Menurut saya, penanganan kegawatdaruratan di Indonesia masih sangat perlu
untuk ditingkatkan lagi kualitasnya. Bisa dilihat dari besarnya angka kecacatan dan kematian pada kasus kegawatdaruratan seperti serangan jantung, stroke, henti napas dan masih banyak lagi khususnya pada kasus kecelakaan lalu lintas yang paling banyak memakan korban. Ini menjadi bukti bahwa pemerintah maupun tenaga kesehatan di Indonesia belum maksimal dalam penanganan kegawatdaruratan, baik dari segi fasilitas maupun sumber daya manusianya. Keterbatasan fasilitas Rumah Sakit sangat menjadi kendala bagi keselamatan pasien dengan kasus gawat darurat, karena pasien yang tergolong gawat darurat dalam artian pasien dengan penyakit serius yang harus segera ditangani dengan cepat jika tidak segera ditolong maka besar kemungkinan pasien bisa cacat atau kehilangan nyawa. Seperti halnya keterbatasan alat maupun ruang IGD, dengan jumlah pasien yang semakin hari semakin meningkat dengan ruangan IGD yang sangat terbatas sehingga dengan terpaksa jika ruang IGD penuh maka sebagian pasien harus dipindahkan ke ruangan gawat darurat biasa, dimana peralatannya tentunya berbeda dengan peralatan yang ada di ruang IGD. Penanganan pasien hanya seadanya saja sesuai dengan peralatan yang ada sehingga sangat kecil kemungkinan pasien bisa tertolong. Ditambah lagi kurangnya tenaga kesehatan di Rumah Sakit karena banyak faktor salah satunya faktor gaji yang sangat kecil dan tidak sesuai dengan kerja seorang tenaga kesehatan yang membuat mereka banyak beralih untuk mencari pekerjaan yang lain yang bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Keterlibatan masyarakat juga sangat penting dalam meningkatkan penanganan kegawatdaruratan khususnya bagi korban kecelakaan. Seperti yang sering kita jumpai banyak sekali korban kecelakaan yang mati di tempat itu salah satunya karena keterlambatan penanganan untuk itu peran masyarakat sangat dibutuhkan disini, karena pada saat terjadi kecelakaan tenaga kesehatan tidak mungkin langsung berada di lokasi kejadian pasti yang pertama berada di sana hanyalah masyarakat. Untuk itu masyarakat perlu dibekali edukasi tentang cara memberikan pertolongan pertama pada korban gawat darurat karena korban harus diberikan bantuan hidup dasar dulu sebelum di bawa ke Rumah Sakit. Karena minimnya pengetahuan untuk melakukan pertolongan maka masyarakat di Indonesia justru memilih untuk melakukan video kepada korban atau siaran langsung di sosial media. Tenaga kesehatan mungkin bisa memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara memberikan pertolongan pertama seperti mengecek kesadaran korban jika korban tidak sadar maka respon verbal dengan cara memanggil korban jika belum juga sadar maka coba berikan respon nyeri jika tidak ada respon maka segera bawa korban ke Rumah Sakit terdekat. Atau bisa menghubungi langsung ambulans untuk meminta bantuan medis agar segera langsung ke lokasi kejadian. Masih terbatasnya pusat kesehatan seperti puskesmas, di pelosok desa juga menjadi kendala bagi masyarakat pedesaan karena untuk sampai ke pusat kesehatan itu jaraknya jauh sehingga butuh uang lagi untuk bayar biaya transportasi belum lagi biaya Rumah Sakit yang begitu mahal membuat masyarakat pedesaan sangat menderita karena keadaan ekonomi untuk itu perlu adanya pusat kesehatan terdekat di setiap desa untuk mudahkan mereka untuk datang berobat dan perlu untuk ditingkatkan lagi keringanan biaya Rumah Sakit untuk pasien dengan ekonomi rendah seperti bantuan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak terjadi di masyarakat pedesaan mereka datang bukannya sembuh malah tambah parah seperti infeksi karena penyakit dengan gawat darurat itu harus ditangani oleh tenaga medis bukan dukun karena selain peralatannya yang berbeda juga keahliannya.