Anda di halaman 1dari 18

MODUL PSIKOLOGI SOSIAL MENYIMPANG

(PSI316)

MODUL SESI 1
PENYIMPANGAN SOSIAL

DISUSUN OLEH
REGINA NAVIRA PRATIWI, S.PSI., M.SC

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

http://esaunggul.ac.id 0 / 18
Asal mula perilaku sosial menyimpang dan Kriminologi

Sebelum membahas mengenai topic dan mata kuliah penyimpangan sosial, ada baiknya kita
membahas secara meluas apa saja aspek-aspek yang dibahas dalam studi ini.
Pertama Perilaku sosial menyimpang ini bsa dikatakan sama dengan studi atau mata
kuliah Kriminologi berikut akan dijabarkan terlebih dahulu mengenai studi kriminologi
sebagai redaksi dari mata kuliah ini supaya anda sebagai pembelajar siap dalam memasuki
pembahasan mengenai mata kuliah yang diampu

Pada zaman abad pertengahan, Thomas Van Aquino (1226-1274) memberikan


pendapat tentang pengaruhnya kemiskinan atas kejahatan. Orang kaya demikian dinyatakan
yang hanya hidup untuk kesenangan dan memboroskan kekayaannya, jika pada suatu kali
jatuh miskin, mudah menjadi pencuri (de regime principum). Kemiskinan biasanya memberi
dorongan untuk mencuri (summa contra gentiles). Yang juga menjadi menarik perhatian ialah
pembelaan panjang lebar dari pada pendapatnya bahwa dalam keadaan yang sangat memaksa
orang boleh mencuri (summa theological).

Sepintas lalu pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Van Aquino tersebut
mendeskripsikan bahwa ada penyebab di luar kendali manusia sehingga cenderung
melakukan kejahatan. Dalam uraiannya Aquino meyakini kalau kemiskinan, atau dengan kata
lain keadaan ekonomilah yang dapat menjadi penyebab sehingga orang memilih untuk
melakukan kejahatan

Maka terkait dengan itu, secara sederhana pula sebenarnya dari penyebabnya orang
melakukan kejahatan, sehingga kriminologi dengan berbagai interdisplinernya meneliti
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan.

Lanjut dari pada itu, akhirnya seorang antropolog Perancis bernama Paul Topinard
(1830-1911) memberi nama kepada suatu cabang ilmu yang mempelajari soal kejahatan, yaitu
kriminologi. Secara etimologi kata ini terdiri dari dua cata, yaitu crimen (kejahatan) dan logos
(ilmu p engetahuan). Sehingganya, dapat ditarik kesimpulan kalau defenisi nominalis dari
kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan.

http://esaunggul.ac.id 1 / 18
Hanya saja kalau kita hendak berpatokan pada defenisi nominalis tersebut, pengertian
kriminologi belumlah terdeskripsikan secara jelas. Oleh sebab itu maka ada baiknya pula
meninjau defenisi kriminologi berdasarkan pandangan beberapa sarjana, seperti:

1. Bonger, kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala


kejahatan seluas-luasnya
2. Sutherland, criminology is the body of knowledge rearding crime as a social
phenomena
3. Donald Taft, the term criminology in its broadest sense is the study which includes all
the subject matter the necessary to the under standing and prevention of crime
together with the punishment or treatment of delinguent and criminals.its narrower
sense criminology is simply the study which attempte to explain crime to find out how
they get that way
4. Vrij, kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejahatan baik
sebagai gejala maupun sebagai faktor sebab akibat dari kejahatan itu sendiri
5. Paul Moedigdo, kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu yang
membahas kejahatan sebagai masalah manusia
6. Stephan Hurwits, for the purpose of research, the need is for the estabilishment of
institutes of criminology, whre collaboration between different expert psychiatrist,
psychologist, statician, lawyers, may be prepared and organize
7. Johnston, krimonologi adalah ilmu pengeetahuan yang mempergunakan metode
ilmiah dalam mempelajari dan menganalisis keteraturan, keseragaman pola-pola dan
faktor sebab musabab yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat
8. Frank E. Hagan, secara umum kriminologi didefenisikan sebagai ilmu atau disiplin
yan mempelajari kejahatan dan perilaku kriminal. Sedangkan secara khusus, bidang
kriminologi bersumber pada bentuk-bentuk perilaku kriminal, sebab-sebab kejahatan,
defenisi kriminalitas, dan reaksi masyarakat terhadap aksi kriminal, bidang-bidang
pengkajian terkait bisa meliputi kenakalan (deliquensi) remaja dan viktimologi (ilmu
tentang korban)
9. Soedarto mengatakan bahwa kriminologi merupakan disiplin faktual dan bukan
merupakan disiplin normatif meskipun memiliki hubungan istimewa dengan hukum,
khususnya hukum pidana. Kriminologi merupakan disiplin yang ideografis, artinya
menggambarkan kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat, dan selain itu
kriminologi juga merupakan disiplin ilmu yang nomothetis yang berusaha
memperoleh kenyataan-kenyataan (dalil) umum.

http://esaunggul.ac.id 2 / 18
Berdasarkan pendefenisian kriminologi yang telah dikemukakan di atas, maka pada poin
pendefnisian yang dikemukakan oleh Bonger masih kelihatan abstrak. Apakah yang
dimaksudkan oleh Bonger sebagai ilmu tentang kejahatan seluas-luasnya.

Ternyata Bonger memberi pengakuan kalau pada sesungguhnya kriminologi tidak lain
sebagai kumpulan dari banyak ilmu pengetahuan sehingga pada akhirnya menghasilkan studi
lapangan ilmu yang dinamakan kriminologi.

Bonger juga mengemukakan kalau kumpulan dari banyak ilmu yang terdiri dari antropologi
kriminal, sosiologi kriminal, psikologi kriminal, neouropatologi kriminal, penologi, hyghine
criminal dan kriminalistik hingga akhirnya memberikan catatan berdasarkan perspektifnya
masing-masing perihal penyebab utama yang menjadi hubungan kausal munculnya kejahatan.

http://esaunggul.ac.id 3 / 18
Penyimpangan sosial
Pengertian Penyimpangan Sosial Penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang,
sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan. Penyimpangan sosial dapat terjadi
dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau
kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan
kehidupan dalam masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata
lain penyimpangan (deviation)adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan diri (conformity)terhadap kehendak masyarakat. Definisi-definisi
penyimpangan social

:a. James W. Van Der Zanden:Penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

b. Robert M. Z. Lawang:Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang


menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha
dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku
menyimpang.

c. Lemert (1951):

Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk:

http://esaunggul.ac.id 4 / 18
1). Penyimpangan Primer (Primary Deviation)Penyimpangan yang dilakukan
seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan
ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih
dapat ditolerir oleh masyarakat.Contohnya: Menunggak iuran listrik dan telepon,
melanggar rambu-rambu lalu lintas dan ngebut di jalanan.

2). Penyimpangan Sekunder (secondary deviation)Penyimpangan yang berupa


perbuatan yang dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai perilaku
menyimpang. Pelaku didominasi oleh tindakan menyimpang

tersebut, karena merupakan tindakan pengulangan dari penyimpangan sebelumnya.


Penyimpangan ini tidak bisa ditolerir oleh masyarakat.Contohnya: Pemabuk,
pengguna obat-obatan terlarang, pemerkosa, pelacuran, pembunuh, perampok dan
penjudi.2. Faktor-faktor

Penyimpangan Sosiala. Menurut James W. Van Der ZandenFaktor-faktor


penyimpangan sosial adalah sebagai berikut:

1). Longgar/tidaknya nilai dan norma.Ukuran perilaku menyimpang bukan pada


ukuran baik buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan
ukuran longgar tidaknya norma dan nilaisosial suatu masyarakat. Norma dan nilai
sosial masyarakat yang satu berbeda dengan norma dan nilai sosial masyarakat yang
lain. Misalnya: kumpul kebo di Indonesia dianggap penyimpangan, di masyarakat
barat merupakan hal yang biasa dan wajar.

2). Sosialisasi yang tidak sempurna.Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi
yang tidak sempurna, sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Contoh: di
masyarakat seorang pemimpin idealnya bertindak sebagai panutan atau pedoman,
menjadi teladan namun kadangkala terjadi pemimpin justru memberi contoh yang
salah, seperti melakukan KKN. Karena masyarakat mentolerir tindakan tersebut maka
terjadilah tindak perilaku menyimpang.

3). Sosialisasi sub kebudayaan yang menyimpang.Perilaku menyimpang terjadi pada


masyarakat yang memiliki nilai-nilai sub kebudayaan yang menyimpang, yaitu suatu

http://esaunggul.ac.id 5 / 18
kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang
dominan/ pada umumnya. Contoh: Masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh,
masalah etika dan estetika kurang diperhatikan, karena umumnya mereka sibuk
dengan usaha memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (makan), sering cekcok,
mengeluarkan kata-kata kotor, buang sampah sembarangan dan sebagainya. Hal itu
oleh masyarakat umum dianggap perilaku menyimpang.

b. Menurut Casare LombrosoPerilaku menyimpang disebabkan oleh faktor-faktor:

1). BiologisMisalnya orang yang lahir sebagai pencopet atau pembangkang. Ia membuat
penjelasan mengenai “si penjahat yang sejak lahir”. Berdasarkan ciri-ciri tertentu orang
bisadiidentifikasi menjadi penjahat atau tidak. Ciri-ciri fisik tersebut antara lain: bentuk muka,
kedua alis yang menyambung menjadi satu dan sebagainya.

2). PsikologisMenjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan kepribadian


retak atau kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk melakukan penyimpangan. Dapat
juga karena pengalaman traumatis yang dialami seseorang.

3). SosiologisMenjelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang ada kaitannya dengan


sosialisasi yang kurang tepat. Individu tidak dapat menyerap norma-norma kultural
budayanya atau individu yang menyimpang harus belajar bagaimana melakukan
penyimpangan.3. Jenis-Jenis Penyimpangana. Penyimpangan Individual (Individual
Deviation)Penyimpangan individual merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh
seseorang yang berupa pelanggaran terhadap norma-norma suatu kebudayaan yang telah
mapan. Penyimpangan ini disebabkan oleh kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku yang
jahat/tindak kriminalitas. Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar
penyimpangannyadapat dibagi menjadi beberapa hal, antara lain:

1) Tidak patuh nasihat orang tua agar mengubah pendirian yang kurang
baik,penyimpangannya disebut pembandel.

2)Tidak taat kepada peringatan orang-orang yang berwenang di


lingkungannya,penyimpangannya disebut pembangkang.

http://esaunggul.ac.id 6 / 18
3)Melanggar norma-norma umum yang berlaku, penyimpangannya disebutpelanggar.

4) Mengabaikan norma-norma umum, menimbulkan rasa tidak aman/tertib,kerugianharta


benda atau jiwa di lingkungannya, penyimpangannya disebutperusuh atau penjahat.Kategori
Penyimpangan IndividualKategoritindak penyimpangan individual antara lainsebagai berikut

:1)Penyalahgunaan narkobaMerupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai, norma sosial


dan agama. Contoh pemakaian obat terlarang/narkoba antara lain:a)Narkotika (candu, ganja,
putau)

b) Psikotropika (ectassy, magadon, amphetamin)

c)Alkoholisme.

2)Proses sosialisasi yang tidak sempurna.Apabila seseorang dalam kehidupannya mengalami


sosialisasi yang tidak sempurna, maka akan muncul penyimpangan pada perilakunya.
Contohnya: seseorang menjadi pencuri karena terbentuk oleh lingkungannya yang banyak
melakukan tidak ketidakjujuran, pelanggaran, pencurian dan sebagainya.

3)Pelacuran

Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan menyerahkan diri kepada umum untuk
dapat melakukan perbuatan seksual dengan mendapatkan upah. Pelacuran lebih disebabkan
oleh tidak masaknya jiwa seseorang atau pola kepribadiannya yang tidak seimbang. Contoh:
seseorang menjadi pelacur karena mengalami masalah (ekonomi, dan
keluarga.)4)Penyimpangan seksualAdalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan
seseorang. Beberapajenis penyimpangan seksual:a)Lesbianisme dan
Homosexualb)Sodomic)Transvestitisme
d)Sadismee)Pedophiliaf)Perzinahang)Kumpul kebo

5)Tindak kejahatan/kriminalTindakan yang bertentangan dengan norma hukum, sosial dan


agama. Yang termasuk ke dalam tindak kriminal antara lain: pencurian, penipuan,
penganiayaan, pembunuhan, perampokan dan pemerkosaan.

http://esaunggul.ac.id 7 / 18
6)Gaya hidupPenyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum atau
biasanya. Penyimpangan ini antara lain:a) Sikap arogansiKesombongan terhadap sesuatu yang
dimilikinya seperti kepandaian, kekuasaan, kekayaan dsb.b) Sikap eksentrikPerbuatan yang
menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh, misalnya laki-laki beranting di telinga,
rambut gondrong dsb. b. Penyimpangan Kolektif(Group Deviation)Penyimpangan kolektif
yaitu: penyimpangan yang dilakukan secara bersama-sama atau secara berkelompok.
Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang beraksi secara bersama-sama
(kolektif). Mereka patuh pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan
dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan yang dilakukan kelompok, umumnya
sebagai akibat pengaruh pergaulan/teman. Kesatuan dan persatuan dalam kelompok dapat
memaksa seseorang ikut dalam kejahatan kelompok, supaya jangan disingkirkan dari
kelompoknya.Penyimpangan yang dilakukan secara kelompok/kolektif antara lain:a.
Kenakalan remajaRemaja memiliki keinginan membuktikan keberanian dalam melakukan
hal-hal yang dianggap bergengsi, sekelompok orang melakukan tindakan-tindakan
menyerempet bahaya, misalnya kebut-kebutandan membentuk geng-geng yang membuat
onar.b. Tawuran/perkelahian pelajarPerkelahian antar pelajar termasuk jenis kenakalan remaja
yang pada umumnya terjadi di kota-kota besar sebagai akibat kompleknya kehidupan di kota
besar. Demikian juga tawuran yang terjadi antar kelompok/etnis/warga yang akhir-akhir ini
sering muncul. Tujuan perkelahian bukan untuk mencapai nilai yang positif, melainkan
sekedar untuk balas dendam atau pamer kekuatan/unjuk kemampuan.

c. Penyimpangan kebudayaanKetidakmampuan menyerap norma-norma kebudayaan kedalam


kepribadian masing-masing individu dalam kelompok maka dapat terjadi pelanggaran
terhadap norma-norma budayanya. Contoh: tradisi yang mewajibkan mas kawin yang tinggi
dalam masyarakat tradisional banyak ditentang karena tidak lagi sesuai dengan tuntutan
zaman.4. Dampak Penyimpangan Sosiala.Dampak Penyimpangan Sosial Terhadap Diri
Sendiri/IndividuSeseorang yang melakukan tindak penyimpangan oleh masyarakat akan dicap
sebagai penyimpang (devian).Sebagai tolok ukur menyimpang atau tidaknya suatu perilaku
ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Setiap tindakan
yang bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat akan dianggap sebagai
penyimpangan dan harus ditolak. Akibat tidak diterimanya/ditolak perilaku individu yang
bertentangan dengan nilai dannorma masyarakat, maka berdampaklah bagi si individu
tersebut hal-hal sebagai berikut

http://esaunggul.ac.id 8 / 18
:1)TerkucilUmumnya dialami oleh pelaku penyimpangan individual, antara lain pelaku
penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual, tindak kejahatan/kriminal.
Pengucilankepada pelaku penyimpangan dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan supaya
pelaku penyimpangan menyadari kesalahannya dan tindak penyimpangannya tidak menulari
anggota masyarakat yang lain. Pengucilan dalam berbagai bidang, antara lain: hukum,
adat/budaya dan agama. Pengucilan secara hukum, melalui
penjara, kurungan, dsb. Pengucilan melalui agama, pada agama tertentu (contohnya: Katolik)
ada hak-hak tertentu yang tidak boleh diterima oleh si pelaku penyimpangan, misalnya tidak
boleh menerima sakramen tertentu bilamana seseorang melakukan tindakan penyimpangan
(berdosa).

2)Terganggunya perkembangan jiwaSecara umum pelaku penyimpangan sosial akan tertekan


secara psikologis karena ditolak oleh masyarakat. Baik penyimpangan ringan maupun
penyimpangan berat akan berdampak pada terganggunya perkembangan mental atau jiwanya,
terlebih-lebih pada penyimpangan yang memang diakibatkan dan yang mempunyai sasaran
pada jaringan otaknya, misalnya pada pelaku penyalahgunaan narkoba dan kelainan
seksual.3)Rasa bersalahSebagai manusia yang merupakan mahluk yang berakal budi,
mustahil seorang pelaku tindak penyimpangan tidak pernah merasa malu, merasa bersalah
bahkan merasa menyesal telah melanggar nilai-nilai dan norma masyarakatnya. Sekecil
apapun rasa bersalah itu pasti akan muncul karena tindak penyimpangan tersebut telah
merugikan orang lain, hilangnya harta benda bahkan nyawa.b. Dampak Penyimpangan Sosial
Terhadap Masyarakat/kelompokSeorang pelaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari
kawan yang sama untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya mendapatkan „teman‟.
Lama-kelamaan berkumpullah berbagai individu pelaku penyimpangan menjadi
penyimpangan kelompok, akhirnya bermuara kepada penentangan terhadap norma
masyarakat. Dampak yang ditimbulkan selain terhadap individu juga terhadap
kelompok/masyarakat.1) KriminalitasTindak kejahatan, tindak kekerasan seorang kadangkala
hasil penularan seorang individu lain, sehingga tindak kejahatan akan muncul berkelompok
dalam masyarakat. Contoh: seorang residivis dalam penjara akan mendapatkan kawan sesama
penjahat, sehingga sekeluarnya dari penjaraakan membentuk kelompok penjahat, sehingga
dalam masyarakat muncullah kriminalitas-kriminalitas baru.2) Terganggunya keseimbangan
sosial
Robert K. Merton mengemukakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku menyimpang itu
merupakan penyimpangan melalui struktur sosial. Karena masyarakat merupakan struktur

http://esaunggul.ac.id 9 / 18
sosial, maka tindak penyimpangan pasti akan berdampak terhadap masyarakat yang akan
mengganggu keseimbangan sosialnya.Contoh: pemberontakan, pecandu obat bius,
gelandangan, dan pemabuk.3)Pudarnya nilai dan normaPelaku penyimpangan jika tidak
mendapatkan sangsi yang tegas dan jelas, maka muncullah sikap apatis pada pelaksanaan
nilai-nilai dan norma dalam masyarakat. Sehingga nilai dan norma menjadi pudar
kewibawaannya untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Juga karena pengaruh
globalisasi di bidang informasi dan hiburan memudahkan masuknya pengaruh asing yang
tidak sesuai dengan budaya Indonesia mampu memudarkan nilai dan norma, karena tindak
penyimpangansebagai aksesnya. Contoh;pengaruh film-film luar yangmempertontonkan
tindak penyimpangan yang dianggap hal yang wajar disana, akan mampu menimbulkan orang
yang tidak percaya lagi pada nilai dan norma di Indonesia.5. Usaha Mengantisipasi dan
Mengatasi Penyimpangan Sosiala. Upaya-upaya Mengantisipasi Penyimpangan
SosialAntisipasi adalah usaha sadar yang berupa sikap, perilaku atau tindakan yang dilakukan
seseorang melaui langkah-langkah tertentu untuk menghadapi peristiwa yang kemungkinan
terjadi. Jadi sebelum tindak penyimpangan terjadi atau akan terjadi seseorang telah siap
dengan berbagai perisai untuk menghadapinya.Upaya mengantisipasi tersebut
melalui:1)Penanaman nilai dan norma yang kuatPenanaman nilai dan norma pada seseorang
individu melalui proses sosialisasi. Adapun tujuan proses sosialisasi antara lain sebagai
berikut:a) Pembentukan konsep dirib) Pengembangan keterampilanc) Pengendalian dirid)
Pelatihan komunikasi
e)Pembiasaan aturan.Melihat tujuan sosialisasi tersebut jelas ada penanaman nilai dan norma.
Apabila tujuan sosialisasi tersebut terpenuhi pada seseorang individu dengan ideal, niscaya
tindak penyimpangan tidak akan dilakukan oleh si individu tersebut.2)Pelaksanaan
PeraturanYang KonsistenSegala bentuk peraturan yang dikeluarkan pada hakekatnya adalah
usaha mencegah adanya tindak penyimpangan, sekaligus juga sebagai sarana/alat penindak
laku penyimpangan. Namun apabila peraturan-peraturan yang dikeluarkan tidak konsisten
justru akan dapat menimbulkan tindak penyimpangan. Apa yang dimaksud dengan konsisten?
Konsisten adalah: satu dan lainnya saling berhubungan dan tidak bertentangan atau apa yang
disebut dengan ajeg.3)Berkepribadian Kuat dan TeguhMenurut Theodore M.
Newcombkepribadian adalah kebiasaan, sikap-sikap dan lain-lain, sifat yang khas yang
dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.
Seseorang disebut berkepribadian, apabila seseorang tersebut siap memberi jawaban dan
tanggapan (positif) atas suatu keadaan. Apabila seseorang berkepribadian teguh ia akan
mempunyai sikap yang melatarbelakangi semua tindakannya. Dengan demikian ia akan

http://esaunggul.ac.id 10 /
18
mempunyai pola pikir, pola perilaku, pola interaksi yang sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku di masyarakatnya.b. Upaya-upaya Mengatasi Penyimpangan SosialSebelum kita
menemui penyimpangan sosial terjadi dalam masyarakat, secara pribadi individu hendaklah
sudah berupaya mengantisipasinya. Namun, apabila penyimpangan sosial terjadi juga, kita
masing-masing berusaha untuk mengatasinya.Langkah-langkah yang dapat lakukan.1)Sanksi
yang tegasSanksi adalahpersetujuan atau penolakan terhadap perilaku tertentu. Persetujuan
adalah sanksi positif, sedangkan penolakan adalah sanksi negatif yang mencakup pemulihan
keadaan, pemenuhan keadaan dan hukuman. Sanksi diperlukan untuk
menjamin tercapainya tujuan dan dipatuhinya norma-norma. Pada pelaku penyimpangan
sudah selayaknya mendapatkan sanksi yang tegasberupa hukuman yang tegas sesuai dengan
undang-undang yang berlaku demi pemulihan keadaan masyarakat untuk tertib dan teratur
kembali.2)Penyuluhan-penyuluhanMelalui jalur penyuluhan, penataran ataupun diskusi-
diskusi dapat disampaikan kepada masyarakat penyadaran kembali pelaksanaan nilai, norma
dan peraturan yang berlaku. Kepada pelaku penyimpangan sosial kesadaran kembali untuk
berlaku sesuai dengan nilai, norma dan peraturan yang berlaku yang telah dilanggarnya, harus
melalui penyuluhan secara terus menerus dan berkesinambungan. Terlebih-lebih pada pelaku
tindak kejahatan/ kriminal. Peran lembaga-lembaga agama, kepolisian, pengadilan, Lembaga
Permasyarakatan(LP) sangat diharapkan untuk mengadakan penyuluhan-penyuluhan
tersebut.3) Rehabilitasi sosialUntuk mengembalikan peranan dan status pelaku penyimpangan
ke dalam masyarakat kembali seperti keadaan sebelum penyimpangan terjadi, itulah yang
dimaksud dengan Rehabilitasi. Panti-panti rehabilitasi sosial sangat dibutuhkan untuk pelaku
penyimpangan tertentu, misalnya Panti Rehabilitasi Anak Nakal, Pecandu Narkoba, dan
Wanita Tuna Susila.c.Sikap Yang Cocok Dalam Menghadapi Penyimpangan Sosial1)Tidak
mudah terpengaruhJika seseorang mempunyai kepribadian yang kuat dan teguh niscaya kita
tidak mudah atau gampang terpengaruh pada hal-hal yang tidak baik atau menyimpang.
Seandainya setiap insan/individu masing-masing mempunyai kepribadian yang matang, maka
pengaruh buruk tidak akan bisa membuatnya berperilaku menyimpang, dunia ini akan damai,
tenang dan tentram.2) Berpikir positif (Positive Thinking) Segala sesuatu yang kita pikirkan
hendaknya mengenai hal-hal yang baik-baik saja (positif). Dengan berpikir positif maka kita
akan berperilaku dan berbuat hal yang positif pula.

Deviance
Penyimpangan mengacu pada perilaku yang melanggar norma sosial.
Deviance, dalam konteks sosiologis, menggambarkan tindakan atau perilaku yang melanggar

http://esaunggul.ac.id 11 /
18
norma sosial informal atau aturan yang diberlakukan secara formal. Di antara mereka yang
mempelajari norma-norma sosial dan hubungannya dengan penyimpangan adalah sosiolog,
psikolog, psikiater, dan kriminolog, semuanya menyelidiki bagaimana norma berubah dan
ditegakkan dari waktu ke waktu.
Deviance sering dibagi menjadi dua jenis aktivitas. Pertama, kejahatan, adalah pelanggaran
hukum yang resmi diberlakukan dan disebut sebagai penyimpangan formal. Contoh
penyimpangan formal termasuk perampokan, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, dan
penyerangan. Jenis perilaku menyimpang yang kedua adalah pelanggaran terhadap norma
sosial informal (norma yang belum diatur dalam undang-undang) dan disebut sebagai
penyimpangan informal. Contoh penyimpangan informal termasuk mengorek hidung
seseorang, bersendawa keras, atau berdiri tidak perlu dekat dengan orang lain.
Penyimpangan dapat sangat bervariasi antar budaya. Norma budaya bersifat relatif, yang
membuat perilaku menyimpang menjadi relatif pula. Misalnya, di Amerika Serikat, orang
Amerika umumnya tidak memberlakukan pembatasan berdasarkan waktu pada ucapan.
Namun, di Biara Gurun Kristus, aturan khusus yang mengatur menentukan kapan penduduk
dapat dan tidak dapat berbicara, dan pidato dilarang antara pukul 19:30 dan 04:00. Aturan-
aturan ini adalah salah satu contoh bagaimana norma bervariasi di berbagai budaya.
Penelitian sosiologis terkini tentang penyimpangan memiliki banyak bentuk. Misalnya, Dr.
Karen Halnon dari Pennsylvania State University mempelajari penyimpangan informal dan
berfokus pada apa yang disebutnya "liburan penyimpangan", di mana orang-orang dari status
sosial ekonomi tertentu secara sukarela memasuki strata sosial yang berbeda, seringkali lebih
rendah. Salah satu contoh melibatkan laki-laki kulit putih heteroseksual yang menjadi waria
di akhir pekan. Perilaku ini mewakili kemewahan, karena laki-laki kulit putih heteroseksual
mampu untuk melakukan peralihan sementara, mengetahui bahwa mereka mungkin kemudian
kembali ke kenyamanan status sosial ekonomi mereka yang berlaku. Contoh lain termasuk
pemain yang dapat mempengaruhi perilaku menyimpang untuk mendapatkan kredibilitas
dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan komersial.

Teori Ketegangan Sosial Merton: Diagram ini menggambarkan Teori Ketegangan Sosial
Robert K. Merton.
Norma dan Sanksi
Norma adalah aturan perilaku sosial, dan sanksi adalah bentuk hukuman terhadap pelanggaran
norma yang berbeda.
Tujuan Pembelajaran

http://esaunggul.ac.id 12 /
18
Norma adalah aturan sosial yang mengatur perilaku dalam suatu komunitas. Norma bisa
eksplisit (seperti hukum) atau implisit (seperti kode perilaku sopan). Norma bisa sulit untuk
diidentifikasi karena mereka ditanamkan begitu dalam dalam anggota masyarakat tertentu.
Norma dipelajari dengan tumbuh dalam budaya tertentu dan bisa sulit dipelajari jika
seseorang tidak tumbuh dalam lingkungan sosial yang sama.
Perbuatan yang melanggar suatu norma sosial disebut penyimpangan. Individu biasanya
memiliki waktu yang lebih mudah untuk mengidentifikasi pelanggaran norma daripada norma
itu sendiri. Misalnya, hanya sedikit orang Amerika yang berpikir untuk memberi tahu seorang
sosiolog bahwa adalah norma sosial untuk membukakan pintu bagi sesama pejalan kaki yang
memasuki gedung jika dalam jarak tertentu. Namun, seseorang mungkin berkomentar bahwa
orang lain tidak sopan karena dia tidak menahan pintu agar tetap terbuka. Mempelajari norma
dan mempelajari kesesatan merupakan upaya yang tidak dapat dipisahkan.
Seperti penyimpangan, norma selalu bergantung secara budaya. Untuk mempelajari norma-
norma dan penyimpangan, seseorang harus mengkontekstualisasikan tindakan tersebut, atau
mempertimbangkan tindakan tersebut dalam terang semua keadaan di sekitarnya. Misalnya,
seseorang tidak bisa hanya mengatakan bahwa tampil telanjang saat wawancara kerja adalah
pelanggaran norma sosial. Meskipun biasanya konvensi sosial untuk tampil dalam beberapa
cara (biasanya profesional) berpakaian saat wawancara kerja, kemungkinan besar tidak
demikian halnya dengan seseorang yang diwawancarai untuk menjadi model telanjang. Untuk
memahami norma, seseorang harus memahami konteksnya.
Pelanggaran norma sosial, atau penyimpangan, mengakibatkan sanksi sosial. Tingkat
pelanggaran yang berbeda menghasilkan tingkat sanksi yang berbeda pula. Ada tiga bentuk
utama sanksi sosial atas penyimpangan: 1) sanksi hukum, 2) stigmatisasi, dan 3) preferensi
terhadap satu perilaku di atas perilaku lainnya. Penyimpangan formal, atau pelanggaran kode
hukum, berakibat pada tindakan kriminal yang dilakukan oleh negara. Penyimpangan
informal, atau pelanggaran aturan perilaku sosial tidak tertulis, mengakibatkan sanksi sosial,
atau stigma. Tingkat pelanggaran sosial yang lebih rendah menghasilkan preferensi daripada
stigmatisasi. Meskipun masyarakat mungkin menganggap lebih baik untuk datang ke
sebagian besar wawancara kerja dengan mengenakan setelan jas daripada pakaian kasual,
Anda kemungkinan besar tidak akan keluar dari pencalonan untuk pekerjaan itu jika Anda
mengenakan celana khaki daripada jas. Namun, jika Anda tampil telanjang di sebagian besar
wawancara, kemungkinan besar Anda akan mendapatkan stigma atas perilaku Anda, karena
ini akan sangat menyimpang dari norma.
Kami mengatakan bahwa norma yang mengatur penggunaan pakaian profesional daripada

http://esaunggul.ac.id 13 /
18
pakaian kasual untuk wawancara kerja adalah cara yang biasa karena pelanggarannya
menghasilkan tingkat sanksi sosial yang lebih rendah — pengembangan preferensi daripada
stigmatisasi. Norma yang mengatur penggunaan pakaian untuk sebagian besar wawancara
kerja, daripada tampil telanjang, lebih karena pelanggarannya menghasilkan sanksi sosial
yang lebih serius.
Penyimpangan dan Stigma Sosial
Stigma sosial dalam penyimpangan adalah ketidaksetujuan seseorang karena tidak sesuai
dengan kebutuhan norma sosial yang diberikan dalam masyarakat.
Stigma sosial adalah ketidaksetujuan ekstrim seseorang berdasarkan karakteristik sosial yang
dianggap membedakan mereka dari anggota masyarakat lainnya. Stigma sosial begitu
mendalam sehingga mengalahkan umpan balik sosial yang positif tentang cara individu yang
sama berpegang pada norma sosial lainnya. Misalnya, Terry mungkin dicap karena dia
pincang. Stigma melekat pada Terry karena dia pincang, mengalahkan cara-cara di mana
Terry mungkin normatif sosial - mungkin dia seorang wanita kulit putih, Protestan, atau
heteroseksual dengan pincang. Pincang menandai Terry, terlepas dari sifatnya yang lain.
Stigma memainkan peran utama dalam teori sosiologis. Émile Durkheim, salah satu pendiri
ilmu sosial, mulai membahas tanda-tanda sosial dari penyimpangan pada akhir abad
kesembilan belas. Erving Goffman, seorang sosiolog Amerika, bertanggung jawab membawa
istilah dan teori stigma ke dalam lingkup teori sosial yang utama. Dalam karyanya, Goffman
memaparkan dasar-dasar stigma sebagai teori sosial, termasuk penafsirannya tentang “stigma”
sebagai alat untuk merusak identitas. Dengan ini, ia merujuk pada kemampuan ciri yang
distigmatisasi untuk "merusak" pengakuan kepatuhan individu terhadap norma sosial di aspek
lain diri. Goffman mengidentifikasi tiga jenis utama stigma: (1) stigma yang terkait dengan
penyakit mental; (2) stigma terkait dengan deformasi fisik; dan (3) stigma yang melekat pada
identifikasi dengan ras, etnis, agama, ideologi tertentu, dll.
Sementara Goffman bertanggung jawab atas teks-teks mani dalam teori stigma, stigmatisasi
masih menjadi tema populer dalam penelitian sosiologi kontemporer. Dalam Conceptualizing
Stigma (2001), sosiolog Jo Phelan dan Bruce Link menafsirkan stigma sebagai pertemuan
empat faktor berbeda: (1) diferensiasi dan pelabelan berbagai segmen masyarakat; (2)
mengaitkan pelabelan demografi sosial yang berbeda dengan prasangka tentang individu ini;
(3) pengembangan etika kita-versus-mereka; dan (4) merugikan orang-orang yang diberi label
dan ditempatkan dalam kategori "mereka".
Pada akhirnya, stigma adalah tentang kontrol sosial. Akibat wajarnya, stigma merupakan
fenomena sosial. Tanpa masyarakat, seseorang tidak bisa memiliki stigma. Untuk memiliki

http://esaunggul.ac.id 14 /
18
stigma, seseorang harus memiliki stigmatisasi dan seseorang yang mendapatkan stigma.
Dengan demikian, ini adalah hubungan yang dinamis dan sosial. Mengingat stigma muncul
dari hubungan sosial, teori ini menekankan, bukan pada keberadaan ciri-ciri yang
menyimpang, tetapi pada persepsi dan penandaan ciri-ciri tertentu sebagai menyimpang oleh
pihak kedua. Misalnya, ahli teori stigma tidak terlalu peduli tentang apakah Emily memiliki
diagnosis psikiatris, tetapi lebih pada bagaimana Sally memandang diagnosis kejiwaan Emily
dan, kemudian, memperlakukan Emily secara berbeda. Stigma bergantung pada individu lain
yang memahami dan mengetahui tentang sifat yang distigmatisasi. Karena stigma merupakan
hubungan sosial, maka stigma harus dijiwai dengan hubungan kekuasaan. Stigma bekerja
untuk mengontrol anggota populasi yang menyimpang dan mendorong kesesuaian.
Penyimpangan dan Teknologi
Kemajuan teknologi telah menghasilkan bentuk-bentuk penyimpangan baru serta bentuk-
bentuk kontrol yang baru.
Seiring teknologi telah membuka ruang baru untuk budaya siber, bentuk-bentuk baru
penyimpangan dan kontrol sosial telah muncul. Beberapa individu menggunakan teknologi
sebagai alat untuk menyimpang dari norma budaya tradisional. Misalnya, di Amerika Serikat,
karyawan di kantor didorong untuk tetap produktif dan efisien, sesedikit mungkin
membiarkan pikiran mereka mengembara di luar tugas. Dalam dekade terakhir, sebagian
besar perusahaan telah memasang akses internet berkecepatan tinggi sebagai sarana untuk
meningkatkan efisiensi. Namun, seringkali karyawan menggunakan kembali akses internet
untuk menghindari pekerjaan dengan menggunakan situs jejaring sosial. Penundaan dan
inefisiensi perusahaan yang berasal dari akses internet disebut “cyberloafing. ”
Selain bentuk-bentuk baru penyimpangan dalam adat istiadat budaya tradisional, bentuk-
bentuk penyimpangan baru telah muncul dalam budaya cyber. Teknologi baru menghasilkan
standar baru tentang cara terlibat dengannya. Perilaku karyawan yang menyimpang pada
akhirnya berdampak negatif terhadap produktivitas suatu organisasi secara keseluruhan.
Untuk alasan ini, semua perilaku ini dianggap sebagai penyimpangan produksi. Kasus
perilaku menyimpang yang lebih serius melibatkan penyimpangan properti. Penyimpangan
properti mengacu pada pekerja yang merusak properti majikan tanpa izin. Jenis
penyimpangan ini biasanya melibatkan pencurian tetapi mungkin termasuk sabotase,
kesalahan yang disengaja dalam pekerjaan, dan penyalahgunaan rekening pengeluaran.
Seperti halnya bentuk-bentuk penyimpangan baru yang muncul sebagai hasil dari kemajuan
teknologi, demikian pula cara-cara pengendalian yang baru populasi yang menyimpang.
Sebagai reaksi terhadap cyberloafing, perusahaan telah mengembangkan teknologi baru untuk

http://esaunggul.ac.id 15 /
18
memantau komputer karyawan dan membatasi jaringan sosial selama hari kerja. Metode ini
termasuk menginstal server proxy untuk mencegah program mengakses sumber daya seperti
Internet Relay Chat, AOL Instant Messenger, atau layanan perjudian online. Praktik lain
termasuk tindakan disipliner yang ketat bagi karyawan yang ditemukan mengalami
cyberloafing, dan tindakan wortel-dan-tongkat, seperti menyediakan akses Internet gratis atau
bersubsidi untuk karyawan di luar jam kerja. Teknologi digunakan dalam kepolisian untuk
memantau penyimpangan formal dan mendorong kepatuhan terhadap hukum dan norma
sosial.

http://esaunggul.ac.id 16 /
18
Daftar Pustaka

- Sadli Saparinah. 1976. Persepsi Sosial mengenai perilaku menyimpang. Mutiara Offset:
Salemba, Jakarta Selatan

- Social and Personality development six edition David. R. Shaffer

http://esaunggul.ac.id 17 /
18

Anda mungkin juga menyukai