KELOMPOK 3 GELOMBANG I
RU. IRINA XAVERIUS
DISUSUN OLEH:
1. Willy Senduk 17061156
2. Jesica Runtunuwu 17061163
3. Erika Sadinda 17061159
4. Galilea Kelanit 17061142
5. Virginia Kaawoan 17061143
6. Novelia Torar 17061144
7. Ruth Sangkoy 17061149
8. Bella Hanok 17061153
9. Maria Ponidjan 17061160
10. Janike Bawinto 17061138
11. Ester Dalegi 17061167
12. Atris Bessy 17061067
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemampuan Manajerial seorang Kepala Ruangan dalam mengelola unit ruang
rawat mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan mutu pelayanan Keperawatan
yang berkualitas dan professional. Kepala Ruangan dalam pengelolaan yang berlangsung
menyentuh pasien dan keluarganya. Dalam mengolah ruang keperawatan seseorang
kepala ruangan akan bekerja dengan dan melalui seluruh staf keperawatan dan non
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang ada yang menjadi
kewenangan dan tanggung jawabnya.
Kepala Ruangan harus mampu mengelola keperawatan mulai dari merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, serta kemampuan mengawasi sumber daya maupun sumber
dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efesien pada
pasien, keluarga dan masyarakat. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang berkuaitas dan professional, Kepala Ruangan harus mampu menata
system pemberian pelayanan keperawatan.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan manajerial kepala ruangan dalam
menglah unit ruagan keperawatan merupakan satu hal yang penting dalam mewujudkan
kontribusi profesi keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya dan khususnya pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat di Rumah Sakit.
Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta
tipe C yang berada di Kota Tomohon. Rumah Sakit gunung maria dilengkapi dengan
ruangan perawatan yaitu IGD, ICU, OK, VK, Neonati, Agustinus Angela, Paula,
Xaverius, Fransiskus, Maria Joseph, Theresia, Yohana. Salah satu ruangan yang perlu
diperhatikan untuk diterapkan manajemen keperawatan yaitu ruangan Xaverius, dimana
manajemen ruangan yang ada tidak menunjang proses pelaksanaan tindakan asuhan
keperawatan dimana ruangan perawat atau Nurse Station belum memadai karena terlalu
sempit.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan manajemen keperawatan ini adalah untuk
meningkatkan pelayanan sebagai perawat pelaksana lewat penggunaan rencana kerja
harian perawat pelaksana.
2. Tujuan Khusus
a. Institusi
Pendidikan Untuk menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian
kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai
bimbingan terhadap mahasiswa yang berkesimpung di bidang keperawatan
khususnya untuk Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik De La Salle Manado.
b. Rumah Sakit
Untuk menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan rencana kerja
harian perawat pelaksana.
c. Mahasiswa
Untuk menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktikum
Manajemen Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan data sampai
mengimplementasikan serta mengevaluasi masalah yang ditemui di ruangan.
d. Perawat
Untuk memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan keluar
mengenai masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan manajemen
keperawatan khususnya rencana harian perawat pelaksana.
e. Pasien
Untuk membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MANAJEMEN KEPERAWATAN
2.1.1 Pengertian
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “management”, yang artinya
seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis
dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan yang diorganisasi. Manajemen juga
diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal
lain untuk menghasilkan suatu keuntungan (Nursalam, 2018). Menurut Gillies (1986)
dalam Nursalam (2018), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi
individu, keluarga, dan masyarakat.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas.
b. Proses.
Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan.
c. Output.
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat
dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
d. Control.
e. Umpan balik.
Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Ratna Sitorus dan Rumondang
Panjaitan (2018) MPKP terdiri dari lima subsistem, yaitu:
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi. Dasar utama penentuan model pemberian asuhan
keeprawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
c. Efektif dan efisien dalam penggunaan biaya. Setiap suatu perubahan, harus selalu
mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya.
Bagaimanapun 12 baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak
akan didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat. Tujuan akhir asuhan
keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh
perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat
menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat. Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan
oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan
kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam
pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar
pertimbangan penetuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat
meninkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan 13 (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana
kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana
kegiatan itu dilakukan. Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,
bulanan, dan tahunan). Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
A. Rencana jangka pendek
Rencana Harian Kepala Ruangan. Rencana harian kepala ruangan kegitannya
meliputi: Operan, pre conference dan post conference, mengecek SDM dan sarana
prasarana, melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus, melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana, hubungan
dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan
pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi, mempersiapkan dan merencanakan
kegiatan asuhan
- Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer). Rencana harian ketua tim meliputi:
operan, pre conference dan post conference, penyelenggaraan asuhan keperawatan
pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat
pelaksana, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain, menulis dokumentasi,
alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
- Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete). Rencana harian perawat
pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada
shift dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operw2an, pre conference dan post
conference, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan
keperawatan. Penilaian rencana harian perawat, untuk menilai keberhasilan dari
perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen dan
mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim.
Rencana bulanan kepala ruangan meliputi: membuat jadwal dan memimpin case
conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan
perawat, membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan, membuat jadwal
supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, melakukan
dokumentasi, membuat laporan bulanan.
2. Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan
suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian
aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang
MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-
Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana.
Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
3. Pengarahan
7) Manajemen konflik
4. Pengendalian
D. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka
informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan.
Di samping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang
pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi
sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk
pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan
bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan,
catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
HASIL PENGKAJIAN
A. GAMBARAN UMUM RS
1. Sejarah Singkat
a. Awal Pendirian
Karya kesehatan yang sekarang ini seluruh jajanan pimpinan dan karyawan RS.
Gunung Maria, di awali oleh misi kesehatan para suster Tarekat Yesus Maria Yosep
(YMY) Netherland, yang mengutus 6 orang suster biara ke minahasa, tepatnya Tomohon.
Para suster-suster tersebut adalah Sr.Basilissa Heister, Sr.Yosephine van Berg,
Sr.Wenceslas Te Poel, Sr.Boniface Meyer, Sr.Laetitia Loonen dan Sr.Dosithea
Schambergen.
- Tanggal 5 mei 1898 berangkat dari Netherland dengan menggunakan kapal laut.
- Tanggal 18 juli 1898 tiba dimanado.
- Tanggal 1901 Tarekat YMY memneli sebuah pekarangan dan rumah besar milik mayor
wenas di kelurahan kolongan (sekarang) yang dijadikan biara Walterus.
Karya awal medis berupa poliklinik darurat dan sederhana ditempatkan pada
sebuah ruangan dibelakang pastoran katolik tomohon utara sekarang. Oleh karena
bangunannya berbentuk bundar, masyarakat menanamkan poliklinik tersebut “Rumah
Sakit Bundar”.
Tanggal 12 April 1921 Tarekat YMY membeli sebidang tanah yang terletak
dibelakang biara walterus di daerah perbukitan untuk membangun sebuah rumah sakit
permenen.
Bulan juni 1928 pembangunan rumah sakit dimulai. Pekerjaan meratakan tanah
dipercayakan kepada bapak Aloysius Kaunang sedangkan yang mengawasi pekerjaan
adalah Sr.Leatitia. Rencana bangunan rumah sakit digambarkan oleh Tn. De Voets.
Bulan mei 1929, peletakan batu pertama tanggal 10 februari 1930 dilakukan
pemasangan listrik dengan biaya seluruh pembangunan rumah sakit adalah sebanyak
250.000 gulden.
Pada tanggal 10 februari 1930 malam hari dilakukan pentahbisan gedung rumah
sakit oleh Mrg. Penis (waktu itu prefek apostolic Sulawesi) yang memberkati bagian
utama dari ruamh sakit bernama “Marienheuvel”.
Pada tanggal 11 februari 1930, bagian lain dari rumah sakit diberkati oleh prefek
apostolic. Rumah sakit yang baru ini dikepalai oleh Sr.Rosnata pada tanggal ini
diperingati sebagai hari berdirinya rumah sakit dengan nama R.K Ziekenhuia
“Marienheuvel”. Sejak april 1954 rumah sakit berganti nama : Rumah Sakit Gunung
Maria.
2. Perkembangan Lanjut
Sejarah perkembangan RS. Gunung Maria Tomohon dapat dibagi atas 9 dekade.
a. Dekade 1 (Tahun 1930-1939)
Pimpinan rumah sakit adalah Sr.Rosnata (1930-1933), yang bekerja sebagai
dokter meskipun sebenarnya beliau bukan seorang dokter. Dr. H.P.A.C Ommen (1933-
1941). Pada masa Dr. Ommen, tim kesehatan RS Gunung Maria juga melakukan
kunjungan pelayanan poliklinik di kembes, lembean, bitung dan selanjutnya poliklinik-
poliklinik missi di Tompaso Baru, Sinisir, Tambelang, Tenga, Poigar, Amurang, Tara-
Tara, Ranotongkor, Tataaran, Sangihe Talaud dan Siau juga mendapat pelayanan dari
RS.Gunung Maria.
b. Dekade II (Tahun 1940-1949)
Pada awal dekade ini rumah diambil alih oleh pemerintah Jepang, sehingga nama
rumah sakit diganti dengan nama ‘Tomohon Byoing”. Pimpinan rumah sakit pada masa
pendudukan jepang adalah Dr. O. Senduk (Ahli Bedah). Selanjutnya setelah perang dunia
ke-II diambil alih oleh sekutu dan diserahkan kepada NICA. Pimpinan rumah sakit pada
masa NICA adalah Dr. Bonnet (1941-1949), Dr.Singal (1949-1954).
c. Dekade III (tahun 1950-1959)
Pimpinan rumah sakit dalam dekade ini adalah Dr.Singal (1949-1954), Dr. Que
Giok Tong (1954-1971). Tenaga dokter-dokter muda yang datang dari negeri belanda
adalah Dr. Leonie Meier, Dr. Anny Barten (dikenal dengan nama DR.Dr.J.Barten), Dr.
Adelbert V. Ballen, Dr. Kees Reith dan Dr. Jan V. Tongeran. Pada permulaan berkarya,
pada dokter muda ini di damping oleh salah seorang suster yang sangat berpengalaman
yakni Sr. Paula Schats. Pada dekade ini RS Gunung Maria ditunjukan sebagai rumah
sakit yang menyelenggarakan perawatan orang-orang miskin dan kurang mampu sesuai
SK Menteri Kesehatan No.
d. Dekade IV (tahun 1960-1969)
Pimpinan rumah sakit Dr. Que Giok Tong. Pengatur rawat 3 orang, bidan 1 orang,
perakit rawat 10 orang. Pembantu perawatan 10 orang, djuru kesehatan 33 orang,
pegawai administrasi 5 orang, urusan rumah tangga 62 orang dan kapasitas tempat tidur
370 tempat tidur.
e. Dekade V (tahun 1970-1979)
Pimpinan rumah sakit pada dekade ini adalah Dr Que Giok Tong yang namanya
diganti Dr. J.M Lucas (1954-1971), Dr. P.E.A. Pangalila (1971-1986). Ketenagaan pada
awal dekade ini adalah sebagai berikut: Dokter 4 orangm pengamat kesehatan 10 orang,
bidan 1 orang, laboran 1 orang, asisten apoteker 1 orang, djuru kesehatan 47 orang,
pegawai administrasi 5 orang, sopir 4 orang, pegawai rumah tangga 44 orang.
f. Dekade VI (tahun 1980-1989)
Pada dekade ini dilakukan pembangunan gedung baru dan renovasi relative luas.
Pembangunan gedung dua lantai untuk kamar bedah, unit perawatan intensif dilantai 1.
Lantai II untuk kantor direksi, dokter jaga dan ruang pertemuan. Pemindahan kamar
bedah yang sebelumnya berada dibagian utara dipindahkan ke gedung baru.
g. Dekade VII (tahun 1990-1999).
Pimpinan rumah sakit adalah Dr. L. Ratulangi, SpPF (1986-1995), DR. Dr. J.
Barten, SpOG (1995-1996), Prof. Dr. A.R. Sumual SpPD-KE (1996-2006). Tenaga
dokter yang berkarya tahun 1990 sekitar 29 dokter di antaranya 20 dokter spesialis.
h. Dekade VIII (tahun 2000-2009)
Pada dekade ini pelayanan Poliklinik yang semula menempati bagian timur rumah
sakit dipindahkan ke gedung baru dua lantai, setelah bagian tersebut direnovasi yang
semula adalah asrama karyawati rumah sakit.
i. Dekade IX (tahyn 2010-sekarang)
Pada dekade ini sarana rumah sakit dilengkapi/diperbaharui antara lain pembuatan
IPAL, Inserenator dan Generator Listrik. Gedung bagian/Ruang St. Fransiskus dibangun
baru dua lantai yang kemudia diperuntukan bagi kelas utama dan kelas I. Peres,ian
pemakaian gedung ini oleh pimpinan provisial manado Sr. Justien Tiwow, YMY,
pemberkatannya oleh Pastor Feighty Boseke Pr.
Direktur
dr. Frankly O. Palendeng
Pekarya Sosial
D-3 Keperawatan
Secara keseluruhan jumlah perawat yang ada pada tabel di atas adalah sebanyak 13 orang
yang terbagi atas PK0 sebanyak 2 orang, PK1 sebanyak 7 orang, PK2 sebanyak 1 orang dan PK3
sebanyak 2 orang. Maka dari data tersebut diperoleh bahwa sebagian besar perawat adalah PK1.
Sementara itu dari hasil observasi peralatan seperti kursi roda sebaiknya memiliki
tempat penyimpanan sehingga tidak hanya diletakan di depan toilet, juga tempat linen
kotor baiknya dipindahkan dari depan toilet dikarenakan kadang pasien atau keluarga
pasien membuang sampah pada tempat linen kotor meskipun telah diberikan tulisan
pengingat bahwa itu adalah tempat linen kotor.
POA
1. Masalah : Belum optimalnya Manajemen Ruangan di ruang St.Xaverius
Tujuan Indikatir Uraian Waktu Prosedur/Strateg PIC Sasaran Alat dan Metode
Keberhasilan Kegiatan i
Membuat Ruang perawat Berdiskusi 05 Juni Melakukan diskusi 1.Willy. Perawat - Leflet
ruangan yang dan ruang dengan 2021 dengan perawat Senduk yang - Diskusi
nyaman bagi rawat pasien perawat di mengenai bertugas di
perawat dan menjadi lebih ruangan kenyamanan 2.Ester Dalegi ruangan
pasien dengan luas tentang perawat dalam St.Xaveriu
mengubah tata kenyamanan melakukan 3.Novelia.Tora s
ruang menjadi Perawat di dalam pekerjaanya
lebih luas ruangan bekerja dengan tata letak
terlihat nyaman dengan tata yang ada di ruang
saat bekerja di letak perawat dan ruang
ruangan ruangan rawat pasien
perawat dan
ruang rawat
pasien yang
ada
Fish Bone
MAN
METHOD 1.Masih kurangnya pelatihan untuk perawat di
ruang rawat Xaverius
1. Ada pasien penyakit dalam yang ikut dirawat 2.Jumlah perawat yang sudah memiliki sertifikat
di ruangan St.Xaverius, sehingga menyebabkan pelatihan :
kesulitan ketika ada dokter penyakit dalam dan - CWCCA sebanyak 3 orang
bedah yang datang visite diwaktu bersamaan. - BHD sebanyak 14 orang
- BTCLS sebanyak 2 orang
2.Ada perawat yang langsung memnerikan - ATCLS sebanyak 1 orang
tanggapan ketika overran berlangsung sehingga -Vaksinator sebanyak 1 orang
waktu overan menjadi lebih panjang. 3. Jumlah perawat yang dibutuhkan kurang dari Manajemen Ruangan :
tingkat kebutuhan pasien
ruang perawat terlalu kecil
ditandai dengan tidak
adanya ruang untuk CI dan
ruang kepala ruangan masih
terhubung dengan ruang
perawat, pencahayaan di
ruang rawat masih kurang
dan sirkulasi udara yang
tidak baik.
MATERIAL
MUTU 1. ruang perawat terlalu kecil
2. Tidak ada ruang CI
1.Masih sedikit tenaga 3. Ruang kepala ruangan
MONEY
keperawatan yang gabung dengan ruang perawat
berlatarbelakang pendidikan Jasa insertif untuk pelayanan 4.Sirkulasi udara yang tidak
Sarjana/Ners dan jasa medik yang diberika berjalan dengan baik di ruang
perawat
sama untuk semua perawat
2.Kepala ruangan masih 5.Pencahayaan yang kurang
memiliki latar belakang baik, sehingga membuat
pendidikan D3 keperawatan perawat merasa tidak nyaman.
6.Peralatan untuk merawat
pasien masih kurang lengkap
L. Prioritas Masalah
Manajemen Ruangan : ruang perawat terlalu kecil ditandai dengan tidak adanya ruang
untuk CI dan ruang kepala ruangan masih terhubung dengan ruang perawat, pencahayaan
di ruang rawat masih kurang dan sirkulasi udara yang tidak baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Manajemen keperawatan adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki
dan diterapkan oleh perawat manajer (Nurse Manager) dalam menyediakan dan
mengelolah sumber daya keperawatan secara efektif dan efisien dengan bantuan staf
keperawatan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien pula (Laode Kamalia dkk, 2020).
2. Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan proses
sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga
memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan
Rumondang Panjaitan, 2011).
3. Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
4. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan diruangan St.Xaverius, prioritas
masalah yang diperoleh adalah belum optimalnya penggunaan metode Tim, Tidak
ada format pengkajian khusus untuk luka, Ruang perawat terlalu kecil.
5. Dengan adanya penyuluhan mengenai peran dan fungsi katim dan perawat pelaksana
maka metode tim digunakan dalam ruang rawat inap St.Xaverius dengan optimal.
6. Dengan adanya format pengkajian luka diruangan St.Xaverius maka membantu
perawat untuk mengetahui cara pengisian pengkajian luka dan melakukan pengkajian
luka dengan benar.
7. Ruang perawat menjadi lebih luas dan perawat diruangan terlihat nyaman saat bekerja
diruangan.
4.2 Saran
1. Institusi Pendidikan diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masukan
dalam penelitian kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan sebagai bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang
keperawatan khususnya untuk Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
2. Rumah Sakit diharapkan penggunaan metode tim, format pengkajian luka dan
penataan ruangan yang baik dapat menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit.
3. Perawat Diharapkan dengan adanya metode tim dapat membuat perawat bekerja lebih
optimal dan terstruktur dengan baik. Diharapkan juga dengan adanya format
pengkajian luka dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian luka dengan
baik.
4. Mahasiswa Setelah menyelesaikan praktikum Manajemen Keperawatan, diharapkan
mahasiswa sudah mampu melakukan pengumpulan data dengan metode 5 M (Man,
Material, Method, Money, dan Machine) serta mampu menerapkan proses
manajemen keperawatan (Planning, Organizing, Actuating, dan Controling). Serta
menjadi change agent dalam penerapan metode tim dan pengkajian luka yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media.
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.
Ratna & Rumondang. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : Sagung
Seto.