Anda di halaman 1dari 3

1.

Kata Sulit (10 menit)


- Osteolitik (Khufitha) = Peningkatan jumlah sel osteoklas atau jumlah sel akibat destruksi
tulang
- Sekuester (Vebriana) = Suatu keadaan dimana serpihan tulang yang telah mati, akibat
terhentinya suplai darah ke tulang. Sering diartikan sebagai tempat utama terjadinya
infeksi. Merupakan gambaran tulang, yang menandai osteomieliteis
- Osteosklerotik (Kharen) = suatu keadaan proses skelrosis (degenerasi) sel-sel tulang.
- Fragmen Kominutif (Beatrix) = Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen,
dimana garis patahnya lebih dari satu dan saling berhubungan.
- Angulasi (Leo) = Merupakan tulang yang mengalami pembengkokan akibatg
- Diskontinuitas (I Putu) = Terputusnya hubungan antara tulang akibat cedera karena
trauma.
- Atrofi (Belencia) = Pengecilan atau penyusutan jaringan otot.

Rumusan Masalah (15 menit):

1. Mengapa pasien mengalami nyeri pada kaki kanan setelah mengalami kecelakaan 4 bulan
yang lalu? (I Putu)
2. Mengapa pasien tersebut mengalami demam? (Leo)
3. Mengapa dengan pengobatan alternative pasien tidak kunjung sembuh? (Beatrix)
4. Mengapa kaki kanan pasien mengalami atrofi? (Khufitha)
5. Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan pus, dan sekuester menonjol keluar pada
pasien? (Belencia)
6. Mengapa pada posisi kaki pasien ditemukan eksorotasi dan angulasi positif? (Kharen)
7. Mengapa tampak diskontinuitas tulang tibia dan fibula disertai lesi osteolitik dan tepi
osteosklerotik ? (Vebriana)

Curah Pendapat (40 menit):

1. Adanya hubungan dengan kecelakaan 4 bulan yang lalu, dimana terjadi trauma pada tungkai
pasien dan terjadi luka, terutama jika luka terbuka memudahkan terjadinya infeksi . Tubuh
akan menggangap kuman yang menyebabkan infeksi sebagai benda asing dan terjadilah
proses inflamasi.
Reaksi inflamasi akan mengeluarkan mediator inflamasi seperti bradykinin dan histamin.
Bradikinin berperan dalam proses nyeri sedangkan histamin berperan dalam terjadinya
demam.
Adanya proses transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.
Transduksi = proses rangsangan nyeri di ubah menjadi sinyal listrik
Transmisi = proses penyaluran sinyal listrik
Modulasi = sinyal listrik di modifikasi
Persepsi = merupakan proses menginterpretasi nyeri oleh korteks otak.
Mediator inflamasi seperti interleukin 1, akan meningkatkan suhu tubuh. Mengarah pada
pembentukan senyawa prostaglandin. Prostaglandin merupakan mediator yang berperan
dalam persepsi rasa nyeri.
2. Rusaknya jaringan, yang melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan hipotalamus
meningkatkan set point tubuh sebagai akibat dari proses infeksi sebelumnya.
3. Tidak sembuh karena pengobatannya tidak tepat, sehingga proses penyembuhan tulang
menjadi terganggu.
Tahap penyembuhan tulang:
- Fase inflamasi = berlangsung beberapa hari sejak terjadinya trauma
- Fase proliferasi = jaringan yang mengalami trauma membentuk benang fibrin, terjadi
revaskularisasi. Berlangsung hingga hari kelima fraktur
- Fase pembentukan kalus = merupakan fase pembentukan jaringan tulang yang berlanjut.
Berlangsung 3-6 minggu.
- Fase penulangan kalus (osifikasi) = kalus sudah mengeras. Terjadi dalam rentang waktu
3-4 bulan.
- Fase remodelling (konsolidasi) = fase perbaikan dari fraktur dan reorganisasi tulang baru.
Memerlukan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Pengobatan alternatif mengganggu proses penyembuhan tulang.

Pasien mengalami fraktur terbuka, dimana harus dilakukan tatalaksana seperti pembenrian
antibiotik untuk mencegah infeksi. Sterilisasi yang kurang pada terapi alternative.

4. Atrofi dapat disebabkan oleh proses fisiologis maupun proses patologis. Proses fisiologis
akibat otot yang jarang digunakan atau jarang aktivitas fisik. Pada proses patologis terjadi
infeksi dan inflamasi yang mengarah pada nekrosis / apoptosis.
Hambatan pada penyembuhan tulang, akibat vaskularisasi yang kurang, sehingga tulang
mengalami nutrisi yang kurang, sehingga tulang tumbuh menjadi lebih kecil dari
sebelumnya.
Terjadi gangguan pada range of movement (ROM), yang menyebabkan imobilisasi lama
sebagai akibat dari proses remodelling tulang yang terganggu.
5. Jika terjadi trauma dan masuknya mikroorganisme ke jaringan di dalam tubuh, maka akan
mengakibatkan Mikroorganisme menginfeksi dan menstimulasi sel-sel imunologi yang
berperan dalam proses fagositosis. Jika terjadi dalam waktu yang lama, maka akan terjadi
akumulasi jaringan nekrotik yang merupakan sel-sel yang telah mati, disertai dengan adana
sel imunologi dan cairan tulang yang akan membentuk pus. Pus ini keluar kearah tulang
membentuk abses superoristeal. Abses yang terbentuk secara terus menerus menyebabkan
fistula pada kulit.
Terjadi penurunan nutrisi pada tulang sebagai akibat dari vaskularisasi yang kurang pada
tulang, sehingga terbentuk jaringan tulang mati yang disebut sekuester.
Pus akan membentuk fistula pada kulit dan membentuk tekanan intraoseus, sehingga terjadi
penurunan vaskularisasi pada tulang dan terbentuknya thrombosis, sehingga tulang
mengalami nekrosis.
6. Kaki pasien mengalami angulasi dan eksorotasi berkaitan dengan trauma yang terjadi 4
bulan lalu. Terjadi trauma yang menyebabkan tulang terpelintir, sebagai akibat dari trauma.
Angulasi disebabkan karena terjadi fragmen komunitif.
7. Tampak adanya diskontinuitas tulang dengan fragmen kominutif, dapat dicurigai terjadi nya
fraktur pada tulang tibia dan fibula dan terjadi peningkatan sel osteoklas dan pembentukan
pus yang akan menekan tulang, sehingga tekanan intraoseus meningkat dan mengganggu
aliran darah. Tulang tidak mendapat oksigen yang cukup, sehingga terjadi gambaran
osteosklerotik.
Osteokslerotik merupakan pembentukan sel tulang baru sebagai akibat proses osteolitik
yang terjadi sebelumnya.

Mind Mapping / Problem Tree:


Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang:

1. Definisi dan Klasifikasi dari Nyeri


2. Epidemiologi Nyeri pada Kaki
3. Etiologi dan Faktor Risiko Nyeri pada Kaki
4. Patofisiologi dari Nyeri pada Kaki
5. Diagnosis Banding dan Manifestasi Klinis Nyeri pada Kaki
6. Penegakan Diagnosis Nyeri pada Kaki
7. Tatalaksana Diagnosis Nyeri pada Kaki

Anda mungkin juga menyukai