Anda di halaman 1dari 7

UPAYA EDUKASI KEPADA KELUARGA PASIEN DENGAN KESEMBUHAN

PASIEN HALUSINASI
ABSTRAK : This study aims to find out whether there are results of educational efforts given by doctors to
the patient's family regarding the illness suffered by his family. And by knowing how to do it properly and
correctly, it is also obtained from the results of interviews with the families who have been given the results that
they become more involved in treatment efforts to cure patients and better understand what to do if conditions
or conditions occur where hallucinations occur in patients.

Keyword = Halusinasi, Clinical Psychiatri, Edukasi, mengontrol halusinasi.

PENDAHULUAN :
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.
Gangguan persepsi seperti halusinasi dapat dihayati pasien terhadap diri dan lingkungannya.
Gangguan persepsi melibatkan system sesnsorik seperti auditorik, visual, olfaktorik, atau
taktil. Isi halusinasi atau ilusi perlu digambarkan. Perasaan derealisasi depersonalisasi
merupakan contoh lain gangguan persepsi.
Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang
paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak
sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang
dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengansuara
halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-
keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-
kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal,juga
pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang
diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita
dapat terganggu.Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi
juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan
persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan
dan pengecapan.

Halusinasi, persepso atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan stimulus


eksternal yang nyata, menghayati gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal nyata.

Dan ada pula jenis jenis halusinasi :


a. Halusinasi hipnagogik :
Persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika mulai jatuh tertidur, secara umum bukan
tergolong fenomena patologis.
a. Halusinasi hipnapompik :
Persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika seseorang mulai terbangun, secara umum
bukan tergolong fenomena patologis.
b. Halusinasi auditorik :
Persepsi suara yang keliru, biasanya berupa suara orang meski dapat saja berupa suara
lain seperti music, merupakan jenis halusinasi yang paling sering ditemukan pada
gangguan psikiatri.
c. Halusinasi visual :
Persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa bentuk jelas (orang atau pun bentuk
tidak jelas (kilatan cahaya)), seringkali terjadi pada gangguan medis umum.
d. Halusinasi penciuman :

1
Persepsi keliru yang sering kali terjadi pada gangguan medis umum.
e. Halusinasi pengecapan :
Persepsi pengecapan sering keliru seperti rasa tidak enak sebagai awal kejang,
seringkali terjadi pada gangguan medis umum.
f. Halusinasi taktil :
Persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensasi anggota tubuh teramputasi),
atau formikasi (sensai merayap di bawah kulit).
g. Halusinasi somatic :
Sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam tubunya, lebih sering menyangkut
organ dalam (juga dikenal sebagai cenesthesic ballucination).
h. Halusinasi liliput :
Persepsi keliru yang mengakibatkan obyek terlihat lebih kecil (microspia).

METODE :
Memberikan kuisioner kepada dokter spesialis jiwa. Oleh karena itu akan dilakukan
wawancara kepada dokter spesialis jiwa dengan pertanyaan berkaitan dengan, apa itu
halusinasi, bagaimana cara penanganannya dengan baik dan benar, bagaimana memberikan
edukasi kepada pihak keluarga agar pihak keluarga dapat memahami penyakit, dan seberapa
pentingnya peran keluarga dalam kesembuhan pasien halusinasi. Dan juga akan
mewawancarai dari pihak keluarga pasien dengan penyakit halusinasi sesuai dengan metode
yang saya jelaskan sebelumnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN :


1. Wawancara dengan dr. Agung Hermawanto Sp.KJ
Hasil :
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Apa itu halusinasi ? Halusinasi adalah gangguan persepsi yang salah
dengan eksternal stimulus yang tidak ada.
Halusinasi berhubungan dengan fungsi persepsi
yang berhubungan dengan panca indera

2. Bagaimana cara penanganannya Penanganan pasien psikiatri secara holistic dengan


dengan baik dan benar ? pendekatan Bio Psiko Sosial untuk pasien dengan
gangguan halusinasi adalah dengan melihat
penyebabnya :
a. Karena kondisi medis yang dialami pasien,
maka yang perlu diterapi adalah penyakit
primernya. Obat psikiatri hanya simtomatis
saja.
b. Karena penggunaan NAPZA, dihentikan
penggunaannya dan diterapi dengan obat
psikiatri untuk simtomatis
c. Bila memang karena gangguan psikotik
halusinasi, maka diterapi dengan obat anti
psikotopik.

2
3. Bagaimana memberikan edukasi Harus menjelaskan dengan jelas apa halusinasi,
kepada pihak keluarga agar penyebab halusinasi dan penanganan halusinasi.
pihak keluarga dapat memahami Dan penanganan pasien psikiatri harus holistic
penyakit ? yaitu Bio Psiko Sosial.

4. Seberapa pentingnya peran Keluarga adalah bagian social dari penanganan


keluarga dalam kesembuhan holistic Bio Psiko Sosial. Social keluarga sangat
pasien halusinasi ? membantu proses terapi yaitu memberikan support
dan membantu kepatuhan pasien dalam
melaksankan terapi.

Pembahasan :
Diberikan penjelasan oleh dokter tentang apa itu halusinasi dan diberikan juga
jawaban dari pertanyaan yang sudah ditanyakan kepada dokter, dengan jawaban yang
diberikan kepada peneliti sudah di dapatkan bahkan menurut dokter sendiri bahwa peran dari
keluarga sangatlah penting dalam kesembuhan pasien terutama pasien halusinasi.
2. Wawancara dengan salah satu keluarga dengan pasien halusinasi yang disebabkan
oleh kondisi medis :
Hasil :
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Apa itu halusinasi ? Menurut keluarga setelah diberikan penjelasan
dan edukasi oleh dokter mengenai apa itu
halusinasi, dan dengan apa yang dialami oleh
salah satu keluarganya yaitu disaat ia sering sekali
berbicara atau mengutarakan sesuatu yang
terkadang kami sebagai pihak keluarganya
terkadang tidak bisa mengerti apa yang
dimaksudkan oleh pasien itu merupakan
halusinasi, maupun bisa juga dengan bagaimana
pasien sering sekali mendengar sesuatu yang
hanya pasien saja yang merasa mendengarnya.

2. Bagaimana cara penanganannya Menurut pihak keluarga dengan upaya dari


dengan baik dan benar ? edukasi mengenai penyakit yang dialami,
keluarga menjadi mengetahui halusinasi apakah
yang di alami oleh keluarganya yaitu halusinasi
yang diakibatkan oleh kondisi pasien karena
pasien sedang mengidap Leukimia namun masih
dalam stadium 1, dan dengan berjalannya
perawatan halusinasi sering muncul dengan jenis
halusinasi seperti halusinasi auditorik, halusinasi
visual. Dengan diberikannya edukasi dan keluarga
menjadi mengerti yang terjadi kepada pasien,
dijelaskan bahwa penyakit yang dominan dengan
penyebab halusinasi ini adalah penyakit primer

3
nya yaitu Leukimia dan dengan kami men support
pasien dengan rangkaian perawatan kemo dan
lainnya lalu memberikan perhatian dan selalu
menjaga kondisi pikirannya keluarga dapat
mengurangi halusinasi yang akan terjadi pada
keluarganya.

3. Seberapa pentingnya peran Mengetahui adanya perbahan setelah kami


keluarga dalam kesembuhan mengetahui apa yan dialami oleh keluarga saya.
pasien halusinasi ? Kami jadi dapat menanganinnya dengan lebih baik
dan lebih dapat memahami kondisi dan situasi
keluarga kami, dapat lebih memberikan support
dan membantunya untuk mengurangi halusinasi
yang dihadapinya dengan penanganan pada
penyakit primernya.

Pembahasan :
Keluarga sangat mengakui dengan adanya upaya edukasi yang diberikan oleh dokter
terutama dalam kasus penyakit halusinasi yang disebabkan oleh kondisi medis ini, pihak
keluarga sangat merasakan adanya perubahan pada keluarganya dan pihak keluarga menjadi
lebih waspada dengan kondisi keluarganya namun dalam kapasitas pihak keluarga sudah
lebih memahami harus menangani atau berbuat seperti apa kepada keluarganya yang
mengidap sakit halusinasi.
KESIMPULAN :
Dengan adanya penelitian, masyarakat yang menjadi lebih mengetahui bagaimana
pentingnya peran sebagai keluarga dalam kesembuhan dari setiap pasien dalam penyakit
halusinasi atau penyakit umum lainnya.

SARAN :
Seringkali pihak keluarga dengan penyakit psikiatri seperti ini cenderung lebih
memilih untuk tidak mau mengetahui apa yang terjadi kepada keluarganya. Dan tidak jarang
yang memilih menaruhnya di rumah sakit jiwa dan sebagainya dengan begitu mereka
sangatlah tidak peduli dan tidak mengetahui pentingnya peran mereka sebagai pihak yang
memliki ikatan yang kuat kepada pasien. Dan tidak jarang pihak keluarga cenderung tertutup
bila salah satu dari keluarganya memiliki penyakit psikiatri maka dari itu bila ingin
melakukan penelitian dengan kasus seperti ini sangat dibutuhkan usaha yang cukup untuk
memberikan penjelasan yang baik kepada pihak keluarga. Dan pada penelitian ini saya belum
bias melakukan wawancara kepada pasien halusinasi dengan jenis yang lain, dan kami tidak
mengetahui apakah akan nada upaya edukasi yang berbeda atau akan sama.

DAFTAR PUSTAKA :

4
1. Sadock BJ, Sadock VA. (2007). Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. Behavior
Sciences/Clinical Psychiatri. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins,

2. Towsend, M.C. (2011). Nursing Diagnosis in Psychiatrics Nursing, Philadelphia,


Davis Company.

3. Handayani, D. (2013). Gambaran tingkat kemandirian pasien dalam mengontrol


halusinasi setelah mengikuti TAK stimulasi persepsi. Diterima dari:http://
pustaka.unpad.ac.id/archives/124540/.

4. Bate, A.R. (2013). Pengaruh penerapan strategi pelaksanaan halusinasi terhadap


kemampuan pasien menontrol halusinasi dengar di rumah sakit jiwa Soeharto
Heerdjan Jakarta. Diterima dari: http://digilib.esaunggul.ac.id/ public/UEU-
Undergraduate-211- abstrak.pdf
5. Qodir, M.A., Surtiningrum, A dan Nurulita, U. (2013). Pengaruh terapi aktivitas
kelompok orientasi realita terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di RSJD
Amino Gondohutomo Semarang. Diterima dari: http://180.250.144.147/
ejournal/index.php/ilmukeperawatan/ article/view/158/182
6. Waters, F. (2010). Auditory hallucinations in psychiatric illness. Psychiatric Times,
27(3), 54–58.
7. Wykes, T. Hayward, P. & Landau, S. (2000). Group treatment of auditory
hallucination: Exploratory study of effectiveness. The British Journal of Psychiatry,
175(2), 180– 185.
8. Kanungpairn, T, Sitthimongko, Y, Wattanapailin, A and Klainin, P (2007). Effects of
a symptom management program on auditory hallucinations in Thai outpatients with a
diagnosis of schizophrenia: A pilot study. Nursing and Health Sciences, 9, 34– 39.
9. Suryani, Welch and Cox (2013). The Phenomena of Auditory Hallucination as
Described by Indonesian People Living With Schizophrenia, Archive of Psychiatric
Nursing, 27, 312–318.

5
LAMPIRAN :
Transkrip wawancara dengan dr. Agung Hermawanto Sp.KJ
Peneliti : “ Selama sore dok, perkenalkan saya Sedah mahasiswa fakultas kedokteran
UNS saya ingin bertanya mengenai halusinasi dan bagaimana upaya edukasi yang diberikan
kepada pihak keluarga dan nanti saya juga akan bertanya kepada pihak keluarga mengenai
apa ynag mereka ketahuan setelah adanya edukasi, apakah dokter berkenan?”
Dokter : “Sore, boleh mbak..”
Peneliti : “Baik dok, saya langsung saja ke pertanyaan”
Dokter : “Iya boleh mbak”
Peneliti : “Apakah dokter dapat menjelaskan apa itu halusinasi secara singkat saja
kepada saya?”
Dokter : “Halusinasi itu gangguan persepsi yang salah dengan eksternal stimulus yang
tidak ada. Halusinasi berhubungan dengan fungsi persepsi yang berhubungan dengan panca
indera”
Peneliti : “Pertanyaan kedua, Bagaimana cara penanganannya dengan baik dan
benar ?”
Dokter : “ Baik mbak saya akan menjelaskan dengan penanganan pasien psikiatri
secara holistic dengan pendekatan Bio Psiko Sosial untuk pasien dengan gangguan halusinasi
adalah dengan melihat penyebabnya :
1. Karena kondisi medis yang dialami pasien, maka yang perlu diterapi adalah penyakit
primernya. Obat psikiatri hanya simtomatis saja.
2. Karena penggunaan NAPZA, dihentikan penggunaannya dan diterapi dengan obat
psikiatri untuk simtomatis
3. Bila memang karena gangguan psikotik halusinasi, maka diterapi dengan obat anti
psikotopik.
Peneliti : “Pertanyaan ketiga, Bagaimana memberikan edukasi kepada pihak keluarga
agar pihak keluarga dapat memahami penyakit ?
Dokter : “ Saya akan menjelaskan dengan jelas apa halusinasi, penyebab halusinasi
dan penanganan halusinasi. Dan penanganan pasien psikiatri harus holistic yaitu Bio Psiko
Sosial, kepada keluarga pasien dengan jelas dan Bahasa seawam mungkin agar keluarga
dapat memahami dengan baik”
Peneliti : “ Baik, dok saya lanjutkan pertanyaan keempat. Seberapa pentingnya peran
keluarga dalam kesembuhan pasien halusinasi ? “
Dokter : “ Ohh yaa sangat jelas penting, keluarga menjadi bagian social dari
penanganan holistic Bio Psiko Sosial. Social keluarga akan sangat membantu proses terapi
yaitu memberikan support dan membantu kepatuhan pasien dalam melaksankan terapi.”
Peneliti : “ Baik dok, terimakasih atas bantuannya dalam menjawab pertanyaan saya.”
Dokter : “ Iya mbak, sama-sama.”

6
Transkrip wawancara dengan salah satu keluarga dengan pasien halusinasi yang disebabkan
oleh kondisi medis
Peneliti “ Selamat Pagi Pak, perkenalkan saya Sedah mahasiswa fakultas kedokteran
UNS saya ingin bertanya mengehai beberapa hal yang berkaitan dengan apa yag bapak
ketahui tentang halusinasi dan apakan dari pihaj kekuarga mengetahui perannya pada
kesembuhan pasien sendiri ?”
Keluarga : “ Pagi, iyaa boleh mbak. Bias langsung kepertanyaan saja mbak.”
Peneliti : “ Baik pertanyaan pertama, apa yang bapak ketahui mengenai halusinasi? “
Keluarga : “ Menurut saya setelah saya diberikan penjelasan dan edukasi oleh dokter
mengenai apa itu halusinasi, dan dengan apa yang dialami oleh salah satu keluarga saya yaitu
disaat ia sering sekali berbicara atau mengutarakan sesuatu yang terkadang kami sebagai
pihak keluarganya terkadang tidak bisa mengerti apa yang dimaksudkan oleh pasien itu
merupakan halusinasi, maupun bisa juga dengan bagaimana pasien sering sekali mendengar
sesuatu yang hanya pasien saja yang merasa mendengarnya. “
Peneliti : “Pertanyaan kedua, Bagaimana cara penanganannya dengan baik dan benar ?”
Keluarga : “ Dengan upaya dari edukasi mengenai penyakit yang dialami, saya menjadi
mengetahui halusinasi apakah yang di alami oleh keluarga saya, yaitu halusinasi yang
diakibatkan oleh kondisi pasien karena pasien sedang mengidap Leukimia namun masih
dalam stadium 1, dan dengan berjalannya perawatan halusinasi sering muncul dengan jenis
halusinasi seperti halusinasi auditorik, halusinasi visual. Dengan diberikannya edukasi dan
kami mengerti yang terjadi kepada pasien, dijelaskan bahwa penyakit yang dominan dengan
penyebab halusinasi ini adalah penyakit primer nya yaitu Leukimia dan dengan kami men
support pasien dengan rangkaian perawatan kemo dan lainnya lalu memberikan perhatian dan
selalu menjaga kondisi pikirannya kami dapat mengurangi halusinasi yang akan terjadi pada
keluarga kami.”
Peneliti : “ Pertanyaan terakhir ya pak, Seberapa pentingnya peran keluarga dalam
kesembuhan pasien halusinasi ?”
Keluarga : “ Mengetahui adanya perbahan setelah kami mengetahui apa yan dialami
oleh keluarga saya. Kami jadi dapat menanganinnya dengan lebih baik dan lebih dapat
memahami kondisi dan situasi keluarga kami, dapat lebih memberikan support dan
membantunya untuk mengurangi halusinasi yang dihadapinya dengan penanganan pada
penyakit primernya.”
Penelitj : “ Baik Terimakasih Pak atas bantuannya dalam menjawab pertanyaan saya.”
Keluarga : “ Iya mbak, sama-sama.”

Anda mungkin juga menyukai