Nilai Prediktif Radiografi Masdtoid Dalam Mendeteksi Mastoiditis Pada Pasien Otitis Media Supuratif Kronik
Nilai Prediktif Radiografi Masdtoid Dalam Mendeteksi Mastoiditis Pada Pasien Otitis Media Supuratif Kronik
1
Bagian Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar
2
Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan , Universitas Hasanuddin Makassar
3
Bagian Ilmu Fisiologi, Universitas Hasanuddin Makassar
Alamat Koresponden :
1
ABSTRAK
Radiografi mastoid merupakan salah satu pemeriksaan untuk mendeteksi mastoiditis pada daerah yang tidak
tersedia CT Scan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai prediktif radiografi mastoid dalam mendeteksi
mastoiditis pada pasien Otitis Media Supuratif Kronik(OMSK). Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi RS.
Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Metode penelitian merupakan uji diagnostik dilakukan dari bulan Juli
2012 sampai Januari 2013. Total sampel 61, dari 40 orang yang menderita OMSK suspek mastoiditis atau
kolesteatom pada salah satu atau kedua telinga, berumur antara 6-61 tahun. Nilai prediktif radiografi mastoid
untuk mengetahui apakah hasil pemeriksaan radiografi mastoid proyeksi Schuller dan Stenver ini benar-benar
positif mastoiditis dan kolesteatom. Hasil penelitian adalah radiografi mastoid proyeksi Schuller dan Stenver
cukup baik dalam menilai mastoiditis, tetapi pada kolesteatom yang tidak menyebabkan erosi tulang sulit untuk
dideteksi pada radiografi mastoid ini. Proyeksi Schuller masih lebih baik dibanding Stenver dalam menilai
kolesteatom. Nilai prediksi positif radiografi mastoid cukup tinggi baik pada proyeksi Schuller maupun Stenver
yaitu 98,2% dalam menilai mastoiditis, untuk menilai kolestetom 85,7% pada proyeksi Schuller dan 83,3%
untuk proyeksi Stenver.
ABSTRACT
Mastoid Radiography is one way to detecting mastoiditis in areas not available CT Scan. The aim of the
research is to acknowledge the predictive value of mastoid radiography in detecting mastoiditis on chronic
supurative media otitis patient. The research was conducted at radiology department of Dr. Wahidin
Sudirohusodo Hospital, Makassar. The method of research was a diagnostic test conducted from July 2012 to
January 2013.The samples total were 61, in which 41 persons suffered from mastoiditis or cholesteatom suspect
of OMSK in one or both of ears, aged between 6-61 years. Predictive value of mastoid radiography to
determine whether the results of radiographic projections mastoid Schuller and Stenver is really positive
cholesteatom and mastoiditis. The result are radiographic projections mastoid Schuller and Stenver good in
assesing mastoiditis, but that does not cholesteatom caused bone erosion is difficult to detect in this mastoid
radiography.Schuller projection is still better than Stenver in assessing cholesteatom. Positive predictive value
is high enough mastoid radiography both Schuller and Stenver projection is 98,2% in assessing mastoiditis, to
assess the cholesteatom 85,7% and 83,3% Schuller projection to projection Stenver.
2
PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah. Banyak ahli
membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas
otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, masing-masing golongan mempunyai
bentuk akut(OMSA) dan kronis(OMSK). OMSK sendiri terdapat dua tipe aman (tipe
mukosa=tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya(tipe tulang=tipe maligna). (Soepardi dkk,
2007)
Otitis media(OM) khususnya yang kronik(otitis media supuratif kronik) adalah infeksi
telinga tengah yang ditandai oleh sekret telinga tengah aktif atau berulang di telinga tengah
yang keluar melalui perforasi membran timpani yang kronik. OMSK yang sukar di
sembuhkan dapat menyebabkan komplikasi luas. Umumnya penyebaran bakteri merusak
struktur sekitar telinga atau telinga tengah itu sendiri. Komplikasi ini bisa intratemporal yaitu
mastoiditis, labirintitis, petrositis, paralisis n.facialis; ekstratemporal terdiri dari komplikasi
ekstrakranial (subperiosteal abses, Bezold’s abses) dan intrakranial (meningitis, abses
otak,sinus trombosis). (Probs, 2006, Quin, 1998, Simon et al,2009)
Mastoiditis merupakan komplikasi intratemporal dari otitis media yang terbanyak
dijumpai. Hal ini dibenarkan pada penilitian Lin YS komplikasi terbanyak dari otitis media
supuratif kronik adalah mastoiditis (14%-74%). (Simon et al, 2009, Lin et al, 2009)
Kolesteatom merupakan kista yang mengandung jaringan epidermal pada telinga
tengah dan mastoid. Kista ini mengandung deskuamasi debris ( terutama keratin ) dari proses
keratinizasi lapisan epitel squamous. Pada foto roentgen mastoid tampak sebagai bayangan
lusen. Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang patogenesis kolesteatom salah
satunya adalah teori metaplasi yang menyatakan bahwa kolesteatom terjadi akibat metaplasi
mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi berulang.(Hildmann et al, 2006, Soepardi dkk,
2007)
Penegakan diagnosis otitis media ini didasarkan atas hasil pemeriksaan klinis
(anamnesis dan pemeriksaan otologik) serta untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi
melalui pemeriksaan radiologik (foto polos, CT Scan dan MRI mastoid ). Imaging yang
terbaik untuk menilai penyakit kronik telinga tengah dan tulang temporal (mastoid) termasuk
kolesteatom adalah dengan CT Scan karena mampu memperlihatkan destruksi tulang. (Haiat,
2011, Adam, 1997).
Radiografi konvensional os temporal masih banyak digunakan diberbagai daerah
atau tempat dimana tidak terdapat CT scan dan MRI (Haiat, 2011). Radiografi konvensional
digunakan dalam skrinig tulang temporal dan menentukan status pneumatisasi dari mastoid
3
dan petrous piramid. Metode ini memungkinkan digunakan untuk lesi besar yang meluas ke
tulang temporal. Proyeksi standar os temporal meliputi proyeksi Schuller, Runstrom,
Stenvers, transorbital, submentovertikal, Law, Mayer, Towne, Chausse III. Semua proyeksi
tersebut dahulu masih digunakan, namun saat ini yang tebanyak digunakan kepentingan
klinik yaitu lateral atau Schuller dan obliq atau Stenvers. Pemeriksaan yang lain memiliki
sejarah yang bermakna namun tidak praktis diaplikasikan. ( Valvassori,e.al,2005 )
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui nilai prediktif
radiografi mastoid dalam mendeteksi mastoiditis pada pasien otitis media supuratif kronik.
Secara khusus bertujuan untuk menilai gambaran radiografi mastoid posisi Schuller pada
pasien otitis media supuratif kronik suspek mastoiditis dan atau kolesteatoma.Menilai
gambaran radiografi mastoid posisi Stenvers pada pasien otitis media supuratif kronik suspek
mastoiditis dan atau kolesteatom. Menilai gambaran CT Scan mastoid pada pasien otitis
media supuratif kronik suspek mastoiditis dan atau kolesteatom. Membandingkan hasil
radiografi mastoid posisi Schuller dan Stenvers dengan CT Scan mastoid dalam menilai
mastoiditis dan atau kolesteatom. Menentukan nilai prediksi positif foto polos mastoid
proyeksi Schuller dan Stenvers terhadap CT Scan mastoid.
4
Pada setiap subjek dilakukan pemeriksaan radiografi mastoid proyeksi Schuller dan
Stenver kemudian dilakukan pemeriksaan CT Mastoid untuk menilai adanya mastoiditis dan
atau kolesteatom. Untuk menilai ketepatan diagnostik radiografi mastoid proyeksi Schuller
dan Stenvers dalam menilai mastoiditis dan kolesteatom maka ditentukan sensitifitas,
spesifitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif dan akurasi.
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana prediksi positif radiografi
mastoid proyeksi Schuller dan Stenver dibandingkan dengan CT Scan mastoid sebagai gold
standar untuk menilai mastoiditis dan kolesteatom.
Penelitian ini merupakan uji diagnostik namun karena pertimbangan jumlah sampel
kecil dan aspek praktisnya maka nilai prediksi positif/nilai duga positif (NDP) lebih
ditekankan. NDP untuk klinisi mempunyai arti yang lebih penting dari pada sensitivitas dan
spesifitas, karena pada saat hasil pemeriksaan tiba diklinisi, klinisi akan berpikir berapa
kemungkinan hasil tersebut memang benar-benar positif. (Dahlan S, 2009)
5
Nilai diagnostik untuk radiografi mastoid proyeksi Schuller dan Stenver sama-sama
memiliki sensitivitas 96,6%. Spesifitas 66,7%. Nilai prediksi positif 98,2%. Nilai prediksi
negatif 50% dan memiliki akurasi 95,1% dalam menilai mastoiditis, dari data ini menunjukan
bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara Schuller dan Stenver dalam menilai mastoiditis
sama-sama memiliki nilai prediksi positif yg baik dan hampir mendekati CT Scan . Dimana
CT Scan menurut literatur (Probs.et all,2006) ditetapkan terbaik dalam menilai mastoiditis.
Dari 61 sampel terdapat masing-masing 1 (1,6%) positif palsu dan 2 negatif palsu (3,3%)
yang terdiagnosa mastoiditis pada Schuller dan Stenver sedangkan pada CT Scan hasilnya
normal, hal ini disebabkan karena struktur anatomi telinga dan tulang yang ada didalamnya
itu sangat kompleks dan jika terjadi perubahan posisi radiologi bisa menimbulkan kondisi
patologik.
Dalam menilai adanya kolesteatom didapatkan sensitifitas radiografi mastoid proyeksi
Schuller adalah 35,3 %, spesifitas 97,7 %, nilai prediksi positif 85,7 %, nilai prediksi negatif
79,6 % dan memiliki akurasi 80,3 %. Berdasarkan tabel 8, Untuk proyeksi Stenver didapatkan
sensitifitas 33,3%, spesifitas 97,7%, nilai prediksi positif 83,3 %, nilai prediksi negatif 81,4
% dan memiliki akurasi 80,3 % dalam menilai kolesteatom. Kedua jenis radiografi diatas
sama-sama mempunyai nilai prediksi positifnya cukup tinggi walaupun sensitifitasnya rendah
artinya Schuller dan Stenver kurang sensitif dalam menilai kolesteatom.
Untuk menilai kolesteatom, dari 61 sampel terdapat masing-masing 1 (1,6%)positif
palsu pada proyeksi Schuller dan Stenver, mungkin karena lesi yang dianggap lusen ini
ternyata mungkin merupakan bayangan lusen yang merupakan variasi anatomi normal dari
mastoid, sebab tidak dijumpai adanya erosi tulang, hal ini memang merupakan kendala pada
radiografi proyeksi Schuller dan Stenver dimana hasilnya memperlihatkan struktur anatomi
tulang dan organ-organ yang saling overlapping. Ditemukan pula masing-masing 11(18,03%)
negatif palsu pada proyeksi Schuller dan 10(16,4%) negatif palsu pada proyeksi Stenver hal
ini mungkin karena stadium awal dari kolesteatom yang belum terdapat erosi tulang, sulit
untuk memberikan gambaran pada radiografi mastoid.
Diantara kedua pemeriksaan ini Schuller masih sedikit unggul dibandingkan Stenver
dalam menilai kolesteatom, oleh karena pada penelitian ini kolesteatom terbanyak ditemukan
pada daerah telinga tengah dan antrum mastoid, dimana secara anatomi posisi Schuller lebih
banyak memproyeksikan telinga tengah dan sebagian besar mastoid, sedangkan Stenver
hanya sebagian mastoid dan lebih banyak memproyeksikan telinga bagian dalam, disamping
itu kelebihan Schuller lebih nyaman bagi pasien dibandingkan posisi Stenver, sehingga bias
6
untuk pemeriksaan Schuller bisa lebih kecil dibandingkan Stenver, disamping itu foto
proyeksi Stenver masih kurang familiar dibadingkan Schuller.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J.L., Paparella, M.M., dan Levine, S.C. (1997). Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.
Dalam Effendi, H.(ed), BOIES Buku Ajar Penyakit THT. EGC : Jakarta.
Dahlan, M.S. (2009). Penelitian Diagnostik. Salemba Medika: Jakarta.
Haiat, S.W. (2011). Aquired Temporal Bone Cholesteatoma Imaging. eMedicine, (Online),
(http://emedicine.medscape.com/article/298962-overview, diakses 25 April 2012)
Hildmann, H and Sudhoff, H. (2006). Cholesteatom Surgery in Philipp, M.(ed), Middle Ear
Surgery. Spinger. New York.
Lin, S.Y. (2009). The prevalence of Chronic Otitis Media and its Complication rates in
Teenagers and Adult Patients. Otolaryngology Head and Neck Surgery (online),
Vol.140, (http://oto.sagepub.com/content/140/2/165, diakses 5 April 2012)
Probst, R, Grevers, G., and Iro, H. (2006). Basic Otorhinolaryngology A Step-by-Step
Learning Guide.Thieme: New York.
Quin, F.B. (1998). Complication of Otitis Media. (Online),
(http://www.utmb.edu/oto/Grnds.dir.html, diakses 9 Maret 2012)
Soepardi,E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J.and Restuti,R.D. (2007). Kelainan Telinga
Tengah . Dalam : Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Edisi 6.FK-UI :Jakarta.
Simon, C.(2009). Complication of Acute Otitis Media. Departement of Otolaryngology Texas
Medical University: Texas
Valvassori,G.E, Mafee, M.F. and Carter, B.L. (1995). Imaging of the Head and Neck.
Thieme: New York.
7
Lampiran
Daftar Tabel
CT Scan Mastoid
Proyeksi Schuller Jumlah (%)
Positif (%) Negatif (%)
CT Scan Mastoid
Proyeksi Stenver Jumlah (%)
Positif (%) Negatif (%)
8
Tabel 4 Tabulasi silang antara distribusi kasus kolesteatom berdasarkan hasil
pemeriksaan radiografi mastoid proyeksi Schuller dan CT Scan mastoid
CT Scan Mastoid
Proyeksi Schuller Jumlah (%)
Positif (%) Negatif (%)
CT Scan Mastoid
Proyeksi Stenver Jumlah (%)
Positif (%) Negatif (%)