Anda di halaman 1dari 3

Nama : R.

Suryadagawan Situmorang
No. BP :2040512003

Resume Topik IV
Aset Lancar
Aset lancar ialah kas dan aset lain yang diperkirakan akan dikonversi menjadi kas, atau dijual, atau
digunakan perusahaan dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal, mana yang lebih panjang.
Menurut PSAK 9, aktiva lancar merupakan aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam waktu satu
tahun atau dalam siklus operasi normal perusahaan, yang mana yang lebih lama. Cakupan aset lancer
meliputi:
- Kas dan bank;
- Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak dimaksudkan untuk ditahan;
- Deposito jangka pendek;
- Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun;
- Piutang;
- Persediaan;
- Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancer;
- Pembayaran pajak di muka;
- Biaya dibayar di muka
Dalam PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan, diklasifikasikan ke dalam aset lancer ialah jika:
- Diharapkan dapat dealisasikan dalam siklus operasi normal;
- Dimiliki untuk tujuan diperdagangkan;
- Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah pelaporan; atau
- Kas dan setara kas kecuali jika dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan
liabilitas, sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Jika tidak termasuk dalam kriteria di atas, maka aset diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Berikut
merupakan aset yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar:
- Kas/bank maupun sumber lain yang dibatasi penggunaannya;
- Penyertaan dalam surat berharga atau pembayaran uang muka dengan maksud untuk menguasai atau
melakukan afiliasi dengan perusahaan lain;
- Piutang lain-lain yang timbul dari transaksi di luar kegiatan utam perusahaan yang tidak diharapkan
pencairannya dalam jangka waktu 1 tahun; dan
- Aktiva yang dapat disusutkan maupun aktiva tetap lainnya
Nama : R. Suryadagawan Situmorang
No. BP :2040512003

Persediaan
Persediaan merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa: dalam proses produksi
untuk penjualan tersebut; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa. Jenis persediaan berbeda-beda sesuai dengan jenis perusahaan/industrinya.
Perusahaan dagang memiliki persediaan berupa barang yang dibeli untuk dijual, sedangkan perusahaan
manufaktur memiliki tiga jenis persediaan sesuai tahapan aktivitasnya yaitu raw material, work in
process, dan finished good. Begitu juga dengan perusahaan jasa yang persediaan bukan merupakan hal
yang dijualnya melainkan perlengkapan. Perusahaan agrikultur memiliki persediaan berupa hasil panen
dari aset biologisnya seperti susu dari sapi maupun telur dari ayam.
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (LCNRV)
dimana biaya perolehan meliputi:
a. Biaya Pembelian
Harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh
perusahaan kepada kantor pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang (trade
discount), rabat dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian
b. Biaya Konversi
Biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap
dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi
barang jadi. Biaya overhead produksi tetap adalah biaya produksi tak langsung yang relatif konstan,
tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan
bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Biaya overhead
produksi variabel adalah biaya yang beruhah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti
perubahan volume produksi, seperti bahan tak langsung dan upah tak langsung
c. Biaya-biaya lain
Biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap
dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi
barang jadi. Biaya overhead produksi tetap adalah biaya produksi tak langsung yang relatif konstan,
tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan
bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Biaya overhead
produksi variabel adalah biaya yang beruhah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti
perubahan volume produksi, seperti bahan tak langsung dan upah tak langsung

Beberapa contoh biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban yaitu:
a. Jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal;
b. biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan
pada tahap produksi berikutnya;
c. biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan sumbangan untuk membuat persediaan berada
dalam lokasi dan kondisi sekarang; dan
d. biaya penjualan.
Metode pencatatan persediaan terbagi 2 yaitu:
a. Metode perpetual, perubahan persediaan secara terus menerus dicatat sehingga nilai persediaan akan
terus dimutahirkan. Nilai persediaan akhir dan HPP akan tercermin pada Buku Besar.
b. Metode periodik, nilai persediaan akhir dihitung secara periodik dan HPP dihitung di akhir periode.
Rumus perhitungan HPP = Persediaan Awal + Pembelian + Beban Angkut Pembelian – Retur
Pembelian – Potongan Pembelian – Persediaan Akhir.
Nama : R. Suryadagawan Situmorang
No. BP :2040512003

Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain (not ordinary
interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus
diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing masing. Yang dimaksud
dengan identifikasi khusus biaya adalah atribusi biaya ke barang tertentu yang dapat diidentifikasikan
dalam persediaan. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi barang yang dipisahkan untuk proyek
khusus, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian identifikasi khusus biaya tidak tepat
bagi sejumlah besar barang homogen yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily
interchangeable). Dalam keadaan demikian, metode pemilihan barang yang masih berada dalam
persediaan dapat digunakan untuk menentukan di muka dampaknya terhadap laba rugi periode berjalan.
Biaya persediaan selain dihitung menggunakan identifikasi khusus juga dihitung dengan menggunakan
rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO) dan rata-rata tertimbang (weighted
average cost method). FIFO berasumsi bahwa unit persediaan yang dibeli pertama akan dijual terlebih
dahulu, sehinggan unit yang tersisa pada persediaan akhir ialah unit yang dibeli atau diproduksi
kemudian, sedangkan Rata-rata tertimbang menggunakan asumsi bahwa setiap unit ditentukan
berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada periode awal dan pembelian atau
produksi selama periode tersebut.
Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali jika persediaan rusak, using, atau harga jualnya
telah menurun. Persediaan harus dihitung dengan menggunakan LCNRV, ketika biaya perolehan (Cost)
lebih tinggi daripada nilai realisasi neto (NRV), maka nilai persediaan harus diturunkan ke nilai realiasi
neto. Selisih kedua nilai tersebut diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan tersebut. Pada
periode selanjutnya, jika kondisi ekonomi menyebabkan peningkatan nilai realisasi neto, maka jumlah
penurunan nilai sebelumnya harus dibalik (dipulihkan). Pemulihan tersebut dibatasi sebesar jumlah
penurunan nilai awal.
Aset Tidak Lancar Dimiliki untuk Dijual
Menurut PSAK 58, suatu aset tidak lancar boleh direklasifikasi menjadi aset lancar jika memenuhi
kriteria aset lancar dikuasai untuk dijual. Aset tidak lancar tersebut dapat berupa aset individual seperti
property investasi, aset tetap, atau aset tak berwujud atau dapat pula berbentuk kelompok lepasan.
Kelompok lepasan ialah suatu kelompok aset yang dilepaskan, dengan dijual atau lainnya, secara
bersama-sama sebagai kelompok dalam suatu transaksi tunggal dan liabilitas yang berhubungan secara
langsung dengan aset tersebut yang akan dialihkan dalam transaksi tersebut. Kriteria ATUD yaitu:
a. Berada dalam keadaan segera dapat dijual dengan syarat-syarat yang biasa dan umum
b. Penjualannya harus sangat mungkin terjadi
Jika kedua kriteria di atas terpenuhi setelah tanggal pelaporan, maka entitas tidak boleh
mengklasifikasikannya sebagai ATUD. Namun demikian, perusahaan harus mengungkapkan informasi
berikut dalam CaLK:
- Uraian dari aset tidak lancar (atau kelompok lepasan)
- Uraian fakta dan keadaan dari penjualan, atau yang mengarah kepada pelepasan yang diharapkan,
dan cara dan waktu pelepasan tersebut
- Jika dapat diterapkan, pelaporan segmen dari aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) disajikan
sesuai dengan PSAK 5: Pelaporan Segmen.
Pada saat pengakuan awal, ATUD diukur pada nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat dan nilai
wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual. Jumlah tercatat ialah jumlah tercatat aset tidak lancar pada
tanggal akan diklasifikasikan sebagai ATUD. Setelah aset tidak lancar diklasifikan sebagai ATUD, maka
untuk pengukuran selanjutnya, aset tersebut tidak boleh disusutkan atau diamortisasi. Bunga dan beban
lainnya yang dapat diatribusikan ke liabilitas dari kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai
dikuasai untuk dijual harus tetap diakui.

Anda mungkin juga menyukai