MENGGAGAS POLITIK HUKUM HAK PENGELOLAAN DI MASA DEPAN
Ide Penulisi Sub Bab A - Dilihat dari pengertian, kewenangan, dan syarat ‘mempunyai tugas utama menyediakan tanah atau kawasan bagi pihak lain’ mempertegas bahwa HPL merupakan gempilan atau bagian dari Hak Milik Negara. - Subjek HPL untuk menyediakan tanah bagi pihak lain tidak boleh terjebak melakukan tindakan hukum semacam “jual-beli” atau “sewa-menyewa” tanah seperti yang dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda, pada tahun 1921 Pemerintah Gemeente Soerabaja mendirikan Perusahaan Tanah dan Bangunan (Grond en Woningbedrijf). Selain membeli, perusahaan ini juga bertugas menjual kembali tanah-tanah yang telah dibeli kepada pihak ketiga yang membutuhkan tanah. Mengapa Penulis Berpendirian Seperti itu - Penulis berpendirian seperti tersebut di atas karena HPL sesungguhnya bukanlah salah satu differensiasi dari dari Hak Atas Tanah. Substansi kewenangan HPL tidak bersifat keperdataan, seperti Hak Milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), dan Hak Pakai (HP) sebagaimana diatur UUPA. - Hal tersebut karena HPL bukan hak atas tanah yang subjeknya dapat memindahkan bagian dari tanah/bentang lahannya kepada pihak lain. HPL adalah ‘gempilan’ dari HMN yang bersifat publik, sehingga HPL itu sendiri otomatis lebih pekat bersifat publik pula. Saran dan masukan Kami setuju atas pendapat penulis tentang HPL merupakan gempilan atau bagian dari Hak Milik Negara karena dapat dilihat cerminan dari kebijakan pemerintahan Hindia-Belanda pada tahun 1921. Ide Penulisi Sub Bab B - Memastikan tujuan HPL yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. - Penulis berpandangan bahwa tanah negara bekas tanah hak menjadi wilayah kewenangan dari BPN RI yang selaras dengan PP No. 8 Tahun 1953. Mengapa Penulis Berpendirian Seperti itu - Karena HPL merupakan gempilan dari HMN yang tujuan atas keduanya pun harus selaras dan konsisten dengan amanat-dasar konstitusi itu, yakni untuk memungkinkan subjek HPL menunjang tujuan kehidupan bernegara yakni menciptakan ’sebesar-besar kemakmuran rakyat’ dalam wujud terciptanya keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat. - Pasal 2 dan 3 PP No. 8 Tahun 1953 menyatakan bahwa penguasaan tanah negara berada pada Menteri Dalam Negeri, kecuali bila tanah negara itu telah diserahkan kepada Kementerian/Jawatan atau Daerah Swatantra. Saran dan masukan - Kami setuju atas pendapat penulis bahwa tujuan HPL yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat karena HPL merupakan bagian dari HMN yang keduanya harus memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan ’sebesar-besar kemakmuran rakyat’ dalam wujud terciptanya keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat. Selain itu, juga terdapat di dalam tujuan bangsa Indonesia yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia Keempat, yakni untuk memajukan kesejahteraan umum. Ide Penulisi Sub Bab C - Meninjau kembali serta merevisi PP No. 8 Tahun 1953 atas hubungan negara dan tanah yang masih mewarisi konsep Pemerintah Hindia Belanda, yakni hubungan domein. Mengapa Penulis Berpendirian Seperti itu - Dikarenakan sudah dijelaskan secara tegas dalam pasal 33 UUD 1945 yang telah mengubah hubungan negara dengan tanah menjadi hubungan yang bersifat publik, yang dikenal dengan konsep Hak Menguasai Negara (HMN). Saran dan masukan Saran dari kami, sebaiknya PP Revisi PP No. 8 Tahun 1953 itu haruslah secara lengkap mengatur kemungkinan pemberian bagian dari HPL kepada Pihak Ketiga dan dilaksanakan secara rutin serta sesuai dengan perkembangan keadaan dan kondisi yang ada di Indonesia.