Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN

KELOMPOK 3 GELOMBANG I
RU. IRINA XAVERIUS

DISUSUN OLEH:
1. Willy Senduk 17061156
2. Jesica Runtunuwu 17061163
3. Erika Sadinda 17061159
4. Galilea Kelanit 17061142
5. Virginia Kaawoan 17061143
6. Novelia Torar 17061144
7. Ruth Sangkoy 17061149
8. Bella Hanok 17061153
9. Maria Ponidjan 17061160
10. Janike Bawinto 17061138
11. Ester Dalegi 17061167
12. Atris Bessy 17061067

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemampuan Manajerial seorang Kepala Ruangan dalam mengelola unit ruang
rawat mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan mutu pelayanan Keperawatan
yang berkualitas dan professional. Kepala Ruangan dalam pengelolaan yang berlangsung
menyentuh pasien dan keluarganya. Dalam mengolah ruang keperawatan seseorang
kepala ruangan akan bekerja dengan dan melalui seluruh staf keperawatan dan non
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang ada yang menjadi
kewenangan dan tanggung jawabnya.
Kepala Ruangan harus mampu mengelola keperawatan mulai dari merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, serta kemampuan mengawasi sumber daya maupun sumber
dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efesien pada
pasien, keluarga dan masyarakat. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang berkuaitas dan professional, Kepala Ruangan harus mampu menata
system pemberian pelayanan keperawatan.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan manajerial kepala ruangan dalam
menglah unit ruagan keperawatan merupakan satu hal yang penting dalam mewujudkan
kontribusi profesi keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya dan khususnya pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat di Rumah Sakit.
Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta
tipe C yang berada di Kota Tomohon. Rumah Sakit gunung maria dilengkapi dengan
ruangan perawatan yaitu IGD, ICU, OK, VK, Neonati, Agustinus Angela, Paula,
Xaverius, Fransiskus, Maria Joseph, Theresia, Yohana. Salah satu ruangan yang perlu
diperhatikan untuk diterapkan manajemen keperawatan yaitu ruangan Xaverius, dimana
manajemen ruangan yang ada tidak menunjang proses pelaksanaan tindakan asuhan
keperawatan dimana ruangan perawat atau Nurse Station belum memadai karena terlalu
sempit.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan manajemen keperawatan ini adalah untuk
meningkatkan pelayanan sebagai perawat pelaksana lewat penggunaan rencana kerja
harian perawat pelaksana.
2. Tujuan Khusus
a. Institusi
Pendidikan Untuk menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian
kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai
bimbingan terhadap mahasiswa yang berkesimpung di bidang keperawatan
khususnya untuk Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik De La Salle Manado.
b. Rumah Sakit
Untuk menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan rencana kerja
harian perawat pelaksana.
c. Mahasiswa
Untuk menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktikum
Manajemen Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan data sampai
mengimplementasikan serta mengevaluasi masalah yang ditemui di ruangan.
d. Perawat
Untuk memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan keluar
mengenai masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan manajemen
keperawatan khususnya rencana harian perawat pelaksana.
e. Pasien
Untuk membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. MANAJEMEN KEPERAWATAN
2.1.1 Pengertian
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “management”, yang artinya
seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis
dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan yang diorganisasi. Manajemen juga
diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal
lain untuk menghasilkan suatu keuntungan (Nursalam, 2018). Menurut Gillies (1986)
dalam Nursalam (2018), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi
individu, keluarga, dan masyarakat.

2.1.2 Proses Manajemen Keperawatan


Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling mendukung. Menurut Suyanto (2019) manajemen adalah sebagai
suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh
seorang manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah
penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan. Masing-
masing pakar mengidentifikasi fungsi manajemen yang berbeda-beda. Keperawatan lebih
sering mengadopsi fungsi manajemen menurut George Terry, yaitu :
a. Planning (Perencanaan) Sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan
rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat
ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan
mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan
sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya.
b. Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah rangkaian
kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai
tujuan organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau Penggerakkan
Penggerakan sebagai proses manajemen adalah proses memberikan bimbingan
kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas –
tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan
sumber daya yang tersedia.

2.1.3 Komponen Sistem Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi.
Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, control
dan mekanisme umpan balik.
a. Input.

Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas.

b. Proses.

Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan.

c. Output.
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat
dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.

d. Control.

Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan


anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur
yang sesuai standar dan akreditasi.

e. Umpan balik.

Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.

2.1.4 Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan

Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan yang efektif


sebaiknya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto
(2018) Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi:

a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.

b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan doagnosa.

c. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat .

d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan. Menurut Suyanto, 2008


keperawatan terdiri dari:

1) Manajemen Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola


oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:

 Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)

 Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor)


 Manajemen bawah (kepala ruang perawatan) 2) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses
keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep – konsep manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

2.2 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

2.2.1 Definisi MPKP

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,


proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart dan Woods, 1996). Sebagai suatu model berarti ruang rawat
tersebut menjadi contoh teladan dalam praktik keperawatan profesional. Pengembangan
MPKP merupakan upaya banyak negara untuk memberdayakan keperawatan dalam
layanan kesehatan, terutama pada saat meningkatnya kebutuhan yang disertai biaya tinggi
dalam layanan kesehatan (Sitorus dan Yulia, 2018). Model Praktik Keperawatan
Profesional merupakan penataan struktur dan proses sistem pemberian asuhan
keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan
keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2018).

Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Ratna Sitorus dan Rumondang
Panjaitan (2018) MPKP terdiri dari lima subsistem, yaitu:

a. Nilai-nilai profesional meliputi ekonomi, kesinambungan asuhan, dan belajar


sepanjang hayat untuk menopang praktik ilmu yang bermutu.

b. Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa pada MPKP, pembuat keputusan untuk


pasien ada pada manajer asuhan klinik atau Perawat Primer. Kepala ruangan rawat
berperan sebagai fasilitator atau mentor.

c. Pemebrian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan metode keperawatan


primer.

d. Hubungan profesional memungkinkan adanya hubungan kolaborasi, konsultasi antar


tim, dan koferens antar tim serta konferens untuk penyelesaian konflik.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat mendapatkan
kompensasi dan penghargaan sesuai dengan sifat layanannya yang profesional.
Penghargaan dapat juga berupa keberadaan perawat sebagai seorang ahli atau spesialis.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni:
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi
tersebut berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud
(Nursalam, 2017).

f. Controling (Pengawasan, Monitoring) Pengawasan adalah proses untuk mengamati


secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

2.2.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Model MPKP

Menurut Nursalam (2017), dasar pertimbangan pemilihan model Metode Asuhan


Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut:

a. Sesuai dengan visi dan misi institusi. Dasar utama penentuan model pemberian asuhan
keeprawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Proses


keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan
kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh
pendekatan proses keperawatan.

c. Efektif dan efisien dalam penggunaan biaya. Setiap suatu perubahan, harus selalu
mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya.
Bagaimanapun 12 baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak
akan didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat. Tujuan akhir asuhan
keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh
perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat
menunjang kepuasan pelanggan.

e. Kepuasan dan kinerja perawat. Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan
oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan
kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam
pelaksanaannya.

f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar
pertimbangan penetuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat
meninkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.

2.2.3 Pilar-Pilar dalam MPKP

Dalam model praktik keperawatan professional terdapat empat pilar yang


digunakan sebagai acuan, yaitu sebagai berikut.

A. Pilar I : Manajemen Approach (pendekatan manajemen) Dalam model praktik


keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan
professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :

1. Perencanaan

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan 13 (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana
kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana
kegiatan itu dilakukan. Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,
bulanan, dan tahunan). Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
A. Rencana jangka pendek
Rencana Harian Kepala Ruangan. Rencana harian kepala ruangan kegitannya
meliputi: Operan, pre conference dan post conference, mengecek SDM dan sarana
prasarana, melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus, melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana, hubungan
dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan
pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi, mempersiapkan dan merencanakan
kegiatan asuhan
- Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer). Rencana harian ketua tim meliputi:
operan, pre conference dan post conference, penyelenggaraan asuhan keperawatan
pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat
pelaksana, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain, menulis dokumentasi,
alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
- Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete). Rencana harian perawat
pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada
shift dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operw2an, pre conference dan post
conference, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan
keperawatan. Penilaian rencana harian perawat, untuk menilai keberhasilan dari
perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen dan
mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim.

B. Rencana jangka menengah

- Rencana Bulanan Kepala Ruangan.

Rencana bulanan kepala ruangan meliputi: membuat jadwal dan memimpin case
conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan
perawat, membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan, membuat jadwal
supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, melakukan
dokumentasi, membuat laporan bulanan.

- Rencana Bulanan Ketua Tim.


Mempresentasikan kasus dalam case conference, memimpin pendidikan kesehatan
kelompok keluarga, melakukan supervisi perawat pelaksana.

c. Rencana jangka panjang


Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana
tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
- Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan
(aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi
mutu pelayanan.
- Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim. Penyegaran
terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini
bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan
meningkatkannya dimasa mendatang.
- Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat
(pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan
pendidikan formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihan-pelatihan

2. Pengorganisasian

Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan
suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian
aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang
MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-
Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana.
Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.

3. Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim


motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang
bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya
(Marquis & Houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-
tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan
pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya
(Marquis & Houston, 1998). Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk
kegiatankegiatan sebagai berikut:

1) Menciptakan budaya motivasi

2) Manajemen waktu: Rencana Harian

3) Komunikasi efektif melalui kegiatan:

4) Operan antar shift

5) Pre conference tim

6) Post conference tim

7) Manajemen konflik

8) Pendelegasian dan supervise

4. Pengendalian

Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol


mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai
dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip
yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar
dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan 17 penting dilakukan untuk
mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspon dengan
cara duduk bersama. Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau
standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan
(standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu
pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan
(pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah
BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan
diperlukan untuk rencana yang akan datang.

A. Pilar II : Compensatory Reward (Sistem Penghargaan)


Manajemen sumber daya manusia (SDM) di ruang MPKP berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staf
perawat. Sistem penghargaan menjelaskan manajemen keperawatan khususnya
manajemen SDM keperawatan agar produktif sehingga misi dan tujuan organisasi
dapat tercapai. Metode dalam penyusunan tenaga keperawatan harus teratur,
sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai kepada
pasien.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan.
Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar
dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat
merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan
praktik profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat
akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional
apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf
yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, 18
sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien sesuai yang diharapkan.
b. Pilar III Professional Relationship (Hubungan Profesional)
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan
penerima pelayanan disebut dengan hubungan profesional secara eksternal.
Sedangkan hubungan professional secara internal yaitu pada pelaksanaannya terjadi
antara perawat dengan perawat, perawat dengan petugas kesehatan lainnya dan
perawat dengan dokter.
c. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilah MPKP adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan
manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawatan
yang diterapkan adalah asuhan keperawatan yang menerapkan proses keperawatan
secara holistic dan dilakukan secara mandiri oleh perawat.

2.2.4 Komponen-Komponen dalam MPKP


Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik keperawatan professional, yaitu
: ketenagaan keperawatan, metoda pemberian asuhan keperawatan, proses
keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
A. Ketenagaan Keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan berdasarkan
derajat ketergantungan pasien sesuai dengan Metode Douglas. Penetapan derajat
ketergantungan dilakukan berdasarkan petunjuk penetapan derajat ketergantungan
pasien.
B. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang
terjadi di Indonesia, maka model sistem asuhan keperawatan berubah mengarah
pada suatu praktik keperawatan profesional. Model sistem asuhan keperawatan
yang dapat dikembangkan adalah tim, primer, dan kasus (Nursalam, 2017).
C. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan
masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan
ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
1. Identifikasi masalah
2. Menyusun alternatif penyelesaikan masalah.
3. Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya.
4. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah. Seluruh
langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses
keperawatan yaitu :
a. Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic.
b. Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah
keperawatan. - Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
c. Implementasi rencana, dan
d. Evaluasi hasil tindakan

D. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka
informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan.
Di samping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang
pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi
sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk
pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan
bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan,
catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.

B. KEPEMIMINAN DALAM KEPERAWATAN


1.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan bagian dari sistem manajemen
keperawatan, dimana bagian dari sistem manajemen keperawatan meliputi
pengumpulan data, perencanaan, pengaturan, kepegawaian, kepemimpinan dan
pengawasan. Konsep kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan
pengaruh dan bimbingan yang ditunjukkan kepada semua staf keperawatan. Untuk
mencipatakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan
tugas dalam rangka mencapai tujuan pelayanan keperawatan yag efektif, efesien dan
berkualitas. Sedangkan manajemen keprawatan adalah proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuha keperawatan secara professional,
sehingga keduanya dapat saling mendukung ( Imanuddin, 2009).
Fungsi kepemimpinan yang berkualitas dalam manajemen pada umumnya
diartikan hanya berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi
tersebut sangatlah luas, apabila posisi sebagai ketua tim, kepala ruangan atau perawat
pelaksana dalam suatu ruang, maka diperlukan pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang berkualitas (Sriyanti, 2003).
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai
tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga
diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan,
kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai
tujuan bersama; dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi,
memelihara dan mengembangkan budaya organisasi (Shegdill dalam Stoner dan
Freeman 1989: 459-460).
Banyak definisi diberikan tentang kepemimpinan, antara lain: George R.Terry,
Leadership is the activit of influencing people to strive willingly for group objectives.
Stoner, kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiata-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Harold Koontz and Cyril O’Donnell, state that leadership is influencing people to
follow in the achivement of a common goal. Handbook of Leadership, memberikan
definisi kepemimpinan sebagai“suatu interaksi antar anggota suatau kelompok.
2.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam suatu
kegiatan di organisasi. Didalam menajemen mencakup POAC (Planning, Organizing,
Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant dan Massey,1999).
Manajemen didefinisikan sebagai proses dalam menyelesaikan pekaryaan melalui
orang lain, sedangkan manajemen keperawatn adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan kepeawatan secara professional.
(Gillies, 1986)
Filosofi manajemen yaitu Totall Quality Management (TQM) menurut Edwards
Deming (2002) memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Hak Otonomi dalam pemngambilan keputusan tentang tugas yang diemban
2. Membuat keputusan dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja
3. Memonitoring secara berkesinambungan dengan pendekatan ilmiah
4. Adanya rencana Strategis
5. Memenuhi kebutuhan pasar /masyarakat.
Proses manajemen yang mendukung proses keperwatan (Gillies,1996:2)
3.1 Hubungan Kepemimpinan dan Kekuasaan
Kepemimpinan dan kekuasaan adalah dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Kepemimpinan dapat dijalankan hanya bila pada
diri pemimpin terdapat kekuasaan karena jabatan yang diembannya dan penerimaan atau
pengakuan bawahan atas perannya sebagai pemimpin (Gilles, 1996)
Kekuasaan seorang pemimpin dapat diuraikan sebagai berikut :
(a) Reward power atau kekuasaan memberikan penghargaan terhadap bawahan baik
berupa insentif material, memenuhi permintaan rotasi tugas atau kesempatan untuk
mengikuti program pengembangan staf. Pimpinan yang menggunakan kekuasaan
legitimasi dapat menggunakan penghargaan untuk memperoleh kerja sama dari
bawahan. Bawahan mungkin akan menanggapi petunjuk atau permintaan apabila
pimpinan dapat menyediakan penghargaan yang bernilai , misalnya: kenaikan gaji,
pemberian bonus, pemberian hari libur dan lain - lain.
(b) Coecieve power atau kekuasaan untuk menerapkan perintah atau hukuman secara
paksa kepada bawahan berupa penurunan atau penundaan kenaikan pangkat, skorsing
maupun pemecatan. Bawahan akan tunduk karena ketakutan. Walaupun kekuasaan
paksaan mungkin digunakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak produktif dalam
organisasi, namun seringkali menghasilkan akibat yang sebaliknya.
(c) Referent power merupakan kemampuan untuk menjadi panutan bawahan sehingga
dapat menimbulkan kebanggaan dan upaya bawahan untuk mengidentifikasikan diri
sesuai dengan pemimpinnya
(d) Expert power merupakan kemampuan untuk menyakinkan, membimbing dan
mengarahkan bawahan berdasarkan keahlian yang dimiliki seorang pemimpin.
4.1 Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan keperawatan meliputi :
(1) Perencanaan dan pengorganisasian
(2) Membuat penugasan dan memberi pengarahan
(3) Pemberian bimbingan
(4) Mendorong kerjasama dan partisipatif
(5) Kegiatan koordinasi
(6) Evaluasi hasil kerja
5.1 Pimpinan dan Kepemimpinan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi
manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pimpinan tingkat pertama ( Lower Manager )
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang
menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen.
Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan
konseptual skill yang terkecil.
2. Pimpinan tingkat menengah ( Middle Manager )
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini
menjadi saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan
Top Manager , yakni pimpinan puncak (  di atas Middle Manager ) sehingga
pimpinan ini diutamakan memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara
keduanya. Konseptual skill adalah ketramp[ilan dalam penyusunan konsep - konsep,
identifikasi, dan penggambaran hal - hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill
adalah ketrampilan dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara
manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama 
manusia lain.
3. Pimpinan puncak ( Top Manager )
4. Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi
dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini
memiliki proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang
terkecil.
BAB III

HASIL PENGKAJIAN

A. GAMBARAN UMUM RS
1. Sejarah Singkat
a. Awal Pendirian
Karya kesehatan yang sekarang ini seluruh jajanan pimpinan dan karyawan RS.
Gunung Maria, di awali oleh misi kesehatan para suster Tarekat Yesus Maria Yosep
(YMY) Netherland, yang mengutus 6 orang suster biara ke minahasa, tepatnya Tomohon.
Para suster-suster tersebut adalah Sr.Basilissa Heister, Sr.Yosephine van Berg,
Sr.Wenceslas Te Poel, Sr.Boniface Meyer, Sr.Laetitia Loonen dan Sr.Dosithea
Schambergen.
- Tanggal 5 mei 1898 berangkat dari Netherland dengan menggunakan kapal laut.
- Tanggal 18 juli 1898 tiba dimanado.
- Tanggal 1901 Tarekat YMY memneli sebuah pekarangan dan rumah besar milik mayor
wenas di kelurahan kolongan (sekarang) yang dijadikan biara Walterus.
Karya awal medis berupa poliklinik darurat dan sederhana ditempatkan pada
sebuah ruangan dibelakang pastoran katolik tomohon utara sekarang. Oleh karena
bangunannya berbentuk bundar, masyarakat menanamkan poliklinik tersebut “Rumah
Sakit Bundar”.
Tanggal 12 April 1921 Tarekat YMY membeli sebidang tanah yang terletak
dibelakang biara walterus di daerah perbukitan untuk membangun sebuah rumah sakit
permenen.
Bulan juni 1928 pembangunan rumah sakit dimulai. Pekerjaan meratakan tanah
dipercayakan kepada bapak Aloysius Kaunang sedangkan yang mengawasi pekerjaan
adalah Sr.Leatitia. Rencana bangunan rumah sakit digambarkan oleh Tn. De Voets.
Bulan mei 1929, peletakan batu pertama tanggal 10 februari 1930 dilakukan
pemasangan listrik dengan biaya seluruh pembangunan rumah sakit adalah sebanyak
250.000 gulden.
Pada tanggal 10 februari 1930 malam hari dilakukan pentahbisan gedung rumah
sakit oleh Mrg. Penis (waktu itu prefek apostolic Sulawesi) yang memberkati bagian
utama dari ruamh sakit bernama “Marienheuvel”.
Pada tanggal 11 februari 1930, bagian lain dari rumah sakit diberkati oleh prefek
apostolic. Rumah sakit yang baru ini dikepalai oleh Sr.Rosnata pada tanggal ini
diperingati sebagai hari berdirinya rumah sakit dengan nama R.K Ziekenhuia
“Marienheuvel”. Sejak april 1954 rumah sakit berganti nama : Rumah Sakit Gunung
Maria.
2. Perkembangan Lanjut
Sejarah perkembangan RS. Gunung Maria Tomohon dapat dibagi atas 9 dekade.
a. Dekade 1 (Tahun 1930-1939)
Pimpinan rumah sakit adalah Sr.Rosnata (1930-1933), yang bekerja sebagai
dokter meskipun sebenarnya beliau bukan seorang dokter. Dr. H.P.A.C Ommen (1933-
1941). Pada masa Dr. Ommen, tim kesehatan RS Gunung Maria juga melakukan
kunjungan pelayanan poliklinik di kembes, lembean, bitung dan selanjutnya poliklinik-
poliklinik missi di Tompaso Baru, Sinisir, Tambelang, Tenga, Poigar, Amurang, Tara-
Tara, Ranotongkor, Tataaran, Sangihe Talaud dan Siau juga mendapat pelayanan dari
RS.Gunung Maria.
b. Dekade II (Tahun 1940-1949)
Pada awal dekade ini rumah diambil alih oleh pemerintah Jepang, sehingga nama
rumah sakit diganti dengan nama ‘Tomohon Byoing”. Pimpinan rumah sakit pada masa
pendudukan jepang adalah Dr. O. Senduk (Ahli Bedah). Selanjutnya setelah perang dunia
ke-II diambil alih oleh sekutu dan diserahkan kepada NICA. Pimpinan rumah sakit pada
masa NICA adalah Dr. Bonnet (1941-1949), Dr.Singal (1949-1954).
c. Dekade III (tahun 1950-1959)
Pimpinan rumah sakit dalam dekade ini adalah Dr.Singal (1949-1954), Dr. Que
Giok Tong (1954-1971). Tenaga dokter-dokter muda yang datang dari negeri belanda
adalah Dr. Leonie Meier, Dr. Anny Barten (dikenal dengan nama DR.Dr.J.Barten), Dr.
Adelbert V. Ballen, Dr. Kees Reith dan Dr. Jan V. Tongeran. Pada permulaan berkarya,
pada dokter muda ini di damping oleh salah seorang suster yang sangat berpengalaman
yakni Sr. Paula Schats. Pada dekade ini RS Gunung Maria ditunjukan sebagai rumah
sakit yang menyelenggarakan perawatan orang-orang miskin dan kurang mampu sesuai
SK Menteri Kesehatan No.
d. Dekade IV (tahun 1960-1969)
Pimpinan rumah sakit Dr. Que Giok Tong. Pengatur rawat 3 orang, bidan 1 orang,
perakit rawat 10 orang. Pembantu perawatan 10 orang, djuru kesehatan 33 orang,
pegawai administrasi 5 orang, urusan rumah tangga 62 orang dan kapasitas tempat tidur
370 tempat tidur.
e. Dekade V (tahun 1970-1979)
Pimpinan rumah sakit pada dekade ini adalah Dr Que Giok Tong yang namanya
diganti Dr. J.M Lucas (1954-1971), Dr. P.E.A. Pangalila (1971-1986). Ketenagaan pada
awal dekade ini adalah sebagai berikut: Dokter 4 orangm pengamat kesehatan 10 orang,
bidan 1 orang, laboran 1 orang, asisten apoteker 1 orang, djuru kesehatan 47 orang,
pegawai administrasi 5 orang, sopir 4 orang, pegawai rumah tangga 44 orang.
f. Dekade VI (tahun 1980-1989)
Pada dekade ini dilakukan pembangunan gedung baru dan renovasi relative luas.
Pembangunan gedung dua lantai untuk kamar bedah, unit perawatan intensif dilantai 1.
Lantai II untuk kantor direksi, dokter jaga dan ruang pertemuan. Pemindahan kamar
bedah yang sebelumnya berada dibagian utara dipindahkan ke gedung baru.
g. Dekade VII (tahun 1990-1999).
Pimpinan rumah sakit adalah Dr. L. Ratulangi, SpPF (1986-1995), DR. Dr. J.
Barten, SpOG (1995-1996), Prof. Dr. A.R. Sumual SpPD-KE (1996-2006). Tenaga
dokter yang berkarya tahun 1990 sekitar 29 dokter di antaranya 20 dokter spesialis.
h. Dekade VIII (tahun 2000-2009)
Pada dekade ini pelayanan Poliklinik yang semula menempati bagian timur rumah
sakit dipindahkan ke gedung baru dua lantai, setelah bagian tersebut direnovasi yang
semula adalah asrama karyawati rumah sakit.
i. Dekade IX (tahyn 2010-sekarang)
Pada dekade ini sarana rumah sakit dilengkapi/diperbaharui antara lain pembuatan
IPAL, Inserenator dan Generator Listrik. Gedung bagian/Ruang St. Fransiskus dibangun
baru dua lantai yang kemudia diperuntukan bagi kelas utama dan kelas I. Peres,ian
pemakaian gedung ini oleh pimpinan provisial manado Sr. Justien Tiwow, YMY,
pemberkatannya oleh Pastor Feighty Boseke Pr.

B. VISI, MISI, FALSAFAH, DAN TUJUAN RUMAH SAKIT


VISI
"Menjadi Rumah Sakit terbaik di wilayah Tomohon dan sekitarnya tahun 2020."
MISI
- Memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional;
- Menjaga martabat dan pelayanan moral;
- Berpihak pada kemanusiaan serta kaum lemah yang terpinggirkan.
FALSAFAH
"Siap sedia memberikan pelayanan kepada sesama berdasarkan cinta kasih."
TUJUAN
1) Rumah Sakit pilihan masyarakat yang terjangkau, bermutu dan paripurna.
2) Tetap berperan aktif bersama pemerintah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

C. VISI, MISI, FALSAFAH, MOTTO, TUJUAN BIDANG KEPERAWATAN RS


VISI
1. Mengutamakan mutu pelayanan kesehatan Rumah Saklt yang profesional standar
sesual Pencegahan dan Pengendallan Infekal Rumah Sakit
MISI
1. Menyebarluaskan Poncegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Bakit kepada
seluruh komponen yang ada di Rumah Sakit
2. Menjadikan Rumah Sakit BERSIH,SEHAT, sabagal Budaya dalam memberlkan
pelayanan Kesohatan
3. Terlaksananya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesohatan dengan Optimalilsasi Sumber Daya
Manusia Mengenal Pencegahan Dan Pengendalan VISI MISI Infokal Rumah Sakit
TUJUAN
Meningkatan Mutu Pelayanan Melaluli Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit
FALSAFAH
Siap Sedia untuk Menurunkan Infeksi ke seluruh Karyawan ,Pas Keluarga Pasien
dan Pengunjung Rumah Sakit
MOTTO
BUDAYA BERSIH SEHAT, adalah KOMITMEN Pelayanan Kami
D. STRUKTUR ORGANISASI BIDANG KEPERAWATAN DAN RUANG RAWAT

Direktur
dr. Frankly O. Palendeng

Wakil Direktur Keperawatan


Sr. Youla A. Lontaan, SJMJ, S.Kep Ns. MAN

Kepala Bidang Keperawatan


Ns. Florentina C. Ismono, S.Kep

Kepala Ruangan Xaverius


Ni Nyoman Murdani

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2


Maria Rattu Maya Nayoan

Anggota Tim 1 Anggota Tim 2


1. Merry Mungkareng 1. Ane Sumaraw
2. Meylan Lanumbela 2. Elvana Erungan
3. Kristika 3. Candy Peleng
4. Venny Pareda 4. Merry Wehanto
5. Angga Setiaji 5. Aprodita
6. Lilis Maje
 

Pekarya Sosial

No. Nama Pendidikan Pelatihan


1. Merry Mungkareng D3 CWCCA
2. Meylan Lanumbela D3 BHD
3. Kristika D3 BHD
4. Venny Pareda D3 CWCCA
5. Angga Setiaji Ns BTCLS
6. Lilis Maje D3 ATCLS
7. Maria Rattu D3 CWCCA
8. Maya Nayoan D3 CWCCA
9. Ane Sumaraw D3 CWCCA
10. Elvana Erungan D3 BHD
11. Candy Peleng D3 BHD
12. Merry Wehanto D3 BHD,VAKSINATOR
13. Aprodita D3 BHD, BTCLS

E. Profil Ketenagaan Ruang Rawat


Berikut akan dijelaskan dalam tabel, mengenai jumlah tenaga, baik tenaga
keperawatan maupun tenaga non keperawatan.
Komposisi Tenaga Perawat
No kualifikasi Jumlah Masa kerja Jenis
1 S-1 2 < 5 Tahun : 2
Keperawatan Orang
Ners
2 D-3 11 > 20 Tahun : 1
Keperawatan Orang
> 10 Tahun : 1
Orang
> 5-9 Tahun : 2
Orang
1-4 Tahun : 6
Orang
< 1 Tahun : 1
Orang
Komposisi Tenaga Perawat Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan
12
10
8
6
4
2
0
S-1 Ners D-3 Keperawatan

D-3 Keperawatan

Komposisi Tenaga Perawat berdasarkan Jenjang


8
7
6
5
4
PK 3
3
2
1
0
PK 0 PK 1 PK 2 PK 3

Secara keseluruhan jumlah perawat yang ada pada tabel di atas adalah sebanyak 13 orang
yang terbagi atas PK0 sebanyak 2 orang, PK1 sebanyak 7 orang, PK2 sebanyak 1 orang dan PK3
sebanyak 2 orang. Maka dari data tersebut diperoleh bahwa sebagian besar perawat adalah PK1.

Komposisi Tenaga Non Perawat


No Kualifikasi Jumlah Masa kerja
1 Cleaning service 2 > 5 Tahun : 2
Orang
2 Gizi 2 > 5 Tahun : 2
Orang
F. Profil Ruangan Perawatan
Dari keseluruhan responden menjawab bahwa lokasi dan denah ruangan sesuai
dengan standart pelayanan. Namun berdasarkan observasi yang didapati ada ruangan yang
perlu diperbaiki yaitu ruangan perawat yang terlalu kecil, ruangan kepala ruangan yang
harus di pisahkan dengan ruang perawat, ruang CI yang harus disediakan, juga sirkulasi
udara di ruangan tersebut tidak berjalan dengan baik, dan pencahayaan yang tidak tertata
dengan baik, sehingga timbulnya ketidaknyamanan pada perawat saat melakukan tugas.

Sementara itu dari hasil observasi peralatan seperti kursi roda sebaiknya memiliki
tempat penyimpanan sehingga tidak hanya diletakan di depan toilet, juga tempat linen
kotor baiknya dipindahkan dari depan toilet dikarenakan kadang pasien atau keluarga
pasien membuang sampah pada tempat linen kotor meskipun telah diberikan tulisan
pengingat bahwa itu adalah tempat linen kotor.

G. Tugas Pokok Struktur Organisasi


A. Kepala Ruangan
1) Melaksanakan fungsi perencanaan:
a. Menyusun rencana kerja kepala ruang.
b. Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di
poliklinik.
c. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk diruang poliklinik, koordinasi dengan Kepala Bidang
Keperawatan.
d. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan-bahan
lain yang diperlukan di ruang rawat jalan (poliklinik).
2) Melaksanakan fungsi penggerak dan pelaksana meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat jalan (poliklinik).
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga di ruang rawat jalan
(poliklinik), sesuai kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku,
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru yang akan
bekerja di ruang rawat jalan (poliklinik).
d. Membimbing tenaga keperawatan/kebidanan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai kebutuhan / standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerjasama
dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan diruang rawat jalan
(poliklinik).
f. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga
lain yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
g. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan antara
lain melalui pertemuan ilmiah.
h. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
i. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inventarisasi peralatan.
j. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar. Hal
ini sangat penting untuk tindakan perawatan selanjutnya.
k. Menciptakan dan memlihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien
dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
l. Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara lingkungan kerja
m. Meneliti buku register dan berkas catatan medis.dan pengisian fomulir
sensus harian di ruang rawat jalan (poliklinik)
B. Ketua Tim
Tugas Pokok:
Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat Jalan
Uraian Tugas:
1) Membantu melaksanakan program orientasi kepada petugas baru meliputi
penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib dan fasilitas yang ada.
2) Melakukan pengkajian terhadap pasien baru
3) Melakukan bimbingan dan evaluasi kepada perawat anggota tim dalam
kepatuhan terhadap SPO keperawatan
4) Melakukan kompetensi dasar keperawatan
5) Melakukan kompetensi inti keperawatan PK I
6) Melakukan kompetensi inti keperawatan PK II
7) Melakukan kompetensi inti keperawatan PKIII
8) Melaksanakan pengkajian keperawatan dan kesehatan secara sistematis dan
komperhensif
9) Melakukan manajemen nyeri
10) Mengimplementasikan prosedur pengendalian infeksi
C. Perawat Pelaksana
Tugas Pokok
Melaksanakan pelayanan poliklinik di ruang rawat jalan berdasarkan SPO.
Uraian Tugas
1) Menyiapkan fasilitas poliklinik untuk memudahkan pasien dalam menerima
pelayanan dengan cara: kelancaran pelayanan serta Mengawasi kebersihan
lingkungan. Mengatur ruang poliklinik agar memudahkan dan memperlancar
pelayanan kepada pasien. Memeriksa persiapan peralatan yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan .
2) Mengkaji kebutuhan pasien dengan cara : Mengamati dengan cermat keadaan
pasien (tanda-tanda vital, kesadaran, keadaan mental,dan keluhan utama)
Melaksanakan anamnese sesuai batas kemampuannya meliputi alas an
kunjungan ke poliklinik, riwayat keluhan. Menyiapkan bahan pemeriksaan
laboratorium sesuai kebutuhan.
3) Melakukan tindakan darurat sesuai kebutuhan pasien khususnya pada kasus
darurat antara lain : demam tinggi.
4) Membantu pasien selama pemeriksaan dokter antara lain: Memberikan
penjelasan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan. Menyiapkan
pasien untuk tindakan pemeriksaan dengan cara: mengatur posisi pasien,
menciptakan rasa aman dan nyaman selama tindakan berlangsung.
5) Melaksanakan pengobatan sesuai program pengobatan yang ditentukan oleh
dokter.
H. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data kondisi fisik ruangan, intervensi
ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan yang telakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan Xaverius untuk mendapatkan data
tentang manajemen ruangan.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai mananjemen ruangan
4. Survey
Dilakukan dengan cara melihat langsung ke ruangan-ruangan yang ada di ruang
Xaverius
I. Hasil Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian di dapatkan hasil ruang perawat terlalu kecil di
tandai dengan tidak adanya ruang untuk CI dan ruang kepala ruangan masih terhubung
dengan ruang perawat, pencahayaan di ruang rawat masih kurang dan sirkulasi udara yang
tidak baik.
J. Identifikasi Masalah
Manajemen Ruangan : ruang perawat terlalu kecil ditandai dengan tidak adanya
ruang untuk CI dan ruang kepala ruangan masih terhubung dengan ruang perawat,
pencahayaan di ruang rawat masih kurang dan sirkulasi udara yang tidak baik.
K. Analisa SWOT Dan Fish Bone
Analisa SWOT
NO Pengumpulan Strengts Weaknesses Opportunities Threats
Data (Kekuatan/Kelebihan) (Kelemahan/Kekurangan) (Peluang/Keempatan (Ancaman)
)
1. M1-Man 1.Jenis ketenagaan : S1- 1.Masih kurangnya 1.Adanya perencanaan 1. adanya
(sumber Daya Ners 1 orang, D3 pelatihan untuk perawat di yang dibuat olehtuntutan tinggi
Manusia) Keperawatan 13 orang. ruang rawat Xaverius kepala ruangan untuk dari masyarakat
diajukan ke bagian untuk pelayanan
2. Pelatihan yang telah 2.Jumlah perawat yang diklat untuk pelatihanyang lebih
diikuti : sudah memiliki sertifikat bagi perawat. optimal dan
- CWCCA sebanyak 3 pelatihan : lebih
orang - CWCCA sebanyak 3 2. Rumah sakit professional
- BHD sebanyak 14 orang orang memberikan kebijakan
- BTCLS sebanyak 2 - BHD sebanyak 14 orang untuk pelatihan 2.Makin
orang - BTCLS sebanyak 2 orang tingginya
- ATCLS sebanyak 1 - ATCLS sebanyak 1 orang 3. Rumah sakit kesadaran
orang -Vaksinator sebanyak 1 menyediakan tempat masyarakat akan
-Vaksinator sebanyak 1 orang untuk pelatihan pentingnya
orang kesehatan
3. Jumlah perawat yang
dibutuhkan kurang dari
tingkat kebutuhan pasien.
2. M2-Material 1.Intervensi alat 1. ruang perawat terlalu Untuk meningkatkan 1.Adanya
(Sarana dan kesehatan dan kebutuhan kecil manajemen ruangan fasilitas RS yang
Prasarana) perawat sudah cukup lengkap menjadi
memadai dan dalam 2. Tidak ada ruang CI salah satu item
kondisi yang baik. persaingan
3. Ruang kepala ruangan antara RS
2.Perawat mengerti cara gabung dengan ruang
penggunaan peralatan perawat 2.Adanya
untuk merawat pasien. tuntutan yang
4.Sirkulasi udara yang tidak lebih tinggi dari
berjalan dengan baik di masyarakat
ruang perawat untuk
melengkapi
5.Pencahayaan yang kurang sarana dan
baik, sehingga membuat prasarana di RS
perawat merasa tidak
nyaman.

6.Peralatan untuk merawat


pasien masih kurang
lengkap.
3. M3-Method 1.Overan dilakukan 3 kali 1. Ada pasien penyakit 1.Adanya perawat 1. Adanya
(Metode) dalam sehari dalam yang ikut dirawat di yang sementara tuntutan akan
ruangan St.Xaverius, melanjutkan pelayanan yang
2.Masing-masing perawat sehingga menyebabkan pendidikan S1 professional
memiliki catatan harian kesulitan ketika ada dokter
yang merangkul isi dari penyakit dalam dan bedah 2.Hasil dari supervise 3.Adanya
overran yang datang visite diwaktu diberitahu kepada kesadaran pasien
bersamaan. perawat diruangan dan dan keluarga
3. Setelah selesai overran adanya keinginan akan
perawat melakukan 2.Ada perawat yang perawat untuk bertanggung
interaksi dengan pasien langsung memnerikan mengalami perubahan jawab dan
memastikan kondisi tanggapan ketika overran setelah disupervisi tanggung gugat
pasien sesuai dengan berlangsung sehingga
yang dioverkan atau waktu overan menjadi lebih
tidak. panjang.

4.Adanya lemari khusus


untuk menyimpan obat
dan di dan diletakkan
dalam kotak obat serta
dikelompokkan
berdasarkan kamar dan
bed pasien
4. M4-Machine 1.Perawat selalu bersikap 1.Masih sedikit tenaga Meningkakan 1.Adanya
(Mutu) rumah dan sopan saat keperawatan yang manajemen ruangan tuntutan yang
melayani pasien berlatarbelakang tinggi dari
pendidikan Sarjana/Ners masyarakat
2.Sebelum melakukan untuk pelayanan
tindakan keperawatan, 2.Kepala ruangan masih yang lebih
perawat selalu mengecek memiliki latar belakang profesional
kembali gelang pasien pendidikan D3 keperawatan
2.Adanya
3.Perawat selalu tuntutan dari
memperhatikan dan rumah sakit
menanggapi keluhan untuk setiap
yang dirasakan pasien tindakan
keperawatan
harus mengikuti
SOP yang telah
dibuat oleh
rumah sakit
5. M5-Money Adanya restribusi rumah Jasa insertif untuk Pengeluaran sebagian Adanya tuntutan
sakit dengan BPJS pelayanan dan jasa medik dibiayai oleh institusi yang lebih tinggi
yang diberika sama untuk dari masyarakat
semua perawat untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan lebih
professional
sehingga
membutuhkan
pendanaan yang
lebih besar
untuk mendanai
sarana tersebut.

POA
1. Masalah : Belum optimalnya Manajemen Ruangan di ruang St.Xaverius
Tujuan Indikatir Uraian Waktu Prosedur/Strateg PIC Sasaran Alat dan Metode
Keberhasilan Kegiatan i
Membuat Ruang perawat Berdiskusi 05 Juni Melakukan diskusi 1.Willy. Perawat - Leflet
ruangan yang dan ruang dengan 2021 dengan perawat Senduk yang - Diskusi
nyaman bagi rawat pasien perawat di mengenai bertugas di
perawat dan menjadi lebih ruangan kenyamanan 2.Ester Dalegi ruangan
pasien dengan luas tentang perawat dalam St.Xaveriu
mengubah tata kenyamanan melakukan 3.Novelia.Tora s
ruang menjadi Perawat di dalam pekerjaanya
lebih luas ruangan bekerja dengan tata letak
terlihat nyaman dengan tata yang ada di ruang
saat bekerja di letak perawat dan ruang
ruangan ruangan rawat pasien
perawat dan
ruang rawat
pasien yang
ada
Fish Bone

MAN
METHOD 1.Masih kurangnya pelatihan untuk perawat di
ruang rawat Xaverius
1. Ada pasien penyakit dalam yang ikut dirawat 2.Jumlah perawat yang sudah memiliki sertifikat
di ruangan St.Xaverius, sehingga menyebabkan pelatihan :
kesulitan ketika ada dokter penyakit dalam dan - CWCCA sebanyak 3 orang
bedah yang datang visite diwaktu bersamaan. - BHD sebanyak 14 orang
- BTCLS sebanyak 2 orang
2.Ada perawat yang langsung memnerikan - ATCLS sebanyak 1 orang
tanggapan ketika overran berlangsung sehingga -Vaksinator sebanyak 1 orang
waktu overan menjadi lebih panjang. 3. Jumlah perawat yang dibutuhkan kurang dari Manajemen Ruangan :
tingkat kebutuhan pasien
ruang perawat terlalu kecil
ditandai dengan tidak
adanya ruang untuk CI dan
ruang kepala ruangan masih
terhubung dengan ruang
perawat, pencahayaan di
ruang rawat masih kurang
dan sirkulasi udara yang
tidak baik.

MATERIAL
MUTU 1. ruang perawat terlalu kecil
2. Tidak ada ruang CI
1.Masih sedikit tenaga 3. Ruang kepala ruangan
MONEY
keperawatan yang gabung dengan ruang perawat
berlatarbelakang pendidikan Jasa insertif untuk pelayanan 4.Sirkulasi udara yang tidak
Sarjana/Ners dan jasa medik yang diberika berjalan dengan baik di ruang
perawat
sama untuk semua perawat
2.Kepala ruangan masih 5.Pencahayaan yang kurang
memiliki latar belakang baik, sehingga membuat
pendidikan D3 keperawatan perawat merasa tidak nyaman.
6.Peralatan untuk merawat
pasien masih kurang lengkap
L. Prioritas Masalah
Manajemen Ruangan : ruang perawat terlalu kecil ditandai dengan tidak adanya ruang
untuk CI dan ruang kepala ruangan masih terhubung dengan ruang perawat, pencahayaan
di ruang rawat masih kurang dan sirkulasi udara yang tidak baik.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Manajemen keperawatan adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki
dan diterapkan oleh perawat manajer (Nurse Manager) dalam menyediakan dan
mengelolah sumber daya keperawatan secara efektif dan efisien dengan bantuan staf
keperawatan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien pula (Laode Kamalia dkk, 2020).
2. Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan proses
sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga
memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan
Rumondang Panjaitan, 2011).
3. Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
4. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan diruangan St.Xaverius, prioritas
masalah yang diperoleh adalah belum optimalnya penggunaan metode Tim, Tidak
ada format pengkajian khusus untuk luka, Ruang perawat terlalu kecil.
5. Dengan adanya penyuluhan mengenai peran dan fungsi katim dan perawat pelaksana
maka metode tim digunakan dalam ruang rawat inap St.Xaverius dengan optimal.
6. Dengan adanya format pengkajian luka diruangan St.Xaverius maka membantu
perawat untuk mengetahui cara pengisian pengkajian luka dan melakukan pengkajian
luka dengan benar.
7. Ruang perawat menjadi lebih luas dan perawat diruangan terlihat nyaman saat bekerja
diruangan.

4.2 Saran
1. Institusi Pendidikan diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masukan
dalam penelitian kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan sebagai bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang
keperawatan khususnya untuk Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
2. Rumah Sakit diharapkan penggunaan metode tim, format pengkajian luka dan
penataan ruangan yang baik dapat menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit.
3. Perawat Diharapkan dengan adanya metode tim dapat membuat perawat bekerja lebih
optimal dan terstruktur dengan baik. Diharapkan juga dengan adanya format
pengkajian luka dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian luka dengan
baik.
4. Mahasiswa Setelah menyelesaikan praktikum Manajemen Keperawatan, diharapkan
mahasiswa sudah mampu melakukan pengumpulan data dengan metode 5 M (Man,
Material, Method, Money, dan Machine) serta mampu menerapkan proses
manajemen keperawatan (Planning, Organizing, Actuating, dan Controling). Serta
menjadi change agent dalam penerapan metode tim dan pengkajian luka yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media.

Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional


Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Ratna & Rumondang. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : Sagung
Seto.

Sitorus, Ratna. 2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan


Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai