Anda di halaman 1dari 16

PENCEGAHAN PENYAKIT PADA UDANG BUDIDAYA

Fauzi Arafah 1602101010011


Fahrul Brinaldi 1702101010
Fajri Mubarakh 1702101010103
Ananda Pradana Putra 1702101010127
Hafifah Islamidina 1702101010002
Yosmarnaini 1702101010016
Veren Maretha Putrisari 1702101010017
Arfianggita Yolanda 1702101010021

Sri Pujiyanti 1702101010034

Vivi Gusnita Sari 1702101010036

Era Puspita Dewi 1702101010044

Aulia Nuddi Yanti Putri 1702101010045

Rifda Sri Mulyani 1702101010068

Nindiana Lenggo Geni 1702101010075

Silvia Rahman Siregar 1702101010082

Widya Putri Tivani 1702101010087

Rossy Septia Putri 1702101010105

Dian Mulfristia 1702101010113

Aurey Nedhifa Khalidsia 1702101010

Syahila Eka Putri 1702101010182

Ilmu Penyakit Hewan Aquatik


Kelas 1 Ruang 11
Kelompok 1
Dosen Pengampu Matakuliah :
Drh. Razali Daud, M.P

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pencegahan Penyakit
Pada Udang Budidaya ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada bidang mata kuliah ilmu penyakit hewan aquatik. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pencegahan Penyakit Pada Udang
Budidaya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drh. Razali Daud, M.P
selaku dosen bidang mata kuliah ilmu penyakit hewan aquatik yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Upaya Pengendalian Penyakit
2.2 Penanggulangan Penyakit Bakterial secara Kimia
2.3 Penanggulangan Penyakit Bakteri secara Fisika
2.4 Penanggulangan Penyakit Bakteri secara Biologis
2.5 Solusi Pencegahan Untuk Setiap Penyakit Pada Udang

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kegiatan budidaya udang merupakan kegiatan yang mempunyai resiko tinggi karena
udang merupakan makhluk bernyawa yang kapan saja mengalami kematian. Salah satu
penyebab gagalnya kegiatan budidaya udang ini adalah karena faktor penyakit. Munculnya
gangguan penyakit pada budidaya udang merupakan resiko biologis yang harus selalu
diantisipasi. Munculnya penyakit pada udang umumnya merupakan hasil interaksi
kompleks/tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang
(udang) yang lemah, patogen yang ganas serta kulitas lingkungan yang memburuk
Penyakit menyebabkan kerugian besar terutama jika terjadi kematian massal udang
tambak. Udang yang terjangkit penyakit juga turun harga jualnya di pasar karena biasanya
turut menurunkan kualitas udang. Selain itu udang yang sakit nafsu makannya menurun
sehingga pakan yang diberikan dapat terbuang sia-sia di kolam. Deteksi penyakit cukup sulit,
metode deteksi penyakit cukup sulit, metode deteksi penyakit umumnya melalui uji
laboratorium baik sampel dari sedimen atau sampel udang.
Udang yang sudah muncul tanda-tanda penyakit bisa dikatakan sudah terinfeksi cukup
serius sehingga sudah terlambat dalam deteksi maupun langkah mengobati. Apabila udang
sudah terjangkit penyakit maka salah satu cara terbaik adalah pemberian antibiotik atau
vaksin. Namun pemberian antibiotik atau vaksin secara terus menerus akan menyebabkan
resistensi patogen terhadap antibiotik atau vaksin yang diberikan dan dikhawatirkan
membahayakan lingkungan.
Sampai saat ini belum ada cara penyembuhan penyakit yang paling efektif dan ramah
lingkungan. Salah satu alternatif terbaik adalah melakukan pencegahan, salah satunya
adalah;kontrol kualitas air, Biosecurity, pakan berkualitas, benur berkualitas, melakukan
sampling pemeriksaan kesehatan, pemberian suplemen, pemberian probiotik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit pada udang?
2. Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terserang penyakit?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyakit pada udang.
2. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terserang penyakit tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Kegiatan budidaya udang merupakan kegiatan yang mempunyai resiko tinggi karena
udang merupakan makhluk bernyawa yang kapan saja mengalami kematian. Salah satu
penyebab gagalnya kegiatan budidaya udang ini adalah karena faktor penyakit. Munculnya
gangguan penyakit pada budidaya udang merupakan resiko biologis yang harus selalu
diantisipasi. Munculnya penyakit pada udang umumnya merupakan hasil interaksi
kompleks/tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang
(udang) yang lemah, patogen yang ganas serta kulitas lingkungan yang memburuk.
Pengendalian perluasan penyakit perlu dilakukan secara dini agar kerugian ekonomi
tidak terjadi. Peningkatan kualitas benih udang windu khususnya peningkatan ketahanan
terhadap penyakit adalah hal yang sangat penting. Salah satu prosedur pencegahan penyakit
adalah pemberian immunostimulan untuk meningkatkan daya tahan atau kekebalan alami
benih udang terhadap penyakit.yang dilakukan untuk menanggulangi masalah penyakit sudah
dilakukan mulai dari screening formalin sampai pada penggunaan antibiotik, yang dilakukan
pada kegiatan pembenihan sampai pembesaran. Tetapi pemakaian antibiotik secara terus
menerus dan dosis yang tidak tepat akan mengakibatkan bakteri menjadi resisten.Bahan
alternatif untuk menanggulangi masalah ini adalah cairan ekstrak pohon mangrove (CEPM),
khususnya dari jenis Avicennia sp. dan Sonneratia sp. Pohon mangrove diketahui
mengandung senyawa aktif tannin, flavonoid, saponin dan steroid. Senyawa aktif tersebut
dapat digunakan sebagai antivirus dan antibakteri (Wahjuningrumet al.,2006).
Sistem imun udang tergantung pada proses pertahanan non spesifik sebagai
pertahanan terhadap infeksi. Pertahanan pertama terhadap penyakit pada udang dilakukan
oleh haemosit melalui fagositosis, enkapsulasi dan nodule formation. Aktifitas fagositosis
dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan sistem prophenol oksidase (Pro-PO) yang berada
dalam haemosit semigranular dan granular,Imunostimulasi biasa dilakukan dengan
pemberian komponen mikrobia seperti β-glukan dan lipopolisakarida (LPS) atau sel bakteri
yang telah dimatikan.Kelemahan dari imunostimulan ini adalah harganya relatif mahal,
sehingga diperlukan usaha pencarian sumberalternatif imunostimulan yang murah dan
mudahpenanganannya, salah satunya adalah dari rumputlaut.
Rumput laut merupakan alga multiselular yang mengandung substansi yang aktif
secara imunologi.Pemanfaatan rumput laut selama ini masih terbatas pada produk karagenan
dan agar. Potensi rumput laut di bidang pengendalian penyakit masih belum banyak di
eskplorasi dan di eksploitasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rumput laut
mempunyai prospek yang masih terbuka bagi pengembangannya dalam bidang pengendalian
penyakit. Ekstrak rumput laut telah diketahui mempunyai aktivitas sebagai antitumor,
meningkatkan aktivitas kemotaksis macrophage, menstimulasi aktivitas sekresi radikal
oksigen dan fagositosis pada peritonial and splenic murine macrophage.Metabolit sekunder
dari Halimeda macroloba memiliki senyawa bioaktif anti jamur.Rumput laut Ulva sp.,
Dendrilla sp.,Spirulina sp., Enteromorpha sp., Dictyota sp., dan Porphira sp. telah terbukti
mampu meningkatkan aktifitas imunostimulan udang.Polisakarida dari alga merah
(karageenan) dapat meningkatkan aktivitas phagocytic makrophage dan mampu melawan
infeksi bakteri setelah disuntik secara intraperitoneal pada ikan Cyprinus carpio.Polisakarida
diketahui merupakan komponen essensial bagi semua organisme dan mempunyai berbagai
fungsi vital biologis diantaranya adalah sebagai antitumor, antiinflamasi, antikoagulan,
antikomplementer, imunologi dan antivirus (Ridlo dan Rini,2009).
A. Upaya Pengendalian Penyakit
Pencegahan penyakit harus dilakukian secara terpadu terhadap segala
komponen budi daya seperti manusia,udang,air sebagai pemeliharaan,tangki
pemeliharaan dan lingkungan sekitar pemeliharaan.Hal yang harus dilakukan untuk
mencegah timbulnya penyakit adalah:
1. Personal Higienis yaitu melakukan sanitasi terhadap personel pelaksana kegiatan
produksi benih,seperti mencuci tangan dengan sabun,mencuci sepatu dengan
larutan klorin 200 mg/L,menghindari penggunaan pakaian yang kotor.
2. Water Treatment
Kualitas air budidaya (kandungan bahan organik yang tinggi, terdapatnya amoniak
atau nitrat, konsentrasi oksigen larut yang rendah, pH yang tidakmemadai, variasi
suhu yang tinggi dan berganti-ganti secara cepat)memaksa ikan mempertahankan
keseimbangan metabolismenya,memperlemah ikan dan akhirnya mudah terserang
penyakit.Pencemaran air karena zat kimia juga bisa menjadi penyebab kematian
secara tiba-tiba, dan melemahkan ikan, terutama apabila ikan dibesarkan dalam air
terbuka atau dengan perairan yang berasal dari sungai atau wadukpenampungan
(Komarudin dan Slembrouck,2005).
Air yang sudah digunakan untuk pemeliharaan udang harus dipastikan
terbebas dari bahan polutan seperti pestisida,detergen,maupun limbah lainnya,air
yang terlebih dahulu diendapkan di sterilisasikan,lakukan pergantian air secara
teratur setiap hari.
3. Peralatan Produksi
Sebaiknya setiap tangki pemeliharaan larva atau benih dilengkapi dengan
peralatan tersendiri seperti seser,beker glass,selang sipon,dan termometer
sehingga dapat mengatisispasi terjadinya penularan penyakit dari tangki yang
bermasalah.Peralatan yang digunakan sebelumnya harus direndam dalam larutan
disinfekatan seperti larutan klorin dalam dosis 400 mg/L.
4. Pakan
Pakan yang digunakan khususnya pada pemeliharaan larva harus pakan yang
baru.Penetasan kista artemia sebaiknya dilakukan melalui mekanisme
disinfeksikasi menggunakan larutan klorin 30 mg/L atau formalin 10 mg/L.Pakan
buatan juga sebainya disismpan di freezer untuk mencegah tumbihnya jamur dan
bakteri.
5. Udang atau Larva
Induk udang yang akan ditetaskan hendaknya dipastikan sehat dengan ciri kerapas
bewarna cerah dan anggota tubuh lainnya lengkap.Larva yang akan di pelihara
terlebih dahulu disterilkan dalam merendam dalam larutan formalin 200 mg/L
selama 30 detik,proses ini selain mematikan bakteri,jamur dan protozoa juga
menyeleksi larva yang akan dipelihara dalam kegiatan pembenihan.
6. Pada kegiatan Pembesaran
Langkah pencegahan yang harus dilakukan untuk mengantisipasi munculnya
penyakit adalah denagn mengolah dasar kolam dengan baik (Khasani,2006).

B. Penanggulangan Penyakit Bakterial secara Kimia


Bahan-bahan kimia yang sering digunakan untuk penanggulangan penyakit
bakterial adalah antibiotik, yaitu melalui pengrusakan membran sel, sehingga sel
menjadi lisis. Penggunaan antibiotik ini dapat dilakukan pada stadium larva maupun
dewasa. Namun hasil yang diperoleh kurang memuaskan dan menimbulkan efek
samping yang merugikan lingkungan, diantaranya terjadinya keracunan bahkan dapat
menimbulkan kematian terhadap biota lain yang menguntungkan.Penggunaan
antibiotik secara rutin yang banyak diterapkan oleh panti benih komersial di
Indonesia, dapat menyebabkan munculnya strain Vibrio yang resisten terhadap
antibiotik.Penggunaan antibiotik ini dapat dilakukan pada larva maupun pada
induk,Selain menggunakan antibiotik, terdapat pula cara lain yang lebih efektif, yaitu
menggunakan bahan-bahan kimia yang merupakan ekstrak aktif biota alami laut.E
kstrak spons Auletta sp. untuk menanggulangi pertumbuhan Vibrio spp. pada
udang windu.Ekstrak spons tersebut digunakan untuk merendam larva yang telah
terinfeksi oleh Vibrio spp.Zat antibakteri yang dikandung mangrove cukup tinggi,
sehingga mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam penanganan penyakit udang
di tambak.
C. Penanggulangan Penyakit Bakteri secara Fisika
Teknik secara fisika merupakan cara lain di samping penggunaan teknik
secara kimia. Secara garis besar, teknik ini ialah dengan pengaturan kondisi
lingkungan pemeliharaan krustasea, di antaranya meliputi pengaturan suhu, salinitas,
pH, maupun teknis pemberian pakan.Keberadaan bakteri patogen Aeromonas spp. dan
Pseudomonas spp. dapat ditanggulangi dengan mengatur salinitas air laut yang
digunakan sebagai media pemeliharaan pada kisaran 28 ‰, suhu 30°C dan
penggunaan diet semi murni AMZV1L1T, selain nauplii Artemia untuk pemeliharaan
larva rajungan. Sebagai antisipasi terdapatnya bakteri patogen pada air pemeliharaan,
dilakukan pola penyaringan secara terus menerus atau resirkulasi.
D. Penanggulangan Penyakit Bakteri secara Biologis
Alternatif teknik yang paling efektif untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya kontaminasi pada budidaya krustasea adalah secara biologis. Cara ini
dilakukan dengan pemberian vaksinasi, baik melalui oral maupun penyuntikan,
penggunaan musuh alami atau kompetitor bagi bakteri patogen.Penggunaan cara
vaksinasi untuk menekan pertumbuhan V. harveyi pada budidaya krustasea yaitu
dengan menggunakan penambahan bakteri ke dalam pakan mikro. bakteri V.
harveyiyang dimatikan (vaksin). Bakteri tersebut kemudian dimasukkan dalam pakan
mikro larva udang windu (Peneaus monodon). Pakan mikro diberikan terlebih dahulu
selama satu hari kemudian dilakukan uji tantang terhadap V. harveyi hidup.
Teknik lain secara biologis adalah menggunakan musuh alami atau kompetitor
bakteri patogen. Teknik ini menggunakan bakteri maupun organisme lain yang dapat
berperan sebagai musuh alami maupun kompetitor bagi bakteri patogen. Penggunaan
berbagai jenis bakteri untuk menghambat perkembangan V. harveyi pada
pemeliharaan kepiting bakau,Secara sederhana, teknik penanggulangan penyakit
bakterial di Indonesia dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Bagan Teknik Penanggulangan Penyakit Bakterial pada Budidaya Udang
(Hatmanti,2003).
E. Solusi Pencegahan Untuk Setiap Penyakit Pada Udang
Solusi pencegahan pada penyakit udang (Rakasiwia,2017) dalah sebagai berikut:

Nama Penyakit Solusi Pencegahan


Bintik Putih Upaya pencegahan yang dapat dilakukan
terhadap penyakit ini adalah dengan
melakukan tindakan mengisolasi daerah
yang sedang terserang penyakit serta
pemusnahan dengan jalan pembakaran dan
penguburan terhadap udang yang
terindikasi terserang penyakit agar penyakit
tidak menyebar luas. Kemudian
melakukan upaya penanggulangan agar
udang yang masih sehat terhindar dari
serangan penyakit bintik putih, yaitu
dengan cara mengganti air secara rutin
setiap hari minimal 5% dari total volume
air tambak.
Bintik Hitam Pencegahan pada penyakit ini dapat
dilakukan dengan membersihkan dasar
tambak dari kotoran sisa pakan dan sisa
moulting selanjutnya menjaga kualitas
air.
Kotoran Putih Cara pencegahan yang dapat dilakukan
yaitu dengan membersihkan dan
mengeluarkan kotoran yang berada di
tambak baik di permukaan dan di dasar
tambak kemudian dilakukan pembersihan
secara rutin serta menjaga kualitas air
tambak.
Insang Merah Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
dengan melakukan penebaran kapur.
Nekrosis pada kolam budidaya.
Nekrosis Pencegahan dapat dilakukan
dengan penggantian air sebanyak-
banyaknya
ditambah perlakuan TON (Tambak
Organik Natural) 1-2 botol/ha, sedangkan
pada udang dirangsang untuk segera
melakukan ganti kulit (moulting) dengan
pemberian kapur pada tambak.
Udang Gripis Pencegahan pada penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan
antibiotika melalui pencampuran dengan
telur ayam atau telur bebek mentah
dengan perbandingan 1 butir telur untuk 10
kg pakan. Campuran telur dan
antibiotika diaduk dengan pakan dan
dikeringkan ditempat yang teduh lalu
ditebar ke dalam tambak. Dosis yang
digunakan untuk penggunaan antibiotika
adalah Terramycin 30 mg/kg pakan,
Erythromycin 40 mg/kg pakan,
Oxytetracyclin 40-50 mg/kg pakan,
Furanace 100 mg/kg pakan.Pemberian
antibiotika dalam pakan dilakukan terus-
menerus selama 3 hingga 5 hari,
kecuali untuk furanace diberikan selama 14
hari.
Kepala Kuning Upaya pencegahan yang dapat dilakukan
terhadap penyakit ini adalah dengan
melakukan tindakan mengisolasi daerah
yang sedang terserang penyakit serta
pemusnahan dengan jalan pembakaran dan
penguburan terhadap udang yang
terindikasi terserang penyakit agar penyakit
tidak menyebar luas. Kemudian
melakukan upaya penanggulangan agar
udang yang masih sehat terhindar dari
serangan penyakit bintik putih, yaitu
dengan cara mengganti air secara rutin
setiap hari minimal 5% dari total volume
air tambak.
Taura Syndrome Virus Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu dengan menjaga kualitas
air
dengan memberikan probiotik, jangan
lakukan sirkulasi pergantian air,
mengurangi pakan hingga 50%,
pemberian mineral dolomite untuk
mempercepat pengerasan kulit, serta
pemberian vitamin dan imunostimulan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kegiatan budidaya udang merupakan kegiatan yang mempunyai resiko tinggi karena
udang merupakan makhluk bernyawa yang kapan saja mengalami kematian. Munculnya
penyakit pada udang umumnya merupakan hasil interaksi kompleks/ tidak seimbang aantara
tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang (udang) yang melah, patogen yang
ganas serta kualitas lingkungan yang memburuk. Sistem imun udang tergantung pada proses
pertahanan non spesifik sebagai pertahan terhadap infeksi. Pertahanan terhadap penyakit pada
udang dilakukan oleh haemositmelalui fagositosis. Pencegahan penyakit harus dilakukan
secara terpadu terhadap segala komponen budidaya. Hal yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit adalah:
1. personal higiene
2. Water treatmen
3. Peralatan produksi
4. Pakan
5. Udang atau larvadipastikan sehat
6. Mengolah dasar kolam dengan baik.
Penangulangan penyakit bakterial secara kimia adalah pemberian antibiotik.
Penangulangan penyakit secara fisika pemeliharaan kondisi lingkungan. Penangulanagn
penyakit secara biologi, penangulangan ini termasuk penagulangan yang efektif seperti
pemberian vaksin

DAFTAR PUSTAKA

Hatmanti, A. (2003). Penyakit bakterial pada budidaya krustasea serta cara


penangannya. Oseana. 28 (3):1-10.
Khasani, I. (2006). Menajemen kesehatan dan pencegahan penyakit pada uadang
galah. Media Akuakulture, 1(2):75-80.
Komarudin, O dan J. Slembrouck. (205). Menajemen kesehatan ikan. IRD-BRKP
Rakasiwi, S dan T. S. Albastomi. (2017). Sistem pakar diagnosa penyakit udang
vanamei menggunakan metode forward chaining berbasis web. Simetris,
8(2) : 647-654.
Rido,A. dan R. Premesti. (2009). aplikasi ekstrak rumput laut sebagai agen
imunosistimulan sistem pertahanan non spesifik pada udang
(litopennaeus vannamei). Ilmu Kelautan,14(3):133-134.
Wahjuningrum, D, S. H. Sholeh dan S. Nuryati. (2006). Pencegahan infeksi virus white
spot syndrome virus pada udang windu Penaeus monodon dengan cairan
eksrrak pohon mangrove (CEPM) Avicennia sp. Dan Sonneratia sp..
Akuakultur Indonesia. 5 (1):65-74.

Anda mungkin juga menyukai