Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

Pengukuran Secara Kuantitatif Konsentrasi SO2, NOx dan TSP di Desa


Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.

DISUSUN OLEH :

NELLY CHRISTINA SINAMBELA


1808511025
KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
I. METODE PERCOBAAN

I.1 Preparasi sampel SO2


1.1.1 Pengambilan Sampel Uji SO2
Disiapkan Alat dan bahan yang diperlukan. Larutan Penjerap TCM 0,04 M
dipipet 10 ml dan dimasukkan kedalam tabung penjerep gas sampel berisi
SO2. Tabung penjerap tersebut ditutup dan diletakkan pada rak tabung gas
sampler lalu dihubungkan keselang yang polos kedalam lubang “out‟ &
selang yang berkulir ke lubang “in‟. Rangkaian rak yang sudah diisi tabung
larutan penjerap dimasukkan ke alat gas sampler. Dihubungkan selang
panjang kedalam tabung larutan penjerap dan diberi corong untuk
menangkap udara sesuai dengan arah angin digunakan tripod untuk
penyangga selang. Tombol “ON‟ ditekan untuk menyalakan mesin dengan
ket. Flow 0,175 lt/menit, kemudian ditunggu 3 jam. Dicatat flow awal, suhu
awal dan tekanan awal. Setelah 3 jam, alat dimatikan dan tunggu 30 menit
untuk pendinginan. Dicatat flow akhir, suhu akhir, dan tekanan akhir.
1.1.2 Pengukuran SO2 pada Spektrofotometer UV-VIS
Disiapkan 2 kuvet. Kuvet
1 diberi label “sampel” da kuvet 2 diberi label “blanko”. Kuvet selalu
dipegang pada bagian yang buram. Kuvet berlabel “blanko” dan “sampel”
dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tisu. Ke 2 kuvet dibilas lagi
masing-masing menggunakan aquabidestlata dan dikeringkan menggunakan
tisu. Kuvet “blanko” dibilas dengan larutan penjerap TCM dan diisi larutan
penjerap TCM . Sedangkan kuvet “sampel” dibilas denga larutan sampel
SO2 . Bagian luar keduanya dikeringkan dengan tisu hingga benar-benar
kering. Kuvet “blanko” dimasukkan kedalam spektofotometer UV-Vis
dengan posisi yang buram berada dibagian depan belakang. Ditekan tombol
“zuto zero“ untuk meng-nol-kan nilai absorbansi/netralisir. Ditunggu sampai
ada bunyi, kuvet dikeluarkan dan kuvet “sampel” dimasukkan bergantian
dengan posisi buram berada dibagian depan belakang. Ditekan tombol 1
untuk memilih fotometrik , lalu tekan tombol “go to wl” untuk mengatur
panjang gelombang yang akan digunakan (550 nm), dicatat nilai absorbansi
yang muncul stabil. (ATSDR, 1998).

I.2 Pengukuran Kadar Nitrogen Dioksida (NO2)


1.2.1 Pengambilan Sampel NO2
Alat dan bahan disiapkan. 10 ml larutan Griess Saltzman dipipet dan
dimasukkan ke dalam tabung penjerap gas sampler yang berlabel NO2.
Tabung penjerap gas sampler ditutup dan diletakkan di rak tabung gas
sampler. Lalu dihubungkan selang polos ke lubang “out” dan selang
berulir ke lubang “in”. Rangkaian alat yang telah diisi tabung larutan
penjerap dimasukkan ke alat gas sampler. Dihubungkan selang panjang
ke dalam tabung penjerap dan diberi corong udara sesuai dengan arah
angin. Digunakan tripod untuk menyangga selang. Tombol ON ditekan
untuk menyalakan mesin dan ditunggu selama 3 jam. Dicatat flow awal,
suhu awal dan tekanan awal. Setelah 3 jam, alat dimatikan dan ditunggu
30 menit supaya dingin. Dicatat flow akhir, suhu akhir dan tekanan
akhir.
1.2.2 Pengukuran NO2 di dalam Spektrofotometer UV-Vis
Disiapkan 2 kuvet, kuvet 1 diberi label “sampel” dan kuvet 2 diberi label
“blanko”. Kuvet selalu dipegang pada bagian yang buram. Kuvet
“blanko” dan “sampel” dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan
tisu. Kedua kuvet dibilas lagi dengan aquabidestilata lalu dikeringkan
dengan tisu. Kuvet “blanko” dibilas dengan larutan penjerap Griess
Saltzman dan diisi dengan larutan tersebut, sedangkan kuvet “sampel”
dibilas dan diisi dengan larutan sampel NO2. Bagian luar keduanya
dikeringkan dengan tisu. Kuvet “blanko” dimasukkan ke dalam
spektrofotometer UV-Vis dengan posisi yang buram berada di bagian
depan belakang. Ditekan tombol auto zero untuk meng-nol-kan nilai
absorbansinya. Ditunggu sampai ada bunyi, kuvet “blanko” dikeluarkan
dan kuvet “sampel” dimasukkan dengan posisi buram di bagian depan
belakang. Ditekan tombol 1 untuk memilih fotometrik, lalu tekan tombol
“go to wl untuk mengatur panjang gelombang 550 nm. Dicatat nilai
absorbansinya yang muncul.

I.3 Preparasi sampel TSP


1.3.1 Prosedur Kerja Pengambilan Sampel Uji TSP
Alat dan bahan disiapkan. Kertas saring/filter diambil dari dalam desikator
yang sebelumnya sudah didiamkan 1x24 jam dengan pinset, masukan ke
map plastik. Kertas filter dipindahkan ke dalam HVAS dengan posisi kode
diatas. Filter ditutup, alat HVAS dinyalakan dan diatur ringnya, lalu
ditunggu selama 1 jam. Dicatat suhu awal, tekanan awal dan flow rate awal.
Setelah 1 jam, ring dikurangi hingga nol dan alat dimatikan. Dicatat suhu
akhir, tekanan akhir dan flow rate akhir. Filter dibuka, kertas filter
diambildengan pinset dan dipindahkan ke dalam map plastik. Kertas filter
dikeluarkan dari map dengan pinset dan diletakkan ke dalam desikator,
diamkan 1x24 jam.
1.3.2 Prosedur Kerja Pengukuran TSP
Filter dikeluarkan dari desikator dan ditimbang dengan bantuan gelas plastik
menggunakan timbangan analitik. Dicatat berat akhir kertas filter lalu
dihitung selisihnya dengan berat kertas filter awal.

II. HASIL PENGUKURAN


Lokasi : Desa Pengambengan Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana

Besaran Memenu
Satua Rona Dampak Max. Rona Baku hi
Titik Polutan 1)
n Awal (Rataan 1 Akhir Mutu Baku
jam) Mutu
SO2 (Sulfur ug/m3
< 2,88
UA-T Dioksida) 8,14 < 11,02  900 ya
NOx (Nitrogen ug/m3 ya
< 7,7
  Oksida) 9,77 < 17,47  400
3
  Total Partikulat ug/m 11,6 1,63 20,53  230 ya
UA- SO2 (Sulfur ug/m3 ya
< 2,88
KD Dioksida) 9,13 < 12,01  900
  NOx (Nitrogen ug/m3 < 7,7 10,96 < 18,66 400 ya
Oksida)
  Total Partikulat ug/m3 17,4 1,83 23,13  230 ya
SO2 (Sulfur ug/m3 ya
1,3
UA-B Dioksida) 8,16 9,49  900
NOx (Nitrogen ug/m3 ya
< 7,7
  Oksida) 9,78 < 17,48 400
  Total Partikulat ug/m3 17,5 1,63 23,93  230 ya
Gambar 1. Isopleth Parameter SO2

Gambar 2. Isopleth Paraeter NO2

Gambar 3. Isopleth Parameter TSP


III. PEMBAHASAN
3.1 Parameter SO2

Analisis kandungan gas SO2 di Desa Pengambengan, Negara, Jembrana


menggunakan metode SNI secara spektrofotometri. Pada prosedur analisisnya digunakan
suatu larutan penjerap sodium tetrakloromerkurat untuk gas SO2 di udara. Selanjutnya
akan terbentuk senyawa stabil non volatil dikloro sulfit merkurat. Senyawa ini kemudian
perlu ditambahkan dengan larutan larutan pararosanilin agar terbentuk larutan yang
berwarna merah sehingga dapat diukur serapannya pada spektrofotometer. Reaksi yang
terjadi adalah:
Na2HgCl4 + SO2 + H2O Na2HgCl2SO3 + 2HCl
Na2HgCl2SO3 + HCHO + 2HCl HgCl2 + HOCH2SO3H + 2NaCl
Prinsip pengujian SO2 adalah dengan menyerap gas SO2 kedalam larutan penjerap
(TCM) tetrakloromerkurat membentuk senyawa kompleks diklorosulfonatomerkurat
dengan menambahkan larutan pararosalinin metil sulfonat yang berwarna ungu.
Konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang 550 nm.

Gambar 1. Isopleth Parameter SO2

Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh, konsentrasi gas SO2 di sekitar


Desa Pengambengan memenuhi baku mutu yaitu rata-rata (pada titik UA-T, UA-KD dan
UA-B) sebesar 9,43 𝛍g/Nm3. Menurut Permen LH No. 12 Tahun 2010 menyatakan bahwa
standar baku mutu maksimal SO2 di udara pada pengambilan sampel selama 1 jam
sebesar 900
𝛍g/Nm3. Jika dibandingkan dengan konsentrasi SO2 di udara ambien sekitar Desa
Pengambengan, maka kadar SO2 di Desa Pengambengan masih memenuhi standar baku
mutu karena jumlahnya kurang dari batas maksimal kadar SO2 yang telah ditentukan.
Maka dapat dikatakan pula bahwa kandungan SO2 di udara ambien sampel memenuhi
standar.
Dan dalam konsentrasi yang lebih besar dari 0,5 ppm dapat menyebabkan
kerusakan pada daun dan hujan asam. SO2 dapat terkonveksi di udara menjadi parameter
sekunder seperti aerosol sulfat. Aerosol yang masuk ke dalam saluran pernafasan
mempunyai sifat korosif dan karsinogenik, menimbulkan efek iritasi pada saluran
pernafasan.

3.2 Parameter NOx

Pembentukan gas NO2 dapat terjadi di udara bebas karena udara ambien sebesar
70% terdiri dari gas N2 dan 20% gas O2 yang merupakan bahan baku dasar terbentuknya
gas NOx. Di alam sumber NO2 adalah kegiatan denitrifikasi bakteri dalam tanah,
perairan, gunung berapi. Pembentukan gas NO 2 hasil pembakaran memerlukan
pembentukan gas NO dan gas O2 dengan suhu yang tinggi. Dengan teori ini maka
kemungkinan dapat terbentuknya gas NO2 adalah di daerah dengan aktivitas yang
memerlukan energi dan suhu yang tinggi. Reaksi yang terjadi, adalah sebagai berikut :

N2 + O2 2NO

2NO + O2 2NO2

Berdasarkan Standar Nasional (SNI), Nitrogen dioksida (NO 2) diukur dengan


menggunakan metode Griess Saltzman. Alat yang digunakan untuk metode ini adalah
spektrofotometer UV Vis. Prinsip kerjanya adalah menjerap gas NO2 ke dalam larutan
Griess Saltzman pad gas sampler sehingga terbentuk senyawa azo dye. Konsentrasi
larutan ditentukan oleh spektrofotometer UV Vis pada panjang gelombang 550 nm.

Gambar 2. Isopleth Parameter NO2


Dapat juga dilihat pada gambar kualitas udara di sekitar masih berada pada garis
hijau yang menandakan bahwa udara di daerah tersebut kadar NO 2 belum dikategorikan
tercemar. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa konsentrasi NO2 pada sampel
udara uji adalah rata-rata (pada titik UA-T, UA-KD dan UA-B)adalah 17,87 μg/Nm 3. Jika
dibandingkan dengan baku mutu PP No. 41 tahun 1999 dikatakan bahwa baku mutu NO 2
adalah sebesar 400 μg/Nm3. Hasil uji dapat dinyatakan masih berada dibawah baku mutu
yang artinya lokasi belum tercemar atau bukan merupakan lokasi sumber pencemaran NO 2.
Adapun dampak dari pajanan NO2 sangat berpengaruh pada pernapasan/saluran
pernapasan. Pengaruh paparan NO2 ditentukan oleh konsentrasi saat pajanan, proses akut
atau kronik serta lama perjalanan. (SNI 19-7119.2-2005).

3.3 Parameter TSP

TSP adalah partikulat yang memiliki diameter antara 0,1 mm hingga 30mm. Secara
alamiah partikulat dihasilkan dari debu, tanah kering, yang terbawa angin proses vulkanis
yang berasal dari letusan gunung berapi, uap air laut. Partikulat juga dihasilkan dari
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon
murnni atau tercampur dengan gas-gas organik.

Gambar 3. Isopleth parameter TSP

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa sebaran partikulat TSP di desa
pengambengan tidak terlalu luas dan masih dalam zona hijau dan kuning yang tergolong
belum tercemar oleh TSP. Berdasarkan pengujian / praktikum yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa kadar rata-rata (pada titik UA-T, UA-KD dan UA-B) TSP pada
sampel udara uji sebesar 22,53 µg/Nm3 jika dibandingkan dengan baku mutu menurut
PPRI no. 41 tahun 1999 disebutkan bahwa baku mutu untuk TSP sebesar 230 µg/Nm3
dari hasil
tersebut maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi TSP pada sampel udara uji masih
dibawah baku mutu / belum dapat dikatakan tercemar.
Pencemaran udara oleh TSP akan menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan
atau khususnya pneumokoniosis yang disebabkan oleh adanya partikel/debu yang
masuk/mengendap di paru-paru. Selain itu juga dapat menyebabakan bronkitis pada
partikel berukuran> 5 mikron. Keberadaan partikulat di udara dapat mereduksi radiasi
matahari dan meningkatkan kemungkinan presipitasi. Partikulat yang terdapat di atmosfer
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi sinar matahari yang dapat mencapai
permukaan bumi. Pengaruh ini disebabkan oleh penyebaran dan absorbsi sinar oleh
partikulat. (SNI. 19- 7119.3-2005).
DAFTAR PUSTAKA

Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). 1998.


Toxicological Profile for Sulfur Dioxide. U.S. Department of Health and
Human Service. Atlanta.

SNI 19-7119.2-2005. 2005. Cara Uji Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) dengan
Metoda Griess Saltzman Menggunakan Spektrofotometer. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta

SNI. 19-7119.3-2005. Udara Ambien Bagian 3 “Cara Uji Partikel Tersuspensi


Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS)
dengan Metode Gravimetri”. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai