1. Ringkasan kondisi masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah Islam
datang! Kondisi masyarakat Makkah sebelum datangnya Islam: Mekkah dianggap sebagai Kota Suci di mana Nabi Muhammad SAW lahir dan menerima wahyu. Namun sebelum Islam hadir sebagai rahmatan lil alamin, masyarakat Mekkah memiliki tradisi-tradisi tidak baik yang penuh kesesatan, kekufuran dan penyimpangan. Inilah yang disebut masa jahiliyah atau zaman kebodohan. Pada saat itu masyarakat Mekkah dan Arab secara umum memiliki kemajuan di bidang perekonomian, khususnya dalam perdagangan dan pertanian. Ini tidak lepas dari letak geografis Mekkah yang berada pada jalur perdagangan ramai. Meski demikian, mereka tetap tidak dapat terlepas dari kebodohan. Jahiliyah bukan berarti bodoh dari segi keilmuan, namun mereka bodoh dalam hal keimanan kepada Allah. Dalam hal kepercayaan, pada awalnya masyarakat Mekkah adalah penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS dan kemudian dilanjutkan oleh putranya Nabi Ismail AS. Namun sepeninggal Nabi Ismail, mereka mulai berpaling dari Allah SWT dan menyembah berhala. Kondisi masyarakat Makkah sesudah datangnya Islam: Awalnya kondisi di mekah semakin buruk setelah rasulullah menginjakkan kaki di sana terutama kaaum Quraisy. Namun makin kesini banyak kemajuan kondisi mereka jauh lebih baik,kehidupan mereka jadi lebih teratur,lebih makmur dan lebih damai,karena mereka memiliki Al-Qur'an sebagai pedoman hidup.
2. Bagaimana Rasulullah SAW menyebarkan Islam pada awal kerasulan
Nabi SAW? Rasulullah mulai berdakwah pertama-tama beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya mula-mula istrinya sendiri Hadijah kemudian Saudara sepupunya Ali bin Abi Tholib yang berumur 10 tahun. Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya mereka yang dibawa wa langsung kepada nabi dan masuk Islam di hadapan nabi sendiri. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual turunlah Perintah agar nabi menjalankan Dakwah secara terbuka. Mula-mula beliau mengundang dan menyuruh kerabat krimnya dari bani Abdul Muthalib akan tetapi ketika beliau mengatakan :Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua Siapakah di antara kalian yang mendukung saya dalam hal ini." mereka semua menolak kecuali Ali. Langkah dakwah seterusnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Setelah dakwah terang-terangan itu pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul semakin bertambahnya jumlah pengikut nabi semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy. Banyak Cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad SAW. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali. Yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap kaum muslimin itu mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar Mekah. 3. Tulis kisah perjanjian hudaibiyah! Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian yang terjadi antara pihak Quraisy Mekkah dengan pihak Muslim Madinah (yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW). Perjanjian ini terjadi karena kaum Quraisy Mekkah melarang kamum Muslim Madinah untuk masuk ke Mekkah dalam rangka melaksanakan ibadah haji umrah. Pada akhirnya Nabi Muhammad SAW mengajak mereka untuk bernegosiasi hingga mengadakan perjanjian damai. Kaum Muslim Madinah pun menyetejui langkah Nabi Muhammad SAW, yaitu bahwa jalur diplomasi lebih baik daripada berperang. Kejadian ini pun diabadikan dalam Alqur’an QS Al Fath ayat 24. Gambaran secara rinci mengenai awal mula terdapatnya sejarah Perjanjian Hudaibiyah yakni Nabi Muhammada SAW mengizinkan kaum Muslim untuk mengadakan perjalanan ke Mekkah. Perjalanan tersebut bertujuan untuk melaksanakan ibadah haji. Hal ini disambut gembira oleh kaum Muslim Madinah. Kira-kira sebanyak 1.000 orang mulai berangkat menuju Mekkah pada tahun 6 H atau 628 M. Demi menghilangkan prasangka kaum Quraisy Mekkah, maka Nabi pun melarang kaum Muslimin untuk membawa senjata kecuali binatang korban dan pedang untuk memotong binatang. Selain itu, kaum Muslimin hanya diperbolehkan mengenakan pakaian ihram. Berita mengenai perjalanan Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin untuk menunaikan ibadah umrah akhirnya sampai ke telinga masyarakat Quraisy. Mereka curiga karena bisa saja sebagai taktik belaka untuk menembus kota Mekkah. Para pemuka Quraisy pun tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk melarang Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin masuk ke Mekkah. Kaum Quraisy mulai menyiapkan pasukan sekitar 200 orang di bawah pimpinan Panglima Khalid Ibnu Walid untuk menghalangi Nabi dan pengikutnya masuk ke Madinah. Rombongan dari Madinah yang sedang menuju Mekkah akhirnya mengetahui hal tersebut setelah Nabi bertemu dengan seseorang dari suku Ka’ab. Seseorang tersebut mengatakan bahwa kaum Quraisy telah menuju ke suatu daerah Kiral Gharim dan mereka bersumpah untuk menghalangi Nabi Muhammada SAW dan kaum Muslimin memasuki kota Mekkah. Nabi Muhammad SAW berupaya mencari jalan lain untuk menghindari agar tidak bertemu dengan kaum Quraisy. Satu-satunya jalan yang dapat ditempuh adalah berkeliling dengan mengitari pegunungan, sedangkan untuk mengitari jalan baru tersebut amatlah sukar. Setelah menempuh perjalanan yang amat melelahkan, akhirnya rombongan tersebut sampai di suatu daerah yang bernama Al-Hudaibiyah. Melihat kondisi tersebut, kaum Quraisy pun mulai ragu untuk mengambil inisiatif penyerangan. Mereka akhirnya mengutus beberapa orang dari kalangannya yaitu Budail Ibnu Warqa dan Hulais Ahabisy untuk menanyakan maksud sebenarnya menuju kota Mekkah. Nabi Muhammad SAW menjawab bahwa tujuan sebenarnya hanyalah untuk melaksanakan ibadah haji umrah dan bukan untuk memerangi mereka. Namun, pihak Quraisy tidak percaya begitu saja. Mereka pun kembali mengirimkan utusanya untuk bertemu Rasulullah, yaitu Urwah Ibnu Mas’ud Al-Thaqafi. Laporan Urwah, seseorang yang cukup disegani di masyarakatnya, pun tidak ditanggapi. Para pemuka kaum Quraisy menyuruh sekitar 40 warganya keluar pada malam hari untuk melempari kemah Rasulullah dan rombongannya. Sebelum mereka melancarkan aksinya, pihak Nabi Muhammad SAW sudah mengetahuinya dan mereka tertangkap basah lalu digiring ke hadapan Nabi. Nabi pun memaafkan dan melepaskan semuanya tanpa tinggal seorangpun. Nabi Muhammad SAW mengambil langkah positif dengan mengutus Usman Bin Affan kepada pemuka kaum Quraisy. Perundingan tersebut akhirnya menghasilkan kesimpulan bahwa hanya memperbolehkan Usman bin Affan untuk melaksanakan ibadah umrah. Perdebatan panjang dan waktu yang cukup lama tersebut menyebabkan munculnya desas-desus bahwa Usman telah dibunuh secara muslihat. Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya merasa gelisah. Merekapun menunjukkan rasa solidaritas yang kuat dengan saling meletakkan tangannya di atas beberapa pedang yang dibawanya untuk keperluan pemotongan binatang kurban. Sumpah setia ini dalam sejarah Islam dikenal dengan nama Bai’atur Ridwan. Sumpah setia ini pun sampai ke pihak Quraisy dan menggetarkan hati mereka. Mereka segera mengadakan sidang darurat untuk mencari cara menghadapi ancaman kaum Muslimin. Kaum Quraisy sejatinya mengalami kejatuhan mental karena mereka masih trauma dengan kekalahan mereka pada Perang Badar. Pada Perang Badar, kaum muslimin dapat mengalahkan kaum Quraisy walaupun dengan pasukan yang jauh lebih sedikit. Kabar mengenai kejatuhan mental para petinggi Quraisy dan kepulangan Usman bin Affan membuat kaum Quraisy percaya bahwa kedatangan Nabi dan pengikutnya hanyalah untuk melakukan ibadah umrah dan bukan untuk berperang. Pihak Quraisy pun akhirnya mengirimkan utusannya untuk melaksanakan perundingan guna menghindari kesalahpahaman. Upaya untuk mencapai titik komporomi diwakili oleh Suhail Ibnu Umar (menurut Jalaluddin Rakhmat pihak Quraisy diwakili oleh Urwah Ats-Tsaqafi) dan kaum Muslimin diwakili oleh Nabi Muhammad SAW. Maka pertemuan tersebut menghasilkan Perjanjian Hudaibiyah. 4. Apa yang dimaksud dengan Futtuh Makkah jelaskan?
Futtuh Makkah merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630
tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, di mana Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikitpun, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka'bah.
Pada tahun 628, Quraisy dan Muslim dari Madinah
menandatangani Perjanjian Hudaybiyah. Meskipun hubungan yang lebih baik terjadi antara Mekkah dan Madinah setelah penandatanganan Perjanjian Hudaybiyah, 10 tahun gencatan senjata dirusak oleh Quraisy, dengan sekutunya Bani Bakr, menyerang Bani Khuza'ah yang merupakan sekutu Muslim, walaupun sebenarnya yang pertama kali menyerang Bani Bakr adalah Bani Khuza'ah, dan sayang sekali permasalahan tersebut hanya diselesaikan dengan perjanjian elite yang tidak melibatkan akar rumput, sehingga masih menimbulkan dendam dikalangan Bani Bakr. Pada saat itu musyrikin Quraisy ikut membantu Bani Bakr, padahal berdasarkan kesepakatan damai dalam perjanjian tersebut di mana Bani Khuza'ah telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad dan sejumlah dari mereka telah memeluk islam, sedangkan Bani Bakr bergabung dengan musyrikin Quraisy.
Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah
untuk memperbaiki perjanjian yang telah dirusak itu, tetapi nabi Muhammad menolak, Abu Sufyan pun pulang dengan tangan kosong. Sekitar 10.000 orang pasukan Muslim pergi ke Mekkah yang segera menyerah dengan damai. Nabi Muhammad bermurah hati kepada pihak Mekkah, dan memerintahkan untuk menghancurkan berhala di sekitar dan di dalam Ka'bah. Selain itu hukuman mati juga ditetapkan atas 17 orang Mekkah atas kejahatan mereka terhadap orang Muslim, meskipun pada akhirnya beberapa di antaranya diampuni.
5. Pemikiran untuk dakwah Islam yang efektif dizaman modern seperti
sekarang ini? Menurut pendapat saya untuk menyebarkan dakwah Islam di era modern seperti sekarang ini, sangat bergantung terhadap pendakwah milenial. Dengan menerapkan metode yang sesuai dengan keinginan masyarakat dan mengikuti pekembangan zaman, Metode dakwah yang diterapkan dalam setiap aktivitas didukung dengan media modern yang sanggup menarik perhatian masyarakat. Kemajuan teknologi dan media modern membuat metode dakwah yang diterapkan dai milenial harus diperbaharui untuk menggapai kesempurnaan dakwah. Apalagi diera milenial ini masyarakat dihadapkan pada problematika kehidupan yang kompleks. pendakwah milenial dapat menggabungkan metode dakwah zaman dulu dan metode dakwah yang sekarang. Kedua metode dakwah tersebut dapat menarik minat masyarakat dan menghentikan sisi negatif di era modern. Pendakwah modern dapat menggunakan teknologi dan sosial media dalam menunjang keberhasilan dakwah. Dalam berdakwah, dai milenial tidak hanya sekadar menyampaikan materi dakwah dalam setiap kegiatan dakwahnya, tetapi juga menjawab problematika masyarakat baik material maupun spiritual. Hal itu dilakukan supaya masyarakat kekinian semakin meningkatkan kehidupan yang islami sesuai dengan aturan Islam. Kemudahan dalam fasilitas yang disediakan oleh berbagai media sosial menjadi kelebihan tersendiri bagi masyarakat virtual khususnya bagi juru dakwah atau para da’i dalam menyampaikan atau membagikan informasi dakwah Islam, berdikusi dan menyambung tali silaturrahim kepada pengguna media sosial lainnya.