Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FAKTOR PENGARUH PENDAPATAN

BANK BERDASARKAN INTEREST INCOME DAN


FEE BASED INCOME (STUDI PADA BANK PERSERO
2005-2014)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Firdha Aksari Anindyntha


125020100111031

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

1
2
ANALISIS FAKTOR PENGARUH PENDAPATAN BANK
BERDASARKAN INTEREST INCOME DAN FEE BASED INCOME
(STUDI PADA BANK PERSERO 2005-2014)

Firdha Aksari Anindyntha


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: firdhaaksari@gmail.com

ABSTRACT

Bank as financial institutions perform traditional and non traditional activities. Traditional
activities related to the intermediation function of banks collecting and releasing funds to people
who earn income in the form of interest. While non-traditional ktivitas may include the provision of
other financial services are getting returns in the form of fee-commonly referred to as non-interest
income (fee-based income). Banks earned income of banks is essential to ensure the sustainability
and the health of banks. Thus, this study wanted to know the factors that affect interest income and
fee-based income. This study uses panel data regression and model chosen is the Fixed Effects
Model (FEM). Variable LDR, deposits, and net income positive significant effect on the interest
income. The only variable that was not significant NPL against interest income. Further to the
variable equity and net income has a significant positive effect on fee-based income. While e-
banking variables have a significant influence in a negative direction and variable assets no
significant effect on fee-based income.

Kata kunci: Interest Income, Fee Based Income, LDR, NPL, DPK, Asset, Equity, Net Income, E-
banking

A. PENDAHULUAN
Perbankan merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting terhadap perekonomian.
Peranan tersebut terkait degan fungsinya sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediary), yakni menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan
menyalurkan dana pada pihak yang kekurangan dana (deficit unit), dimana ini merupakan aktivitas
utama dari perbankan. Selain itu menurut UU RI no 10 tahun 1998, bank juga diperbolehkan
menyediakan jasa keuangan lainnya. Segala aktivitas yang dilakukan oleh bank tersebut tentunya
sebagai upaya untuk memperoleh laba atau keuntungan. Laba diperoleh ketika jumlah pendapatan
yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan. Sumber pendapatan bank adalah
pendapatan bunga (interest income) yang juga merupakan pendapatan terbesar pada perbankan dan
pendapatan non bunga (fee based income) yang diperoleh dari penyelenggaran kegiatan berupa
pemberian jasa-jasa keuangan lainnya dan pendapatan non operasional lainnya.
Sejak terjadi krisis moneter tahun 1998 di Indonesia, kondisi perekonomian dan perbankan di
Indonesia sedikit terguncang. Banyak bank yang mengalami kegagalan atau lumpuh karena kasus
kredit macet dan bank tidak dapat hanya mengandalkan pada Bank Sentral atau pemerintah untuk
membantu mengatasinya. Dari sini diperlukan usaha dan inovasi dari setiap bank agar dapat bertahan
di tengah krisis, serta memperoleh pendapatan tambahan diluar kredit melalui penawaran layanan
produk dan jasa keuangan pada masyarakat yang menajadi nasabah bank tersebut. Menurut
penelitian dari Uppal (2010), pendapatan non bunga (fee based income) merupakan sumber penting
sebagai stabilitas pendapatan bank karena pendapatan bunga persentase kenaikannya akan menurun
seiring dengan meningkatnya persaingan perbankan. Nyatanya hasil penelitian tersebut terbukti di
Indonesia bahwa setiap tahunnya sejak 2005-2014, secara nominal pendapatan bank umum di
Indonesia mengalami peningkatan baik dari sisi pendapatan bunga ataupun non bunga. Pendapatan
bank sendiri merupakan hal penting yang patut diperhatikan karena pendapatan bank memiliki
beberapa fungsi, seperti menjamin keberlangsungan aktivitas bank, menjadi tolak ukur kesehatan
dan manajemen bank, serta yang paling penting menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank
tersebut (Hasibuan, 2008).
Obyek dalam penelitian ini menggunakan studi pada Bank Persero karena selama periode waktu
penelitihan, Bank Persero adalah bank yang memiliki perolehan pendapatan terbesar dibandingkan

3
bank umum jenis lainnya. Hal tersebut didukung dengan market share laba dari Bank Persero
sebesar 45% dan market share kredit sebesar 36% (Statistik Perbankan Indonesia). Semakin tinggi
laba yang diperoleh Bank Persero, tentunya proporsi pendapatannya pun lebih besar disbanding
yang lain karena laba diperoleh dari selisih antara pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh bank.
Kondisi saat ini adalah persaingan perbankan semakin ketat dan tak mudah bagi perbankan dan tidak
mudah memperoleh nasabah yang dengan mudah mau meminjam uang dalam bentuk kredit pada
bank. Ditambah sejak Juni 2013, BI Rate Bank Indonesia cenderung kontraktif, yakni terus
mengalami peningkatan dari angka 5,75% menjadi 6%. Bahkan sampai akhir tahun 2014, BI Rate
mencapi 7,75% (Data BI Rate, Bank Indonesia). Jika BI Rate kontraktif, maka perbankan pun akan
mengerem kreditnya. Dengan demikian, bank tidak bisa hanya mengandalkan interest income saja
karena pendapatan dan laba yang diperoleh nantinya akan menurun.
Seiring berkembangnya teknologi dan menghadapi fenomena persaingan perbankan yang kian
meningkat sehingga membuat pertumbuhan kredit semakin menurun, maka dunia perbankan
memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan fee based sebagai sumber pendapatan.
Pihak bank mulai menciptakan sistem perbankan yang semakin canggih dengan didukung oleh
penggunaan komputer, software pendukung, dan internet untuk menciptakan produk internet
banking atau layanan perbankan bebasis internet supaya memudahkan nasabahnya dalam
menggunakan jasa keuangan. Selain itu, produk kartu plastik, seperti ATM, kartu debet, kartu kredit,
uang elektronik, dan lain-lain yang semakin pesat perkembangannya. Nantinya dari sini diharapkan
bank mendapat fee atas layanan jasa yang disediakan. Bank Persero merupakan salah satu bank yang
gencar melakukan meningkatkan pendapatan dari sumber pendapatan non bunga karena ingin dapat
mencapai keuntungan yang ditargetkan. Hal ini dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa
dalam lima tahun terakhir ini, perolehan pendapatan non bunga proporsinya mengalami peningkatan
jika dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya dari pendapatan bunga bank pada Bank Persero di
Indonesia, dimana proporsi peningkatannya lebih besar dibandingkan bank umum jenis lainnya.
Pada periode sepuluh tahun sebelumnya, besarnya fee based income hanya 15% dari total
pendapatan bank. Dalam kurun waktu lima tahun mendatang, perolehan fee based income
mengalami peningkatan menjadi 26% dan intereset income justru mengalami penurunan dari 85%
ke 74% (Statistik Perbakan Indonesia). Fenomena inilah yang membuat peneliti tertarik untuk
menellti lebih lanjut variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan bank baik dari sisi pendapatan
bunga maupun non bunga karena pendapatan bunga yang sebelumnya selalu tinggi, kini perlahan
mulai tergeser dengan pendapatan fee based. Nantinya diharapkan variabel-variabel yang memiliki
pengaruh terhadap pendapatan dapat dijadikan acuan Bank Persero supaya total pendapatannya
meningkat.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut UU RI no 10 tahun 1998 yang dimaksut bank adalah “badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
(Kasmir, 2012).
Pengertian bank menurut Hasibuan (2008) adalah lembaga keuangan atau badan usaha yang
sumber utama kekayaannya berbentuk aset keuangan serta motif utamanya untuk memperoleh
keuntungan (profit oriented) dan juga sosial utuk membantu masyarakat dan kemajuan
perekonomian negara. Sedangkan keberadaan bank dalam suatu negara utamanya memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Pengumpul dana dari surplus spending unit dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada
deficit spending unit.
2. Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat.
3. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan Letter of Credit.
4. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garanssi.
5. Pelaksana lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis, dan ekonomis.

Bank memiliki dua jenis aktivitas, yakni aktivitas tradisional dan non tradisional. Aktivitas
tradisional terkait dengan fungsi intermediasinya, yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan deposito, giro, dan tabungan serta menyalurkan dalam bentuk kredit. Selain
menjalankan fungsi utama sebagai financial intermediary, bank umum memiliki beberapa fungsi
pokok, antara lain (Siamat, 1995):

4
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi.
2. Menciptakan uang melalui penyaluran kredit dan investasi.
3. Menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana dan trust atau perwalian amanat kepada individu dan
perusahaan.
4. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.
5. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga.
6. Menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya.

Sedangkan untuk aktivitas non tradisional biasanya berupa layanan jasa keuangan yang
mendatangkan pendapatan di luar bunga (fee based income). Adanya aktivitas ini merupakan strategi
bank supaya pendapatan dan profitabilitas yang diperoleh tidak mengalami penurunan. Selain itu,
perkembangan teknologi juga mendukung meningkatnya ketersediaan aktivitas non tradisional.
Menurut Kasmir (2012), terdapat beberapa jasa-jasa bank lainnya yang merupakan aktivitas non
tradisional antara lain: (1) Kiriman Uang (Transfer); (2) Kliring (Clearing); (3) Inkaso (Collection);
(4) Safe Deposit Box (SBD); (5) Bank Card (Kartu Kredit), (6) Bank Notes; (7) Travellers Cheque;
(8) Letter of Credit (L/C); (9) Bank Garansi dan Referensi Bank; (10) Jasa di Pasar Modal; (11)
Menerima Setoram; dan (12) Melakukan Pembayaran.
Pendapatan menurut Niswonger (2006), “kenaikan kotor (gross) dalam modal pemilik yang
dihasilkan dari penjualan barang dagang, pelaksanaan jasa pada klien, menyewakan harta,
peminjaman uang, dan semua kegiatan usaha yang bertujuan untuk memperoleh pemasukan atau
penghasilan”. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan bank
merupakan pemasukan yang diperoleh bank dari hasil penjualan produk dan jasa lainnya di bidang
keuangan atau kegiatan lainnya yang bertujuan untuk menambah pemasukan supaya dapat
memberikan keuntungan bagi bank. Pendapatan bank merupakan hal penting yang patut
diperhatikan demi keberlangsungan bank karena pendapatan bank memiliki beberapa fungsi, antara
lain (Hasibuan, 2008):
1. Dapat menjamin kontinuitas berdirinya bank.
2. Dapat mambayar dividen pemegang saham.
3. Dapat membayar dan meningkatkan kompensasi karyawannya.
4. Menjadi tolak ukur tingkat kesehatan bank.
5. Menjadi tolak ukur baik buruknya manajemen bank.
6. Dapat meningkatkan daya saing bank bersangkutan.
7. Dapat meningkatkan keepercayaan masyarakat kepada bank.
8. Dapat meningkatkan status bank bersangkutan.
Pendapatan bunga menurut kamus Bank Indonesia diartikan bahwa pendapatan yang diterima
bank atas jasa pinjaman uang yang diberikan pada pihak lain dan merupakan pendapatan utama dari
bank. Pendapatan bank yang berasal dari bunga dapat dilihat dari selisih bunga mantara bunga
pinjaman yang dibebankan pada debitur terhadap bunga simpanan yang harus dibayarkan pada
masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Selisih antara suku bunga tersebut dikenal dengan
istilah spread based. Pendapatan bunga dari kredit memiliki proporsi terbesar adalah, yaitu sekitar
70% dari keseluruhan sumber pendapatan bunga di tahun 2014 (Statistik Perbankan Indonesia).
Dengan demikian, jumlah pendapatan bunga yang diperoleh sangat erat kaitannya dengan tingkat
penyaluran kredit oleh perbankan. Menurut Warjiyo (2004), bank dalam menyalurkan kreditnya
tidak hanya dipengaruhi oleh sumber dana dari masyarakat (DPK) tetapi juga dipengaruhi oleh
persepsi bank terhadap prospek usaha debitur serta kondisi perbankan yang digambarkan melalui
kinerja keuangan, seperti rasio Loan to Depocit Ratio (LDR), tingkat kredit macet (NPL), serta rasio
permodalan (CAR). Rasio LDR dan NPL yang menggambarkan tentang kredit akan digunakan
sebagai variabel dalam penelitian ini karena rasio tersebut diduga dapat mempengaruhi besarnya
perolehan pendapatan bank dari bunga. Berikut ini adalah perhitungan secara matematis dari rasio
tersebut:
a. Rasio Loan to Depocit Ratio (LDR) :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
LDR = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎
b. Rasio Non Performing Loan (NPL) :
𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
NPL = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Menurut Ismail (2006), “fee based income merupakan pendapatan bank yang berasal dari
fee atas jasa pelayanan bank kepada nasabah”. Sedangkan menurut Dewi dan Kusuma (2005), yang

5
dimaksut fee based income adalah kegiatan pemberian jasa atau layanan keuangan oleh bank sebagai
upaya untuk mendapatkan keuntungan bagi pihak bank serta menjadi sumber pendapatan bank selain
bunga. Pendapatan non bunga (fee based income) yang merupakan aktivitas non tradisional dalam
pos laporan laba/rugi bank merupakan pendapat operasional di luar bunga dan pendapatan non
operasional. Komponen pendapatan operasional bank selain bunga dikelompokkan dalam pos
laporan laba/rugi sebagai berikut (Setiadi, 2010):
1. Provisi, komisi, dan fee, merupakan pendapatan bank yang diperoleh dari pemberian kredit dan
jasa bank, seperti provisi kredit, provisi bank garansi, provisi L/C, biaya administrasi, dan lain-
lain.
2. Pendapatan transaksi valuta asing, merupakan pendapatan yang diperoleh bank dari hasil jual
beli valuta asing.
3. Kenaikan surat berharga, merupakan keuntungan yang diperoleh bank dan menjadi pendapatan
karena terjadi peningkatan harga dari harga awal pembelian surat berharga yang dimiliki bank.
4. Pendapatan lainnya, merupakan pendapatan bank diluar provisi dan komisi, kenaikan surat
berharga, maupun transaksi devisa tetapi masih termasuk dalam pendapatan operasional bank
yang meliputi jasa atas corporate services, jasa atas pinjaman sindikasi, dan lain sebagainya.

Hasil penelitian dari Fareeha Aslam, Bilal Mehmood, dan Sharafat Ali (2015), terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan non bunga (fee based income), antara lain ukuran
bank, deposito, pertumbuhan bisnis, penyisihan kerugian pinjaman, ekuitas, dan jenis kepemilikan
bank yang memiliki pengaruh positif sedangkan variabel NPL memiliki pengaruh negatif terhadap
fee based income. Sedangkan untuk faktor yang mempengaruhi pendapatan bunga (interest income)
menurut hasil penelitian dari Anthony E. Akinlo dan Babatunde Olanrewaju Owoyemi (2012)
adalah variabel CRR, LDR, GDP, dan remuneration.

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana penelitian kuantitatif diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada positivistik dengan menekankan pada pengujian
teori-teori melaui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis
data dengan prosedur statistik serta bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah disampaikan serta
menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan. Obyek penelitian ini menggunakan Bank
Persero yang terdiri dari Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, dan Bank
Tabungan Negara periode 2005-2014.
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data panel karena data yang digunakan terdiri dari
gabungan antara data time-series dan cross section dengan sumber data sekunder yang diperoleh
dari laporan tahunan setiap bank yang digunakan sebagai obyek penelitian yang diakses pada situs
setiap bank (Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, dan Bank Tabungan
Negara) periode 2005-2014. Sedangkan untuk model regresi yang digunakan adalah regresi data
panel dan dalam data panel terdiri dari tiga estimasi, yaitu Model Common Effects (Ordinary Least
Square), Model Fixed Effects, serta Model Random Effects. Pemilihan model terbaik dari ketiga
model tersebut dilakukan melalui dua teknik estimasi model. Dua teknik estimasi atau uji yang
digunakan adalah uji Chow untuk memilih antara Common Effects Model atau Fixed Effects Model
dan uji Hausman adalah untuk memilih antara Fixed Effects Model dengan Random Effects Model.
Setelah melakukan uji formal untuk memilih model yang baik, kemudian dilakukan pengujian secara
statistic yang meliputi, uji koefisien determinasi (R2), uji secara simultan (uji F statistik), dan uji
secara parsial (uji t statistik). Untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan persamaan model sebagai berikut:

a. Persamaan Regresi dengan Variabel Dependen Interest Income:


IntIncit = α + β1 LDRit + β2 NPLit + β3 DPKit + β4 Labait + e
Keterangan:
IntInc = interest income periode 2005-2014
LDR = Loan to Depocit Ratio periode 2005-2014
NPL = Non Performing Loan periode 2005-2014
DPK = Dana Pihak Ketiga periode 2005-2014
Laba = Laba Bersih periode 2005-2014
α = Konstanta

6
β = Koefisien regresi
e = error term
b. Persamaan Regresi dengan Variabel Dependen Fee Based Income:
FeeIncit = α + β1 EKit + β2 ASit + β3 Labait + β4 EBit + e
Keterangan:
FeeInc = fee based income periode 2005-2014
EK = Total Ekuitas periode 2005-2014
AS = Total Aset periode 2005-2014
Laba = Laba Bersih periode 2005-2014
EB = E-banking periode 2005-2014
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
e = error

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bank Rakyat Indonesia adalah bank yang mengahsilkan pendapatan bunga tertinggi dalam
periode 2005-2014 dengan dengan total pendapatan Rp 199,3 triliun, disusul Bank Mandiri sebesar
Rp 150,6 triliun, kemudian Bank Negara Indonesia sebesar Rp 81,8 trilun, dan bank yang memiliki
pendapatan bunga terendah adalah Bank Tabungan Negara hanya sebesar Rp, 22,9 triliun. Hal ini
dipengaruhi oleh jumlah kredit yang disalurkan BRI lebih besar pula dibandingkan ketiga Bank
Persero lainnya.
Perolehan pendapatan bunga terendah adalah Bank Tabungan Negara karena BTN lebih fokus
di bidang properti, sehingga jenis jasa layanan perbankan yang disediakan tidak sebanyak bank
umum lainnya. Sedangkan Bank Mandiri adalah bank yang memiliki perolehan pendapatan non
bunga terbesar selama sepuluh tahun terakhir, yakni sebesar 80,2 triliun karena Bank Mandiri
merupakan bank dengan aset terbesar serta menyediakan jasa layanan internet banking yang lebih
beragam daripada Bank Persero lainnya.
Bank Tabungan Negara yang memiliki rasio LDR terbesar jika dibandingkan dengan Bank
Persero lainnya dan rasionya lebih dari 100%. Hal tersebut didukung oleh fokus BTN yang
menyalurkan kredit di bidang properti atau KPR (Kredit Pemilikan Rumah) yang jumlahnya cukup
besar, sedangkan DPK yang diperoleh BTN tidak sebesar ketiga Bank Persero lainnya. Setelah BTN,
rasio LDR yang cukup besar dimiliki Bank Rakyat Indonesia dengan rentang 72%-89% dengan rata-
rata LDR sebesar 78,14% karena proporsi terbesar penyaluran kreditnya pada sektor mikro dan BRI
juga memiliki jumlah nasabah terbesar dengan didukung jumlah kantor yang tersebar di seluruh
pelosok Indonesia. Sampai saat ini rasio LDR untuk setiap Bank Persero tidak lebih dari batas
maksimal, sebagaimana Bank Indonesia telah memberikan aturan LDR untuk bank umum, yakni
maksimal sebesar 110% dalam menyalurkan kredit terhadap DPK (Kasmir, 2013).
Selama sepuluh tahun terakhir, rasio NPL untuk setiap Bank Persero berfluktuasi tetapi trennya
cenderung menurun karena setiap bank berusaha untuk menekan kredit macet untuk setiap tahunnya.
Rata-rata tingkat NPL tertinggi periode 2005-2014 adalah Bank Mandiri sebesar 6,56% karena pada
tahun 2005 rasio NPL Bank Mandiri mencapai 25% dan meruapakan rasio NPL terbesar dari
keseluruhan rasio NPL Bank Persero. Sedangkan Bank Rakyat Indonesia merupakan bank yang
lebih mampu mengendalikan jumlah kredit macetnya karena memiliki rasio NPL yang tidak lebih
dari 5% selama 2005-2014 dengan rata-rata hanya 2,94%. Hal ini didukung dengan pangsa kredit
dan core business BRI pada masyarakat pedesaan atau mikro.
Setiap tahunnya besarnya DPK yang masuk pada masing-masing Bank Persero mengalami
peningkatan. Ini artinya setiap bank berusaha mencari nasabah untuk mempercayai bank tersebut
dalam menyimpan uangnya. Secara nominal selama sepuluh tahun terakhir, DPK Bank Mandiri
memiliki jumlah yang lebih besar dibanding Bank Persero lainnya dengan rata-rata sebesar 3728115
triliun rupiah, sedangkan Bank Tabungan Negara memiliki jumlah terendah dengan rata-rata hanya
sebesar 529771 triliun rupiah. Bank Mandiri mampu menghimpun DPK lebih besar didukung
dengan besarnya kepercayaan masyarakat karena Bank Mandiri merupakan bank terbesar di
Indonesia yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat. Selain itu Bank Mandiri juga
menawarkan suku bunga yang bersaing diantara Bank Persero lainnya.
Bank Rakyat Indonesia merupakan bank yang terkenal memiliki laba terbesar di Indonesia dan
terbukti bahwa dalam sepuluh terakhir, rata-rata laba bersih BRI sebesar 116993 triliun rupiah,
kemudian Bank Mandiri dengan rata-rata 94882 triliun rupiah, Bank Negara Indonesia sebesar

7
44756 triliun rupiah, dan Bank Tabungan Negara memiliki laba bersih terendah dengan rata-rata
hanya sebesar 8201 triliun rupiah. BRI mampu menghasilkan laba bersih dengan jumlah yang besar
karena pendapatan yang diperoleh bank baik dari sisi bunga maupun non bunga yang jumlahnya
kian meningkat dan mampu menekan biaya yang harus dikeluarkan atau dengan kata lain aktivitas
yang dilakukan oleh BRI semakin efektif dan efisien dibandingkan Bank Persero lainnya.
Bank Mandiri adalah bank yang memiliki aset terbesar di Indonesia begitu pula jika
dibandingkan dengan Bank Persero lainnya. Bank Mandiri dapat memiliki aset yang besar dari awal
berdiri karena Bank Mandiri hasil gabungan dari empat bank menjadi satu, sehingga asetnya pun
demikian. Selanjutnya untuk tahun-tahun berikutnya, Bank Mandiri mampu menjaga aset yang
dimilikinya supaya semakin meningkat dan menjadi bank terbesar di Indonesia. Sedangkan Bank
Tabungan Negara adalah bank yang jumlah terendah diantara ketiga Bank Persero lainnya.
Bank Mandiri merupakan bank dengan rata-rata ekuitas terbesar selama periode 2005-2014
sebesar 518541 trilun rupiah dan terendah adalah Bank Tabungan Negara sebesar 62310 triliun
rupiah. Besarnya modal yang dimiliki, didukung dengan besarnya aset yang dimiliki. Semakin besar
aset yang dimiliki dan tingkat pengembalian dari alokasi aset yang semakin tinggi, maka dapat
menambah besarnya modal yang dimiliki oleh bank. Selain itu, Bank Mandiri merupakan bank yang
besar dengan total aset yang tinggi dan memiliki kinerja keuangan yang baik pula, membuat semakin
banyak investor berminat untuk menginvestasikan dananya di Bank Mandiri yang nantinya dapat
meningkatkan modal, khusunya yang bersumber dari pihak lain.
Layanan e-banking yang disediakan oleh setiap bank terdiri dari beraneka ragam jenisnya.
Dalam penelitian ini, layanan e-banking digambarkan dengan banyaknya ATM (Automatic Teller
Machine) yang dimiliki oleh setiap Bank Persero. Jumlah ATM yang dimiliki setiap Bank selalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak tahun 2005 hingga 2014. Saat ini, Bank Rakyat
Indonesia adalah bank yang memiliki ATM terbanyak, yakni 20.792 unit, diikuti Bank Mandiri
sebesar 15.444 unit, kemudian Bank Negara Indonesia sebesar 14.071 unit, dan yang terkecil adalah
Bank Tabungan Negara hanya 1.830 unit. Jika dilihat dari persentase kenaikan jumlah ATM untuk
setiap Bank Persero, BRI juga merupakan Bank Persero yang memiliki persentase kenaikan
tersebesar dari tahun ke tahun dengan rata-rata sebesar 46%. Hal ini dipengaruhi jumlah kantor BRI
yang sangat banyak tersebar di seluruh wilayah pelosok Indonesia, sehingga jumlah ATM pun turut
meningkat pesat untuk memudahkan nasabahnya dalam melakukan transaksi keuangan.
Hasil regresi dengan data panel diperoleh tiga model, yaitu Common Effects Model, Fixed
Effects Model, dan Random Effects Model. Selanjutnya dilakukan uji formal untuk memilih model
yang baik. Hasil dari uji Chow untuk regresi panel 1 dengan variabel dependen interest income dan
variabel dependen fee based income, model yang dipilih adalah Fixed Effects Model karena nilai
Prob F < α (5%) = 0.0000 < 0.05 atau menolak hipotesis (H0), dimana H0 adalah Common Effects
Model dan H1 adalah Fixed Effects Model. Sedangkan uji selanjutnya adalah uji Hausman, dimana
hasilnya untuk kedua regresi data panel yang dipilih Fixed Effects Model karena memiliki Prob chi2
< α (5%) = 0.0000 < 0.05.
Pengujian statistik dengan menggunakan uji F statistik hasilnya cukup baik, dimana variabel
independen LDR, NPL, DPK, dan laba bersih secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
interest income. Begitu pula dengan variabel ekuitas, aset, laba bersih, dan e-banking secara
bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel fee based income. Sedangkan untuk uji t, variabel
LDR, DPK, dan laba bersih berpengaruh signifikan positif terhadap interest income. Hanya variabel
NPL yang tidak signifikan berpengaruh erhadap interest income. Untuk variabel ekuitas, e-banking,
dan laba bersih berpengaruh signifikan terhadap fee base income. Aset lah yang berpenegaruh tidak
signifikan terhadap fee based income. Hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 98,2% Interest
Income Bank Persero dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh rasio LDR, NPL, DPK, dan laba bersih
secara bersama-sama dan 1,8% sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang belum
dimasukkan dalam model. Sedangkan untuk hasil regresi panel 2, nilai R2 = 0.9233 yang artinya
92,3% Fee Based Income Bank Persero dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh ekuitas, aset, laba
bersih, dan E-banking secara bersama-sama. Sisanya sebesar 7,7% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain yang belum dimasukkan dalam model.
Hasil regresi yang digunakan berasal dari output regresi data panel dengan Fixed Effects Model,
maka diperoleh persamaan sebagai berikut:

A. Interest Incomei = 0.0299262 + 0.0030619 LDRit+0.000502 NPLit+0.1512715 DPKit +


0.6207617 LABAit + e
Dari persamaan tersebut, dapat diartikan sebagai berikut:

8
b1= 0.0030619 merupakan slope atau koefisien arah variabel LDR yang mempengaruhi interest
income, artinya variabel LDR berpengaruh positif sebesar 0.0030619 terhadap interest income,
jika variabel lain dianggap konstan.
b2= 0.000502 merupakan slope atau koefisien arah variabel NPL yang mempengaruhi interest
income, artinya variabel NPL berpengaruh positif sebesar 0.000502 terhadap interest income,
jika variabel lain dianggap konstan.
b3= 0.1512715 merupakan slope atau koefisien arah variabel DPK yang mempengaruhi interest
income, artinya variabel DPK berpengaruh positif sebesar 0.1512715 terhadap interest income,
jika variabel lain dianggap konstan.
b4= 0.6207617 merupakan slope atau koefisien arah variabel Laba yang mempengaruhi interest
income, artinya variabel Laba berpengaruh positif sebesar 0.6207617 terhadap interest income,
jika variabel lain dianggap konstan.
B. Fee Based Incomeit = 843,1627 + 0,1649729 EKit – 0,4056794 EBit – 0,0084209 ASit +
0,493021 LABAit + e
b1= 0,1649729 merupakan slope atau koefisien arah variabel Ekuitas yang mempengaruhi fee
based income, artinya variabel Ekuitas berpengaruh positif sebesar 0,1649729 terhadap fee
based income, jika variabel lain dianggap konstan.
b2= –0,4056794 merupakan slope atau koefisien arah variabel E-banking yang mempengaruhi
fee based income, artinya variabel E-banking berpengaruh negatif sebesar 0,4056794terhadap
fee based income, jika variabel lain dianggap konstan.
b3= –0,0084209 merupakan slope atau koefisien arah variabel Aset yang mempengaruhi fee
based income, artinya variabel Ekuitas berpengaruh negatif sebesar 0,0084209 terhadap fee
based income, jika variabel lain dianggap konstan.
b4= 0,493021 merupakan slope atau koefisien arah variabel Laba yang mempengaruhi fee based
income, artinya variabel Ekuitas berpengaruh positif sebesar 0,493021 terhadap fee based
income, jika variabel lain dianggap konstan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap interest
income Bank Persero. LDR merupakan bagian dari rasio likuiditas, dimana sebagai ukuran besarnya
proporsi dana yang disalurkan dalam bentuk kredit dari total dana pihak ketiga. Selain itu,
peningkatan LDR menunjukkan bahwa efektivitas bank dalam menyalurkan kredit meningkat. Jika
tingkat kredit yang disalurkan bank tinggi, maka secara teori dapat meningkatkan pendapatan bunga
(interest income) yang bersumber dari bunga pinjaman atau kredit. Hasil ini didukung dengan
penelitian dari Akinlo & Owoyemi (2012) bahwa rasio LDR berpengaruh signifikan secara positif
terhadap interest rate spreads untuk perbankan di Nigeria. Secara mikro, peningkatan LDR pada
bank yang dapat meningkatkan pendapatan bunga bank, bertujuan untuk menjaga tingkat
pendapatan dan profitabilitas bank supaya terhindar dari kerugian dan penialian kinerja perbankan
semakin baik. Jika dilihat dari sudut pandang makro yang berkaitan dengan fungsi intermediasi
bank, maka hasil penelitian ini untuk variabel LDR yang memiliki hubungan positif dengan
pendapatan bunga adalah bank dapat menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik.
Hasil penelitian menyatakan bahwa NPL satu-satunya variabel yang berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap interest income Bank Persero. Jika rasio NPL bank semakin tinggi, artinya
jumlah kredit macet pada bank tersebut tinggi atau semakin banyak kredit beserta bunganya yang
tidak terbayarkan sesuai jangka waktu yang telah disepakati. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
teori yang ada karena perhitungan menggunakan rasio yang terdiri dari dua komponen variabel
pembilang dan penyebut, membuat hasilnya kurang mampu menunjukkan hasil yang akurat. Selain
itu tingkat kredit macet tidak berpengaruh secara signifikan karena kredit macet tidak berimplikasi
langsung terhadap perolehan pendapatan bunga karena hanya mengetahui seberapa besar proporsi
kredit yang macet, tetapi tidak melihat jumlah nominal gagal bayar, yang mana seharusnya diperoleh
bank sebagai pendapatan bunga.
Hasil penelitian untuk variabel DPK adalah memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap interest income Bank Persero. Menurut Warjiyo (2004) penempatan DPK dapat menjadi
salah satu faktor untuk bank dalam menawarkan kredit. Ini artinya semakin tinggi DPK yang
diperoleh bank, maka semakin tinggi pula potensi kredit yang disalurkan oleh bank. Jika kredit yang
disalurkan bank meningkat, maka pendapatan bunga yang diperoleh bank pun dapat meningkat.
Dengan demikian sesuai dengan hasil penelitian bahwa DPK mempunyai pengaruh positif terhadap
perolehan interest income. Secara mikro, peningkatan DPK pada bank yang dapat meningkatkan
pendapatan bunga bank, bertujuan untuk menjaga tingkat pendapatan yang berimplikasi terhadap

9
profitabilitas bank, serta menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Sedangkan
dilihat dari sudut pandang makro, DPK yang semakin tinggi dan disalurkan kembali dalam bentuk
kredit menandakan fungsi intermediasi bank berjalan secara optimal.
Variabel laba bersih memiliki pengaruh positif signifikan terhadap interest income Bank
Persero. Semakin tinggi laba yang diperoleh, bank dapat melakukan ekspansi terhadap aktivitasnya,
seperti aktivitas tradisional yang perolehan pendapatannya berupa bunga. Hasil penelitian ini searah
dengan penelitiaan Rogers & Sinkey (1999) dalam Ruzickova & Teply (2015) bahwa bank yang
laba bersihnya semakin meningkat menunjukkan perolehan pendapatannya semakin meningkat
khususnya dari sisi bunga karena proporsi aktivitas bank terbesar adalah aktivitas tradisional dan
dalam pos laporan laba rugi, pendapatan dari kredit memiliki proporsi terbesar dibandingkan dengan
sumber pendapatan lainnya. Secara mikro, bank yang dapat meningkatkan laba untuk setiap
tahunnya, artinya bank dapat menjamin keberlangsungannya dan terhindar dari kerugian. Sedangkan
dari sisi makro, bank dapat bertahan dengan menjalan fungsi semestinya, yaitu fungsi intermediasi
anatara masyarakat dengan lembaga keuangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel laba bersih juga berpengaruh positif signifikan
terhadap fee based income Bank Persero. Laba bank yang semakin besar, tidak hanya digunakan
kembali untuk mendanai aktivitas tradisional tetapi juga aktivitas non tradisional karena saat ini
persaingan perbankan semakin ketat dan tidak cukup jika hanya mngandalkan aktivitas tradisional
saja untuk meningkatkan perolehan pendapatan serta laba yang semakin besar.
Variabel aset merupakan satu-satunya variabel yang tidak berpengaruh signifikan dengan arah
negatif terhadap variabel fee based income Bank Persero. Hasil penelitian tentang aset yang tidak
signifikan didukung dengan hasil penelitian dari Gischer and Juttner (2003) serta Esho and Sharpe
(2005) untuk perbankan di Australia, dimana aset yang dimiliki oleh bank lebih kuat pengaruhnya
terhadap interest income karena aset bank kebanyakan disalurkan dalam aktivitas bank yang
menghasilkan pengembalian berupa bunga dan hasil dari pendapatan bunga dianggap lebih besar
daripada pendapatan fee based. Selain itu aset dapat memiliki pengaruh negatif terhadap perolehan
pendapatan bunga karena alokasi aset yang salah dan justru memunculkan kerugian, sehingga bank
justru tidak memperoleh pendapatan berupa fee, provisi atau komisi yang seharusnya menajadi
pendapatan bank diluar bunga.
Variabel ekuitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap fee based income Bank Persero.
Semakin tinggi modal yang dimiliki bank, artinya bank dapat mengelola modalnya secara efektif,
sehingga semakin meningkat perolehannya. Jika modal dapat dikelola secara efektif, bank akan
mendapat kepercayaan dari investor dan bersedia melakukan investasi pada bank tersebut.
Selanjutnya modal ini dapat dialokasikan pada aktivitas-aktivitas bank yang berpotensi
mendatangkan pendapatan dan meningkatkan laba. Hasil penelitian ini searah dengan penelitian
Aslam, et al (2015), dimana Ekuitas berpengaruh signifikan secara positif terhadap fee based income
karena sebagian modal yang dimiliki bank dapat dialokasikan pada aktivitas non tradisonal, seperti
pembiayaan pengembangan teknologi.
Hasil penelitian untuk variabel e-banking berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fee based
income Bank Persero. Variabel e-banking dengan menggunakan banyaknya jumlah mesin ATM
yang dimiliki bank mengadopsi penelitian dari De Young and Rice (2004) serta Craigwell and
Maxwell (2005) yang menunjukkan bahwa tersedianya mesin ATM sebagai variabel dummy
memiliki pengaruh signifikan dengan arah positif terhadap perolehan fee based income perbankan.
Tapi kenyataannya hasil penelitian ini justru sebaliknya bahwa e-banking dengan menggunakan
total ATM yang dimili bank berpengaruh negatif untuk perbankan di Indonesia. Hal ini dapat terjadi
karena setiap jumlah mesin ATM yang setiap tahunnya semakin meningkat justru dapat
menimbulkan biaya atau pengeluaran tambahan untuk pengadaan dan perawatan mesin tersebut.
Meskipun bank memperoleh fee atas imbal jasa dari para pengguna layanan mesin ATM, tapi tak
sebanding dengan biaya perawatan yang semakin meningkat ditambah kejahatan pada mesin ATM
semakin marak.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan berdasarkan interest income dan fee based income pada Bank Persero periode 2005-
2014. Variabel yang menjadi faktor pengaruh pendapatan bunga adalah LDR, dimana nilai LDR
yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan bunga karena proporsi kredit yang disalurkan bank pun
tinggi. Begitu pula dengan variabel DPK dan laba bersih karena semain besar perolehan DPK dan

10
laba bersih bank, maka dapat dialokasikan oleh bank untuk menyalurkan kredit supaya mendapatkan
pendapatan dari bunga kredit yang dibayarkan oleh debitur. Sedangkan NPL adalah satu-satunya
variabel tidak berpengaruh terhadap interest income.
Hasil penelitian untuk variabel dependen fee based income menunjukkan bahwa variabel
ekuitas, laba bersih dan e-banking adalah faktor yang mempengaruhi fee based income pada Bank
Persero. Tingginya ekuitas yang dimiliki bank dan laba bersih yang diperoleh bank dapat digunakan
atau dialokasikan untuk mendanai aktivitas non tradisional sebagai upaya untuk meningkatkaan
perolehan total pendapatan karena terjadi penurunan pertumbuhan pada perolehan pendapatan
bunga. Sedangkan e-banking justru sebaliknya berpenagruh negatif pada fee based income. Hal ini
dapat terjadi karena e-banking yang digambarkan dengan jumlah ATM apabila semakin justru
memerlukan biaya yang semakin tinggi untuk pengadaan dan perawatnnya atau dengan kata lain
mesin ATM yang terlalu banyak semakin tidak efektif karena justru mengahsilkan biaya lebih tinggi
daripa pendapatannya.

Saran
Variabel LDR terbukti berpengaruh terhadap pendapatan bunga, sehingga diharapkan setiap
Bank Persero hendaknya senantiasa menjaga tingkat LDR (Loaan to Depocit Ratio), dimana LDR
ini memperlihatkan seberapa besar proporsi kredit yang disalurkan oleh bank. Jika penyaluran kredit
bank dapat terus ditingkatkan, maka dapat meningkatkan perolehan pendapatan bunga karena bunga
kredit memiliki proporsi terbesar dalam pendapatan bunga dibandingkan dengan bunga dari surat
berharga dan aktivitas lainnya. Selain itu, Bank Persero hendaknya melakukan promosi gencar untuk
menawarkan layanan simpananya disertai dengan kemudahan dan suku bunga yang bersaing supaya
dapat lebih banyak menarik masyarakat untuk menempatkan dananya pada bank tersebut karena
semakin tinggi DPK dapat membantu bank untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk kredit pada
msyarakat lain yang membutuhkan.
Laba bersih yang diperoleh Bank Persero hendaknya juga selalu ditingkatkan karena perolehan
laba menjadi faktor pengaruh untuk pendapatan baik dari sisi bunga maupun non bunga. Bank harus
mampu menggunakan laba yang diperoleh tersebut untuk aktivitas tradisional maupun non
tradisional dengan sebaik mungkin supaya dapat menghasilkan kembali laba yang jumlahnya lebih
besar. Sedangkan untuk meningkatkan pendapatan non bunga, Bank Persero hendaknya terus
melakukan inovasi dan pengembangan layanan jasa perbankan berbasis teknolgi, seperti layanan E-
banking khusunya yang berbentuk non fisik supaya dapat menekan biaya yang dikeluarkan dan lebih
menjaga tingkat keamanannya atau yang lebih mudah dijangkau masyarakat, seperti intenet banking
yang mudah diakses melaui smartphone. Selain itu, Bank Persero harus mampu mengelola
modalnya secara efektif supaya total ekuitas yang dimiliki semakin meningkat dan nantinya dapat
dialokasikan untuk membantu membiayai aktivitas non tradisonal sebagai upaya perolehan sumber
pendapatan tambahan di luar bunga meningkatkan (fee based income).

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Widarjono. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia FE UII.
Craigwell, Roland dan Maxwell, Chanelle. 2005. Non-Interest Income and Financial Performance
at Commercial Banks in the Caribbean. Central Bank of Barbados Working Paper, 1-30.
http://www.ccmf-uwi.org. Diakses, Oktober 2015.
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
De Young, Robert dan Tara Rice. 2004. Noninterest Income and Financial Performance at U.S.
Commercial Banks. The Financial Review, 39(1), 101-127. http://dx.doi.org. Diakses,
Oktober 2015.
Elsas, Ralf, dkk. 2010. The Anatomy of Bank Diversification. http://www.sciencedirect.com.
Diakses, Oktober 2015.
Faisol, Ahmad. 2007. Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Jurnal
Bisnis dan Manajemen, Vol.3, No. 2 Januari 2007. Hal 129-170.
Gujarati, Demodar N. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Hasibuan, Malayu. 2008. Dasar - Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis ,cetakan kedua.
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Insukindro. 1995. Ekonomi Uang dan Bank, Teori Pengalaman di Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

11
Ismail. 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media.
Joseph, Mabvure Tendai, Gwangwava Edson, Faitira Manuere, Mutibvu Clifford, and Kamoyo
Michael. 2012. Non Performing loans in Commercial Banks:
A case of CBZ Bank Limited In Zimbabwe. Interdisciplinary Journal of Conteporary
Research in Business. Vol 4, No 7. http://journal-archieves25.webs.com. Diakses,
Desember 2015.
Kasmir. 2012. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Masita, Atik. 2014. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Fee Based Income (Studi
Kasus Pada Bank Pemerintah dan Bank Asing di Indonesia Tahun 2008-2012). Minor Thesis.
SKR/FE/2014/90/051402004. Malang. Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya.
Muljono, Teguh Pudjo. 1998. Aplikasi Manajemen dalam Praktek Perbankan (Edisi Pertama).
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Muljono, Teguh Pudjo. 1996. Bank Budgeting Profit Planing & Control (Edisi Pertama).
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Nachrowi, D Nachrowi. 2006. Ekonometrika, Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Cetakan
Pertama, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Niswonger. 2006. Prinsip – Prinsip Akuntansi. Edisi Kesembilanbelas. Diterjemahkan oleh
Alfonsus Sirait, Helda Gunawan. Jakarta: Erlangga.
Pudjo Mulyono. 1996. Bank Budgeting. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Setiadi, Pompong B. 2010. Analisis Hubungan Spread of Interest Rate, Fee Based Income, dan Loan
to Deposit Ratio dengan ROA pada Perbankan di Jawa Timur. Jurnal Mitra Ekonomi dan
Manajemen Bisnis. Vol. 1. No. 1 April 2010. Hal 63-82. ISSN 2087-1090.
Setyorini. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Pada Industri
Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Socientia Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial. Vol.4, No.1. Hal
179-185.
Shitawati, F. Artin. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Capital Adequacy
Ratio (Studi Empiris: Bank Umum di Indonesia periode 2001-2004). Tesis diterbitkan.
Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Siamat. Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: LPFEUI
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Afabeta.
Suyatno, Thomas, dkk. 1998. Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta: STIE Peerbanas dan PT Gramedia
Pustaka Utama.
Taswan. 2003. Akuntansi Perbankan Edisi Revisi.Yogyakarta: AMP YKPN.
Uppal, R. K. 2010. Stability in Bank Income through Fee-based Activities. Vol 1, No 1.
http://ifrnd.org/Research%20Papers/I1(1)5.pdf. Diakses, Oktober 2015.
Warjiyo, P dan Solikin. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. Seri Kebanksentralan No. 6. PPSK.
Jakarta: Bank Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai