Anda di halaman 1dari 19

Nama : Sintia Lambok Romalum Pakpahan

NPM : 2007210220P
Kelas : A1 – Pagi
Tugas ke : Mandiri BAB 3

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

A. Pengertian dan Hakikat Ideologi


1. Pengertian Ideologi
Secara umum, ideologi berasal dari kata idea yang artinya gagasan, dan
logos
yang artinya pengetahuan. Maka, ideologi mempunyai arti sebagai
pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science
of ideas atau ajaran tentang pengertian pengertian dasar. Istilah ideologi
pertama kali digunakan oleh seorang filsuf Perancis, Destutt de Tracy, pada
tahun 1796. Destutt de Tracy menggunakan kata ideologi untuk menunjuk
pada suatu bidang ilmu yang otonom, ialah analisis ilmiah dari berpikir
manusia, otonom dalam arti lepas dari metafisika tetapi juga untuk
mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi
yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan
Weltanschauung), sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan filosofis,
atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat yang
dominan kepada seluruh anggota masyarakat (definisi ideologi Marxisme).
Kajian mengenai ideologi lahir pada abad 19 yang disebut abad
ideologi. Marx berpendapat dalam bukunya yang berjudul German Ideology
bahwa:
The Ideas of the rulling class are, in every age, the rulling ideas:i.e. the
class, which is the dominant material force in society, is the same time
the dominant intellectual force.

Marx memandang dalam ideologi sangat erat dengan kekuasaan yang


terpusat pada negara atau masyarakat politik berhadaphadapan dengan
masyarakat sipil. Pandangan Marx mengenai hubungan antara kekuasaan
dan ideologi yang berpusat pada negara tersebut ditentang oleh Antonio
Gramsci. Menurut Gramsci, ideologi yang dominan tidak hanya dapat
dimenangkan melalui jalan revolusi atau kekerasan oleh institusi-institusi
negara tapi juga dapat melalui jalan hegemoni melalui institusi-institusi lain,
seperti institusi agama, pendidikan, media massa, dan keluarga. Dalam hal
ini bisa melalui juga dalam suatu ormas.
Salah seorang pemikir posmodernis abad 20, Louis Althusser
mengatakan bahwa ideologi merupakan sistem keyakinan yang
menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi internalnya. Artinya, dalam setiap
ideologi disembunyikan kontradiksikontradiksi dalam ajaran-ajarannya.
Misalnya, di dalam ajaran demokrasi liberal terdapat kelemahan-kelemahan
yang merugikan sesama manusia dalam pemberian kesempatan untuk
berkembang. Manusia yang gagal merupakan orang-orang yang tidak
mampu mencapai kesuksesan dan bukan kontradiksi dalam sistem ekonomi
itu sendiri. Foucalt menyimpulkan bahwa ideologi tersangkut dengan empat
hal, yaitu:
a. Ekonomi sebagai basisnya
b. Kelas yang berkuasa
c. Kekuasaan represif
d. Sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran sejati.
Sehingga tidak mengherankan apabila ideologi ditemukan tidak hanya dalam
domain politik tetapi juga pada bidang-bidang ilmu lain yang membentuk
social action.
Menurut W. White, ideologi ialah : ”The Sum of political ideas or
doctrines of a distinguishable class or group of people, Artinya : Cita-cita
politik atau doktrin / ajaran suatu lapisan masyarakat atau sekelompok
manusia yang dapat dibeda-bedakan”.
Sedangkan menurut Harol H, ideologi ialah : ”A term used for any
group of ideas concerning various political and economic issues and social
philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held by groups or
classes, Artinya : Suatu istilah yang dipergunakan untuk sekelompok cita-
cita mengenai berbagai macam masalah politik dan isu ekonomi serta filsafat
sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang
cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mentafsirkan Ideologi dalam
tiga pengertian :
a. Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian)
yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.
b. Cara berpikir seseorang atau suatu golongan.
c. Fahaman, teori dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik.

2. Hakikat Ideologi
Dalam sejarah di Indonesia, ideologi seringkali dianut karena
manfaatnya. Akan tetapi orang menganut dan mendukung suatu ideologi
pada dasarnya juga karena keyakinan bahwa ideologi itu benar. Ide-ide atau
pengertian itu merupakan suatu sistem, suatu perangkat yang menjadi suatu
kesatuan, menjadi ideologi mengenai manusia dan seluruh realitas. Setiap
ideologi pada intinya pasti mempunyai citra manusia tertentu.
Dengan kata lain, setiap ideologi pasti mempunyai suatu citra dan
gambaran: manusia itu apa, dan bagaimana relasi-relasinya dengan alam
semesta dengan sesama manusia dan dengan Penciptanya. Dikatakan:
mengenai manusia dan seluruh realitas, mengandung arti bahwa manusia itu
mempunyai posisi tertentu, mempunyai kedudukan, berarti mempunyai
hubungan atau relasi.
B. Tipe-Tipe Ideologi
Terdapat dua tipe ideologi sebagai ideologi suatu negara. Kedua tipe
tersebut adalah ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi tertutup adalah
ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan
normanorma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak
boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah
jadi dan harus dipatuhi.
Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan
berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain. Isinya dogmatis
dan apriori sehingga tidak dapat dirubah atau dimodifikasi berdasarkan
pengalaman sosial. Karena itu ideologi ini tidak mentolerir pandangan dunia
atau nilai-nilai lain.
1. Ideologi Tertutup
Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya
menentukan kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja, tetapi juga
menentukan hal-hal yang bersifat konkret operasional. Ideologi tertutup
tidak mengakui hak masing-masing orang untuk memiliki keyakinan dan
pertimbangannya sendiri. Ideologi tertutup menuntut ketaatan tanpa
reserve. Ciri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak bersumber dari
masyarakat, melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan
kepada masyarakat. Sebaliknya, baikburuknya pandangan yang muncul dan
berkembang dalam masyarakat dinilai sesuai tidaknya dengan ideologi
tersebut. Dengan sendirinya ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan
berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh elit tertentu, yang berarti bersifat
otoriter dan dijalankan dengan cara yang totaliter. Contoh paling baik dari
ideologi tertutup adalah Marxisme-Leninisme. Ideologi yang
dikembangkan dari pemikiran Karl Marx yang dilanjutkan oleh Vladimir
Ilianov Lenin ini berisi sistem berpikir mulai dari tataran nilai dan prinsip
dasar dan dikembangkan hingga praktis operasional dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi Marxisme-Leninisme
meliputi ajaran dan paham tentang
(a) hakikat realitas alam berupa ajaran materialisme dialektis dan ateisme;
(b) ajaran makna sejarah sebagai materialisme historis;
(c) norma-norma rigid bagaimana masyarakat harus ditata, bahkan tentang
bagaimana individu harus hidup; dan
(d) legitimasi monopoli kekuasaan oleh sekelompok orang atas nama kaum
proletar.

2. Ideologi Terbuka
Tipe kedua adalah ideologi terbuka. Ideologi terbuka hanya berisi
orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan
norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan
dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat.
Operasional cita-cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara
apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis. Dengan sendirinya
ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya dapat
ada dan mengada dalam sistem yang demokratis. Tipe ideologi tertutup
maupun terbuka masing-masing memiliki acuan seperti pendapat Soerjanto
Poespowardojo dalam buku Pancasila sebagai ideologi: dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bermasyarakat sebagai
berikut:
a. Ideologi ditangkap dalam artian negatif, karena dikonotasikan dengan
sifat totaliter, yaitu memuat pandangan dan nilai yang menentukan
seluruh segi kehidupan manusia secara total, secara mutlak menurut
manusia hidup dan bertindak sesuai dengan apa yang digariskan oleh
ideologi itu, sehingga akhirnya mengingkari kebebasan pribadi
manusia serta membatasi ruang geraknya.
b. Ideologi ditangkap dalam artian positif, terutama pada sekitar Perang
Dunia II karena menunjuk kepada keseluruhan, pandangan cita-cita,
nilai, dan keyakinan.
Sesuai dengan pendapat Soerjanto Poespowardojo tersebut maka tipe
ideologi terbuka termasuk dalam artian yang positif karena ada pada sistem
demokrasi yang mengoperasionalkan seluruh cita-cita, nilai, dan keyakinan
secara holistik sesuai dengan perkembangan masyarakat.

C. Ideologi Dunia
Berikut ini macam macam ideologi diberbagai dunia, diantaranya yaitu:
1. Ideologi Kapitalisme
Ideologi kapitalisme merupakan ideologi yang cukup dikenal di dunia.
Ideologi kapitalime ini dipopulerkan oleh seorang bapak ilmu ekonomi
dunia yaitu Adam Smith. Paham ini digagas oleh Adam Smith karena tidak
setuju dengan ideologi merkantilisme yang berkembang pada saat itu. Oleh
sebeb itu maka beliaulah kemudian memperkenalkan ideologi ini ke
khalayak luas.
Menurut ideologi ini, gerakan produksi haruslah bergerak sesuai konsep
MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-uang), yang menjadi
suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih menjadi modal
lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan.
Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang
akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-
faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas
sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.
Negara yang menganut paham kapitalisme diantaranya Inggris, Belada,
Spanyol, Australia, Portugis, dan Perancis.
Ciri-Ciri ideologi Kapitalisme, diantaranya yaitu
 Kebebasan warga negara dijunjung tinggi. Warga negara bebas
melakukan apa saja asalkan tidak melanggar tertib hukum.
 Negara hanya bertindak sebagai pengawas jalannya tertib hukum.
 Pada kapitalis monopolis mengesampingkan nilai-nilai agama sehingga
melahirkan sekulerisme (paham yang memisahkan agama dengan
negara).
2. Ideologi Liberalisme
Liberalisme adalah paham yang mengutamakan kebebasan individu
sebagai pangkal kebahagiaan hidup. Ideologi liberalis diperkenalkan di
Indonesia oleh orang-orang Belanda yang mendukung perjuangan bangsa
Indonesia. Paham liberal dikembangkan oleh organisasi politik di Indonesia
seperti Indische Partij. Ciri-ciri ideologi liberalisme diantaranya yaitu:
 Bidang ideologi: menerapkan paham sekuler
 Bidang politik: dikenal adanya partai oposisi
 Bidang ekonomi: sistem ekonomi kapitalis, perekonomian diserahkan
kepada perseorangan.
 Bidang sosial budaya: anggota masyarakat cenderung individualis.

3. Ideologi Komunisme
Komunisme adalah ideologi yang berkenaan dengan filosofi, politik,
sosial, dan ekonomi yang bertujuan menciptakan masyarakat komunis
dengan aturan sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat
produksi sehingga tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.
Pada mulanya, ideologi komunisme dicetuskan oleh Karl Marx. Dalam
pendapatnya, Karl Marx beranggapan bahwa ketidaksetaraan dan
penderitaan diakibatkan oleh kapitalisme. Ideologi komunisme merupakan
kebalikan dari ideologi kapitalis yang mengandalkan demokrasi dan
produksi modal dalam membantu masyarakat.
Komunisme sebagai paham anti-kapitalisme menggunakan sistem partai
komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang
kepemilikan akumulasi modal pada individu.
Tujuan paham komunisme adalah alat-alat produksi harus dikuasai oleh
negara guna kemakmuran rakyat secara merata. Dengan kata lain, paham
komunis menghapus hak perseorangan yang terdapat dalam paham
liberalisme. Hingga saat ini, negara yang dikenal masih menggunakan
ideologi komunisme adalah Uni Soviet (sekarang Rusia) dan China.
Sebagaimana dengan beberapa paham atau ideologi lain, komunisme
memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut.
 Mengajarkan teori kelas sosial yang mana tidak ada kesenjangan antara
kaum proletar (buruh, kalangan kelas rendah) dengan borjuis (pemilik
tanah, kalangan menengah atas). Oleh karena itu, hadirnya teori ini
menimbulkan pertentangan di antara kedua kelompok tersebut.
 Kurang menghargai kepemilikan yang dimiliki oleh individu karena
ideologi ini melakukan penghapusan properti pribadi.
 Tidak ada kepemilikan kolektif atas alat produksi. Dalam sistem ini
semua alat produksi seperti pabrik, pertanian, tanah, perdagangan,
konstruksi, tambang dan alat transportasi dan komunikasi berada di
bawah kepemilikan dan kontrol negara.
 Dalam sistem ini, seorang individu tidak dapat memiliki apa pun
kecuali kebutuhan hidup. Tidak ada yang bisa menjalankan bisnis
pribadi.
 Doktrin komunis selalu mengajak semua lapisan masyarakat untuk
selalu berevolusi.
 Menganut sistem satu partai yakni partai komunis sehingga tidak ada
yang namanya partai-partai oposisi. Bisa dikatakan ideologi komunis
ini sangat berlawanan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
 Negara dan segala hukum yang diberlakukan bisa lenyap.
 Berdasarkan teori, setiap individu dibayar kompensasi sesuai dengan
kebutuhannya, sehingga menghilangkan kesenjangan pendapatan yang
tidak adil. Penghapusan pendapatan, bunga, dan keuntungan pribadi
menempatkan sistem distribusi kekayaan secara adil dan merata.
 Dalam sistem komunis, negara bertanggung jawab untuk menyediakan
pekerjaan dan kompensasi sesuai dengan kemampuan setiap individu.
Ideologi komunisme berusaha untuk memakmurkan rakyatnya. Namun,
faktanya banyak tuan tanah yang berusaha melenyapkan paham ini dan
menghabiskan lawan komunismenya.

4. Ideologi Sosialisme
Ideologi sosialisme akan di identikan dengan ideologi komunisme. Hal
itu karena prisip yang mendasar yaitu sama-sama mengutamakan segala
kepemilikanya secara bersama-sama dan tidak mengakui adanya
kepemilikan individu. Seluruh aset dan modal akan dikuasai secara
bersama sama demi kepentingan bersama suatu bangsa dan Negara.
Ideologi ini berkembang pada abad ke 19 di Negara France yang
kemudian disebarkan ke negara lainnya. Tokoh dari ideologi sosialisme
yaitu Karl Marx yang merupakan pencetus ideologi marxisme.
Ketidaksukaanya terhadap sistem ekonomi kapitalis membuat Karl Max
dengan ideologi marxisme yang membuat sistem ekonomi, sistem sosial,
dan sistem politik. Empati yang dirasakan oleh Karl Marx terhadap nasib
buruh dan tani membuatnya kemudian mencetuskan ide dan gagasan
tersebut. Kekuatan kapitalis akan tumbang dengan persatuan seluruh rakyat
untuk melawan sistem yang menyengsarakan kaum urban tersebut. Peran
negara sebagai sebuah regulator berperan untuk menguasai aset dan
dikelola demi kemajuan bersama.
Namun pada perkembanganya ideologi sosialisme juga mendapatkan
banyak kritik. Di dalam sistem ekonomi sosialisme akan membagi rata
seluruh pendapatan warganya. Hal itu akan membuat kecemburuan sosial
karena beban pekerjaan setiap orang tentunya akan berbeda satu sama
lainnya. Bahkan seorang pengangguran akan mendapatkan penghasilan
yang sama dengan orang bekerja.
5. Ideologi Agama
Dalam ideologi agama, konsepsi agama dan negara adalah satu, artinya
bahwa pemerintahan dijalankan berdasarkan nilai-nilai agama, dan segala
tata kehidupan, dalam masyarakat, bangsa dan Negara didasarkan pada
nilai-nilai agama yang dianut Negara tersebut.

D. Pancasila Sebagai Ideologi Negara


1. Pengertian Pancasila sebagai Ideologi
Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan
landasan/ide/gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu
dijalankan.visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan,
nilai kemanusiaan, persatuan , kerakyatan serta nilai keadilan. visi atau arah
dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan,
persatuan , kerakyatan serta nilai keadilan. seluruh warga negara Indonesia
menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan. seluruh warga
negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.
Hubungan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita
normatif bagi penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah
dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah
terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang
ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.
Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang terkandungdalam
ideologi itu secara riil berakar dan hidup dalam masyarakatatau
bangsanya, yaitu mencerminkan kenyataan hidup yang ada di dalam
masyarakat di mana ideologi itu muncul untuk pertama kalinya.
b. Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang terkandung dalam
nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok
dan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik.
c. Dimensi Fleksibilitas, atau dimensi pengembangan artinya kemampuan
ideologi dalam mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakatnya.
Faktor-faktor yang mendasari Pancasila dipilih sebagai Ideologi adalah
sebagai berikut :
 Pancasila merupakan Ide ide para pahlawan bangsa
 Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
 Pancasila merupakan aturan paling umum pada bangsa Indonesia

2. Makna Pancasila sebagai Ideologi


a. Sebagai cita-cita negara
Ideologi Pancasila sebagai cita – cita negara berarti bahwa nilai –
nilai dalam Pancasila diimplementasikan sebagai tujuan atau cita – cita
dari penyelenggaraan pemerintahan negara. Secara luas dapat diartikan
bahwa nilai – nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila menjadi
visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Visi atau arah yang dimaksud adalah terwujudnya kehidupan yang
berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi kemanusiaan, menjunjung
tinggi persatuan, pro rakyat, serta adil dan makmur. Dengan begitu,
sudah sewajarnya apabila Pancasila diamalkan dalam seluruh aspek
kehidupan. Akan tetapi, contoh yang paling menggambarkan makna
Pancasila sebagai ideologi negara adalah dengan mengamalkan nilai
Pancasila di bidang politik. Contoh penerapan nilai–nilai pancasila
dalam bidang politik ada banyak sekali bentuknya. Sebagai contoh,
pemilihan umum yang dilakukan secara langsung, sebagai perwujudan
dari sila ke-empat.Dan juga, penetapan kebijakan – kebijakan yang lebih
mementingkan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi atau
golongan. Hal itu sesuai dengan Pancasila sila kelima.
b. Sebagai nilai integratif bangsa dan negara
Pancasila sebagai ideologi negara yang diwujudkan dalam nilai
integratif bangsa dan negara membuat Pancasila menjadi sarana untuk
menyatukan perbedaan bangsa Indonesia. Disitulah makna dari
Pancasila sebagai ideologi negara memegang peran yang penting untuk
persatuan dan kesatuan. Sebagai wujud nilai bersama yang menjadi
pemecah konflik atau penyetara kesenjangan.

Beberapa negarawan juga mengungkapkan makna Pancasila sebagai


ideologi negara menurut pandangan mereka.
a. Seperti yang disampaikan oleh mantan Presiden pertama Indonesia,
Soekarno, bahwa Pancasila adalah asas bersama yang mambu membuat
semua kelompok masyarakat di Indonesia ini bersatu dan menerima
asas tersebut.
b. Selain itu, Adnan Buyung Nasution pada tahun 1995 ,mengemukakan
bahwa telah terjadi perubahan fungsi asli Pancasila. Walaupun
mendapat julukan sebagai filsafat atau buah piker yang mendalam,
Pancasila sebenarnya dimaksudkan sebagai sarana demokrasi bagi
seluruh warga negara Indonesia. Dalam perkembangannya, Pancasila
menjadi ideologi yang unik hanya dimiliki oleh Indonesia, dan berbeda
dari ideologi yang lainnya.
c. Negarawan Notonegoro mengungkapkan Pancasila sebagai filsafat.
Pancasila adalah ideologi yang kemperhensif, mencapuk semua aspek.
Hal tersebut menggambarkan bahwa Pancasila itu bersifat massif dan
bisa diinterpretasikan dalam berbagai bentuk. Di masa pemerintahan
orde baru, bahkan Pancasila menjadi monopoli politik.
3. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi
a. Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan
kesatuan itu. Fungsi ini sangatlah penting bagi bangsa Indonesia karena
sebagai masyarakat majemuk sering kali terancam perpecahan.
b. Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya. Pancasila
memberi gambaran cita-cita bangsa Indonesia sekaligus menjadi sumber
motivasi dan tekad perjuangan mencapai cita-cita, menggerakkan bangsa
melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
c. Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas
bangsa. Pancasila memberi gambaran identitas bangsa Indonesia,
sekaligus memberi dorongan bagi nation and character building
berdasarkan Pancasila.
d. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa
dan Negara. Dalam hal ini Pancasila menyoroti kenyataan yang ada dan
mengkritisi upaya perwujudan cita-cita yang terkandung dalam
Pancasila.

4. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Dengan melihat ciri-ciri ideologi terbuka, Pancasila dikatakan sebagai
ideologi terbuka. Baca juga: Ideologi: Arti, Sejarah, dan Macamnya 
Karena memenuhi syarat sebagai berikut:
Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran
masyarakat Indonesia.
 Isi Pancasila tidak langsung operasional, hanya berisi lima dasar, yaitu
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
 Pancasila menghargai kebebasan.
 Pancasila adalah ideologi politik, pedoman hidup masyarakat, bangsa
dan negara.
 Pancasila menghargai pluralitas seperti yang tercermin dalam sila
pertama.
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu menyesuaikan diri
dengan zaman. Makna Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah nilai-nilai
dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan
bangsa Indonesia.
Presiden RI ke-2, Soeharto, mengistilahkan Pancasila sebagai Ideologi
Terbuka. Hal itu dikemukakan oleh Soeharto dalam acara pembukaan
Penataran Calon Manggala BP-7 Pusat pada 10 November 1986, dan
diulangi dalam pidato kenegaraan pada 16 Agustus 1989. Soeharto
menyatakan sebagai berikut :

”Itulah sebabnya, beberapa tahun yang lalu saya kemukakan, bahawa


Pancasila adalah ideologi terbuka, maka kita dalam mengembangkan
pemikiran baru yang tegar dan kreatif untuk mengamalkan Pancasila
dalam menjawab perubahan dan tantangan zaman yang terus bergerak
dinamis, yakni :
a. Nilai-nilai dasar Pancasila tidak boleh berubah,
b. Pelaksanaannya kita sesuaikan dengan keperluan dan tantangan
nyata yang kita hadapi dalam tiap kurun waktu”.

5. Nilai Pancasila sebagai Ideologi


Nilai-nilai Pancasila yang terkandung didalamnya merupakan nilai nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini merupakan
nilai dasar bagi kehidupan kewarganegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang di
dalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik
nilai material, vital, kebenaran, atau kenyataan. Estetis, estis maupun
religius. Nilai-nilai Pancasila bersibat obyektif dan subyektif, artinya
hakikat nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau berlaku dimanapun,
sehingga dapat diterapkan di negara lain.
Nilai-nilai pancasila bersifat objektif, maksudnya :
 Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat umum universal dan abstrak.
 Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia.
 Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber  dari segala
sumber hukum di Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif bahwa keberadaan
nilai-nilai Pancasila itu terlekat pada bangsa Indonesia sendiri karena: 
 Nilai- nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia.
 Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
 Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai dengan
hati nurani bangsa Indonesia.
Sebagai ideologi negara, Pancasila memiliki nilai-nilai sebagai berikut :
a. Nilai Dasar
Artinya, sila-sila Pancasila bersifat universal sehingga
didalamnya terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan
benar. sebuah nilai yang mendasar yang relatif tetap dan tidak berubah
dan ini terdapat dalam isi kelima sila dalam Pancasila.
b. Nilai Instrumental
Artinya, Pancasila dapat dijabarkan lebih lanjut secara kreatif dan
dinamis sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
catatan, nilainilai penjabarannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
dasar Pancasila.
c. Nilai Praktis
Artinya, Pancasila dapat diterapkan secara riil dalam kehidupan
seharihari.perwujudan nilai instrumental dalam bentuk nyata di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Dalam
perwujudannya nilai praktis bersifat abstrak, misalnya saling
menghormati, bekerjasama, dan kerukunan antar sesama.
E. Hubungan Pancasila dengan Nilai Ajaran Islam
Sebagai falsafah hidup bangsa, hakekat nilai-nilai Pancasila telah hidup dan
diamalkan oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk. Artinya,
rumusan Pancasila sebagaimana tertuang dalam alinea 4 UUD 1945 sebenarnya
merupakan refleksi dari falsafah dan budaya bangsa, termasuk di dalamnya
bersumber dan terinspirasi dari nilai-nilai dan ajaran agama yang dianut bangsa
Indonesia. Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini
tentu memiliki relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini
dapat disimak dari masing-masing sila yang terdapat pada Pancasila berikut ini:
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan adalah prinsip semua agama. Dan prinsip keesaan Tuhan
merupakan inti ajaran Islam, yang dikenal dengan konsep tauhid. Dalam
Islam tauhid harus diyakini secara kaffah (totalitas), sehingga tauhid tidak
hanya berwujud pengakuan dan pernyataan saja. Akan tetapi, harus
dibuktikan dengan tindakan nyata, seperti melaksanakan kewajiban-
kewajiban agama, baik dalam konteks hubungan vertikal kepada Allah
(ubudiyyah) maupun hubungan horisontal dengan sesama manusia dan
semua makhluk (hablun minan nas). Totalitas makna tauhid itulah
kemudian dikenal dengan konsep tauhid ar-rububiyyah, tauhid al-
uluhiyyahdan tauhid al-asma wa al-sifat. Tauhid Rububiyyah adalah
pengakuan, keyakinan dan pernyataan bahwa Allah adalah satu-satunya
pencipta, pengatur dan penjaga alam semesta ini. Sedangkan tauhid al-
Uluhiyyah adalah keyakinan akan keesaan Allah dalam pelaksanaan ibadah,
yakni hanya Allah yang berhak diibadahi dengan cara-cara yang ditentukan
oleh Allah (dan Rasul-Nya) baik dengan ketentuan rinci, sehingga manusia
tinggal melaksanakannya maupun dengan ketentuan garis besar yang
memberi ruang kreativitas manusia seperti ibadah dalam kegiatan sosial-
budaya, sosial ekonomi, politik kenegaraan dan seterusnya, disertai dengan
akhlak (etika) yang mulia sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah.
Adapun tauhid al-asma wa al-sifat adalah bahwa dalam memahami nama-
nama dan sifat Allah seorang muslim hendaknya hanya mengacu kepada
sumber ajaran Islam, Quran-Sunnah. Melihat paparan di atas pengamalan
sila pertama sejalan bahkan menjadi kokoh dengan pengamalan tauhid
dalam ajaran Islam. Inilah, yang menjadi pertimbangan Ki Bagus
Hadikusumo, ketika ada usulan yang kuat untuk menghapus 7 kata “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”, mengusulkan kata
pengganti dengan “Yang Maha Esa”. Dalam pandangan beliau Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah tauhid bagi umat Islam. (Endang Saifuddin, 1981:
41-44)
2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Prinsip kemanusiaan dengan keadilan dan keadaban adalah juga menjadi
ajaran setiap agama yang diakui oleh negara Indonesia, termasuk Islam.
Dalam ajaran Islam, prinsip ini merupakan manifestasi dan pengamalan dari
ajaran tauhid. Muwahhidun (orang yang bertauhid) wajib memiliki jiwa
kemanusiaan yang tinggi dengan sikap yang adil dan berkeadaban. Sikap
adil sangat ditekankan oleh ajaran Islam, dan sikap adil adalah dekat dengan
ketaqwaan kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Maidah
ayat 8,“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil, dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Demikian juga konsep
beradab (berkeadaban) dengan menegakkan etika dan akhlak yang mulia
menjadi misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw dengan sabdanya,
“Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia.”
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Ajaran Islam memerintahkan agar umat Islam menjalin persatuan dan
kesatuan antar manusia dengan kepemimpinan dan organisasi yang kokoh
dengan tujuan mengajak kepada kebaikan (al-khair), mendorong perbuatan
yang makruf, yakni segala sesuatu yang membawa maslahat (kebaikan) bagi
umat manusia dan mencegah kemungkaran, yakni segala yang membawa
madharat (bahaya dan merugikan) bagi manusia seperti tindak kejahatan.
Persatuan dan kesatuan dengan organisasi dan kepemimpinan yang kokoh
itu dapat berbentuk negara, seperti negeri tercinta Indonesia.
4. Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Prinsip yang ada pada sila keempat ini merupakan serapan dari nilai-
nilai Islam yang mengajarkan kepemimpinan yang adil, yang
memperhatikan kemaslahatan rakyatnya dan di dalam menjalan roda
kepemimpinan melalui musyawarah dengan mendengarkan berbagai
pandangan untuk didapat pandangan yang terbaik bagi kehidupan bersama
dengan kemufakatan. Sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia
dengan mengedepan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana
ditegaskan dalam sila-sila dalam Pancasila sejalan dengan ajaran agama.
Bahkan pengamalan agama akan memperkokoh implementasi ideologi
Pancasila.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Mengelola negara dengan prinsip keadilan yang meliputi semua aspek,
seperti keadilan hukum, keadilan ekonomi, dan sebagainya, yang diikuti
dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat merupakan amanat setiap agama
bagi para pemeluknya. Dalam Islam di ajarkan agar pemimpin negara
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, dan apabila menghukum mereka
hendaklah dengan hukuman yang adil. (QS. Nisa: 58) Dalam kaidah fikih
Islam dinyatakan “al-ra’iyyatu manuthun bil maslahah”, artinya
kepemimpinan itu mengikuti (memperhatikan) kemaslahatan rakyatnya.
Berarti pula bahwa pemegang amanah kepemimpinan suatu negara wajib
mengutamakan kesejahteraan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai