Anda di halaman 1dari 6

PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA

LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA


LDNU KABUPATEN KEDIRI
Sekertariat: Jl. Imam Bonjol 38 Kediri 64122
=======================================================================================

Jaga Lisan, Jangan Saling Mencaci

َ‫ َعلى‬،‫ان‬
‫ان َالأكمل ه‬
َ‫ َوالصلاةَ َوالسلامَ َالأتم ه‬،َ‫لل َالَمَوَجَوَ هَد َأَزَلَا َوَأَبَدَا َ َبهلَا َمَكَان‬
َ‫اَلَحَمَدَ َ ه‬
َ‫ َأشهدَ َأنَ َلا َإهلهَ َإهلا‬،‫ َوعلى َآ هل هَه َوصح هب هَه َومنَ َت هبعهمَ َبه هإحسان‬،‫س هي هدنا َمحمدَ َس هي هَد َول هَد َعدنان‬
.َ‫َلاَن هبيََبعده‬،‫َوأشهدََأنََس هيدناَمحمداَعبدهََورسوله‬،‫اللََوحدهََلاَش هريكََله‬
َ:‫لَفهيََمحك هَمَ هكتابه هَه‬
َ‫يَالق هدي هَرَالقائه ه‬
َ ‫للَالع هل ه‬
َ‫َف هإنهيَأو هصيكمََونف هسيََبهتقوىَا ه‬،َ‫أماَبعد‬
َ‫ات َبهغي هَر َما َاكتسبوا َفق هَد َاحتملوا َبهتانا َو هإثما َم هبينا‬
َ ‫وال هذينَ َيؤَذونَ َالمؤ هم هنينَ َوالمؤ همن ه‬
َ )85َ:‫(الأحزاب‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri
khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua
kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

Kaum Muslimin yang berbahagia,


Di antara maksiat lisan adalah mencaci seorang Muslim, melaknatnya,
melecehkannya dan mengatakan setiap perkataan yang menyakiti hatinya tanpa
ada sabab syar’i (alasan yang dibenarkan oleh syariat).

Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


)َ‫اري‬
َ‫هسبَابََالَمَسَ هَل هَمَفَسَوَقََ(رَوَاهََالَبَخَ ه‬
Maknanya: “Mencaci seorang Muslim adalah kefasikan” (HR al-Bukhari)

Hadits ini menyebut perbuatan mencaci seorang Muslim sebagai kefasikan karena
ia tergolong dosa besar.

Sedangkan melaknat artinya adalah mencaci orang lain serta mendoakannya


agar dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah. Seperti mengatakan: Semoga
Allah melaknatmu, semoga laknat Allah menimpamu, engkau terlaknat, atau

1
engkau termasuk orang yang pantas mendapat laknat Allah. Melaknat seorang
muslim hukumnya dosa besar.

Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan:


)‫نَكقت هل هَهَ(متفقََعلي هَه‬
َ‫لعنََالمؤ هم ه‬

Maknanya: “Melaknat seorangَ Mukmin serupa dengan membunuhnya”


(Muttafaqun ‘alaih)

Mencaci dan melaknat saudara sesama Muslim bukanlah sifat sesorang Mukmin
yang sempurna imannya sebagaimana ditegaskan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
ََ‫ش َولا َالب هذيَ هَء َ(رواهَ َأحمدَ َوال هتر هم هذي‬
َ ‫اح ه‬
‫ان َولا َالف ه‬
َ‫ان َولا َاللع ه‬
َ‫ليسَ َالَمَؤ همنَ َبهالطع ه‬
َ )‫وغيرهما‬
Maknanya: “Seorang Mukmin yang sempurna imannya bukanlah seorang pencaci,
pelaknat, bukan pula orang yang berkata kejiَ dan kotor” (HR Ahmad, at-Tirmidzi
dan lain-lain)

Bahkan dalam hadits lain, Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
tegas bersabda:
)َ‫اري‬
‫اسَمنََتركهََالناسََأوََودعهََالناسََا َتهقاءََفح هش هَهَ(رواهََالبخ ه‬
َ ‫هإنََشرََالن ه‬
Maknanya: “Sesungguhnya termasuk manusia yang paling buruk adalah
seseorang yang ditinggalkan orang lain karena takut akan perkataan keji dan
kotornya” (HR al-Bukhari)

Sebaliknya, Mukmin yang baik adalah seorang mukmin yang orang lain selamat
dari gangguan lidah dan tangannya. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
)‫المس هلمََمنََس هلمََالمس هلمونََ همنََلهسانه هَهَوي هدههََ(متفقََعلي هَه‬
Maknanya: “Muslim yang sempurna imannya adalah seseorang yang orang
Muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya” (Muttafaqun ‘alaih)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Oleh karena itulah, mari kita jaga lidah kita. Jangan sampai menjadi sumber
bencana bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Lidah bisa menjadi bencana bagi
diri sendiri, karena jika tidak hati-hati, ucapan-ucapan yang haram dan
mengandung dosa akan meluncur dari lidah kita. Imam al-Ghazali menuturkan:
“Lidah adalah nikmat yang agung. Bentuknya kecil. Tapi akibat yang
2
ditimbulkannya bisa sangat besar.” Hadirin. Dengan sebab lidah, seorang anak
bisa bertengkar dengan kedua orang tuanya. Dengan sebab lidah, bisa terjadi
perceraian antara suami istri. Dengan sebab lidah, kerusuhan dan huru-hara dapat
meletus di mana-mana dan meluas ke mana-mana. Dengan sebab lidah,
seseorang bisa membunuh teman atau tetangganya. Dengan sebab lidah, bisa
saja terjadi kekacauan yang memporak-porandakan seluruh penjuru negeri. Dan
dengan sebab lidah, bisa jadi kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi
keutuhan sebuah negara, yaitu persatuan dan kesatuan.

Sangat benar apa yang disabdakan Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam:
َ )‫آخ هَرَفليقلََخيراَأوََ هَليصمتََ(مَتَفَقََعَلَيَ هَه‬
‫للَواليومهََالَ ه‬
َ‫منََكانََيؤ همنََ َبها ه‬
Maknanya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
berkata yang baik atau diam” (Muttafaqun ‘alaih)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Suatu ketika, sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mendaki gunung
Shafa. Setelah tiba di puncaknya, beliau memegang lidahnya sembari berucap:
“Wahai lidah, ucapkanlah perkataan yang baik niscaya engkau beruntung.
Diamlah dari perkataan yang buruk niscaya engkau selamat. Lakukanlah itu
sebelum engkau menyesal. Sungguh aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
)َ‫نَآدَمََ هَمنَََل هسَا َنه هَهَ(رواهََالطبرا هني‬
َ‫أَكَثَـرََخَطَايَاَابَ ه‬
Maknanya: “Sebagian besar dosa dan kesalahan manusia itu bersumber dari
lidahnya” (HR ath-Thabarani)

Sahabat Nabi yang lain, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu suatu ketika bertanya
kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah kita akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang kita bicarakan?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam lalu bertanya balik:
ََ‫اخ هر ههمَ َهَإلَا َحصائهدَ َأل هسن هت ههمَ؟ َ(رَوَاه‬
‫ار َعَلَى َوجو هه ههمَ َأَوَ َعلى َمن ه‬
َ‫وهلَ َيكبَ َالناسَ َفهيَ َالن ه‬
)َ‫ال هَتـرَ هَم هَذي‬
Maknanya: “Adakah sesuatu yang menjerumuskan manusia ke neraka lebih
banyak daripada perkataan yang diucapkan lidah-lidah mereka?” (HR at-Tirmidzi)

Baginda Nabi juga menasihatkan:


3
)َ‫هإنكََلمََتزَلََسَاَل هماَمَاَسَكَتََفَ هَإذَاَتَكَلَمَتََك هتبََلَكََأَوََعَلَيَكََ(رواهََالطبرانهي‬
Maknanya: “Sesungguhnya engkau senantiasa selamat selagi diam, namun jika
engkau telah berbicara, maka ucapanmu akan bermanfaat bagimu atau
membahayakanmu” (HR ath-Thabarani)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Dalam sebuah peribahasa dikatakan: “Terlongsong perahu boleh balik,
terlongsong cakap tak boleh balik.” Artinya perkataan yang tajam kerap kali
menjadikan celaka diri dan tidak dapat ditarik kembali. Sebab itu jika orang
hendak berucap, hendaklah dipikirkan lebih dahulu. Sangat penting bagi kita
untuk berpikir sebelum berucap. Berpikir sebelum berkomentar. Berpikir sebelum
menulis di medsos. Tulisan adalah salah satu dari dua lisan kita.

Jika baik dan bermanfaat, kita katakan atau kita tulis. Jika tidak ada manfaatnya
atau bahkan berpotensi menimbulkan keburukan, kekacauan dan
kesalahpahaman, maka lebih baik diam. Jika ada manfaat di satu sisi, namun ada
pula mudaratnya di sisi yang lain, maka kita mengikuti prinsip: mencegah
mafsadah lebih didahulukan daripada menarik maslahah. Saring sebelum sharing.
Tidak setiap yang terpikir, kita ucapkan. Tidak setiap kejadian kita komentari.
Jangan mengomentari sesuatu yang kita tidak ada ilmu tentangnya. Alih-alih
komentar kita menyelesaikan masalah, justru malah menambah dan
memperuncing masalah.

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,


Menjelang Pilkada serentak 9 Desember mendatang, marilah kita jaga persatuan
dan kesatuan. Jangan beri peluang sedikit pun kepada para pengadu domba
untuk menceraiberaikan kita. Tahan setiap ucapan atau komentar yang
berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan. Beda pilihan boleh. Asalkan
jangan saling memaki. Beda pendapat boleh. Asalkan jangan saling membenci.
Kritikan boleh disampaikan. Asalkan tetap menjaga kesantunan dan kesopanan.
Jauhkan lisan kita dari sumpah serapah, mencaci, memaki, mencela, menista,
mengejek, melaknat, mengutuk, menghina, mengolok-olok, melecehkan,
merendahkan, mencibir, mencemooh, menjelekkan, menghasut, menggunjing,
mengadu domba dan memfitnah.

Ingat, setiap apa yang kita ucapkan, lakukan dan yakini akan kita
pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Allah ta’ala berfirman:
َ )42َ:‫يهمََوأرجلهمََبهماَكانواَيعملونََ(النور‬
‫يومََتَشهدََعلي ههمََأل هسنتهمََوأي هد ه‬

4
‫‪Maknanya: “Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas‬‬
‫)‪mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS an-Nur: 24‬‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,‬‬


‫‪Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga‬‬
‫‪bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.‬‬
‫لَهَذاَوأستغ هفرََاللََ هليََولكم‪َ،‬فاستغ هفروه‪َ،‬إهنهََهوََالغفورََالر هحيمَ‪َ .‬‬
‫أقولََقو ه َ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫للَوكفى‪َ،‬وأص هليََوأس هلمََعلى َس هي هدناَمحمدََالمصطفى‪َ،‬وعلىَآ هل هَهَوأصحابه هَهَ‬


‫الحمدََ هَ‬
‫ل َالوفا‪َ .‬أشهدَ َأنَ َلا َإهلهَ َإهلا َاللَ َوحدهَ َلا َش هريكَ َله‪َ ،‬وأشهدَ َأنَ َسَ هيدنا َمحمدا َعبدهََ‬
‫أه ه َ‬
‫ورسولهَ‪َ .‬‬
‫ي َالع هظي هَم َواعلمواَ‬
‫لل َالع هل ه َ‬
‫َأما َبعد‪َ ،‬فيا َأيها َالمس هلمون‪َ ،‬أو هصيكمَ َونف هسيَ َبهتقوى َا هَ‬ ‫َ‬
‫أنَ َاللَ َأمركمَ َبهأمرَ َع هظيم‪َ ،‬أمركمَ َبهالصلا هَة َوالسلامهَ َعلى َنَ هب هي هَه َالك هري هَم َفقالَ‪ َ :‬هإنَ َاللََ‬
‫لَ‬
‫وملائهكتهَ َيصلونَ َعلى َالن هب هي‪َ ،‬يا َأيها َال هذينَ َآمنوا َصلوا َعلي هَه َوس هلموا َتس هليما‪َ ،‬اللَهمَ َص هَ‬
‫آلَس هي هدناَ‬
‫آلَس هي هدناَمحمدََكماَصليتََعَلىَس هي هدناَإهبرا ههيمََوعلىَ هَ‬
‫علىَس هي هدناَمحمدََوعلىَ هَ‬
‫آل َس هي هدنا َمحمدَ َكما َباركتَ َعلى َس هي هدنا َ هإبرا ههيمََ‬
‫اركَ َعلى َس هي هدنا َمحمدَ َوعلى َ هَ‬
‫هإبرا ههيمَ َوب ه‬
‫اتَ‬
‫آلَس هي هدناَ هإبرا ههيم‪َ،‬فهيََالعال همينََ هإنكََح هميدََم هجيدَ‪َ.‬اللَهمََاغ هفرََلهلمس هل همينََوالمس هلم ه َ‬
‫وعلىَ هَ‬
‫ات‪َ ،‬امهلل َادفعَ َعنا َالبلاءَ َوالغلاءَ َوالوباءََ‬
‫ات َالأحيا هَء َ همنهمَ َوالأمو ه‬
‫والمؤ هم هنينَ َوالمؤ همن ه َ‬
‫والفحشاءَ َوالمنكرَ َوالبغيَ َوالسيوفَ َالمَخت هلفةَ َوالشدائهدَ َوال همحن‪َ ،‬ما َظهرَ َ همنها َوما َبطن‪َ،‬‬
‫لَشيءََق هدي َر َ‬
‫انَالمس هل همينََعامة‪ َ،‬هإنكََعلىَك هَ‬
‫همنََبل هدناَهذاَخاصةََو همنََبلد هَ‬
‫ن َالفحشا هَءَ‬
‫ان َو هإيتا هَء َ هَذي َالقربَ َوينهى َع هَ‬
‫لل‪َ ،‬إنَ َاللَ َيأمرَ َبهالعد هَل َوالإحس هَ‬
‫هعبادَ َا ه‬
‫للَ‬
‫والمنك هَر َوالبغ هي‪َ ،‬ي هعظكمَ َلعلكمَ َتذكرونَ‪َ .‬فاذكروا َاللَ َالع هظيمَ َيذكركمَ َول هذكرَ َا هَ‬
‫أكبرَ‪.‬‬

‫‪Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan‬‬
‫‪Ketua BidangَPeribadatanَ& Hukum, PD Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto‬‬

‫‪5‬‬
6

Anda mungkin juga menyukai