“Malformasi Kongenital”
Oleh :
RAHMATUN FAUZIAH
NIM. 1920332045
DOSEN PEMBIMBING :
. Prof. Dr. dr. Yusrawati, SpOG(K)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Malformasi kongenital”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada makalah
Embriologi Manusia yang diampu oleh Prof. Dr. dr. Yusrawati, SpOG(K), Program
Studi S2 Kebidanan Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah khasanah
keilmuan dalam bidang pendidikan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang serupa khususnya dalam kebidanan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
B RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 2
B TUJUAN PENULISAN ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktural, perilaku, fungsional, dan
metabolik yang ada sejak lahir. Kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan ilmu mengenai
penyakit-penyakit ini adalah teratologi (Yun. Teratos: monster) dan dismorfologi. Anomali
struktural mayor terjadi pada 2-3% bayi lahir hidup, dan selain itu 2-3% lainya timbul pada
usia 5 tahun sehingga persentase totalnya 4-6%. Cacat lahir adalah penyebab utama mortalitas
bayi, menyebabkan sekitar 21% kematian bayi. Cacat lahir adalah penyebab utama kelima
hilangnya tahun-tahun kehidupan yang potensial sebelum 65 tahun dan penyumbang utama
disabilitas. Cacat lahir juga bersifat nondiskriminatorik; angka mortalitas yang disebabkan
oleh cacat lahir sama untuk orang Asia, Amerika, Afrika, Amerika Latin, kulit putih, dan
Amerika asli.
Untuk itu diperlukan ketepatan dalam mendiagnosis kecacatan prenatal ini. Dokter
sampel vilus korion. Dalam kombinasi, teknik-teknik ini dirancang untuk mendeteksi
misalnya kelainan plasenta atau uterus. Penerapan dan perkembangan terapi in utero
menimbulkan konsep baru yang mengemukakan bahwa janin kini adalah seorang pasien.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang cacat lahir dan diagnosis prenatal.
4
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah apa itu malformasi kongenital
C. TUJUAN PENULISAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. CACAT LAHIR
sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktural, perilaku, fungsional, dan
metabolik yang ada sejak lahir. Kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan ilmu mengenai
penyakit-penyakit ini adalah teratologi (Yun. Teratos: monster) dan dismorfologi. Para ahli
mayor terjadi pada 2-3% bayi lahir hidup, dan selain itu 2-3% lainya timbul pada usia 5 tahun
sehingga persentase totalnya 4-6%. Cacat lahir adalah penyebab utama mortalitas bayi,
menyebabkan sekitar 21% kematian bayi. Cacat lahir adalah penyebab utama kelima
hilangnya tahun-tahun kehidupan yang potensial sebelum 65 tahun dan penyumbang utama
disabilitas. Cacat lahir juga bersifat nondiskriminatorik; angka mortalitas yang disebabkan
oleh cacat lahir serius. Secara khusus, anomal telinga adalah indicator cacat lain yang mudah
dikenali dan ditemukan pada hampir semua anak dengan malformasi sindromik.
B. JENIS ABNORMALITAS
Kelainan ini dapat menyebabkan ketiadaan suatu struktur secara total atau parsial atau
perubahan konfigurasi normal suatu struktur. Malformasi disebabkan oleh faktor lingkungan
dan atau genetik yang bekerja secara independen atau bersamaan. Kebanyakan malformasi
disebabkan oleh proses destruktif. Gangguan vaskular yang menyebabkan atresia usus dan
cacat yang ditimbulkan oleh pita amnion adalah contoh dari faktor-faktor perusak yang
menyebabkan disrupsi.
• Deformasi terjadi karena gaya mekanis yang ‘mencetak’ suatu bagian janin dalam jangka
lama. Clubfeet, sebagai contoh, disebabkan oleh penekanan di rongga amnion. Deformasi
• Sindrom adalah kumpulan anomali yang terjadi bersamaan dan memiliki satu penyebab
spesifik. Kata ini menunjukkan diagnosis telah ditegakkan dan resiko kekambuhan (pada
Sebaliknya, asosiasi (keterkaitan) adalah kemunculan non-acak dua atau lebih anomali
yang timbul lebih sering dibandingkan jika terjadi hanya secara kebetulan, tetapi yang
penyebabnya belum diketahui. Salah satu contoh adalah asosiasi VACTERL, (anomali
ginjal [renal], dan ekstremitas [limb]). Meskipun anomali-anomali itu bukanlah suatu
diagnosis, asosiasi merupakan hal penting karena ditemukannya salah satu atau lebih
7
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Lingkungan
Sampai awal tahun 1940an, diperkirakan bahwa cacat congenital terutama disebabkan
oleh faktor herediter. Dngan ditemukannya oleh N. Gregg bahwa campak Jerman yang
mengenai ibu selama awal kehamilan menyebabkan kelainan di mudigah, menjadi jelas
bahwa malformasi kongenital pada manusia juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan.
Pada tahun 1961, pengamatan oleh W. Lenz yang mengaitkan cacat anggota badan dengan
obat sedatif talidomid menegaskan bahwa obat juga dapat melewati plasenta dan
8
Gambar 2.2 Kelainan Fokomelia
Sejak saat itu, banyak obat yang diketahui bersifat teratogen (faktor yang menyebabkan
Agen Infeksi
Agen Fisik
ekstremitas
9
Hipertermia Anensefalus, spina bifida, retardasi mental, cacat wajah,
Bahan Kimia
oin)
jantung/kraniofasial/ekstremitas
dan tulang
gastroskisis
cacat jantung
Pelarut industri Berat badan lahir rendah, cacat kraniofasial dan tabung
saraf
10
Merkuri organik Gejala neurologis serupa dengan yang disebabkan oleh
cerebral palsy
Hormon
(etisteron, klitoris
noretisteron)
Dietilstikbestrol (DES) Malformasi uterus, tuba uterina, dan vagina bagian atas:
saraf
2. Prinsip Teratologi
Faktor-faktor yang menentukan kapasitas suatu agen untuk menimbulkan cacat lahir telah
a. Kerentanan terhadap teratogenesis yang bergantung pada genotipe konseptus dan cara
bagaimana komposisi genetic ini berinteraksi dengan lingkungan. Genom ibu juga
penting dalam kaitannya dengan metabolism obat, resistensi terhadap infeksi, dan
Periode paling peka untuk timbulnya cacat lahir adalah minggu ketiga hingga
11
memiliki satu atau lebih tahap kerentanan. Sebagai contoh, langit-langit sumbing dapat
terinduksi pada tahap blastokista (hari ke-6), selama grastulasi (hari ke-14), pada tahap
awal pembentukan tunas ekstremitas (minggu kelima), atau saat bilah langit-langit itu
sendiri sedang terbentuk (minggu ketujuh). Selain itu, sementara kebanyakan kelainan
ditimbulkan selama embriogenesis, cacat juga dapat ditimbulkan sebelum atau setelah
teratogen.
d. Teratogen bekerja melalui jalur (mekanisme) spesifik pada sel dan jaringan yang
3. Agen Infeksi
Agen infeksi yang menyebabkan cacat lahir (tabel 8.1) mencakup sejumlah virus.
Rubela dahulu merupakan masalah besar, tetap kemampuan kita untuk mendeteksi titer
antibodi dalam serum dan pembuatan vaksi telah secara bermakna menurunkan insidens
cacat lahir akibat virus ini. Saat ini sekitar 85% wanita sudah mempunyai kekebalan.
tetapi efek pada janin dapat parah. Infeksi sering mematikan, dan jika tidak, dapat terjadi
immunodeficiency virus, HIV) dapat menyebabkan cacat lahir. Kelainan disebabkan herpes
jarang dijumpai, dan infeksi biasanya ditularkan ke anak sebagai penyakit kelamin sewaktu
teratogenetik yang rendah. Infeksi oleh varisela menyebabkan insidens cacat lahir sebesar
20%.
Malformasi yang timbul setelah infeksi ibu oleh virus campak, gondongan, hepatitis,
prospektif menunjukkan bahwa angka malformasi setelah pajanan ke virus-virus ini rendah
Faktor penyulit yang ditimbulkan oleh virus-virus ini dan agen infeksi lain adalah
bahwa kebanyakan bersifat pirogenik, dan peningkatan suhu tubuh (hipertermia) bersifat
teratogenik. Cacat yang ditimbulkan oleh meningkatnya suhu tubuh antara lain adalah
anensefalus, spina bifida, retardasi mental, mikroftalmia, bibir dan langit-langit sumbing,
defisiensi ekstremitas, omfalokel dan kelainan jantung. Selain penyakit demam, mandi
berendam di air panas dan sauna dapat menghasilkan peningkatan suhu yang dapat
Toksoplasmosis dan sifilis menyebabkan cacat lahir. Daging yang dimasak kurang
matang; hewan peliharaan, terutama kucing; dan feses di tananh yang tercemar dapat
13
mengandung parasit protozoa Toxoplasmosis gondii. Gambaran khas infeksi toksoplasma
5. Radiasi
Radiasi pengion mematikan sel-sel yang berploriferasi pesat sehingga radiasi ini
adalah teratogen kuat, menimbulkan hampir semua jenis cacat lahir bergantung pada dosis
dan stadium perkembangan konseptus saat pajanan terjadi. Radiasi dari ledakan nuklir juga
teratogenik. Di antara para wanita hamil yang selamat dari ledakan bom atom di Hiroshima
dan Nagasaki, 28% mengalami abortus, 25% melahirkan anak yang meninggal dalam tahun
pertama kehidupannya, dan 25% melahirkan anak dengan cacat lahir parah yang mengenai
sistem saraf pusat. Radiasi juga adalah agen mutagenic dan dapat menyebabkan perubahan
6. Bahan Kimia
Peran bahan kimia dan obar farmasi dalam pembentukan kelainan pada manusia sulit di
riwayat pajanan
Suatu studi oleh National Institutes of Health menemukan bahwa wanita hamil
menggunakan 900 obat yang berbeda, dengan rata-rata 4 obat per wanita. Hanya 20%
wanita hamil yang tidak menggunakan obat selama kehamilan mereka. Bahkan dengan
penggunaan bahan kimia yang luas ini, relative sedikit dari banyak obat yang digunakan
1961, disadari di Jerman Barat bahwa frekuensi amelia dan meromedia (ketiadaan sebagian
atau seluruh ekstremitas), suatu kelainan herediter yang jarang, mendadak meningkat.
yang terkena dan menyebabkan terungkapnya fakta bahwa banyak banyak dari ibu tersebut
obat ini menimbulkan kelainan yang sedemikian tidak lazim. Jika cacatnya adalah jenis
yang lazim dijumpai, misal bibir sumbing atau malformasi jantung, keterkaitan dengan
Obat lain dengan potensi teratogenik adalah anti kejang difenilhidantion (fenition), asam
valproat, dan trimetadion, yang digunakan oleh wanita pengidap epilepsi. Secara spesifik,
membentuk pola dismorfogenesis tersendiri yang dikenal sebagai sindrom trimetadion atau
sindrom hidantoin janin. Sumbing di wajah sering di jumpai pada sindrom ini. Asam
15
Bagaimanapun, diduga kuat bahwa pemakaian obat-obat ini selama kehamilan membawa
risiko tinggi.
bahwa anomali berat terjadi pada 12% janin yang terpajan ke meprobamat dan pada 11%
hampir empat kali lipat kejadian bibir sumbing dengan atau tanpa langit-langit sumbing
Antikoagulan warfarin bersifat teratogenik, sedangkan heparin tampaknya tidak. Obat anti
merusak mudigah atau janin. Yang paling menonjol diantara senyawa-senyawa ini adalah
propiltiourasil dan kalium iodida (gondok dan retardasi mental), streptomisin (tuli),
(anomali tulang dan gigi), amfetamin (bibir sumbing dan kelainan kardiovaskular), dan
kina (tuli). Yang terakhir, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa aspirin
(salisilat), obat yang paling sering dikonsumsi selama kehamilan dapat membahayakan
Salah satu masalah yang semakin besar di masyarakat saat ini adalah efek obat-obat
‘pergaulan’, misalnya LSD (lysergic acid diethylamide), PCP (fensiklidin, atau “angel
16
dust”), mariyuana, alkohol, dan kokain. Pada kasus LSD, pernah dilaporkan anomali
anggota badan dan malformasi sistem saraf pusat. Namun, suatu ulasan komprehensif
terhadap lebih dari 100 publikasi mengarah kepada kesimpulan bahwa LSD murni yang
digunakan dalam dosis sedang tidak bersifat teratogenik dan tidak menyebabkan kerusakan
genetic. Kurangnya bukti yang menyimpulkan teratogenitas serupa juga dilaporkan untuk
mariyuana dan PCP. Kokain dilaporkan menyebabkan sejumlah cacat lahir, mungkin
Terdapat bukti kuat tentang keterkaitan konsumsi alkohol oleh ibu hamil dan
kelainan kongenital. Karena alkohol dapat menyebabkan spektrum penyakit yang luas,
berkisar dari retardasi mental hingga kelainan struktural, digunakan istilah spektrum
penyakit alkohol janin (fetal alcohol spectrum disorder, FASD) untuk setiap cacat akibat
alkohol. Sindrom alkohol janin (fetal alcohol syndrome, FAS) mencerminkan akibat yang
parah dari spektrum ini mencakup cacat struktural, defisiensi pertumbuhan, dan retardasi
mental.
17
Gambar 2.3 Gambaran khas anak dengan sindrom alkohol janin
neurodevelopmental disorder, ARND) adalah yang lebih ringan. Insidens FAS dan ARND
bersama-sama adalah 1 dari 100 kelahiran hidup. Selain itu, alkohol merupakan penyebab
Merokok belum pernah dilaporkan berkaitan dengan cacat lahir mayor, tetapi
menyebabkan malformasi dengan pola khas yang dikenal sebagai embriopati isotretinion
atau embriopati vitamin A. obat ini diresepkan untuk terapi akne kistik dan dermatomis
18
kronis lain, tetapi sangat teratogenik dan dapat menimbulkan hampir semua jenis cacat.
saat ini, timbul kekhawatiran bahwa pemakaian berlebihan suplemen vitamin dapat
7. Hormon
untuk mencegah abortus. Progestin etisteron dan noretisteron memiliki aktivitas androgenik yang
cukup besar, dan telah banyak dilaporkan kasus maskulinasi genitalia pada mudigah perempuan.
Kelainan berupa pembesaran klitoris disertai penyatuan lipatan labioskrotum dengan derajat
bervariasi.
ENDOCRINE DISRUPTERS. Endocrine disrupters adalah bahan eksogen yang mengganggu kerja
paling sering mengintervensi kerja estrogen melalui reseptornya dan menyebabkan kelainan
Selama beberapa waktu, telah diketahui bahwa estrogen sintesis dietilstilbesterol yang
dahulu digunakan untuk mencegah abortus, meningkatkan insidens karsinoma vagina dan serviks
pada wanita yang terpajan di obat ini sewaktu di dalam kandungan. Selain itu, banyak dari wanita
ini mengalami disfungsi reproduksi yang sebagian disebabkan oleh malformasi kongenital uterus,
tuba uterina, dan vagina bagian atas. Mudigah laki-laki yang terpajanin utero juga dapat
19
terpengaruhi, seperti dibuktikan oleh meningkatnya malformasi testis dan kelainan pada hasil
analisis sperma. Namun, berbeda dengan wanita, pria tidak memperlihatkan peningkatan resiko
Saat ini, estrogen dalam lingkunganlah yang menimbulkan kekhawatiran, dan banyak studi
dilakukan untuk menentukan efek bahan ini pada janin. Berkurangnya hitung sperma dan
meningkatnya insidens kanker testis, hipospadia, dan kelainan lain saluran reproduksi pada
manusia, bersama dengan kelainan sistem saraf pusat (maskulinisasi otak wanita dan feminisasi
otak pria) pada spesies lain akibat pajanan lingkungan yang tinggi, menimbulkan kesadaran akan
kemungkinan efek merugikan dari bahan-bahan ini. Banyak estrogen yang berasal dari bahan kimia
kortison yang di suntikkan kedalam mencit dan kelinci pada tahap-tahap tertentu kehamilan
menyebabkan peningkatan insidens langit-langit- sumbing pada bayi hewan ini. Namun,
pada manusia sulit dibuktikan bahwa kortison adalah faktor lingkungan yang menyebabkan
langit-langit sumbing.
8. Penyakit Ibu
menyebabkan peningkatan insidens lahir-mati, kematian neonates, bayi yang terlalu besar,
dan malformasi kongenital. Risiko anomali kongetinal pada anak dari ibu pengidap
20
diabetes adalah tiga sampai empat kali lebih banyak dibandingkan anak dari ibu
nondiabetik dan pernah dilaporkan higga setinggi 80% pada anak dari ibu yang telah lama
mengidap diabetes. Malformasi pernah ditemukan antara lain adalah disgenesis kaudal
(sirenomelia).
namun bukti-bukti menunjukkan bahwa perubahan kadar glukosa berperan dan bahwa
insulin tidak bersifat teratogenik. Dalam hal ini terdapat korelasi signifikan antara
keparahan dan lama penyakit ibu dan insidens malformasi. Pengendalian ketat
metabolisme ibu dengan terapi insulin yang agresif sebelum konsepsi dapat mengurangi
kejadian malformasi.
Banyak penelitian pada hewan menunjukkan bahwa sewaktu gastrulasi dan neurulasi,
mudigah mamalia bergantung pada glukosa sebagai sumber energi, sehingga bahkan
episode singkat penurunan gula darah dapat besifat teratogenik. Karena itu, dalam
menangani wanita diabetes yang hamil kita perlu berhati-hati. Pada kasus diabetes non-
dependen insulin, obat hipoglikemik oral dapat digunakan. Obat-obat ini antara lain adalah
sulfonilurea dan biguanid. Kedua kelas obat tersebut pernah dilaporkan sebgai teratogen.
serum, berisiko memiliki bayi dengan retardasi mental, mikrosefalus, dan cacat jantung.
Wanita dengan PKU yang mengonsumsi diet rendah fenilalanin sebelum konsepsi dapat
menurunkan risiko bagi bayi mereka setara dengan yang diamati pada populasi umum.
21
9. Defisiensi gizi
Meskipun banyak defisiensi nutrisi, terutama defisienti vitamin, telah terbukti bersifat
teritogrnik pada hewan percobaan, bukti pada manusia jarnag dikemukakan, karena itu,
kecuali kretinisme endemikyang berkaitan dengan defisiensi iodium, belum ada analogi
terhadap eksperimen pada hewan yang pernah ditemukan. Namun, bukti-bukti menyiratkan
bahwa kekurangan gizi pada ibu sebelum dan selama kehamilan berperan menyebabkan
10. Obesitas
Obesitas telah mencapai tingkat epidemik si Amerika Serikat dan angkanya meningkat
hampir dua kali lipat dalam 15 tahun terakhir. Obesitas prakehamilan yang didefinisikan
sebagai indeks masa tubuh (IMT) >30kg/m2, berkaitan dengan peningkatan dua sampai
tiga kali lipat risiko melahirkan anak dengan cacat tabung saraf. Hubungan sebab-
akibatnya belum dipastikan tetapi mungkin berkaitan dengan gangguan metabolisme ibu
yang mengenai glukosa, insulin, atau faktor lain. Studi-studi juga memperlihatkan bahwa
11. Hipoksia
perlu dibuktikan apakah hal ini juga berlaku pada manusia. Meskipun anak yang lahir di
daratan yang relatif tinggi biasanya berat badannya lebih ringan dan kecil dibandingkan
dengan mereka yang lahir di dekat atau setinggi permukaan laut, belum ditemukan adanya
22
kardiovaskular tipe sianotik sering melahirkan bayi kecil, tetapi biasanya tanpa
Beberapa tahun yang lalu, para peneliti di Jepang memcatat bahwa sejumlah ibu yang
makanannya terutama terdiri dari ikan melahirkan anak dengan gejala neurologis multipel
mirip cerebral palsy. Pemeriksaan lebih lanjut memperlihatkan bahwa ikan yang mereka
konsumsi mengandung merkuri organic dengan kadar sangat tinggi. Merkuri ini dialirkan
ke Teluk Minamata dan perairan tepi pantai lainnya di Jepang oleh industri-industri besar.
Banyak dari ibu itu sendiri tidak memperlihatkan gejala yang menunjukkan bahwa janin
Di Amerika Serikat, hal serupa diamati ketika jagung di semprot oleh fungisida yang
mengandung merkuri diberikan kepada babi dan dagingnya kemudian dimakan oleh
wanita hamil. Demikian juga, di Irak, beberapa ribu bayi terkena setelah ibu mereka
gangguan neurologis.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pajanan ke bahan kimia dan bahan lain, misal
etilnitrosourea dan radiasi, dapat menyebabkan muatasi pada sel germinativum pria.
merokok, dan senyawa lain dari lingkungan dan pekerjaan ayah dengan abortus spontan,
23
Usia ayah yang lanjut adalah faktor yang meningkatkan risiko cacat ekstremitas dan cacat
tabung saraf, sindrom Down, serta mutasi-mutasi dominan otosom baru. Yang menarik,
pria yang berusia kurang dari 20 tahun memiliki risiko relatif lebih tinggi menjadi ayah
dari anak cacat lahir. Bahkan penularan toksisitas yang diperantarai oleh ayah dapat
terjadi melalui cairan semen dan dari pencemaran barnag-barang rumah tangga oleh
bahan kimia yang terbawa di baju kerja ayah. Penelitian juga memperlihatkan bahwa pria
dengan cacat lahir itu sendiri memiliki risiko lebih dari dua kali lipat memiliki anak yang
juga terkena.
D. DIAGNOSIS PRANATAL
janin in utero, termasuk ultrasonografi, pemeriksaan penyaring serum ibu, amniosentesis, dan
pengambilan sampel vilus korion. Dalam kombinasi, teknik-teknik ini dirancang untuk
kehamilan, misalnya kelainan plasenta atau uterus. Penerapan dan perkembangan terapi in
utero menimbulkan konsep baru yang mengemukakan bahwa janin kini adalah seorang pasien.
1. Ultrasonografi
24
Gambar 2.4 Contoh efektivitas ultrasonografi dalam pencitraan mudigah dan janin
Pada kenyataannya, teknik ini yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1950an, telah
berkembang ke tahap yang dapat mendeteksi aliran darah di pembuluh besar, mengetahui
gerakan katup ke jantung, dan aliran cairan di trakea dan bronkus. Teknik ini aman dan
sering digunakan, dengan sekitar 80% wanita hamil di Amerika Serikat menjalani paling
karakteristik usia dan pertumbuhan janin, ada atau tidaknya anomali kongenital; status
lingkungan uterus, termasuk jumlah cairan amnion; letak plasenta dan aliran darah
umbilikus; dan ada tidaknya kehamilan multipel. Semua faktor ini kemudian digunakan
untuk menentukan pendekatan yang tepat untuk menangani kehamilan yang bersangkutan.
25
Gambar 2.5 Citra ultrasonografi posisi tengkorak janin dan rongga amnion sewaktu amniosintesis
penatalaksanaan kehamilan, terutama untuk bayi dengan berat badan lahir rendah. Pada
lahir rendah yang terkelola dan yang menjalani pemeriksaan penyarinfg ultrasonografi
yang tidak disaring. Usia dan pertumbuhan janin dinilai dari panjang puncak kepala-
bokong selama usia kehamilan 5 sampai 10 minggu. Setelah itu, digunakan kombinasi
perut.
26
Pengukuran multipel terhadap parameter-parameter ini dalam suatu kurun waktu akan
kongenital yang dapat ditentukan dengan ultrasonografi antara lain adalah cacat tabung
saraf anensefalus dan spina bifida; cacat dinding abdomen, misalnya omfalokel dan
gastroskisis; dan cacat jantung dan wajah, termasuk bibir dan langit-langit sumbing.
dikembangkannya uji penyaring serum ibu. Salah satu dari pemeriksaan pertama yang
digunakan adalah penilaian konsentrasi α-fetoprotein (AFP) serum. AFP secara normal
dihasilkan oleh hati janin, memuncak kadarnya pada sekitar 14 minggu, dan “bocor” ke
Karena itu, konsentrasi AFP dalam serum ibu meningkat selama trimester kedua dan
kemudian melai terus turun setelah usia kehamilan 30 minggu. Pada kasus cacat tabung
saraf dan beberapa kelainan lain, termasuk omfalokel, gastroskisis, ekstrofi kandung
kemih, sindrom pita manion, teratoma sakrokoksigeus, dan atresia usus, kadar AFP
Pada kasus lain, konsentrasi AFP menurun seperti kromosom seks, dan triploidi. Keadaan-
keadaan ini berkaitan dengan rendahnya konsentrasi gonadotropin korion manusia (human
chirionic gonadotropin, hCG) dan estriol tak-terkonjugasi dalam serum. Karena itu,
pemeriksaan penyaring serum ibu adalah teknik yang relatif noninvasif untuk member
27
3. Amniosentesis
Pada amniosentesis, sebuah jarum dimasukkan memalui dinding abdomen ke dalam rongga
Karena jumlah cairan yang dibutuhkan tersebut, tindakan ini biasanya tidak dilakukan
sebelum kehamilan 14 minggu, saat tersedia cairan dalam jumlah memadai tanpa
membahayakan janin. Risiko kematian janin akibat tindakan ini adalah 1% tetapi lebih
kecil jika dilakukan di pusat pelayanan yang terampil dalam teknik ini.
Cairan itu sendiri dianalisis untuk berbagai faktor biokimia, misalnya AFP dan
asetilkolinesterse. Selain itu, sel janin yang terlepas ke dalam cairan amnion, dapat
ditemukan dan digunakan untuk penentuan kariotipe metafase dan analisis genetik lainnya.
Sayangnya, sel-sel yang dipanen ini tidak membelah dengan cepat sehingga harus dibuat
biakan sel yang mengandung mitogen agar dihasilkan sel bermetafase dalam jumlah
Pembiakan ini memerlukan waktu 8 sampai 14 hari, dan karenanya, penegakan diagnosis
pewarna khusus (Giemsa) dan teknik resolusi-tinggi, pola pita kromosom dapat ditentukan.
Selain itu, karena genom manusia telah berhasil diketahui skuensnya, analisis-analisis
molekular yang lebih canggih yang menggunakan reaksi berantai polymerase (polymerase
chain reaction, PCR) dan penentuan genotipe akan meningkatkan tingkat kepekaan deteksi
kelainan genetik.
28
4. Pengambilan Sampel Vilus Korion
Pengambilan sampel vilus korion (chorionic villus sampling, CVS) dilakukan dengan
memasukkan sebuah jarum secara transabdomen atau transvagina ke dalam massa plasenta
Sel-sel dapat segera dianalisis, tetapi keakuratan teknik ini dipermasalahkan karena
tingginya kesalahan kromosom pada plsenta normal. Karena itu, sel-sel dari inti mesenkim
diisolasi dengan tripsinisasi sel yang doperoleh, diperlukan 2-3 hari pembiakan untuk
amniosentesis.
Namun, risiko kematian janin akibat CVS adalah sekitar dua kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan smniosentesis, dan terdapat petunjuk bahwa teknik ini membawa
Secara umum, uji-uji diagnosik prenatal tidak digunakan secara rutin (meskipun pemakaian
iltrasonografi kini mendekati rutin), dan dicadangkan untuk kehamilan tinggi. Indikasi
b. Riwayat masalah gengetik dalam keluarga, misalnya orang tua pernah memiliki anak
29
5. Terapi Janin
a. Transfusi Janin
Pada kasus anemia janin akibat antibodi ibu atau kausa lain, dapat dilakukan tranfusi
darah untuk janin. Ultrasonografi digunakan untuk menuntun insersi jarum ke dalam
Terapi untuk infeksi, aritmia jantung, gangguan fungsi tiroid, dan masalah medis janin
lain biasanya diberikan melalui ibu dan mencapai janin setelah melewati plasenta.
Namun, pada sebagian kasus obat dapat diberikan langsung kepada janin melalui
c. Pembedahan janin
Berkat kemajuan dalam prosedur ultrasonografi dan bedah maka mengoperasi janin
kini dapat dilakukan. Namun, karena risiko dari ibu, janin, dan kehamilan selanjutnya,
tindakan ini hanya dilakukan di pusat pelayanan dengan tim terlatih dan hanya jika
untuk mengeluarkan cairan dari organ dan rongga. Sebagai contoh, pada obstruksi
uretra dapat dipasang pirau pigtail ke dalam kandung kemih janin. Salah satu masalah
Pembedahan eks utero, yaitu dengan membuka uterus dan mengoperasi janin secara
mengangkat lesi kistik (adenomatoid) di paru, dan memperbaiki cacat spina bifida.
30
Perbaikan hernia dan lesi paru memiliki prognosis baik jika criteria pemilihan kasus
diterapkan dengn benar, dan salah satu dari criteria pemilihan kasus diterapkan dengan
benar, dan salah satu dari criteria ini adalah kenyataan bahwa jika tanpa pembedahan
Pembedahan untuk cacat tabung saraf lebih kontroversial karena kelainan tidak
mengancam nyawa. Juga, bukti yang ada tidak meyakinkan bahwa perbaikan lesi dapat
hidrosefalus dengan membebaskan korda spinalis yang melekat dan mencegah heniasi
jaringan atau sel dapat ditransplantasikan sebelum waktu ini tanpa ditolak. Riset dalam
bidang ini befokus dalam sel tunas hematopoietic untuk mengobati imunodefisiensi
dan kelainan hematologi. Terapi gen untuk penyakit metabolik herediter, misalnya
31
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berbagai agen diketahui menyebabkan malformasi congenital pada sekitar 2-3% dari
semua bayi lahir hidup. Agen-agen ini mencakup virus, misalnya rubella dan sitomegalovirus;
radiasi; obat, misalnya talidomid, aminopterin, serta senyawa anti kejang, anti psikotik dan anti
cemas; obat pergaulan, misalnya PCP, rokok, dan alcohol; hormone misalnya dietilstilbestrol; dan
diabetes ibu.
Efek teratogen tergantung pada genotip ibu dan janin, stadium perkembangan saat pajanan
terjadi, serta dosis dan durasi pajanan kea gen. Sebagian besar malformasi mayor diinduksi selama
periode embryogenesis (periode teratogenik: minggu ke-3 sampai 8), tetapi pada stadium sebelum
dan sesudah waktu itu janin juga rentan sehingga tidak ada massa kehamilan yang sama sekali
bebas resiko.
Banyak cacat lahir dapat dicegah, tetapi hal ini bergantung pada memulai tindakan
pencegahan sebelum konsepsi dan meningkatkan kesadaran dokter dan ibu terhadap resiko
tersebut. Telah tersedia berbagai teknik untuk menilai status tumbuh kembang janin.
Ultrasonografi dapat secara akurat menentukan usia dan parameter pertumbuhan janin, serta dapat
mendeteksi banyak malformasi. Pemeriksaan penyaringan serum ibu untuk α fetoprotein dapat
amnion dan mengambil sampel amnion. Cairan ini dapat dianalisis secara biokimiawi untuk
plasenta untuk memperoleh sel untuk analisa genetic. Karena memiliki resiko bagi janin dan
ibunya. Banyak dari tindakan ini umumnya hanya digunakan untuk kehamilan resiko tinggi
(kecuali ultrasonografi).
Factor resiko ini mencakup usia ibu yang lanjut (35 thn atau lebih), riwayat cacat tabung
saraf dalam keluarga, riwayat kehamilan sebelumnya dengan kelainan kromosom, kelainan
kromosom pada orang tua dan ibu yang membawa penyakit terkait X.
B. SARAN
Saran pembaca dapat mengetahui dan memahami proses diferensiasi mudigah sehingga
mengetahui apa saja dampak yang terjadi jika ibu hamil memiliki riwayat atau mengalami suatu
keadaan yang dapat menyebabkan cacat janin. Pembaca dapat memberikan edukasi berupa
promotif yang tepat pada masyarakat dan melakukan pencegahan terjadinya cacat janin.
33
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Sherwood L. 2012. Fisiologi Manusia dari sel ke system Edisi 6. Jakarta : EGC
34