Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERMASALAHAN KESISWAAN di INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi dan
Manajemen Sekolah

Dosen Pengampu:

Disusun oleh :

1. Ananda Putri Lacosta (1803842050 )


2. Febryanti Harianja ( 180384205062 )
3. Rahmayani ( 1803842050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik,
dan ilham-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi
tugas Admisnistrasi dan Manajemen Sekolah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Admisnistrasi dan
Manajemen Sekolah , yaitu Ibu , juga kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
dan partisipasi, baik moral maupun materi dalam pembuatan makalah ini

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. oleh karena itu diharapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang, 23 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3

A. Latar Belakang.....................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................4

BAB II ISI ...........................................................................................................5

A. .............................................................................................................
B. .............................................................................................................
C. .............................................................................................................
D. ........................................
E. …….......................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pengertian dasar, pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang
menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati
nuraninya secara utuh (Mulyasana, 2011 : 2). Terkait dengan pengertian dasar pendidikan,
pendidikan berarti usaha sadar yang dilakukan untuk mewujudkan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya yang tumbuh sejalan dengan bakat,
watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh. Dalam setiap pendidikan pasti memiliki
suatu tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Mulyasa, 2012 : 4)

Terkait dengan itu, menurut Machmud dalam Nurfuadi (2012:21) menyatakan bahwa
Proses pendidikan dilakukan oleh pendidik dengan sadar, sengaja dan penuh tanggung jawab
untuk membawa anak didik menjadi dewasa jasmaniah dan rohaniah maupun dewasa sosial
sehingga kelak menjadi orang yang mampu melakukan tugas-tugas jasmaniah maupun
berfikir, besikap, berkemauan secara dewasa, dan dapat hidup wajar selamanya serta berani
bertanggung jawab atas sikap dan pebuatanya kepada orang lain. 2 Dari pendapat tersebut
maka guru dan siswa merupakan inti dan proses pendidikan, sedangkan tujuan, alat dan
lingkungan lebih bersifat pengarah, penunjang, dan prasarana (Nurfuadi, 2012 : 21).

4
Keberadaan siswa tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan saja, akan tetapi harus
merupakan bagian dari proses pendidikan. Oleh karena itu pendidikan hendaknya didesain
bagi siswa atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. Setiap anak didik
mempunyai kebutuhan dan perkembangan yang berbeda sehingga sekolah perlu
menyelenggarakan berbagai program sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembanganya
tersebut. Agar program yang telah disusun, guru yang telah diangkat dan sarana prasarana
dapat dimanfaatkan sebaik mungkin siswa perlu dimanaj sedemikian sehingga tujuan
pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Tim FKIP UMS, 2004 : 43).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masalah dalam penerimaan siswa baru ?
2. Apa saja masalah kemajuan belajar dan evaluasi belajar ?
3. Apa yang menjadi masalah dalam bimbingan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah apa saja yang terdapat dalam penerimaan siswa baru
2. Untuk mengetahui apa saja masalah yang terdapat dalam kemajuanbelajar dan
evaluasi belajar
3. Untuk mengetahui apa yang menjadi masalah dalam bimbingan belajar

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah Penerimaan Siswa Baru

Proses terjadinya pendidikan serta tejadinya proses belajar dan mengajar tidak akan
berlangsung tanpa adanya siswa. Sebelum proses belajar dan mengajar itu berlangsung
instansi pendidikan yaitu sekolah akan mulai melakukan seleksi penerimaan siswa baru.
Penerimaan siswa baru ini selanjutnya didedikasikan untuk sekolah agar nantinya siswa yang
diterima pihak sekolah sesuai dengan kreteria yang diajukan oleh pihak sekolah. Penerimaan
siswa baru biasanya dilakukan di awal sebelum terjadinya proses belajar mengajar. Pihak
sekolah akan mulai membuat aturan-aturan untuk menyeleksi calon siswa baru.

Setiap awal tahun pelajaran sekolah sebagai penyelenggara pendidikan menerima siswa
baru yang akan dididik di sekolah tersebut. Namun pada setiap penerimaan siswa baru selalu
menimbulkan permasalahan. Pihak sekolah menerima siswa dengan cara menggunakan daftar
nilai siswa yang didapat dari hasil ujian nasional. Ada yang menggunakan ujian masuk
sekolah dengan sistem manual yang memakan waktu lama dalam penentuan kelulusan
peserta. Hal ini menyebabkan tidak efektif dalam penerimaan siswa baru berakibat tidak
terpenuhinya target maksimal karena memakan waktu lama. Untuk masalah yang pertama
setiap tahun dibentuk panitia penerimaan siswa baru. Panitia ini diserahi tugas untuk meng-

6
Manajemenkan dan mengorganisasikan seluruh kegiatan penerimaan siswa baru. Pimpinan
sekolah harus mampu memberi pedoman yang jelas kepada panitia agar penerimaan siswa
baru ini berjalan dengan lancar.

Namun dalam penerimaan siswa baru masih bersifat manual, berdasarkan beberapa
seleksi, antara lain:

1. Jenis tes : Tertulis.

2. Bentuk Tes : Pilihan ganda dengan 4 alternatif.

3. Materi Tes : IPS, Matematika, IPA.

4. Pembagian Soal Tes : IPS 40 soal, Matematika 25 soal , IPA 35 soal.

5. Nilai Tes : Nilai maksimum tiap mata pelajaran adalah 100,0 total 300,0.

6. Passing grade : Nilai score lebih dari 150 dinyatakan lulus.

7. Jika score sama maka di utamakan peserta dengan NIP (Nilai Identitas Peserta)
terkecil menunjukkan peserta pendaftar lebih awal.

Namun semua proses yang berjalan masih bersifat diatas kertas atau manual, kadang kala
ada kesalahan ataupun kecurangan, seperti berlakunya memo pejabat setempat. Maka dari
latar belakang itulah diperlukan suatu sistem pendukung keputusan (SPK) untuk mengurangi
kesalahan ataupun kecurangan dari oknum tertentu. Sistem pendukung keputusan (SPK)
adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer, termasuk sistem berbasis
pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi atau sebuah perusahaan. Konsep sistem pendukung
keputusan diperkenalkan pertama kali oleh Michael S. Scoott Morton pada tahun 1970-an
dengan istilah Management Decision System (Sprague,1982). Dalam proses pengambilan
keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif. Hal ini berguna untuk memudahkan
pengambil keputusan yang terkait dengan masalah seleksi penerimaan siswa baru, sehingga
akan di dapatkan siswa yang paling layak diterima di sekolah tersebut.

B. Masalah Kemajuan Belajar dan Evaluasi Belajar

Di samping itu sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap usaha
mengembangkan kemajuan belajar siswa-siswanya. Kemajuan belajar ini secara periodik

7
harus dilaporkan terutama kepada orang tua siswa. Ini semua merupakan tanggungjawab
pimpinan sekolah. Oleh karena itu pimpinan harus tahu benar-benar kemajuan belajar anak-
anak di sekolahnya, ia harus mengenal anak-anak beserta latar belakang masalahnya. Laporan
hasil kemajuan belajar hendaknya tidak dianggap sebagai kegiatan rutin saja, tetapi
mempunyai maksud agar orang tua siswa juga ikut berpartisipasi secara aktif dalam membina
belajar anak-anaknya.
Evaluasi berasal dari kata Evaluation (bahasa Ingggris). Kata tersebut diserap dalam
pembendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya
dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi "Evaluasi". Evaluasi pada dasarnya
adalah memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu.
Dalam hubungan dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran, evaluasi mengandung
beberapa pengertian, diantaranya adalah:

 Menurut Suchman sebagaimana yang dikutip oleh Arikunto (1996) bahwa


memandang         evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai
bebarapa kagiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
 Menurut Mehrens dan Lehman yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2006), evaluasi
dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
 Evaluasi pendidikan menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown dalam Maman
(2017:1) adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk menentukan nilai dari segala
sesuatu dalam dunia pendidikan (kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan,
sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya).
 Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam Maman (2017:1), Evaluasi pendidikan
adalah : Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditentukan.

Evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar.
Pencapaian perkembangan siswa perlu diukur, baik posisi siswa sebagai individu maupun
posisinya di dalam kelompok. Hal yang demikian perlu disadari oleh seorang guru karena
pada umumnya siswa masuk kelas dengan kamampuan bervariasi. Ada siswa yang cepat
menangkap materi pelajaran, tetapi ada pula yang tergolong memiliki kecepatan biasa dan
ada pula yang tergolong lambat. Guru dapat mengevaluasi pertumbuhan kemampuan siswa
tersebut dengan mengetahui apa yang mereka kerjakan dari awal sampai akhir belajar.

8
Masalah-masalah dalam evaluasi belajar di Indonesia adalah:

1.      Hasil belajar siswa yang tidak mencapai KKM

Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses
belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau
sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan
penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa
setelah ia melaksanakan proses belajar. Profesionalisme menjadi tuntutan guru dalam
pekerjaannya. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani benda hidup yang berupa
anak-anak atau siswa dengan karakteristik yang masing-masing tidak sama. Pekerjaan guru
menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan
kemampuan dirinya mengalami stagnansi. Dan yang terlihat dalam pendidikan saat ini adalah
permasalahan guru adalah kegagalan guru dalam melakukan evaluasi.

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang
diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar
mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus
dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

Khusus untuk mata pelajaran matematika hampir semua guru telah melaksanakan evaluasi
di akhir proses belajar mengajar di dalam kelas. Namun hasil yang diperoleh kadang-kadang
kurang memuaskan. Kadang-kadang hasil yang dicapai dibawah standar atau di bawah rata-
rata.

Pada mata pelajaran yang lainnya kadang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan ada juga
pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Kapan waktu pelaksanaan evaluasi tersebut
tidak menjadi masalah bagi guru yang terpenting dalam satu kali pertemuan ia telah
melaksanakan penilaian terhadap siswa di kelas.

1.      Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena
keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai
tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa
diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.

9
2.      Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan
tes tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi
guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak. Tetapi kegiatan
ini mempunyai kelemahan yaitu anak yang suka gugup walaupun ia mengetahui jawaban dari
soal tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa gugupnya itu. Dan kelemahan
lain tes lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru harus punya banyak persediaan soal.
Tetapi ada juga guru yang mewakilkan beberapa orang anak yang pandai, anak yang kurang
dan beberapa orang anak yang sedang kemampuannya utnuk menjawab beberapa pertanyaan
atau soal yang berhubungan dengan materi pelajaran itu.
Setiap guru dalam melaksanakan evaluasi harus paham dengan tujuan dan manfaat dari
evaluasi atau penilaian tersebut. Tetapi ada juga guru yang tidak menghiraukan tentang
kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir
pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas pada akhir semester ia telah mencapai target
kurikulum.

1) Penyebab hasil belajar tidak mencapai KKM

Ini yang menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan saat ini.

                                     a.            Guru kurang menguasi materi pelajaran, sehingga dalam menyampaikan


materi pelajaran kepada anak kalimatnya sering terputus-putus ataupun berbelit-belit yang
menyebabkan anak menjadi bingung dan sukar mencerna apa yang disampaikan oleh guru
tersebut.

Tentu saja di akhir pelajaran mereka kewalahan menjawab pertanyaan atau tidak mampu
mengerjakan tugas yang diberikan. Dan akhirnya nilai yang diperoleh jauh dari apa yang
diharapkan.

                                     b.            Guru kurang menguasai kelas. Guru yang kurang mampu menguasai kelas
mendapat hambatan dalam menyampaikan materi pelajaran, hal ini dikarenakan suasana
kelas yang tidak menunjang membuat anak yang betul-betul ingin belajar menjadi terganggu.

                                     c.             Guru enggan mempergunakan alat peraga dalam mengajar. Kebiasaan guru


yang tidak mempergunakan alat peraga memaksa anak untuk berpikir verbal sehingga
membuat anak sulit dalam memahami pelajaran dan otomatis dalam evaluasi di akhir
pelajaran nilai anak menjadi jatuh.

                                    d.            Guru kurang mampu memotivasi anak dalam belajar, sehingga dalam


menyampaikan materi pelajaran, anak kurang menaruh perhatian terhadap materi yang

10
disampaikan oleh guru, sehingga ilmu yang terkandung di dalam materi yang disampaikan itu
berlalu begitu saja tanpa ada perhatian khusus dari anak didik.

                                     e.            Guru menyamaratkan kemampuan anak di dalam menyerap pelajaran.


Setiap anak didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi pelajaran.
Guru yang kurang tangkap tidak mengetahui bahwa ada anak didinya yang daya serapnya di
bawah rata-rata mengalami kesulitan dalam belajar.

                                      f.            Guru kurang disiplin dalam mengatur waktu. Waktu yang tertulis dalam
jadwal pelajaran, tidak sesuai dengan praktek pelaksanaannya,. Waktu untuk memulai
pelajaran selalu telat, tetapi waktu istirahat dan jam pulang selalu tepat atau tidak pernah
telat.

                                     g.            Guru enggan membuat persiapan mengajar atau setidaknya menyusun


langkah-langkah dalam mengajar, yang disertai dengan ketentuan-ketentuan waktu untuk
mengawali pelajaran, waktu untuk kegiatan proses dan ketentuan waktu untuk akhir
pelajaran.

                                     h.            Guru tidak mempunyai kemajuan untuk nenambah atau menimba ilmu,


misalnya membaca buku atau bertukar pikiran dengan rekan guru yang lebih senior dan
profesional guna menambah wawasannya.

                                       i.            Dalam tes lisan di akhir pelajaran, guru kurang trampil mengajukan


pertanyaan kepada murid, sehingga murid kurang memahami tentang apa yang dimaksud
oleh guru.

                                       j.            Guru selalu mengutamakan pencapaian target kurikulum.  Guru jarang


memperhatikan atau menganalisa berapa persen daya serap anak terhadap materi pelajaran
tersebut

Sehingga solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan penyebab yang
telah di kemukakan yaitu guru harus menguasi materi pelajaran, guru harus menguasai kelas,
guru mempergunakan alat peraga dalam mengajar, guru harus mampu memotivasi anak
dalam belajar, guru harus mengetahu tingkat kemampuan anak di dalam menyerap pelajaran,
guru harus disiplin dalam mengatur waktu, guru enggan membuat persiapan mengajar atau
setidaknya menyusun langkah-langkah dalam mengajar, guru mempunyai kemajuan untuk
nenambah atau menimba ilmu, dalam tes lisan di akhir pelajaran guru terampil mengajukan
pertanyaan kepada murid, guru selalu mengutamakan pencapaian target kurikulum.  

2.      Terjadinya Kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional di indonesia

11
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional 153/U/2003 tentang Ujian Nasional
yahun 2003/ 2004 disebutkan bahwa tujuan Ujian Nasional adalah untuk mengukur
pencapaian hasil peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan tingkat
pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas.Selain itu juga untuk mengukur mutu pendidikan
dan mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan ditingkat Nasional, Provinsi,
Kabupaten sampai tingkat sekolah.

Selama ini,seiring bergulirnya waktu timbul pro kontra mengenai pelaksanaan Ujian
Nasional yang alih-alih dilakukan untuk mengukur mutu pendidikan. Dengan berbagai alasan
kemudian selama pelaksaan ujian tersebut banyak kita temui kecurangan-kecurangan yang
dilakukan.

Terlepas dari semua itu,Ujian Nasional yang dilakukan memiliki sisi positif dan negatif.
Adapun sisi positif dari pelaksanaan UN tersebut,anatara lain:

(1)   Siswa dapat belajar serius terhadap pelajarannya selama ini di bangku sekolah.

(2)   Menyetarakan pendidikan disetiap daerah sehingga berstandar Nasional, Apabila selama


pelaksanaanya tersebut sesuai dengan aturan.

(3)   Dapat mengevaluasi serta mengembangkan kurikulum yang dipakai selam penyelenggaraan


pendidikan.

Selain sisi positif, beberapa sisi negatif dari pelaksanaan Ujian Nasional tersebut antara
lain:

(1)   Ujian Nasional belum dapat mempresentasikan proses belajar mengajar selama di bangku
sekolah. Seperti anak didika yang pandai Matematika tapi ia kurang menguasai Bahasa
Indonesia, apakah ia harus tidak lulus?.

(2)   Penyelenggaraan pendidikan yang berbeda di berbagai lembaga tertentu,dengan kualitas


yang berbeda.Tidak mungkin lantas disamaratakan mengingat daerah yang berbeda.Seperti
didaerah terpencil dengan dikota.

Dengan adanya ujian nasional, sekolah dan guru akan dipacu untuk dapat memberikan
pelayanan sebaik-baiknya agar para siswa dapat mengikuti ujian dan memperoleh hasil ujian
yang sebaik-baiknya. Demikian juga siswa didorong untuk belajar secara sungguh-sungguh
agar dia bisa lulus dengan hasil yang sebaik-baiknya. Sementara, di pihak lain juga tidak
sedikit yang merasa tidak setuju karena menganggap bahwa Ujian Nasional sebagai sesuatu

12
yang sangat kontradiktif dan kontraproduktif dengan semangat reformasi pembelajaran yang
sedang kita kembangkan.

Bentuk kecurangan UN yang kerap kali ditemukan adalah sebagai berikut :

(1)   Sebelum pelaksanaan UN

                                   a.            Kebocoran soal

                                  b.            Mengganti nilai raport.

                                   c.            Meninggikan KKM

                                  d.            Meninggikan nilai ujian sekolah

                                   e.            Pengawas yang dikirim bisa dinegosiasi

                                   f.            Tempat duduk siswa direkayasa.

                                  g.            Siswa diajak untuk membantu temannya.

(2)   Pada saat pelaksanaan UN

Nyontek yang sistemik dan disengaja diantaranya

                                   a.            Pengawasan UN tidak ketat.

                                  b.            Siswa dibiarkan mengorpe / menyontek dan bekerja sama.

                                   c.            Siswa diberi jawaban oleh pengawas / pihak sekolah.

                                  d.            Siswa mendapat jawaban lewat SMS.

(3)   Setelah pelaksanaan UN

                                   a.            Mengisi jawaban siswa yang masih kosong.

                                  b.            Mengganti jawaban siswa.

Contoh kecurangan tersebut membuat permasalahan dalam penilaian dan evaluasi


pembelajaran, karena guru menilai dan mengevaluasi nilai akhir peserta didik berdasarkan
hasil ujian nasional tersebut. Hal ini dilakukan oleh kebijakan pemerintah dengan
menerapkan sistem UNAS (Ujian Nasional) dengan NEM (NilaiAkhir Murni)nya. Dalam
ujian nasional, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) yang cenderung
hanya menilai kemampuan aspek kognitif, dan kadang-kadang direduksi sedemikian rupa
melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik
kerapkali diabaikan. Akibatnya banyak terjadi keluhan dari masyarakat dan sekolah itu
sendiri tentang rendahnya kualitas sopan santun dan tanggung jawab pelajar kita karena

13
penilaian yang dilakukan umumnya terfokus pada kegiatan yang menyangkut prestasi
akademik dan kurang mnaruh perhatian terhadap kegiatan yang menyangkut tingkah laku dan
sikap.

1)      Penyebab terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional

Ujian Penghabisan, Ujian Negara, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas),
Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Nasional, merupakan nama– nama yang pernah
dipakai untuk mengukur mutu pendidikan Nasional dan kelulusan siswa secara kognitif
ditingkat dasar dan menengah. Apapun namanya jika tidak dapat mengakomodir antara
kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat maka selama itu pula
pro dan kontra serta kecurangan (KKM ditinggikan, nilai US dinaikkan dan pengawasan
ujian tidak ketat) selalu menghiasi pelaksanaan ujian nasional itu sendiri.

Bagi Pemerintah Pusat, Kepala Daerah, Diknas, Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, dan
Siswa UN merupakan :

(1)   Tolak ukur tingkat efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, sekaligus mendapatkan
gambaran kasar mutu penyelenggaraan pendidikan skala nasional sehingga pengambilan
kebijakan untuk tahun berikutnya tepat sasaran.

(2)   Melatih siswa mandiri, disiplin, jujur dan percaya diri dalam mengambil keputusan yang
tepat

(3)   Kebanggaan, keberhasilan dan prestasi kerja suatu sekolah atau suatu daerah, jika peserta
didiknya dinyatakan lulus 100%

(4)   Kebanggaan bagi sekolah jika nilai rata – rata UN tinggi

(5)   Kebanggaan bagi siswa jika nilai rata – rata UN tinggi

(6)   Penambah nilai dan tidak menghambat siswa untuk lulus 100%

Dari ke-enam tujuan inilah yang memicu timbulnya pro dan kontra serta kecurangan
sebelum pelaksanaan UN atau pada saat UN berlangsung. Pelaksanaan UN dan prosentasi
kelulusan tahun 2011 akan lebih baik dari tahun – tahun sebelumnya, karena rumus kelulusan
yang diatur dalam permen diknas nomor 45 tahun 2010 memberi porsi 40% nilai sekolah
yang diperoleh dari rata - rata raport dan nilai ujian sekolah. Tetapi mutu / kwalitas kelulusan
belum bisa dikatakan baik karena terindikasi ada kecurangan kecurangan yang dilakukan,
yaitu sebelum pelaksanaan UN, pada saat pelaksanaan UN maupun setelah pelaksanaan UN.

2)       Solusi melaksanakan ujian nasional yang baik dan kredibel

14
(1)   Solusi “Nilai Akhir Kumulatif”

 Merupakan metode yang  mengumpulkan nilai laporan pendidikan selama tiga tahun
untuk dijadikan Nilai Akhir Kumulatif. Rekapitulasi nilai siswa/siswi yang dihitung secara
kumulatif lebih mewakili prestasi belajar siswa/siswi selama tiga tahun dibandingkan nilai
UN yang hanya tiga hari. Dengan menerapkan metode ini, peran guru yang beberapa waktu
ini hilang karena kekakuan dari UN akan kembali seperti sediakala. Perlu diketahui, guru
lebih mengenal siswa/siswinya dibandingkan dengan mesin pengolah data UN.

(2)   Pemerintah mengatur berapa Standar “Nilai Akhir Kumulatif” yang dibutuhkan sebagai
syarat kelulusan.

Siswa/siswi tidak akan merasa kecewa jika kerja kerasnya selama tiga tahun dinilai
dengan prestasi belajar yang diperoleh selama tiga tahun pula.

(3)   Penggunaan CCTV

Meskipun soal bocor, namun dapat diantisipasi pada saat pelaksanaan Ujian Nasional.
Bisa juga Ujian Nasional online dengan CCTV. Kelemahannya, selain yang sudah
diungkapkan sebelumnya, juga menimbulkan tekanan batin baru bagi siswa, dan biayanya
sangatlah mahal. Solusi tersebut dalam konteks ekonomi Indonesia mungkin sulit, tapi
pribadi saya meminta berhentilah berteriak jujur dan berprestasi jika tak mampu

(4)   Ujian Nasional Online

Tidak perlu ada percetakan lagi. Soal tidak dikirim lagi. Soal tidak mampir lagi di
kepolisian. Tak perlu lagi menjemput soal. Karena inilah pintu-pintu yang membuka peluang
bocornya soal Ujian Nasional. Siswa melihat soal hanya ketika melaksanakan UN, satu siswa
satu monitor. Kelemahannya pasti ada, tapi minim, aplikasi lemah, dan kemungkinan sangat
mahal. Tapi inilah standar yang dapat dipakai berdasarkan tinjauan sarana.Serta beberapa
solusi lain yang dapat dijadikan alternatif mengatasi berbagai hal yang terjadi dalam
pelaksanaan Ujian Nasional.

15
C. Masalah Bimbingan

Masalah yang juga erat hubungannya dengan kemajuan belajar ini ialah masalah
bimbingan. Bimbingan merupakan salah satu kegiatan pendidikan di samping pengajaran dan
latihan. Pelaksanaan bimbingan pada anak usia dini tidak dapat dipisahkan dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Ketika guru melaksanakan kegiatan pengajaran dan
latihan, ketika itu juga guru dapat melaksanakan proses bimbingan dengan menggunakan
metode pembelajaran yang sering kali dipergunakan dalam menKejelasan arah kepada siapa
proses bimbingan itu dilakukan akan mewujudkan hasil yang baik dari suatu proses yang
dilakukan. Tugas sekolah bukan hanya sekedar memberi pengetahuan dan ketrampilan saja,
tetapi sekolah harus mendidik anak-anak menjadi manusia seutuhnya. Oleh karena itu tugas
sekolah bukan saja memberikan pelbagai ilmu pengetahuan tetapi juga membimbing anak-
anak menuju ke arah kedewasaan. Dalam rangka ini maka tugas pimpinan sekolah ialah

16
menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan kegiatan
bimbingan ini maka anak-anak akan ditolong untuk mampu mengenal dirinya, kekuatan-
kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Anak-anak akan ditolong agar mampu mengatasi
masalah-masalahnya yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Dengan demikian
diharapkan anak-anak akan dapat bertumbuh secara sehat baik jasmani dan rohaninya serta
dapat merealisasikan kemampuannya secara maksimal.

Guru tidak boleh sembarangan memberikan bimbingan, bimbingan yang dilakukan guru
harus dilatarbelakangi pemahaman terhadap kondisi permasalahan anak yang dibimbingnya.
Pemahaman terhadap kebutuhan dan perkembangan anak yang berbeda satu sama lain
membuat guru/pendamping perlu melakukan bimbingan secara fleksibel. Guru/pendamping
tidak dapat memberikan bimbingan dengan pendekatan yang sama pada setiap anak karena
kebutuhan dan perkembangan anak satu sama lain berbeda.  

C. Ragam Masalah Bimbingan

Dalam masalah  ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta
mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam bagan berikut :

1. Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar tidak mau
menegerjakan tugas. Menjadi siswa yang pasif di kelas.
pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar,  tahap awal, berpacaran,
mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi
kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.

2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan


menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum
minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan
asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan
kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan
konferensi kasus.

3. Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan
narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata
tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi

17
dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan
konferensi kasus.  

Dapat saya simpulkan dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan
siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi
tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain
untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan
pribadi secara optimal.  

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Sistem koordinasi merupakan sistem saraf (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan
perintah untuk memberi tanggapan rangsangan atau sistem yang mengatur kerja
semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem saraf dan sistem
endokrin bekerja sama dan berinteraksi dalam mengatur fungsi-fungsi internal
tubuh dan perilaku. Adapun alat indra merupakan reseptor rangsang dari luar.
Pada hewan vetebrata mereka memiliki sistem koodinasi atau alat indera yang
sempurna. Hewan- hewan ini menggunakan mata untuk melihat, hidung yang
berfungsi sebagai indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba dan
telinga yang berfungsi sebagai indra pendengar.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hildebrand, Milton. 1974. Analysis Of Vertebrate Structure. USA.

Gilbert, Scott F, dan Barresi, Michael J.F. 2016. Developmental Biology. USA.

Tenzer, dkk. Tanpa tahun. Struktur Perkembangan Hewan I(SPH I). Malang:
Universitas Negeri Malang.

Campbell, Neil A.2008. Biologi Edisi 8, jilid 2. Erlangga: Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai