Anda di halaman 1dari 35

Riau Pulmonary Scientific Meeting XI 2021

MANAGEMENT ASTHMA STABLE


CURRICULUM VITAE : AND ASTHMA
EXACERBATION
1. IN PANDEMIC ERA
2.
3.
4.

PIR XI, Pekanbaru 09-10 April 2021 COMPREHENSIVE MANAGEMENT OF PULMONARY AND RESPIRATORY DISEASE IN PANDEMIC ERA
MANAGEMENT ASTHMA STABLE AND ASTHMA EXACERBATION IN PANDEMIC ERA
Curriculum Vitae
Nama : dr. Azizman Saad, SpP (K), FISR,FAPSR
Institusi : Departemen Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi FK Unri
Riwayat Pendidikan : Dokter Umum FK Unand ( 1975 – 1983 )
Spesialis Paru FK UI ( 1990 – 1995 )
Foto
Konsultan asma dan PPOK FK UI ( 2015)
Riwayat Pekerjaan : KPS Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK Unri (2016-2020)
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
RS Awal Bros Pekanbaru
RS Petala Bumi Pekanbaru
Riwayat Organisasi : IDI Cabang Pekanbaru
Ketua PDPI cabang Riau ( 2003 -2020 )
Yayasan Asma Indonesia Cabang Riau

PIR XI, Pekanbaru 09-10 April 2021 COMPREHENSIVE MANAGEMENT OF PULMONARY AND RESPIRATORY DISEASE IN PANDEMIC ERA
Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan
inflamasi kronis pada saluran pernapasan1
Gejala asma hanya puncak dari gunung
es

Kondisi saat serangan3:


• bronkokonstriksi
“Inflamasi adalah fitur yang mendasari • Inflamasi
penyakit asma2”

Di INDONESIA, 2.4% penduduk terdiagnosa ASMA4 (>6 juta orang)

1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginashtma.org; 2. Currie, GP., Therapeutic modulation of allergic airways disease with leukotriene receptor antagonists., Q J Med 2005; 98: 171
– 182; 3. Shari J. Lynn, MSN, RN, and Kathryn Kushto-Reese, MS, RN. Understanding asthma pathophysiology, diagnosis, and management, American Nurse Today. 2015; vol 10, Num 7;49-51; 4. RISKESDAS 2018
Pasien ASMA berisiko mengalami serangan tanpa mempedulikan tingkat kontrol maupun
derajat keparahan asma

>1 dari 4 pasien di kelompok dengan status Tidak Terkontrol & Terkontrol
Sebagian (menurut GINA) dikaitkan dengan kejadian eksaserbasi1*

80
karena eksaserbasi asma akut dalam 12
% pasien dengan >1 periode terapi OCS

70
63% Risiko Eksaserbasi dialami oleh seluruh pasien
60 asma, baik asma ringan, sedang, maupun
berat2
bulan terakhir

50

40
~31% • Semakin tinggi tingkat keparahan asma, maka risiko
30 eksaserbasi semakin besar3
~24%
• Semakin tinggi kejadian eksaserbasi sebelumnya, maka
20
risiko eksaserbasi berulang semakin besar3
10

0
Price D, et al Terkontrol Terkontrol sebagian Tidak terkontrol
n = 1604 n = 2785 n = 3611
N = 8000 orang dewasa (18–50); 11 negara Eropa; Dengan ≥2 peresepan obat asma dalam 2 tahun terakhir

1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org
2. Price D, et al. Asthma control and management in 8,000 European patients: the REcognise Asthma and LInk to Symptoms and Experience (REALISE) survey. NPJ Prim Care Respir Med. 2014;24:14009.
3. Suruki RY, et al. The frequency of asthma exacerbations and healthcare utilization in patients with asthma from the UK and USA. BMC Pulm Med. 2017;17:74
Penggunaan SABA berlebih (≥3 SABA kanister/tahun) dikaitkan dengan
peningkatan risiko eksaserbasi & kematian akibat asma1,2

Eksaserbasi selama baseline year (%)†

30 28,7
% eksaserbasi

25
21,3
20
17,1

15
12,8

10

0
0-2 3-5 6-10 11+
(n=254,500) (n=76,619) (n=27,065) (n=7140)

Jumlah kanister SABA per tahun

SABINA Programme Swedish Asthma Population: Pasien yang diresepkan SABA ≥3 kanister/tahun mengalami peningkatan
kejadian eksaserbasi, rawat inap, dan kunjungan ke poli dibandingkan dengan pasien yang diresepkan SABA 0-2 kanister*2
*The association of SABA use and asthma exacerbation risk in a nationwide Swedish asthma population as part of the SABINA study was evaluated by linking nationwide mandatory drug-and patient-registries.2 †Asthma-related exacerbations included
hospitalizations, emergency room visits, and/or oral corticosteroid claims. 2SABA = short-acting β2-agonist; SABINA = SABA use IN Asthma; PY = patient years.
1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org. 2. Nwaru BI, et al. Overuse of short-acting β2-agonists in asthma is associated with increased risk of exacerbation and
mortality: a nationwide cohort study of the global SABINA programme. Eur Respir J. 2020. 55: 1901872
TATA LAKSANA ASMA STABIL
KRITERIA TERKONTROL
Tidak ada Gejala

Tidak ada Pemakaian saba inhl.

Tiap hari APE pagi 80%

Tidak ada Terbangun malam hari

Tidak ada Eksaserbasi

Tidak ada Kunjungan ke IGD

Tidak ada Efek samping obat

Bateman et al. ARJCCM 2004


Classification of Asthma Severity
CLASSIFY SEVERITY
Clinical Features Before Treatment
Symptoms Nighttime PEF
Symptoms
STEP 4 Continuous
<60% predicted
Severe Limited physical Frequent
Variability >30%
Persistent activity
STEP 3 Daily >60%-<80%
Moderate Use 2-agonist daily >1 time week predicted
Persistent Attacks affect activity Variability >30%
STEP 2
>1 time a week but >80% predicted
Mild Persistent >2 times a month
<1 time a day Variability 20-30%

STEP 1 < 1 time a week


Asymptomatic and >80% predicted
Intermittent <2 times a month
normal PEF between Variability <20%
attacks
The presence of one of the features of severity is sufficient to place a patient in that category.
Global Initiative for Asthma (GINA) WHO/NHLBI, 2002
ICS-FORMOTEROL SEBAGAI PELEGA PILIHAN
(Bukan SABA)

SABA tidak lagi


menjadi pelega
pilihan

Dosis rendah ICS-


formoterol
seperlunya adalah
PELEGA PILIHAN
untuk asma
ringan-sedang-
berat

Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org
PERUBAHAN PADA TATALAKSANA ASMA:
PELEGA ANTI-INFLAMASI untuk pasien asma ringan, sedang, dan berat

Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org
TERAPI PENGONTROL
(LOW-HIGH DOSE ICS-LABA)

Pasien asma sebaiknya MELANJUTKAN penggunaan


OBAT INHALASI PENGONTROLnya selama pandemic COVID-192

 GINA menyatakan bahwa pasien tidak disarankan untuk menghentikan penggunaan obat inhalasi
kortikosteroid
 Menghentikan inhalasi kortikosteroid dapat mengarah kepada bahaya perburukan asma

1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org; 2. Global Initiative for Asthma (GINA), 19 March 2020
https://ginasthma.org/recommendations-for-inhaled-asthma-controller-medications/
ANTI INFLAMASI, PELEGA
DAHULU
SETIAP HISAPAN yang digunakan pasien untuk mengatasi
Terapi berbasis SABA seperlunya perburukan gejala JUGA mengatasi inflamasi yang mendasari
Besaran relative dari inflamasi

asma, sehingga MELINDUNGI pasien dari risiko eksaserbasi3


SABA
dan gejala*1

(mis.salbutamol) BARU & PILIHAN UTAMA


Kortikosteroid oral Terapi berbasis Budesonide-Formoterol seperlunya

Besaran relatif dari inflamasi


Inflamasi
Gejala
BUD/FORM Pelega anti-inflamasi

dan gejala*1
Menurunkan risiko eksaserbasi
Hari
Inflamasi
Penggunaan SABA berlebih berisiko bagi pasien: Gejala
Asma adalah penyakit inflamasi kronis, Dengan intensitas yang
berubah-ubah1
Ketika gejala memburuk, pasien bergantung pada SABA untuk Hari
meredakan gejala dengan cepat1
SABA tidak mengatasi inflamasi1 * Usulan hipotesa dari mekanisme a) Pelega SABA dan b) Budesonide-formoterol seperlunya sebagai
Pelega Anti-Inflamasi selama perburukan gejala asma yang terjadi sebelum eksaserbasi. Efek formoterol
≥3 canister SABA/tahun dikaitkan dengan cenderung lebih kompleks dan tidak disajikan dalam grafik. SABA hanya meredakan gejala tetapi tidak
mengatasi inflamasi. Pelega dengan Anti-Inflamasi meredakan gejala dan mengatasi inflamasi. Garis
peningkatan risiko eksaserbasi dan kematian2 putus-putus menunjukkan perburukan asma pada pasien yang menggunakan pelega SABA

1. Harrison, T., et al. Variability in airway inflammation, symptoms, lung function and reliever use in asthma: anti-inflammatory reliever hypothesis and STIFLE study design. ERJ Open Res 2020; 6: 00333-2019; 2.
Nwaru B.I., et al. Overuse of short-acting β2-agonists in asthma is associated with increased risk of exacerbation and mortality: a nationwide cohort study of the global SABINA programme. Eur Respir J 2020; 55:
1901872; 3. O’Byrne PM, et al. Inhaled Combined Budesonide–Formoterol as Needed in Mild Asthma. N Engl J Med. 2018;378:1865–1876
MENGAPA PELEGA ANTI INFLAMASI BERMANFAAT BAGI PASIEN?

1-3
Bekerja SECEPAT SABA Menyesuaikan Kebiasaan
Hanya Formoterol yang TERBUKTI Alamiah Pasien untuk
meredakan gejala SECEPAT &
SEEFEKTIF SABA1–2 mendapat efek LEGA3,4
menit
Rerata Perubahan Fungsi Paru Setelah Pemberian Obat
Perubahan FEV1 terhadap

30 “Ketika gejala memburuk, sebagian


25 besar pasien menggunakan pelega”4
baseline (%)

20
15
10 Dengan Budesonide-Formoterol, pasien
5
mendapatkan efek lega dengan cepat &
0
n=36 meredakan inflamasi yang muncul3
-5
-5 0 3 5 10 15 20 25 30 35
Adaptasi dari Seberova Menit Setelah Pemberian Obat
Formoterol
Formoterol TBH Salbutamol Salbutamol Plasebo
4.5 μg TBH pMDI 100 μg pMDI 2 0 0 μg
9 μg
FEV1, forced expiratory volume in 1 second; TBH, turbuhaler; pMDI, pressurised metered dose inhaler

* Efek bronkodilator tergantung pada dosis, dengan onset antara 1-3 menit (pada menit ke 3 sejak pemberian obat, tidak ada perbedaan nilai FEV1 antara Symbicort & Salbutamol
1. Seberová E, Andersson A. Respir Med. 2000;94(6):607–611. 2. Symbicort Product Information BPOM-RI 2020; 3. Beasley R, Holliday M, Reddel H.K, et al. N Engl J Med. 2019;380:2020–2030.; 4. O’Byrne PM et all.
The paradoxes of asthma management: time for a new approach? Eur Respir J 2017; 50: 170110
STUDI Baru yang Mendasari Perubahan Tata Laksana Asma
SYGMA 1
Plasebo 2x/hari + Budesonid-Formoterol 160/4.5 µg* seperlunya
Lebih dari 3,800 pasien asma ringan
52-minggu, buta-ganda, randomisasi, multisenter R Plasebo 2x/hari + terbutalin 0.4 mg* seperlunya
1:1:1
Catatan elektronik harian untuk memastikan kepatuhan
Budesonide 2 0 0 µg 2x/hari + terbutalin 0.4 mg* seperlunya

14% 64% 83%


Meningkatkan peluang memiliki Menurunkan eksaserbasi Menurunkan rata-rata ICS harian
minggu2 asma terkontrol dengan berat dibanding terbutaline dibanding budesonid harian

baik (WCAW) dibanding (median). Dosis pada kelompok
terbutalin • Angka eksaserbasi tahunan:
0.07 dan 0.20, berurutan bud-form (57 μg) dan dosis pada
kelompok budesonide (340 μg).

Note: WCAW achieved when two or more of the following criteria are fulfilled: no more than 2 days with a daily asthma symptom
score >1; no more than 2 days of as-needed medication use, up to a maximum of four occasions per week (multiple occasions
per day are regarded as separate occasions); morning PEF ≥80% predicted every day. Both of the following criteria must also
be fulfilled: no nighttime awakenings due to asthma; no additional inhaled and/or systemic corticosteroid treatment due to
asthma2

SYGMA = Symbicort given as needed in mild asthma; WCAW = well-controlled asthma weeks.
*Delivered dose. †Severe exacerbation was defined as worsening asthma leading to systemic glucocorticoid treatment for ≥3 days, hospitalisation or emergency room visit leading to systemic glucocorticoid treatment; moderate–severe
exacerbation was defined as including worsening asthma requiring addition of twice-daily inhaled budesonide 200 μg to avoid progression to a severe exacerbation

Ref: O’Byrne PM, FitzGerald JM, Bateman ED, et al. supplementary appendix. N Engl J Med 2018;378:1865–1876; 2. O’Byrne PM, et al. The SYGMA programme of phase 3 trials to evaluate the efficacy and safety of budesonide/formoterol given ‘as
needed’ in mild asthma: study protocols for two randomised controlled trials. DOI 2017; 10.1186/s13063-016-1731-4
Bagaimana peranan Budesonide/Formoterol untuk pasien asma ringan dalam setting
dunia nyata?
NOVEL START Budesonide-Formoterol 200/6 μg seperlunya
studi pragmatik, open-label yang didesain untuk merefleksikan kondisi (n = 220)
praktek sehari-hari R 2 hisapan Albuterol 100 μg seperlunya
675 pasien asma dewasa yang sebelumnya diterapi dengan 1:1:1 (n = 223)
SABA seperlunya
Budesonide 200 μg BD + 2 hisapan albuterol 100 μg
52 minggu, open-label, randomised, multicenter, controlled trial seperlunya (n = 225)

Menurunkan angka eksaserbasi tahunan vs SABA


51% Angka eksaserbasi absolut per pasien/tahun: 0.195 vs. 0.400;
RR 0.49; 95% CI 0.33 - 0.72; P<0.001

Menurunkan risiko eksaserbasi berat vs SABA


60% Kejadian eksaserbasi berat = Bud/For: 9 vs albuterol 23;
RR, 0.40; 95% CI 0.18 to 0.86

Dosis ICS harian lebih rendah vs ICS + SABA

52% 222±113 pada kelompok budesonide vs


107±109 pada kelompok Bud/For seperlunya

Digunakan
1 hisapan setiap
Nilai median: 0.37 hisapan/hari (0.15-0.73)

Beasley R, Holliday M, Reddel HK, et al. Controlled trial of budesonide–formoterol as-needed for mild asthma. N Engl J Med 2019;380:2020–2030.
3 days
Bagaimana peran Budesonide-formoterol pada Pasien asma sedang-berat?
Budesonide/formoterol pelega dengan pengontrol menurunkan risiko eksaserbasi dengan
dosis ICS yang lebih rendah (COMPASS STUDY)

Run-in Randomisation Treatment


Penelitian acak, buta-ganda
Salmeterol/fluticasone 50/250 μg BID + terbutaline sebagai pelega (n=1123) selama 6 bulan terhadap 3335
Regular ICS ≥500 µg +
pasien asma > 12 tahun, diagnosa
terbutaline Budesonide/formoterol 320/9 μg BID + terbutaline sebagai pelega (n=1105) asma > 6 bulan, ICS > 3 bulan,
sebagai pelega
FEV₁ > 50% prediksi, > 1
Budesonide/formoterol 160/4.5 μg BID + budesonide/formoterol sebagai pelega (n=1107)
eksaserbasi asma dalam 1-12
Week -2 0 8 16 24 bulan sebelumnya
Enrolled n=4399; Randomised n=3335

Dengan dosis ICS harian 25% lebih rendah 300 Eksaserbasi Berat
budesonide/formoterol sebagai pelega dengan 39% reduction
pengontrol, menurunkan eksaserbasi berat lebih p<0.001
208
baik 39% vs salmeterol/fluticasone

Jumlah kejadian
200
173
SAL/FLU 50/250 µg bid + SABA
125
25%
as needed (n = 1123)
39%
10 BUD/FORM 320/9 µg bid +
(p< 0.001) 0 SABA as needed (n = 1105)

BUD/FORM 160/4.5 µg bid +


BUD/FORM as needed (n = 1107)

Kuna P et al. Effect of budesonide/formoterol maintenance and reliever therapy on asthma exacerbationsInt J Clin Pract. 2007;61(5):725-736
“Rendahnya kepatuhan penggunaan terapi anti inflamasi akan
meningkatkan terjadinya risiko asma eksaserbasi”

Gillissen, Andrian. Patient’s adherence in asthma. Journal of Physiology and Pharmacology. 2007. Suppl 5, 205-222
TATA LAKSANA ASMA EKSASERBASI
Asma Eksaserbasi

Asma eksaserbasi adalah episode peningkatan progresif dari sesak napas, batuk,
mengi, atau dada terasa berat dan penurunan fungsi paru yang progresif.1

Pada asma eksaserbasi terjadi bronkokonstriksi, vasodilatasi, eksudasi


plasma dan hipersekresi mukus2

Gejala & eksaserbasi Inflamasi dan hiperresponsivitas


bronkial mendasari gejala asma
Obstruksi dan eksaserbasi3
Saluran Pernapasan
Hiperesponsif
Bronkial
Inflamasi
Saluran Pernapasan
19 Referensi ; 1. Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention. 2019. Tersedia di: http://www.ginasthma.org/. 2. Barnes, P.J. Asthma mechanisms. Africa Health. 2016 p 21-27. 3.
Currie, GP., Therapeutic modulation of allergic airways disease with leukotriene receptor antagonists., Q J Med 2005; 98: 171-182
FAKTOR PENCETUS ASMA
Patofisiologi Asma Akut (Serangan Asma)

Pembuluh darah yang


Pembuluh darah normal mengalami Vasodilatasi
Mengapa
vasodilatasi
menjadi hal yang
penting untuk
diperhatikan?

Vasodilatasi akan meningkatkan ketebalan lapisan


mukosa saluran napas

mempersempit jalan napas dan meningkatkan


kekakuan dinding saluran pernapasan
Designed by freepik

21 Tracheobronchial vasculature, British Medical Bulletin, Volume 48, Issue 1, 1992, Pages 108–119,
Referensi gambar: www.scientificanimations.com - http://www.scientificanimations.com/wiki-images/, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=78051968
Normal Asma
Penanganan asma eksaserbasi sesegera mungkin sangat
penting untuk menekan resiko hospitalisasi

 Mortalitas pada pasien asma eksaserbasi yang dirawat berjumlah 30% dari
total kematian pada pasien asma 1.

 Kejadian eksaserbasi dan kebutuhan hospitalisasi meningkatkan paparan


pasien terhadap lingkungan rumah sakit sehingga meningkatkan risiko infeksi
COVID-19 2

Hospitalisasi di Rumah sakit meningkatkan biaya terapi 1

1. Krishnan V et al. Mortality in Patients Hospitalized for Asthma Exacerbations in the United States; Am J Respir Crit Care Med. 2006. 174:633-6386; 2. Jamie Hartmann-Boyce et al. Asthma and
Covid-19: Risks and Management Consideration. CEBM. 2020 Available online at https://www.cebm.net/cid-19/asthma-and-covid-19-risks-and-management-considerations/.
Terapi Eksaserbasi Asma Dewasa berdasarkan Pedoman Asma PDPI 2019

Asma Eksaserbasi (serangan)

Klasifikasi RINGAN / SEDANG BERAT

• Bicara dalam frase • Bicara kata per kata


• Memilih duduk dari pada terlentang • Memilih membungkuk ke depan
• Tidak agitasi • Agitasi
• Frekuensi napas meningkat • Frekuensi napas > 30 kali / menit
• Tidak menggunakan otot bantu napas • Menggunakan otot bantu napas
• Frekuensi nadi 100-120 x/menit • Frekuensi nadi > 120 x/menit
• Saturasi O2 90-95% (udara ruangan) • Saturasi O2 < 90% (udara ruangan)
• APE > 50% dari nilai prediksi / terbaik • APE ≤ 50% dari nilai prediksi / terbaik

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. PDPI 2019.


Terapi Eksaserbasi Asma Dewasa berdasarkan Pedoman Asma PDPI 2019

Asma Eksaserbasi (Serangan)

RINGAN / SEDANG BERAT


Terapi

• Pemberian O2 untuk mempertahankan • Pemberian O2 untuk mempertahankan


saturasi 93-95% (anak-anak 94-98%) saturasi 93-95% (anak-anak 94-98%)
• Antagonis beta 2 kerja singkat • Antagonis beta 2 kerja singkat
• Pertimbangkan ipratropium bromide • Ipratropium bromide
• Inhalasi kortikosteroid dosis tinggi atau • Inhalasi kortikosteroid dosis tinggi atau
kortikosteroid oral kortikosteroid intravena atau oral
• Pertimbangkan magnesium IV

Pada pasien yang tidak mendapatkan kortikosteroid sistemik, pemberian ICS dosis tinggi dalam satu jam
pertama saat eksaserbasi mengurangi risiko rawat inap.

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. PDPI 2019.


ARUS PUNCAK EKPIRASI ( APE )
Pemberian ICS Dosis Tinggi pada saat serangan asma memberikan efek cepat sehingga
menurunkan risiko hospitalisasi
• Meta Analisis 17 randomize control trial
• Total 1.133 pasien asma eksaserbasi sedang – berat di UGD (447 dewasa dan 663 anak)
• Membandingkan pasien yang diberi ICS dosis tinggi vs. Plasebo, ICS dosis tinggi vs. SCS, ICS dosis tinggi +SCS vs SCS
• ICS yang digunakan adalah Budesonide, beclomethasone, dexamethasone, flunisolide, fluticasone, triamcinalon

Pada 1-2 Jam Pada 2-3 Jam

Skor Gejala Asma


4.7 X 70%
signifikan Tingkat hospitalisasi
pasien yang dipulangkan
vs Plasebo dan kortikosteroid
Vs. Plasebo
sistemik Vsvs Plasebo dan kortikosteroid
sistemik

27
Rodrigo J Gustavo. Rapid Effects of Inhaled Corticosteroids in Acute Asthma :An Evidence-Based Evaluation. CHEST; 2006; 130:1301-1311.
Pemberian budesonide respules 4 mg/hari selama 5 hari setelah eksaserbasi memiliki
efektivitas yang setara dengan kortikosteroid sistemik

Retrospektif studi menilai respons 28 pasien


Rata-rata PEF

yang di rawat inap dengan asma eksaserbasi


ringan hingga berat.
Semua pasien tidak menggunakan steroid
minimal 1 tahun. 13 pasien menerima
days budesonide (2x2 mg bid) dan 13 pasien
menerima oral prednisolone ( 2x15 mg bid).
Pulmicort Respules® PEV, FEV1 dan skor gejala asma di
dokumentasikan setiap hari. Kedua kelompok
Oral Prednisolon mendapatkan fenoterol sesuai keperluan

Waktu (Hari)

Chian CF et al. Five-day course of budesonide inhalation suspension is as effective as oral prednisolone in the treatment of mild to severe acute asthma exacerbations in adults ;
28 Pulmonary Pharmacology & Therapeutics 24: 256-260, 2011.
Efek Samping Pemberian Kortikosteroid Sistemik Menjadi Pertimbangan
Penggunaan Budesonide Respules®

Pemberian budesonide respules hingga 4 mg/hari, tidak menurunkan kadar serum kortisol dan osteokalsin
secara signifikan, berbeda dengan pemberian kortikosteroid sistemik.

Study double-blind, double-dummy, placebo-controlled, randomized crossover .12 pasien asma membandingkan plasebo, budesonide dosis rendah, sedang dan tinggi diberikan 2 kali per hari (1 mg, 2mg, dan 4 mg/hari), dan oral prednisolon dosis
rendah, sedang dan tinggi diberikan satu kali per hari (5, 10, dan 20 mg/ hari). Semua obat dan plasebo diberikan selama 4 hari pada tiap dosis disertai periode washout. Pengukuran dilakukan pukul8 pagi setelah dosis terakhir pada tiap dosis
dan diukur kadar kenaikan plasma kortisol, serum osteokalsin dan jumlah eosinofil di dalam darah..
29
Referensi ; Wilson AM, McFarlane LC, Lipworth BJ. Systemic bioactivity profiles of oral prednisolone and nebulized budesonide in adult asthmatics. Chest ;114:1022–7, 1998.
Pemberian ICS Dosis Tinggi
1
1. Onset kerja yang cepat pada pasien asma eksaserbasi
2. Secara signifikan memperbaiki gejala asma & menurunkan
1
resiko hospitalisasi
3. Memiliki profil keamanan yang lebih baik dibandingkan
2
kortikosteroid sistemik

Bagaimanakah Pemberian Terapi Nebulisasi


pada masa pandemik?

1. Rodrigo J Gustavo. Rapid Effects of Inhaled Corticosteroids in Acute Asthma :An Evidence-Based Evaluation. CHEST; 2006; 130:1301-1311; 2. Wilson AM, McFarlane LC, Lipworth BJ. Systemic bioactivity profiles of oral prednisolone and
nebulized budesonide in adult asthmatics. Chest ;114:1022–7, 1998.
Terapi Nebulisasi di Rumah
NICE Merekomendasikan untuk Jika pasien COVID-19 atau suspek COVID-19
melanjutkan terapi nebulisasi di 1
menggunakan nebulizer di rumah : 2
1
rumah pada pasien asma berat

• Sampaikan kepada pasien, atau orang tua pasien • Virus dapat bertahan dalam ‘droplets” di udara
atau caregiver, bahwa mereka dapat melanjutkan selama 1-2 jam.
menggunakan nebulizer mereka. Hal ini • Nebulisasi albuterol harus berada di lokasi yang
disebabkan aerosol berasal dari cairan dari meminimalkan paparan terhadap anggota rumah
nebulizer (nebulizer chamber) dan tidak akan tangga yang tidak terinfeksi.
membawa partikel virus dari pasien. Temukan
• Lokasi dapat mencakup di luar di teras/ teras/
informasi lebih lanjut dari
garasi, di mana udara tidak disirkulasikan
https://www.gov.uk/government/publications/w
kembali ke rumah dan permukaan yang mungkin
uhan-novel-coronavirus-infection-prevention-
terpapar dapat lebih mudah dibersihkan (atau
and-control
mungkin tidak perlu dibersihkan)

1. National
31 Institute for Health and Care Exellence (NICE). Covid 19 rapid guideline: severe asthma. April 2020. Available at https://www.nice.org.uk/guidance/NG166; 2. American College of Allergy, Asthma, & Immunologiy (ACAAI). Nebulizer use during the COVID-19 Pandemic.
2020. Available at https://college.acaai.org/publications/college-insider/nebulizer-use-during-covid-19-pandemic.
Rekomendasi Terapi Nebulisasi di Rumah Sakit
(Minnesota Department of Health, USA)
Nebulizer dan Risiko Transmisi Infeksi

• Artikel review tahun 2012 mengenai Aerosol-generating prosedur menyimpulkan tidak ada signifikansi
risiko transmisi terhadap penggunaan nebulizer, menggunakan evidence dari penyebaran SARS.
• Pada tahun 2004 studi menunjukkan hasil polymerase chain reaction (PCR) sampel udara sekitar pasien
SARS yang mendapatkan terapi nebulisasi tidak menunjukkan adanya virus.
• Saat ini panduan UK pada pencegahan infeksi untuk COVID-19 tidak memasukan nebulizer sebagai risiko
transmisi yang potensial, dikarenakan fakta bahwa pengeluaran aerosol oleh alat berasal dari cairan obat
dalan wadah nebulizer dan bukan dari tubuh pasien.
• Berdasarkan data, administrasi nebulizer menunjukkan risiko infeksi yang lebih rendah dibandingkan
dengan prosedur kesehatan yang menghasilkan aerosol lainnya, tetapi adanya virus dalam jarak dekat dari
penggunaan aerosol masih memungkinkan.

Minnesota Department of Health. Aerosol-Generating Procedures and Patients with Suspected or Confirmed Covid-19. April 2020 . Available at www.health.state.mn.us
Pemberian terapi nebulisasi di rumah sakit pada
pasien yang suspected atau terkonfirmasi COVID-19
(Minnesota Department of Health, USA)

• Tenaga kesehatan harus menggunakan facemask (dan juga pelindung


mata, sarung tangan dan gaun) selama pemberian terapi.
• Tutup pintu (pada ruangan pasien) selama pemberian terapi nebulisasi
• Menjaga jarak aman (6 kaki/ 2 meter atau lebih) diluar pintu
• Pasien tidak perlu dikirim ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk
tujuan pemberian terapi nebulisasi
• Jika pasien dapat mentoleransi, ganti ke pMDI dengan dedicated spacer

Minnesota Department of Health. Aerosol-Generating Procedures and Patients with Suspected or Confirmed Covid-19. April 2020 . Available at www.health.state.mn.us
KESIMPULAN
1. GINA 2019-2020 mengubah paradigma dalam pengobatan asma, dengan menempatkan
ICS/formoterol sebagai pelega utama, dan menggeser SABA sebagai pelega alternative pada asma
ringan, sedang, berat1
2. Pemilihan pelega menjadi poin penting dalam tatalaksana asma. Pasien dengan Budesonide-
Formoterol Pelega Anti-Inflamasi: Dengan dosis ICS 83% lebih rendah, terbukti menurunkan
eksaserbasi berat 64%3 vs SABA
3. Penggunaan budesonide-formoterol sebagai Pelega Anti-Inflamasi dengan atau tanpa pengontrol
adalah cara simple pengobatan asma4
4. ICS Dosis Tinggi telah direkomendasikan sebagai terapi pada semua tingkat keparahan asma
eksaserbasi berdasarkan Pedoman Asma PDPI 20195
5. Pada pasien asma eksaserbasi (saat serangan), pemberian ICS dosis tinggi memiliki onset kerja
yang cepat, efektivitas yang setara dengan kortikosteroid sistemik dengan efek samping yang
minimal6,7,8
6. NICE merekomendasikan untuk melanjutkan terapi nebulisasi di rumah pada pasien asma berat.9

1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org; 2. Kuna P et al. Effect of budesonide/formoterol maintenance and reliever therapy on asthma exacerbationsInt J Clin Pract. 2007;61(5):725-736; 3.
O’Byrne PM, et al. Inhaled Combined Budesonide–Formoterol as Needed in Mild Asthma. N Engl J Med. 2018;378:1865–1876; 4. Lipworth, Brian et al. Anti-inflammatory reliever therapy for asthma. Ann Allergy Asthma Immunol 2020. 124 13-15; 5. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Asma di Indonesia. PDPI 2019. 6. Rodrigo J Gustavo. Rapid Effects of Inhaled Corticosteroids in Acute Asthma :An Evidence-Based Evaluation. CHEST; 2006; 130:1301-1311. 7. Chian CF et al. Five-day course of budesonide inhalation suspension is as effective as oral
prednisolone in the treatment of mild to severe acute asthma exacerbations in adults ; Pulmonary Pharmacology & Therapeutics 24: 256-260, 2011., 8. Wilson AM, McFarlane LC, Lipworth BJ. Systemic bioactivity profiles of oral prednisolone and nebulized budesonide in adult
asthmatics. Chest ;114:1022–7, 1998. 9. National Institute for Health and Care Exellence (NICE). Covid 19 rapid guideline: severe asthma. April 2020. Available at https://www.nice.org.uk/guidance/NG166
TERIMA KASIH

SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA BERSAMA

Anda mungkin juga menyukai