Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

“OVEREKTOMI“

Tugas ini disusun sebagai salah satu bentuk penugasan dalam Praktek Klinik
Keperawatan 3 di Ruang OK RSUD SUDONO MADIUN.

Dosen Pembimbing:

RIKA MAYA SARI, S.Kep.Ns.,M.Kes,

Disusun Oleh :

DEVITA PUTRI HAYU NANDANI

NIM. 17613000

PRODI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Oleh : DEVITA PUTRI HAYU NANDANI

Judul : OVEREKTOMI

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktek Klinik Keperawatan III


Mahasiswa D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Pada tanggal 7 Juli 2020

Ponorogo, 2020

Penyusun

Devita Putri Hayu Nandani

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

( ) ( )

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi

pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini di bungkus

oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari lapisan

terluar dari ovarium (Agusfarly)

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal

pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara

fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal

dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2015).

B. Etiologi

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang

nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa kista

ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak di

temukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pembentukan folikel

ovarium yang tidak terkontrol folikel adalah suatu rongga cairan yang

normal terdapat ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel

telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepas sel telur.

Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga

menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista. Cairan

yang mengisi kista sebagaian besar berupa darah yang keluar akibat dari

perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa

kasus, kista dapat pula di idi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut

dan gigi. Kista ini di sebut dengan kista demoid.


C. Tanda dan Gejala

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau

hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang

berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian

penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin

gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang

panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.

Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau

perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.

Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium

1. Perut terasa penuh, berat, kembung

2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)

3. Haid tidak teratur

4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke

punggung bawah dan paha.

5. Nyeri sanggama

6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat

hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan

kesehatan segera:

1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba

2. Nyeri bersamaan dengan demam

3. Rasa ingin muntah

D. Klasifikasi/ Stadium

1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon

esterogen dan progresterone diantaranya adalah:

a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan

epitelium yang berkurang di dalam korteks.

b. Kista fungsional

1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi

ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan

folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita

yang menarche kurang dari 12 tahun.

2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi

progesterone setelah ovulasi.

3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG

terdapat pada mola hidatidosa.

4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH

yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.


2. Kista neoplasma

a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum

yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam

kista.

b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin

berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen

mengalahkan elemen yang lain.

c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium

(Germinal ovarium).

d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada

hubungannya dengan endometroid.

e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses

patogenesis

E. Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil

yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan

dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel

yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang

memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak

terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan

pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum

mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama

kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista

fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang

kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi

oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple

dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap

gonadotropin yang berlebih.

Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan

choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan

diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein.

Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan

gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat

menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan

pemberian HCG.

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan

tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.

Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan

ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan

(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang

serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.

Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis

ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari

germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi

elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan

mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada

sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan

multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.

F. Penatalaksanaan: Medik dan Prinsip Keperawatan

a. Medis

Pengobatan kista ovari yang besar biasanya adalah pengangkatan

melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan

tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat,

kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium

dan menghilangkan kista.

b. Prinsip Keperawatan

Pada prinsipnya yang harus dilakukan perawat adalah tindakan

keperawatan seperti melakukan asuhan keperawatan yang holistik dan

sesuai dengan prioritas masalah klien. Untuk kasus seperti ini, yang

dilakukan perawat adalah melakukan pengamatan terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi pada klien.

Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan

perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intra abdomen

yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya

mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat

dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

G. Pemeriksaan penunjang/tambahan
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas

indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarii antara

lain :

1) Laparaskopi : Menentukan asal dan sifattumor, apakah tumor tersebut

berasal dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk

jinak atau ganas.

2) Ultrasonografi (USG) :Menentukanletak, batas, dan permukaan tumor

melalui abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus,

atau kandung kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.

3) Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada

terdapat cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor.

4) Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125adalah

suatu protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya

pada kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai

respon terhadap keganasan.

G. Komplikasi Kista Ovarium

Menurut Yatim (2010), komplikasi –komplikasi yang dapat terjadi pada

kista ovarium adalah:

1. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan

sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan

menimbulkan kondisi kurang darah (anemia).


2. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5

cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis.

3. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula

sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih

sering pada waktu persetubuhan.

4. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri)

5. .Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air

besar (konstipasi).

I. Pathway
KONSEP KEPERAWATAN

A. Data Fokus

1. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab

2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri

pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi

yang tidak berhenti-henti.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien adalah

nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah

perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.

b. Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.

c. Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit

menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh

terhadap timbulnya kista ovarium.

e. Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan

persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya

suatu kista  ovarium.

f. Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-kadang

terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.

4. Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas

bawah secara sistematis.

1) Kepala

a. Hygiene rambut

b. Keadaan rambut

2) Mata

a. Sklera: ikterik/tidak

b. Konjungtiva: anemis/tidak

c. Mata: simetris/tidak

3) Leher

a. Ada tidaknya kelenjer tyroid

b. Ada tidaknya nyeri pada vena jugolaris.

4) Dada

a. Pergerakan dinding dada apakah sama kanan dan kiri

b. Bunyi napas, (ronkhi, wezing,)

5) Abdomen
a. Biasanya pada pasien kista ovarium terdapat nyeri tekan pada

abdomen

b. Biasanya pada pasien ini Teraba massa pada abdomen.

6) Ekstremitas

a. Biasanya pada pasien kista ovarium pakan mengalami nyeri panggul

saat beraktivitas.

b. Tidak ada kelemahan.

7) Eliminasi, urinasi

a. Biasanya pada pasien yang mengalami kista ovarium terdapat

Adanya konstipasi pada pasien dan susah buang air kecil

5. Pola kebiasaan Sehari-hari

Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam

aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri

B. Diagnosa Keperawatan
1. Preoperasi

a. Nyeri b/d ageninjuri biologi

b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan

c. PK: perdarahan

2. Post operasi

a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik


b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan

c. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

Intervensi Pre Operasi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

1 Nyeri akut SLKI SIKI

Definisi : Pengalaman Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I. 08238)


sensorik atau emosional yang intervensi keperawatan
berkaitan dengan kerusakan selama.............,maka 1. Observasi
a. Lokasi, karakteristik,
jaringan aktual atau Tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi,
fungsional, dengan onset (L.08066) dengan kualitas, intensitas nyeri
mendadak atau lambat dan Kriteria Hasil : b. Identifikasi skala nyeri
berintensitas ringan hingga c. Identifikasi respon nyeri
berat yang berlangsung 1. Melaporkan nyeri non verbal
terkontrol meningkat d. Identifikasi faktor yang
kurang dari 3 bulan. 2. Kemampuan memperberat dan
mengenali onset memperingan nyeri
nyeri meningkat e. Identifikasi pengetahuan
Batasan Karakteristik: 3. Kemampuan dan keyakinan tentang
mengenali penyebab nyeri
1. Tekanan darah meningkat nyeri meningkat f. Identifikasi pengaruh
2. Pola nafas berubah 4. Dukungan orang budaya terhadap respon
3. Nafsu makan berubah terdekat meningkat nyeri
4. Sulit tidur 5. Keluhan nyeri g. Identifikasi pengaruh
Penyebab : menurun nyeri pada kualitas hidup
6. Penggunaan h. Monitor keberhasilan
1. Agen pencedera fisiologis analgesic menurun terapi komplementer
(mis. Inflamasi, iskemia, yang sudah diberikan
neoplasma) i. Monitor efek samping
2. Agen pencedra kimiawi penggunaan analgetik
(mis. Terbakar, bahan 2. Terapeutik
kimia iritan) a. Berikan teknik
3. Agen pencidra fisik (mis. nonfarmakologis untuk
Abses, trauma, amputasi, mengurangi rasa nyeri
terbakar, terpotong, (mis. TENS, hypnosis,
mengangkat akupresur, terapi musik,
berat,prosedur biofeedback, terapi pijat,
operasi,trauma, latihan aroma terapi, teknik
fisik berlebihan imajinasi terbimbing,
Kondisi klinis terkait: kompres hangat/dingin,
1. Kondisi pembedahan terapi bermain)
2. Cedera traumatis b. Control lingkungan yang
3. Infeksi memperberat rasa nyeri
4. Sindrom koroner akut (mis. Suhu ruangan,
5. Glaukoma pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

A. REDUKSI ANXIETAS
(I.09314)
Ansietas 1. Observasi

DEFINISI a. Identifikasi saat tingkat


Kondisi emosi dan anxietas berubah (mis.
Kondisi, waktu, stressor)
pengalaman subyektif b. Identifikasi kemampuan
2 mengambil keputusan
individu terhadap objek yang
c. Monitor tanda anxietas
tidak jelas dan spesifik akibat (verbal dan non verbal)
antisipasi bahaya yang
2. Terapeutik
memungkinkan individu
a. Ciptakan suasana 
melakukan tindakan untuk
terapeutik untuk
menghadapi ancaman. menumbuhkan
kepercayaan
b. Temani pasien untuk
Penyebab mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan
1. risis situasiona
c. Pahami situasi yang
2. Kebutuhan tidak
membuat anxietas
terpenuhi
d. Dengarkan dengan penuh
3. Krisis maturasional
perhatian
4. Ancaman terhadap
e. Gunakan pedekatan yang
konsep diri
tenang dan meyakinkan
5. Ancaman terhadap
f. Motivasi
kematian
mengidentifikasi situasi
6. Kekhawatiran mengalami
yang memicu kecemasan
kegagalan
g. Diskusikan perencanaan 
7. Disfungsi sistem keluarga
realistis tentang peristiwa
8. Hubungan orang tua-anak
yang akan datang
tidak memuaskan
9. Faktor keturunan
3. Edukasi
(temperamen mudah
teragitasi sejak lahir)
a. Jelaskan prosedur,
10. Penyalahgunaan zat
termasuk sensasi yang
11. Terpapar bahaya OUTCOME
mungkin dialami
lingkungan (mis. toksin, Tingkat Ansietas
b. Informasikan secara
polutan, dan lain-lain) menurun
factual mengenai
12. Kurang terpapar
diagnosis, pengobatan,
informasi
dan prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk
Gejala dan tanda mayor tetap bersama pasien,
jika perlu
Subjektif
d. Anjurkan melakukan
 Merasa bingung kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
 Merasa khawatir kebutuhan
dengan akibat dari e. Anjurkan
mengungkapkan
kondisi yang dihadapi perasaan dan persepsi
 Sulit berkomunikasi\ f. Latih kegiatan
pengalihan, untuk
Objektif mengurangi ketegangan
g. Latih penggunaan
 Tampak gelisah mekanisme pertahanan
diri yang tepat
 Tampak tegang h. Latih teknik relaksasi
 Sulit tidur
4. Kolaborasi
Gejala dan tanda minor
a. Kolaborasi pemberian
Subjektif obat anti anxietas, jika
perlu
 Mengeluh pusing
B. TERAPI RELAKSASI
 Anoreksia
1. Observasi
 Palpitasi
a. Identifikasi
 Merasa tidak berdaya penurunan tingkat
energy,
Objektif ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
 Frekuensi nafas gejala lain yang
menganggu kemampuan
meningkat
kognitif
 Frekuensi nadi b. Identifikasi
teknik relaksasi yang
meningkat
pernah efektif digunakan
 Diaforesis c. Identifikasi
kesediaan, kemampuan,
 Tremor dan penggunaan teknik
 Muka tampak pucat sebelumnya
d. Periksa
 Suara bergetar ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
 Kontak mata buruk
darah, dan suhu sebelum
 Sering berkemih dan sesudah latihan
e. Monitor respons
 Berorientasi pada masa terhadap terapi relaksasi
lalu 2. Terapeutik
a. Ciptakan
lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
b. Berikan informasi
tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik
relaksasi
c. Gunakan pakaian
longgar
d. Gunakan nada
suara lembut dengan
irama lambat dan
berirama
e. Gunakan
relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis, relaksasi yang
tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
b. Jelaskan secara
rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
c. Anjurkan
mengambil psosisi
nyaman
d. Anjurkan rileks
dan merasakan sensasi
relaksasi
e. Anjurkan sering
mengulang atau melatih
teknik yang dipilih’
f. Demonstrasikan
dan latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam,
pereganganm atau
imajinasi terbimbing )
Intervensi Post Op

Diagnosa : Nyeri akut OUTCOME A. MANAJEMEN NYERI


b/d agens cidera fisik
TINGKAT (I. 08238)
Definisi: NYERI
MENURUN 1. Observasi
Pengalaman sensorik
(L.08066) o lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
atau emosional yang
berkaitan dengan kualitas, intensitas nyeri
kerusakan jaringan (L.08066) dengan o Identifikasi skala nyeri
aktual atau fungsional, Kriteria Hasil : o Identifikasi respon nyeri non verbal
dengan onset mendadak 1. Melaporkan o Identifikasi faktor yang memperberat dan
atau lambat dan memperingan nyeri
nyeri o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
berintensitas ringan terkontrol
hingga berat yang tentang nyeri
meningkat
berlangsung kurang dari 2. Kemampuan o Identifikasi pengaruh budaya terhadap
3 bulan. respon nyeri
mengenali
o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
onset nyeri
PENYEBAB hidup
meningkat
o Monitor keberhasilan terapi komplementer
3. Kemampuan
1. Agen pencedera mengenali yang sudah diberikan
fisiologis (mis. o Monitor efek samping penggunaan
penyebab
Inflamasi, iskemia, nyeri analgetik
neoplasma) meningkat 2. Terapeutik
2. Agen pencedra 4. Dukungan o Berikan teknik nonfarmakologis untuk
kimiawi (mis. orang terdekat mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Terbakar, bahan meningkat hypnosis, akupresur, terapi musik,
kimia iritan) 5. Keluhan nyeri biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
3. Agen pencidra fisik menurun teknik imajinasi terbimbing, kompres
(mis. Abses, trauma, 6. Penggunaan hangat/dingin, terapi bermain)
amputasi, terbakar, analgesic o Control lingkungan yang
terpotong, menurun memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
mengangkat pencahayaan, kebisingan)
berat,prosedur o Fasilitasi istirahat dan tidur
operasi,trauma, o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
latihan fisik dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
berlebihan 3. Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

SIKI

 PENCEGAHAN INFEKSI (I.14539)

1. Observasi

 Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat


alergi
Resiko infeksi  Identifikasi kontraindikasi pemberian
Definisi : imunisasi
Berisiko mengalami SLKI  Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke
peningkatan terserang pelayanan kesehatan
Setelah dilakukan
organisme patogenik
intervensi 2. Terapeutik
Faktor resiko : keperawatan
selama.............,m
 Berikan suntikan pada pada bayi dibagian
1. Penyakit Kronis aka tingkat paha anterolateral
2. Efek prosedur infeksi menurun
 Dokumentasikan informasi vaksinasi
Infasif (l. 14137) dengan
 Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang
3. Malnutrisi Kriteria Hasil :
tepat
1. Klien bebas dari
Peningkatan paparan tanda dan gejala 3. Edukasi
organisme patogen infeksi
2. Mendeskripsika  Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi,
4. lingkungn n proses jadwal dan efek samping
5. Ketidakadekuata penularan  Informasikan imunisasi yang di wajibkan
n pertahanan penyakit, factor  Informasikan imunisasi yang melindungi
tubuh perifer : yang terhadap penyakit namun saat ini tidak di
mempengaruhi wajibkan pemerintah
o Gangguan peristltik penularan serta  Informasikan vaksinasi untuk kejadian kusus
o Kerusakan integritas penatalaksanaan  Informasikan tentang penundaan pemerian
kulit ya imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
o Perubahan sekresi PH 3. Menunjukkan imunisasi kembali
o Penurunan kerja kemampuan  Informasikan penyediaan layanan pekan
siliaris untuk mencegah imunisasi nasional yang menyediakan vaksin
o Ketuban pecah lama timbulnya gratis
o Ketuban infeksi
pecah sebelum 4. Jumlah leukosit
waktunya dalam batas
o Meroko normal
k 5. Menunjukkan
o Statis perilaku hidup
cairan tubuh sehat

6. Ketidakadekuatan
pertahan tubuh

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC.
Lowdermil, Perta. 2015. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapus.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2012). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America: Mosby.

Meidian, JM. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Winknjosastro, Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai