Anda di halaman 1dari 6

Nama: Nisa Husni Inayah

NIM: 1204040084

Kelas: PMI 2C

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

DOSEN: Dr. H. Abdul Muiz Hamzah, M.Si

1. Ringkasan kondisi masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah Islam


datang!
 Kondisi masyarakat Makkah sebelum datangnya Islam:
Mekkah dianggap sebagai Kota Suci di mana Nabi
Muhammad SAW lahir dan menerima wahyu. Namun sebelum
Islam hadir sebagai rahmatan lil alamin, masyarakat Mekkah
memiliki tradisi-tradisi tidak baik yang penuh kesesatan, kekufuran
dan penyimpangan. Inilah yang disebut masa jahiliyah atau zaman
kebodohan. Pada saat itu masyarakat Mekkah dan Arab secara
umum memiliki kemajuan di bidang perekonomian, khususnya
dalam perdagangan dan pertanian. Ini tidak lepas dari letak
geografis Mekkah yang berada pada jalur perdagangan ramai.
Meski demikian, mereka tetap tidak dapat terlepas dari kebodohan.
Jahiliyah bukan berarti bodoh dari segi keilmuan, namun mereka
bodoh dalam hal keimanan kepada Allah. Dalam hal kepercayaan,
pada awalnya masyarakat Mekkah adalah penganut agama tauhid
yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS dan kemudian dilanjutkan oleh
putranya Nabi Ismail AS. Namun sepeninggal Nabi Ismail, mereka
mulai berpaling dari Allah SWT dan menyembah berhala.
 Kondisi masyarakat Makkah sesudah datangnya Islam:
Awalnya kondisi di mekah semakin buruk setelah rasulullah
menginjakkan kaki di sana terutama kaaum Quraisy. Namun makin
kesini banyak kemajuan kondisi mereka jauh lebih baik,kehidupan
mereka jadi lebih teratur,lebih makmur dan lebih damai,karena
mereka memiliki Al-Qur'an sebagai pedoman hidup.

2. Bagaimana Rasulullah SAW menyebarkan Islam pada awal kerasulan


Nabi SAW?
Rasulullah mulai berdakwah pertama-tama beliau melakukannya
secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya.
Karena itulah orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah
keluarga dan sahabat dekatnya mula-mula istrinya sendiri Hadijah
kemudian Saudara sepupunya Ali bin Abi Tholib yang berumur 10 tahun.
Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya mereka
yang dibawa wa langsung kepada nabi dan masuk Islam di hadapan nabi
sendiri.
Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara
individual turunlah Perintah agar nabi menjalankan Dakwah secara
terbuka. Mula-mula beliau mengundang dan menyuruh kerabat krimnya
dari bani Abdul Muthalib akan tetapi ketika beliau mengatakan :Tuhan
memerintahkan saya mengajak kalian semua Siapakah di antara kalian
yang mendukung saya dalam hal ini." mereka semua menolak kecuali Ali.
Langkah dakwah seterusnya yang diambil Muhammad adalah menyeru
masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat
kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun
hamba sahaya.
Setelah dakwah terang-terangan itu pemimpin Quraisy mulai
berusaha menghalangi dakwah Rasul semakin bertambahnya jumlah
pengikut nabi semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy. Banyak
Cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah
Nabi Muhammad SAW. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan
setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam
sampai dia murtad kembali. Yang dilakukan oleh penduduk Makkah
terhadap kaum muslimin itu mendorong Nabi Muhammad untuk
mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar Mekah.
3. Tulis kisah perjanjian hudaibiyah!
Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian yang terjadi antara pihak
Quraisy Mekkah dengan pihak Muslim Madinah (yang dipimpin oleh Nabi
Muhammad SAW). Perjanjian ini terjadi karena kaum Quraisy Mekkah
melarang kamum Muslim Madinah untuk masuk ke Mekkah dalam rangka
melaksanakan ibadah haji umrah. Pada akhirnya Nabi Muhammad SAW
mengajak mereka untuk bernegosiasi hingga mengadakan perjanjian
damai. Kaum Muslim Madinah pun menyetejui langkah Nabi Muhammad
SAW, yaitu bahwa jalur diplomasi lebih baik daripada berperang.
Kejadian ini pun diabadikan dalam Alqur’an QS Al Fath ayat 24.
Gambaran secara rinci mengenai awal mula terdapatnya sejarah
Perjanjian Hudaibiyah yakni Nabi Muhammada SAW mengizinkan kaum
Muslim untuk mengadakan perjalanan ke Mekkah. Perjalanan tersebut
bertujuan untuk melaksanakan ibadah haji. Hal ini disambut gembira oleh
kaum Muslim Madinah. Kira-kira sebanyak 1.000 orang mulai berangkat
menuju Mekkah pada tahun 6 H atau 628 M. Demi menghilangkan
prasangka kaum Quraisy Mekkah, maka Nabi pun melarang kaum
Muslimin untuk membawa senjata kecuali binatang korban dan pedang
untuk memotong binatang. Selain itu, kaum Muslimin hanya
diperbolehkan mengenakan pakaian ihram.
Berita mengenai perjalanan Nabi Muhammad SAW dan kaum
Muslimin untuk menunaikan ibadah umrah akhirnya sampai ke telinga
masyarakat Quraisy. Mereka curiga karena bisa saja sebagai taktik belaka
untuk menembus kota Mekkah. Para pemuka Quraisy pun tetap berpegang
teguh pada pendiriannya untuk melarang Nabi Muhammad SAW dan
kaum Muslimin masuk ke Mekkah.
Kaum Quraisy mulai menyiapkan pasukan sekitar 200 orang di
bawah pimpinan Panglima Khalid Ibnu Walid untuk menghalangi Nabi
dan pengikutnya masuk ke Madinah. Rombongan dari Madinah yang
sedang menuju Mekkah akhirnya mengetahui hal tersebut setelah Nabi
bertemu dengan seseorang dari suku Ka’ab. Seseorang tersebut
mengatakan bahwa kaum Quraisy telah menuju ke suatu daerah Kiral
Gharim dan mereka bersumpah untuk menghalangi Nabi Muhammada
SAW dan kaum Muslimin memasuki kota Mekkah.
Nabi Muhammad SAW berupaya mencari jalan lain untuk
menghindari agar tidak bertemu dengan kaum Quraisy. Satu-satunya jalan
yang dapat ditempuh adalah berkeliling dengan mengitari pegunungan,
sedangkan untuk mengitari jalan baru tersebut amatlah sukar. Setelah
menempuh perjalanan yang amat melelahkan, akhirnya rombongan
tersebut sampai di suatu daerah yang bernama Al-Hudaibiyah.
Melihat kondisi tersebut, kaum Quraisy pun mulai ragu untuk
mengambil inisiatif penyerangan. Mereka akhirnya mengutus beberapa
orang dari kalangannya yaitu Budail Ibnu Warqa dan Hulais Ahabisy
untuk menanyakan maksud sebenarnya menuju kota Mekkah. Nabi
Muhammad SAW menjawab bahwa tujuan sebenarnya hanyalah untuk
melaksanakan ibadah haji umrah dan bukan untuk memerangi mereka.
Namun, pihak Quraisy tidak percaya begitu saja. Mereka pun
kembali mengirimkan utusanya untuk bertemu Rasulullah, yaitu Urwah
Ibnu Mas’ud Al-Thaqafi. Laporan Urwah, seseorang yang cukup disegani
di masyarakatnya, pun tidak ditanggapi. Para pemuka kaum Quraisy
menyuruh sekitar 40 warganya keluar pada malam hari untuk melempari
kemah Rasulullah dan rombongannya. Sebelum mereka melancarkan
aksinya, pihak Nabi Muhammad SAW sudah mengetahuinya dan mereka
tertangkap basah lalu digiring ke hadapan Nabi. Nabi pun memaafkan dan
melepaskan semuanya tanpa tinggal seorangpun.
Nabi Muhammad SAW mengambil langkah positif dengan
mengutus Usman Bin Affan kepada pemuka kaum Quraisy. Perundingan
tersebut akhirnya menghasilkan kesimpulan bahwa hanya
memperbolehkan Usman bin Affan untuk melaksanakan ibadah umrah.
Perdebatan panjang dan waktu yang cukup lama tersebut menyebabkan
munculnya desas-desus bahwa Usman telah dibunuh secara muslihat.
Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya merasa gelisah.
Merekapun menunjukkan rasa solidaritas yang kuat dengan saling
meletakkan tangannya di atas beberapa pedang yang dibawanya untuk
keperluan pemotongan binatang kurban. Sumpah setia ini dalam sejarah
Islam dikenal dengan nama Bai’atur Ridwan.
Sumpah setia ini pun sampai ke pihak Quraisy dan menggetarkan
hati mereka. Mereka segera mengadakan sidang darurat untuk mencari
cara menghadapi ancaman kaum Muslimin. Kaum Quraisy sejatinya
mengalami kejatuhan mental karena mereka masih trauma dengan
kekalahan mereka pada Perang Badar. Pada Perang Badar, kaum muslimin
dapat mengalahkan kaum Quraisy walaupun dengan pasukan yang jauh
lebih sedikit.
Kabar mengenai kejatuhan mental para petinggi Quraisy dan
kepulangan Usman bin Affan membuat kaum Quraisy percaya bahwa
kedatangan Nabi dan pengikutnya hanyalah untuk melakukan ibadah
umrah dan bukan untuk berperang. Pihak Quraisy pun akhirnya
mengirimkan utusannya untuk melaksanakan perundingan guna
menghindari kesalahpahaman. Upaya untuk mencapai titik komporomi
diwakili oleh Suhail Ibnu Umar (menurut Jalaluddin Rakhmat pihak
Quraisy diwakili oleh Urwah Ats-Tsaqafi) dan kaum Muslimin diwakili
oleh Nabi Muhammad SAW. Maka pertemuan tersebut menghasilkan
Perjanjian Hudaibiyah.
4. Apa yang dimaksud dengan Futtuh Makkah jelaskan?

Futtuh Makkah merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630


tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, di mana Nabi Muhammad beserta
10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian
menguasai Mekkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah
sedikitpun, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam
dan sekitar Ka'bah.

Pada tahun 628, Quraisy dan Muslim dari Madinah


menandatangani Perjanjian Hudaybiyah. Meskipun hubungan yang lebih
baik terjadi antara Mekkah dan Madinah setelah penandatanganan
Perjanjian Hudaybiyah, 10 tahun gencatan senjata dirusak oleh Quraisy,
dengan sekutunya Bani Bakr, menyerang Bani Khuza'ah yang merupakan
sekutu Muslim, walaupun sebenarnya yang pertama kali menyerang Bani
Bakr adalah Bani Khuza'ah, dan sayang sekali permasalahan tersebut
hanya diselesaikan dengan perjanjian elite yang tidak melibatkan akar
rumput, sehingga masih menimbulkan dendam dikalangan Bani Bakr.
Pada saat itu musyrikin Quraisy ikut membantu Bani Bakr, padahal
berdasarkan kesepakatan damai dalam perjanjian tersebut di mana Bani
Khuza'ah telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad dan sejumlah dari
mereka telah memeluk islam, sedangkan Bani Bakr bergabung dengan
musyrikin Quraisy.

Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah


untuk memperbaiki perjanjian yang telah dirusak itu, tetapi nabi
Muhammad menolak, Abu Sufyan pun pulang dengan tangan kosong.
Sekitar 10.000 orang pasukan Muslim pergi ke Mekkah yang segera
menyerah dengan damai. Nabi Muhammad bermurah hati kepada pihak
Mekkah, dan memerintahkan untuk menghancurkan berhala di sekitar dan
di dalam Ka'bah. Selain itu hukuman mati juga ditetapkan atas 17 orang
Mekkah atas kejahatan mereka terhadap orang Muslim, meskipun pada
akhirnya beberapa di antaranya diampuni.

5. Pemikiran untuk dakwah Islam yang efektif dizaman modern seperti


sekarang ini?
Menurut pendapat saya untuk menyebarkan dakwah Islam di era
modern seperti sekarang ini, sangat bergantung terhadap pendakwah
milenial. Dengan menerapkan metode yang sesuai dengan keinginan
masyarakat dan mengikuti pekembangan zaman, Metode dakwah yang
diterapkan dalam setiap aktivitas didukung dengan media modern yang
sanggup menarik perhatian masyarakat. Kemajuan teknologi dan media
modern membuat metode dakwah yang diterapkan dai milenial harus
diperbaharui untuk menggapai kesempurnaan dakwah. Apalagi diera
milenial ini masyarakat dihadapkan pada problematika kehidupan yang
kompleks. pendakwah milenial dapat menggabungkan metode dakwah
zaman dulu dan metode dakwah yang sekarang. Kedua metode dakwah
tersebut dapat menarik minat masyarakat dan menghentikan sisi negatif di
era modern.
Pendakwah modern dapat menggunakan teknologi dan sosial
media dalam menunjang keberhasilan dakwah. Dalam berdakwah, dai
milenial tidak hanya sekadar menyampaikan materi dakwah dalam setiap
kegiatan dakwahnya, tetapi juga menjawab problematika masyarakat baik
material maupun spiritual. Hal itu dilakukan supaya masyarakat kekinian
semakin meningkatkan kehidupan yang islami sesuai dengan aturan Islam.
Kemudahan dalam fasilitas yang disediakan oleh berbagai media
sosial menjadi kelebihan tersendiri bagi masyarakat virtual khususnya bagi
juru dakwah atau para da’i dalam menyampaikan atau membagikan
informasi dakwah Islam, berdikusi dan menyambung tali silaturrahim
kepada pengguna media sosial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai