan suatu gejala biologi yang dihasilkan dari interaksi faktor genetik dan faktor
lingkungan. Keanekaragaman dapat dilihat baik dari aspek struktural (morfologis-anatomis),
fisiologis, maupun perilakunya. Keanekaragaman dapat dilihat dari tingkat sel-molekular
sampai tingkat komunitas, pada intraspesies (antar individu sejenis) maupun interspesies
(antar individu lain jenis). (Sumardi & Agus, 1992: 161-163).
Keanekaragaman menyoroti aspek perbedaan dan kesamaan ciri pada beberapa objek
yang menjadi objek pengamatan. Variasi timbul melalui beberapa mekanisme:
1. Adanya adaptasi, sebagai respon dalam berinteraksi dengan lingkungannya,
2. Rekombinasi genotip akibat perkawinan di alam yang teracak (bebas),
3. Adanya variasi genotip yang timbul akibat pemisahan gen yang acak saat meiosis atau
pembentukan gamet,
4. Adanya mutasi gen atau perubahan mendadak pada perangkat pewarisan sifat (DNA,
gen, kromosom).( Sumardi & Agus,1992:161-163).
Keanekaragaman organisme sebagai contoh dapat dijumpai pada daun, baik antar daun
sejenis maupun antar daun lain jenis. Daun biasanya merupakan suatu struktur pipih
berwarna hijau yang sudah terkena udara dan cahaya. Semua daun mula-mula berupa
tonjolan jaringan yang kecil, yaitu primordium daun, pada sisi meristem ujung suatu kuncup.
Pada waktu ujung pucuk tumbuh, primordium daun baru mulai terbentuk menurut pola khas
untuk tiap jenis tumbuhan. Secara morfologi dan anatomi, daun merupakan organ tumbuhan
yang paling bervariasi. Batasan secara menyeluruh dari semua tipe daun yang terlihat pada
tumbuhan disebut filom (Sumardi & Agus, 1992: 161-163).
Suatu tumbuhan dapat memperlihatkan bentuk daun yang berlainan pada satu pohon,
oleh karena itu dikatakan memperlihatkan sifat heterofili. Gejala heterofili ini dapat terjadi
karena umur, modifikasi, atau memang mempunyai daun yang berbeda yang diakibatkan
oleh perubahan fungsinya. Sifat-sifat daun yang biasanya diamati dalam pengenalan suatu
jenis tumbuhan adalah bentuk, ukuran, ujung, pangkal, susunan tulang-tulang/urat-urat daun,
tepi, daging, permukaan atas/bawah, tekstur, warna, dan lain-lain (Sumardi & Agus, 1992:
163).

1
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap
tumbuhan memiliki sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak
pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Daun biasanya tipis melebar, kaya
akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu daun biasanya berwarna
hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan
nampak hijau pula.
Daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian berikut:
1. Upih daun atau pelepah daun (vagina),
2. Tangkai daun (petiolus),
3. Helaian daun (lamina).
Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun yang
helaiannya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun warnanya. Karena
helaian daun merupakan bagian daun yang terpenting dan lekas menarik perhatian, maka
suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya, disebut pula sebagai sifat
daunnya. Sifat-sifat daun dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengenal suatu jenis
tumbuhan. Oleh karena itu, dalam sebuah pengamatan sifat-sifat daun yang perlu mendapat
perhatian ialah:
1. Bentuk daun (circumscriptio),
Selain menggunakan istilah-istilah atau kata-kata yang lazim dipakai untuk menyatakan
bentuk suatu benda, misalnya: bulat, segitiga, dll., dalam menyebut bentuk daun
seringkali kita carikan persamaan bentuknya dengan bentuk benda-benda lain, misalnya:
bentuk tombak, bentuk anak panah, bentuk perisai, dst.
2. Ujung daun (apex folii),
Ujung daun dapat pula memperlihatkan bentuk yang beraneka rupa. Bentuk-bentuk
ujung daun yang sering kita jumpai ialah: runcing (acutus), meruncing (acuminatus),
tumpul (obtusus), membulat (rotundatus), rompang (truncatus), terbelah (retusus),
berduri (mucronatus).
3. Pangkal daun (basis folii),
Apa yang telah diuraikan mengenai ujung daun pada umumnya dapat pula diberlakukan
untuk pangkal daun. Selain dari itu ada pula kalanya, bahwa kedua tepi daun di kanan
dan kiri pangkal dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain. Pangkal daun dapat

2
berupa runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat
(rotundatus), rompang atau rata (truncatus), berlekuk (emarginatus).
4. Susunan tulang daun (nervatio atau venatio),
Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk memberikan kekuatan pada
daun, seperti halnya tulang-tulang hewan dan manusia. Tulang daun menurut besar
kecilnya dibedakan menjadi: ibu tulang (costa), tulang-tulang cabang (nevus lateralis),
dan urat-urat daun (vena). Berdasarkan arah tulang-tulang cabang yang besar serta
susunan tulang, macam-macam daun antara lain: bertulang menyirip (penninervis),
bertulang melengkung (cernivernis), bertulang menjari (palminervis), dan bertulang
sejajar atau lurus (rectinervis).
5. Tepi daun (margo folii),
Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam: rata (integer) dan
bertoreh (divisus). Toreh-toreh pada tepi daun sangat beraneka ragam sifatnya, ada yang
dangkal dan ada yang dalam, besar, kecil, dll. Biasnya toreh-toreh pada tepi daun
dibedakan dalam dua golongan yaitu: toreh-toreh yang tidak mempengaruhi atau
mengubah bangun asli daun dan toreh-toreh yang mempengaruhi bentuk asli daun.
6. Daging daun (intervenium),
Yang dinamakan daging daun ialah bagian daun yang terdapat di antara tulang-tulang
daun dan urat-urat daun. Bagian inilah yang merupakan dapur tumbuhan yang
sesungguhnya. Tebal tipisnya helaian daun pada hakekatnya juga bergantung pada tebal
tipisnya daging daunnya. Berhubungan dengan sifat ini dibedakan daun yang: tipis
seperti selaput (membranaceus), seperti kertas (papyraceus atau chartaceus), tipis lunak
(herbaceus), seperti perkamen (perkamenteus), seperti kulit/belulang (coriaceus), dan
berdaging (carnosus).
7. Dan sifat-sifat lain, misalnya keadaan permukaan atas maupun bawah, warna, dll.
(Gembong Tjitrosoepomo, 1987).
Pada awalnya dalam klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan dalam kelompok-
kelompok berdasarkan persamaan ciri yang diamati. Kelompok-kelompok tersebut dapat
berukuran besar hingga kelompok kecil dari segi jumlah anggota kelompoknya. Kelompok-
kelompok tersebut disusun berdasarkan persamaan dan perbedaan. Makin ke bawah
persamaan yang dimiliki anggota di dalam tingkat klasifikasi tersebut makin banyak dan

3
memiliki perbedaan makin sedikit. Urutan kelompok ini disebut takson. Orang yang pertama
melakukan pengelompokan ini adalah Linnaeus (1707-1778) berdasarkan kategori yang
digunakan pada waktu itu.
Suatu alat yang diciptakan khusus untuk memperlancar pelaksanaan pendeterminasian
tumbuh-tumbuhan disebut kunci determinasi. Kunci determinasi merupakan suatu kunci
yang dipergunakan untuk menentukan filum atau divisi, kelas, ordo, famili, genus, atau
spesies. Dasar yang dipergunakan kunci determinasi ini adalah identifikasi dari makhluk
hidup dengan menggunakan kunci dikotom.

Anda mungkin juga menyukai