OLEH :
RAHMATUN FAUZIAH
(1920332045)
DOSEN PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, karena berkat karunia
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produksi hormon protein dan steroid oleh trofoblas manusia lebih besar dalam jumlah
dan keberagaman dibanding produksi jaringan endokrin lainnya yang diketahui dalam
fisiologi semua mamalia. Pada beberapa spesies, contohnya kuda, saat hamil, pembentukan
estrogen lebih tinggi daripada progesteron. Pada spesies lain, misalnya tikes dan mencit,
Berbagai hormon protein dari famili prolaktin, hormon pertumbuhan, laktogen plasenta
disintesis di plasenta sebagian besar mamalia, termasuk manusia. Tetapi hanya pada
Terdapat hubungan yang unik dan bersifat obligatorik antara keadaan hiperestrogenik
yang luar biasa pada kehamilan manusia dan sekresi steroid-C19 dalam jumlah besar oleh
adrenal janin yang berfungsi sebagai prekursor untuk sintesis estrogen dari plasma. Juga
peptida: sekitar 1 gram laktogen plasenta (hPL) setiap 24 jam, sejumlah besar gonadotropin
hormone-related protein (PTH-rP), kalsitonin, dan relaksin; dan hypothalamic like releasing
and inhibiting hormones, termasuk thyro tropin -releasing hormone (TRH), gonadotropin-
1
growth hormone-releasing hormone (GHRH). Plasenta manusia juga menghasilkan inhibin,
ditemui pada kehamilan manusia adalah keberhasilan adaptasi fisiologis wanita hamil
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas hormon-hormon yang dihasilkan plasenta
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. HORMON PLASENTA
"Hormon kehamilan" ini adalah suatu glikoprotein dengan aktivitas biologic yang sangat
mirip dengan luteinizing hormone (LH), dan keduanya sama-sama bekerja melalui receptor
LH/hCG membran plasma. Walaupun diproduksi hampir seluruhnya di placenta, hCG juga
disintesis di ginjal janin, dan sejumlah jaringan janin menghasilkan subunit-(3 atau molekul
Berbagai tumor ganas juga menghasilkan hCG, kadang-kadang dalam jumlah yang
sangat banyak terutama penyakit trofoblas ganas. Pada wanita tidak hamil dan pria, hCG
juga diproduksi dalam jumlah sangat sedikit, mungkin terpusat di kelenjar hipofisis anterior.
Namun demikian, deteksi hCG dalam darah atau urin hampir selalu menunjukkan
kehamilan.
Karakteristik Kimiawi
hCG adalah suatu glikoprotein (BM sekitar 36.700) dengan kandungan karbohidrat
plasma hCG utuh (24 jam) jauh lebih lama daripada LH (2 jam).
Molekul hCG terdiri dari dua subunit yang tidak sama, disebut (92 asam amino) dan
(145 asam amino), yang disatukan dengan ikatan nonkovalen. Keduanya disatukan oleh
subunit tidak memperlihatkan aktivitas biologis intrinsik mirip-LH karena keduanya tidak
hCG secara struktural berkaitan dengan tiga hormon glikoprotein lain—LH, follicle
stimulating hormone (FSH), dan thyroid-stimulating hormone (TSH). Sekuens asam amino
4
subunit- dari keempat glikoprotein ini identik; tetapi subunit- FSH dan TSH, serta
subunit- hCG dan LH, walaupun memiliki beberapa kesamaan, ditandai oleh sekuens asam
amino yang jelas berbeda. Rekombinasi subunit-cc dan subunit- pada keempat hormon
glikoprotein ini menghasilkan molekul dengan karakteristik aktivitas biologic dari hormon
GAMBAR 1. Bagian-bagian anatomis komponen endokrin dari sisi plasenta sistem komunikasi
sulfat dari adrenal janin diangkut ke plasenta dan masing-masing diubah menjadi estradiol-1 7 dan
estriol (Gambar 6-3). Hati janin adalah lokasi utama produksi kolesterol lipoprotein densitas-rendah
(LDL), yang merupakan prekursor utama untuk steroidogenesis adrenal janin. Kolesterol, yang
diperoleh dari LDL di plasma ibu, berfungsi sebagai prekursor untuk biosintesis progesteron di
plasenta.
5
Biosintesis
Sintesis rantai-α. dan - hCG diatur secara terpisah. Sebuah gen—pada kromosom 6 di
sendiri terdapat delapan gen untuk famili -hCG/P-LH. Tujuh dari gen-gen ini mengkode
-hCG dan satu gen untuk -LH, tetapi hanya tiga dari gen -hCG yang diekspresikan.
Baik subunit- maupun subunit- hCG disintesis sebagai prekursor dengan berat
molekul yang lebih besar yang kemudian dipecah oleh endopeptidase mikrosom. Setelah
terbentuk, hCG utuh dengan cepat dibebaskan dari sel tetapi pengaturannya belum diketahui
pasti.
molekul lengkap. Trofoblas plasenta normal dan trofoblas pada jaringan mola hidatidosa
serta koriokarsinoma mengeluarkan subunit- dan - bebas serta hCG utuh; namun terdapat
subunit- hCG yang berlebihan di plasenta dan di plasma. Sementara itu, subunit- hCG
Setelah itu, hCG hampir seluruhnya terlokalisasi di sinsitium. Distribusi selular serupa untuk
hPL imunoreaktif pada awal kehamilan juga pernah dilaporkan (Maruo dkk., 1992).
6
Pengendalian Biosintesis Sub Unit hCG
Jumlah mRNA kedua subunit- dan subunit- hCG di sinsitiotrofoblas pada trimester
pertama lebih besar daripada saat aterm. Hal ini mungkin penting dipertimbangkan dalam
pengukuran hCG plasma sebagai prosedur penapis untuk mengidentifikasi janin abnormal.
Temuan mRNA subunit- dan subunit- hCG pada sitotrofoblas atau trofoblas inter-
mediat mengisyaratkan bahwa gen-gen untuk hCG sudah diekspresikan sebelum trofoblas
mengalami diferensiasi sempurna. Sitotrofoblas mulai menghilang dari plasenta pada akhir
trimester pertama; tetapi pada sebagian kehamilan abnormal yang mengalami pemunculan
kembali sitotrofoblas, seperti pada isoimunisasi antigen-D dan diabetes gestasional, kadar
Terdapat beragam bentuk hCG di plasma dan urin ibu. Sebagian dari bentuk-bentuk ini
terjadi akibat penguraian enzimatik, dan sebagian lain terbentuk akibat modifikasi ketika
terjadi sekuensi sintesis/ pemrosesan sel molekul hCG normal. Berbagai bentuk hCG ini
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, kadar subunit- di plasma sangatlah rendah atau
tidak terdeteksi sepanjang kehamilan manusia Temuan ini sebagian disebabkan oleh sintesis
subunit- yang bersifat membatasi. Subunit- bebas yang tidak berikatan dengan subunit-
dengan -hCG. Kadar subunit- bebas dalam plasma meningkat secara bertahap tetapi
konstan, sampai sekitar 36 minggu, saat tercapai plateau yang dipertahankan selama sisa
masa kehamilan. Pola ini serupa dengan pola hPL dalam plasma .
Dengan demikian, sekresi -hCG secara kasar setara dengan massa plasenta, sedangkan
kecepatan sekresi molekul hCG lengkap maksimal pada usia kehamilan 8 sampai 10
7
minggu. Namun, konsentrasi -hCG dalam plasma selalu lebih kecil (10 persen atau kurang)
Selama 10 tahun terakhir, telah dibuktikan bahwa banyak molekul hCG di dalam serum
dan urin memiliki takik, atau rantai peptida yang hilang. Hal ini berlaku untuk preparat
standar yang sudah dimurnikan dan sampel individual dari serum serta urin. Takik ini
terutama terjadi antara asam amino 44-45 dan 47-48 pada subunit-.
Tingkat pembentukan takik dalam preparat standar dari urin yang dikumpulkan dari
beberapa sampel adalah 10 sampai 20%, tetapi dalam sampel individual persentasenya
bervariasi dari 0 sampai 100%. Takik ini diperkirakan terbentuk akibat kerja enzimatik pada
molekul, yang terjadi di dekat sintesis subunit-. Salah satu contoh adalah bahwa reaksi-
elastase.
Makna biologis molekul yang sebagian ikatannya hilang ini tidak diketahui, tetapi
bioaktivitas hCG jenis ini berkurang sekitar 20 persen dan imunoreaktivitasnya terhadap
antibodi monoklonal mungkin sangat melemah walaupun hal ini bervariasi (Cole dkk.,
1991). Hal ini perlu mendapat perhatian dalam memantau perubahan kadar hCG apabila
Molekul hCG lengkap dapat dideteksi dalam plasma wanita hamil sekitar 7,5 sampai 9,5
hari setelah lonjakan LH di pertengahan siklus yang mendahului ovulasi. Dengan demikian,
besar kemungkinannya bahwa hCG memasuki darah ibu pada saat implantasi blastokista.
Setelah ini, kadar hCG dalam darah meningkat pesat dengan kadar maksimum tercapai
pada usia kehamilan sekitar 8 sampai 10 minggu. Pada hari yang sama dapat dijumpai
fluktuasi kadar hCG plasma yang cukup besar, dan terdapat bukti bahwa sekresi hormon-
8
Konsentrasi hCG dalam urin ibu hampir sejajar dengan konsentrasi di dalam plasma,
yaitu sekitar 1 IU/ml pada minggu ke-6 setelah hari pertama haid terakhir, meningkat ke
nilai rata-rata sekitar 100 IU/ml pada hari ke-60 sampai 80 setelah haid terakhir. Kadar hCG
dalam plasma wanita hamil dapat mencapai 15 mg/ml. Dimulai pada sekitar minggu ke-10
sampai 12, kadar hCG dalam plasma ibu mulai berkurang, dengan nadir tercapai pada sekitar
minggu ke-20. Kadar hCG dalam plasma dipertahankan pada kadar rendah ini sepanjang
Pola kemunculan hCG dalam darah janin (sebagai fungsi usia gestasi) serupa dengan
yang dijumpai pada ibu, tetapi kadar hCG dalam plasma janin hanya sekitar 3 % dari kadar
dalam plasma ibu. Konsentrasi hCG dalam cairan amnion pada awal kehamilan setara
dengan yang terdapat di dalam plasma ibu; tetapi seiring dengan perkembangan kehamilan,
konsentrasi hCG dalam cairan amnion menurun sehingga menjelang aterm kadarnya hanya
Meningkat atau Menurunnya Kadar hCG Dalam Plasma atau Urin Ibu
Pada kehamilan dengan janin lebih dari satu kadang-kadang dijumpai kadar hCG plasma
yang meningkat secara bermakna, demikian juga pada janin eritroblastotik tunggal yang
terjadi akibat isoimunisasi antigen-D ibu. Kadar hCG dalam plasma dan urin mungkin
Kadar hCG plasma yang relatif tinggi dapat dijumpai pada kehamilan trimester dua
dengan sindrom Down. Penyebab hal ini tidak diketahui, tetapi dispekulasikan bahwa
plasenta dalam berbagai kehamilan di atas kurang matang dibandingkan dengan plasenta
pada kehamilan normal. Kadar hCG plasma yang relatif rendah dijumpai pada kehamilan
9
Pengendalian Sintesis hCG
plasenta juga diperkirakan berperan dalam pengendalian hCG. In vitro, sejumlah besar
stimulating factor, dan hormon tiroid. Dari kompilasi ringkas ini, jelaslah bahwa
Bersihan (clearance) hCG oleh ginjal merupakan 30 persen dari bersihan metabolik
senyawa ini, sisanya dibersihkan di jalur lain, misalnya melalui metabolisms di hati dan
Bersihan subunit- dan subunit- masing-masing adalah 10 kali dan 30 kali lipat
melalui ginjal secara signifikan lebih rendah daripada bersihan hCG dimerik.
Kedua subunit hCG diperlukan agar hCG dapat berikatan dengan reseptor LH/hCG.
Terdapat reseptor LH/hCG di berbagai jaringan selain korpus luteum dan testis
hCG kepada wanita tidak hamil. Efek ini hanya memberikan penjelasan sebagian tentang
peran fisiologis hCG dalam kehamilan. Pada masa gestasi, konsentrasi maksimum hCG
plasma tercapai setelah sekresi progesteron oleh korpus luteum yang dirangsang hCG
10
terhenti. Tepatnya, sintesis progesteron oleh korpus luteum mulai berkurang pada sekitar
Sekresi testosteron oleh testis janin mencapai maksimum pada saat yang sama
ketika kadar hCG dalam kehamilan mencapai maksimum. Dengan demikian, pada waktu
penentuan diferensiasi jenis kelamin janin laki-laki, hCG yang masuk ke plasma janin
dari sinsitiotrofoblas, berfungsi sebagai wakil LH, merangsang replikasi sel-sel leydig
testis janin dan sintesis testosteron untuk mendorong diferensiasi jenis kelamin laki-laki
hipofisis anterior janin dari hipotalamus, sehingga hanya sedikit sekresi LH dari
hipofisis. Sebelum saat ini, hCG bekerja sebagai LH. Setelah itu, seiring dengan
Namun, kemudian dibuktikan bahwa beberapa bentuk hCG berikatan dengan reseptor
TSH sel tiroid. Pemberian hCG kepada prig normal meningkatkan aktivitas tiroid.
cukup bervariasi dari satu sampel ke sampel lainnya. Modifikasi pada oligosakarida hCG
tampaknya penting untuk membentuk kapasitas hCG untuk merangsang fungsi tiroid.
Sebagian dari bentuk iso hCG yang bersifat asam merangsang aktivitas tiroid,
dan beberapa bentuk yang lebih basa juga merangsang penyerapan indium (Kraiem dkk.,
11
Juga terdapat bukti awal bahwa reseptor LH/hCG diekspresikan di tiroid (Tourer
dkk., 1992). Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa hCG merangsang aktivitas
HCG bekerja in vivo untuk meningkatkan sekresi relaksin oleh korpus luteum.
Reseptor LH/hCG dijumpai di miometrium dan di jaringan vaskular uterus, dan telah
Ehrhardt pada tahun 1936. Protein yang menyebabkan aktivitas ini diisolasi dari ekstrak
plasenta manusia dan darah retroplasenta yang dimurnikan secara parsial oleh Ito dan
hormon pertumbuhan manusia) serta laktogenik yang kuat, protein ini pertama kali disebut
laktogen plasenta manusia atau hormon pertumbuhan korionik. Hormon ini juga disebut
Akhir-akhir ini, sebagian besar penulis menggunakan nama semula, laktogen plasenta
terdeteksi di trofoblas sejak minggu kedua sampai ketiga setelah fertilisasi ovum.
Semula dipercaya bahwa hPL di plasenta hanya terdapat pada sinsitiotrofoblas, yang
menunjukkan bahwa gen-gen untuk hPL hanya diekspresikan di trofoblas yang telah
halnya hCG, hPL dapat ditemukan di sitotrofoblas sejak usia kehamilan belum mencapai 6
12
Karakteristik Kimiawi.
HPL adalah sebuah rantai tunggal polipeptida tidak terglikosilasi dengan berat molekul
22.279 d, yang berasal dari prekursor seberat 25.000 d yang mengandung 26 sekuens sinyal
asam amino. Pada laktogen plasenta terdapat 191 residu asam amino, dibandingkan dengan
188 residu pada hormon pertumbuhan manusia; sekuens asam amino pada kedua hormon
HPL secara struktural juga mirip dengan prolaktin manusia (hPRL), dengan homologi
sekuens asam amino sekitar 67 persen. Karena itu, diperkirakan bahwa gen-gen untuk hPL,
hPRL, dan hGH berkembang dari sebuah gen nenek moyang yang sama (mungkin PRL)
Produksi hPL tidak terbatas pada trofoblas. Hormon ini dapat dideteksi dengan
radioimmunoassay langsung dalam serum pria dan wanita yang mengalami berbagai
keganasan selain yang berasal dari trofoblas atau gonad, termasuk karsinoma bronkogenik,
Terdapat lima gen dalam famili gen prolaktin-hormon pertumbuhan laktogen plasenta;
gen-gen ini saling terkait dan terletak di kromosom 17. Dua dari gen-gen ini, hCS-A dan
hCS-B, sama-sama mengkode hPL, dan jumlah mRNA masing-masing pada plasenta aterm
setara. Gen untuk hPRL (prolaktin) terletak di kromosom 6 (Owerbach dkk., 1980, 1981).
HPL merupakan 7 sampai 10 persen dari protein yang disintesis oleh ribosom plasenta
pada kehamilan aterm. Bahkan, 5 persen mRNA plasenta aterm adalah mRNA hPL. Laju
pembentukan hPL mendekati aterm, sekitar 1 g/hari, adalah laju paling besar (sejauh ini)
13
Konsentrasi Dalam Serum.
HPL dapat ditemukan di plasenta dalam 5 sampai 10 hari setelah konsepsi dan hPL dapat
dideteksi di serum sedini 3 minggu setelah fertilisasi. Konsentrasi di dalam plasma ibu terus
meningkat sampai sekitar minggu ke-34 sampai 36; konsentrasi ini kira-kira setara dengan
massa plasenta.
Pada akhir kehamilan, konsentrasi serum mencapai kadar yang lebih tinggi (5 sampai 15
µg/ml) daripada hormon protein lainnya yang telah diketahui Waktu paruh hPL dalam
Hanya sedikit hPL yang terdeteksi pada darah janin atau pada urin ibu atau neonatus;
konsentrasi hPL dalam cairan amnion sedikit lebih rendah daripada konsentrasi di plasma
ibu. Karena hPL disekresikan terutama ke dalam sirkulasi ibu, dengan hanya sedikit sekali
di dalam darah tali pusat, peran hormon ini dalam kehamilan, kalaupun ada, tampaknya
diperantarai melalui efek pada jaringan ibu dan bukan pada jaringan janin. Bagaimanapun,
kemungkinan bahwa hPL di janin memiliki fungsi tertentu dalam pertumbuhan janin masih
menarik perhatian.
Temuan ini menunjang gagasan bahwa laju sekresi hPL proporsional dengan massa
plasenta. Pada wanita dengan penyakit trofoblas ganas, kadar hCG dalam darah sangat tinggi
Pada wanita yang mengalami kelaparan jangka panjang pada paruh pertama
jangka pendek pada glukosa atau insulin plasma tidak banyak berefek pada kadar hPL
plasma. Sintesis hPL dirangsang oleh insulin dan cAMP. PGE2 dan PGF2a tampaknya
14
Efek Metabolik HPL
Diperkirakan memiliki efek pada sejumlah proses- metabolik penting. Proses-proses ini
mencakup: Lipolisis dan peningkatan kadar asam lemak bebas dalam sirkulasi—sehingga
Efek anti-insulin yang menyebabkan kadar insulin ibu meningkat, yang mendorong
sintesis protein dan menghasilkan sumber asam amino yang dapat dimobilisasi untuk janin.
3. Estrogen
biosintesis steroid di sinsitium manusia bergantung pada prekursor steroid yang terdapat di
dalam darah. Kehamilan normal manusia menjelang aterm merupakan suatu keadaan
hiperestrogenik skala besar. jumlah estrogen yang diproduksi setiap hari oleh sinsitiotro-
foblas selama minggu-minggu terakhir kehamilan setara dengan yang diproduksi oleh
Dengan analogi serupa, jumlah estrogen yang diproduksi oleh plasenta selama satu
kehamilan normal lebih banyak daripada yang disekresikan oleh ovarium dari 200 wanita
ovulatorik selama periode 40 minggu yang sama. Keadaan hiperestrogenik pada kehamilan
ini adalah keadaan yang semakin menguat seiring dengan. berlanjutnya kehamilan dan
Selama 2 sampai 4 minggu pertama kehamilan, estrogen yang dihasilkan oleh ovarium
ibu relatif sedikit. Namun, kadar estrogen urin tidak berkurang setelah ooforektomi bilateral
yang dilakukan sedini hari ke-78 kehamilan (Diczfalusy dan Borell, 1961). Hasil serupa
diperoleh dari beberapa studi tentang kadar estrogen urin pada wanita hamil setelah
pengangkatan korpus luteum melalui pembedahan. Sedini minggu ke-7 kehamilan, lebih
dari 50 persen estrogen yang masuk ke sirkulasi ibu diproduksi oleh plasenta (MacDonald,
15
Biosintesis Estrogen Plasenta.
Jalur sintesis estrogen di plasenta manusia berbeda dari yang terdapat di folikel ovarium
(sel granulosa) wanita tidak hamil. Estrogen diproduksi di ovarium secara de novo, dari
asetat atau kolesterol. Secara spesifik, androstenedion, yang disintesis di sel teka ovarium,
dipindahkan ke cairan folikel, tempat zat ini kemudian diserap oleh sel granulosa untuk
sintesis estradiol-17. Sebaliknya, sintesis progesteron pada korpus luteum manusia (sel
granulosa yang mengalami luteinisasi) berasal dari kolesterol yang sudah terbentuk yang
Pada plasenta manusia (trofoblas), baik asetat maupun kolesterol, atau bahkan
progesteron, tidak dapat berfungsi sebagai prekursor untuk biosintesis estrogen. Sebuah
17,20-desmolase, yang dikode oleh gen CYP17 — tidak diekspresikan di plasenta manusia.
obligat estrogen yang terdekat, tidak mungkin terjadi. Ryan (1959a) mendapatkan bahwa
plasenta memiliki kapasitas luar biasa untuk mengubah steroid-C19 yang sesuai menjadi
androstenedion, dan testosteron, yang diubah menjadi estron, estradiol-17 atau keduanya.
Temuan-temuan ini sangat penting untuk merancang penelitian yang akan dilakukan
kemudian untuk mendefinisikan peran steroid-C19, yang terbentuk sebelumnya dan berasal
Amoroso (1960) adalah orang yang pertama kali menyarankan bahwa plasenta mungkin,
melalui aktivitas enzimatiknya yang tinggi, membentuk zat aktif dengan mengubah bahan
16
Frandsen dan Stakemann (1961) mendapatkan bahwa kadar estrogen urin pada wanita
hamil dengan janin anensefalus hanya sekitar sepersepuluh dari yang ditemukan pada urin
wanita hamil dengan janin normal. Karena pada janin anensefalus tidak terdapat zona janin
zat (-zat) yang berfungsi meningkatkan pembentukan estrogen oleh plasenta. Kelenjar
adrenal pada janin anensefalus mengalami atrofi karena tidak adanya fungsi hipotalamus-
hipofisis, sehingga tidak terjacli stimuIasi kelenjar adrenal janin oleh ACTH.
diinfuskan ke wanita hamil diubah menjadi estrogen urin radioaktif dalam jumlah besar
(Baulieu dan Dray, 1963; Siiteri dan MacDonald, 1963). Steroid-C,, tidak terkonjugasi
juga diubah menjadi estrogen. Besarnya jumlah dehidroepiandrosteron sulfat di plasma dan
waktu paruhnya yang jauh lebih lama menyebabkan zat ini dikualifikasikan sebagai
prekursor utama untuk sintesis estradiol-17 plasenta. Penampilannya sebagai suatu ester
sulfat tidak meniadakan pemanfaatan zat ini karena plasenta secara normal kaya akan
oleh kelenjar adrenal ibu diubah menjadi estradiol-17. Sebaliknya, pada pria atau wanita
tidak hamil, hanya sedikit (kurang dari 0,1 persen) dehidroepiandrosteron sulfat yang
Pembentukan estrogen dari androstenedion dikatalisis oleh sebuah kompleks enzim yang
disebut aromatase, yang terdiri dari sitokrom P-450 monooksigenase spesifik, sitokrom P-
450 aromatase (P-450AROM’; P-450XIX, produk gen CYP19), dan suatu flavoprotein,
17
Enzim ini ditemukan di sel-sel granulosa ovarium. CYP19 juga diekspresikan dengan
kadar yang jauh lebih rendah di sel stroma jaringan adiposa, sel Sertoli dan sel Leydig testis,
hipotalamus, dan hati janin (bukan hati dewasa), tetapi tidak di endometrium normal.
Produk estrogen di jaringan yang memiliki aktivitas aromatase bergantung pada sifat
substrat yang tersedia dan pada isozim 17-hidroksisteroid dehidrogenase (17HSD) yang
terdapat di jaringan tersebut. Estradiol-17 adalah, hormon yang disekresikan oleh ovarium
dan testis.
disekresikan oleh sel granulosa. Namun, di jaringan lemak androstenedion diubah menjadi
estron, dan estron yang terbentuk (tanpa konversi in situ menjadi estradiol-17 adalah
produk yang masuk ke darah. Pada semua jaringan ringan yang memiliki aktivitas aro-
Pada plasenta manusia, estradiol-17 adalah salah satu produk sekretorik estrogen; tetapi
gilirannya diubah menjadi estriol sebelum disekresikan oleh trofoblas. Dengan demikian,
Gant dan rekan (1971) mendapatkan bahwa terjadi peningkatan laju bersihan metabolik
20 kali lipat pada wanita hamil normal saat aterm dibandingkan dengan pada pria dan
wanita tidak hamil. Sebagai konsekuensinya, terjadi penurunan progresif konsentrasi dehi-
droepiandrosteron sulfat dalam plasma (Milewich dkk, 1978; Siiteri dan MacDonald,
1966).
18
Meningkatnya MCR . dehidroepiandrosteron sulfat plasma pada wanita hamil
2. Percepatan 16-hidroksilasi (mungkin di. hati ibu) yang 30 sampai 40 persennya diubah
1976, 1978).
selama hamil sehingga hanya sedikit berperan dalam biosintesis estrogen plasenta. Pada
kehamilan manusia, kelenjar adrenal janin merupakan sumber prekursor estrogen plasenta
Secara morfologis, fungsional, dan fisiologis, kelenjar adrenal janin manusia merupakan
organ yang luar biasa. Dibandingkan dengan organ dewasa, korteks adrenal merupakan
Pada usia kehamilan aterm, kelenjar ini memiliki berat setara dengan kelenjar adrenal
pada orang dewasa Normalnya, lebih dari 85 persen kelenjar janin terdiri dari zona janin
Produksi harian steroid oleh kelenjar adrenal janin menjelang aterm diperkirakan sekitar
100 sampai 200 mg per hari. Sekresi steroid pada orang dewasa dalam keadaan istirahat
jarang melebihi 30 sampai 40 mg/hari; dengan demikian, kelenjar adrenal janin manusia
Korteks adrenal memulai proses involusi segera setelah lahir. Berat kelenjar adrenal
menyusut secara mencolok pada beberapa minggu pertama setelah lahir, dan ukuran yang
dicapai oleh kelenjar janin tepat sebelum lahir tidak lagi tercapai sampai masa remaja atau
dewasa dini.
19
Kontribusi Terhadap Pembentukan Estrogen Plasenta.
GAMBAR 2. Ukuran kelenjar adrenal dan komponen-komponennya in utero, selama masa bayi,
Seperti telah dibahas sebelumnya, wanita hamil dengan janin anensefalus mengeks-
kresikan estrogen urin dalam jumlah terbatas. Hal ini, bersama dengan temuan tingginya
kadar dehidroepiandrosteron sulfat pada darah tali pusat neonatus normal, mengisyaratkan
bahwa korteks adrenal janin merupakan sumber utama prekursor estrogen plasenta.
plasenta memastikan konsep ini. Konfirmasi mengenai hal ini disajikan oleh Bolts dan
Menjelang aterm, sekitar separuh dari estradiol17 yang dihasilkan di plasenta berasal
dari ibu dan separuh lagi dari dehidroepiandrosteron sulfat plasma janin (Siiteri dan
MacDonald, 1966b). Namun, temuan-temuan ini saja tidak dapat menjelaskan tingginya
Pada wanita tidak hamil, estrogen yang disekresikan oleh sel granulosa dari folikel yang
20
jaringan ekstrakelenjar adalah estron. Kedua estrogen primer ini menghasilkan semua
Pada wanita tidak hamil, rasio konsentrasi estriol urin terhadap konsentrasi estron plus
estradiol-17 kurang lebih satu. Rasio ini meningkat sampai 10 atau lebih menjelang aterm;
dengan demikian terjadi peningkatan yang mencolok dan tidak seimbang dalam
pembentukan estriol selama kehamilan. Hal ini tidak dapat dilimpahkan kepada perubahan
metabolisms estron atau estradiol-17 yang condong ke estriol akibat kehamilan (Brown,
1956). Lagi pula, baik estron maupun estradiol-17 tidak diubah menjadi estriol di plasenta.
Ryan (1959b) serta MacDonald dan Siiteri (1965b) menemukan bahwa steroid-C19, yang
plasenta. Selain itu, di darah tali pusat dijumpai sejumlah besar 16-
kehamilan disebabkan oleh sintesis estriol oleh plasenta yang terutama dari 16-hidrokside-
hidroepiandrosteron sulfat yang berasal dari plasma. Senyawa ini disintesis oleh adrenal
janin dan oleh 16-hidroksilasi dari dehidroepiandrosteron sulfat plasma di hati janin. Pada
kehamilan normal menjelang aterm, janin merupakan sumber dari 90 persen prekursor
estriol plasenta. Dehidroepiandrosteron sulfat di plasma ibu diubah oleh hati ibu menjadi
21
GAMBAR 3. Gambar skematik biosintesis estrogen di plasenta manusia. Dehidroepiandrosteron
sulfat (DS), yang disekresikan dalam jumlah sangat besar oleh kelenjar adrenal janin, diubah
Steroid-steroid ini, DS dan 16-OH-DS, diubah menjadi estrogen di plasenta, yaitu estradiol17
(E2) dan estriol (E3). Menjelang aterm, separuh E2 berasal dari DS adrenal janin dan separuh dari
DS ibu. Di pihak lain, 90 persen E3 di plasenta berasal dari 16-OH-DS janin dan hanya 10 persen
dari semua sumber lain. Sebagian besar (80 sampai 90 persen) steroid yang diproduksi di plasenta
Prekursor untuk steroidogenesis adrenal janin adalah kolesterol. Laju biosintesis steroid
seperempat dari perputaran kolesterol LDL harian total pada orang dewasa.
Kelenjar adrenal janin dapat mensintesis kolesterol dari fragmen-fragmen dua karbon,
yaitu asetat. Namun, laju sintesis de-novo kolesterol oleh jaringan adrenal janin hanya
cukup untuk menghasilkan sebagian kecil steroid yang diproduksi oleh kelenjar ini. Dengan
demikian, kolesterol harus diasimilasi dari sirkulasi janin. Kolesterol plasma dan ester-
esternya terdapat dalam bentuk lipoprotein yang disebut berdasarkan densitasnya yang
22
diukur dengan ultrasentrifugasi: lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein
Sebuah model untuk metabolisms kolesterol di kelenjar adrenal janin seperti yang
adrenal janin, pemakaian lipoprotein berdensitas rendah (LDL), dan metabolisme kolesterol (kol)
di zona janin dan kortisol diproduksi terutama di neokorteks kelenjar adrenal janin.
Sebagian besar kolesterol plasma berasal dari sintesis de novo di hati janin (Carr dan
Simpson, 1984). Rendahnya kadar kolesterol LDL di plasma janin bukan merupakan akibat
gangguan sintesis LDL janin, tetapi merupakan akibat cepatnya penggunaan LDL oleh
Pada awal kehamilan, kadar kolesterol LDL dalam plasma janin serupa dengan kadar
pada orang dewasa. Namun, seiring dengan perkembangan kehamilan, kadar kolesterol
LDL di plasma janin menurun seiring dengan tumbuhnya kelenjar adrenal janin. Pada
neonatus normal cukup bulan, konsentrasi kolesterol LDL hanyalah sekitar 30 mg/dl
23
(Parker dkk., 1980, 1983). Pada neonatus anensefali yang kelenjar adrenalnya atrofik, kadar
Sejumlah keadaan yang mempengaruhi janin dapat mengubah kecepatan sintesis steroid
di plasenta.
a. Kematian Janin.
Telah lama diketahui bahwa kematian janin manusia diikuti oleh penurunan
mencolok kadar estrogen dalam urin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa setelah
pengikatan tali pusat dengan janin dan plasenta dibiarkan in situ, terjadi penurunan yang
interpretasi. Yang pertama adalah bahwa pemeliharaan sirkulasi plasenta janin meru-
pakan hal yang esensial bagi integritas fungsional plasenta. Namun, penjelasan ini kecil
Penjelasan kedua untuk penurunan estrogen urin secara mencolok adalah bahwa
setelah ligasi tali pusat, sumber penting prekursor untuk biosintesis estrogen plasenta
b. Janin Anensefalus.
Tanpa adanya zona janin di korteks adrenal, seperti pada anensefalus, pem-
sulfat di darah tali pusat para neonatus tersebut (Nichols dkk., 1958).
Dengan demikian, hampir semua estrogen yang dihasilkan pada wanita hamil
ibu oleh plasenta. Selain itu, pada kehamilan semacam itu produksi estrogen dapat
24
ditingkatkan dengan memberikan ibu ACTH, yang merangsang laju sekresi
Akhirnya, produksi estrogen oleh plasenta menurun pada wanita hamil dengan
ACTH sehingga laju sekresi dehidroepiandrosteron sulfat dari korteks adrenal ibu juga
berkurang (MacDonald dan Siiteri, 1965a, 1965b). Pada kehamilan dengan janin
anensefalus, pembentukan estriol menurun secara tidak setara karena secara normal
adrenal janin saat aterm menghasilkan 90 persen dari prekursor estriol plasenta.
Terdapat suatu penyakit yang jarang ditemukan pada kehamilan manusia yang
kehamilan dengan janin seperti ini juga sangat terbatas karena tidak adanya prekursor-
prohormon steroid-C19 di plasma janin dan ibu. Secara spesifik, tidak ada reaksi
Selain itu, di samping perubahan minor pada aromatase plasenta yang diinduksi
estrogen. Suatu pengecualian terhadap generalisasi ini ditemukan oleh France dan
Liggins (1969), yang pertama kali memastikan bahwa defisiensi sulfatase plasenta
merupakan penyebab sangat rendahnya kadar estrogen pada kehamilan yang mestinya
hidrolisis, yaitu langkah enzimatik pertama dalam pemanfaatan prahormon darah ini
oleh plasenta untuk biosintesis estrogen. Defisiensi ini adalah suatu penyakit terkait
25
kromosom-X (semua janin yang terkena adalah laki-laki) yang berkaitan dengan
timbulnya iktiosis pada janin tersebut di kemudian hari (Bradshaw dan Carr, 1986).
baik (Shozu dkk., 1991). Dehidroepiandrosteron sulfat adrenal janin, yang diproduksi
dalam jumlah besar, diubah di plasenta menjadi androstenedion, tetapi karena terdapat
masuk androstenedion dan testosteron, yang disekresikan ke dalam sirkulasi ibu dan
janin dan menimbulkan virilisasi ibu. dan janin perempuan (Harada dkk., 1992).
kelainan. Namun, pada laki-laki yang mengalami defisiensi estrogen ini, penutupan
epifisis tidak berlangsung dengan benar pada saat pubertas sehingga mereka terus
tumbuh selama masa dewasa muda dan menjadi sangat tinggi dengan defisiensi pada
f. Sindrom Down.
berupa pengukuran kadar hCG dan alfa-fetoprotein dalam darah ibu, temyataditemukan
rendahnya kadar estriol takterkonjugasi dalam serum pada kehamilan dengan janin
sindrom Down.
terbesar adalah kurang adekuatnya pembentukan steroid C19 di kelenjar adrenal janin
defisiensi lipoprotein-beta (Parker dkk., 1986). Tidak adanya LDL di dalam plasma ibu
26
menyebabkan pembentukan progesteron di korpus luteum terbatas atau tidak ada, dan
Selain itu, kadar estriol juga lebih rendah daripada normal. Diperkirakan
janin, yang bersifat heterozigot untuk defisiensi LDL. Menurunnya pembentukan LDL
Kelenjar adrenal janin bergantung pada LDL plasma serta sintesis Westerol secara de
novo sebagai prekursor untuk steroidogenesis (Carr dan Simpson, 1981a; Mason dan
Rainey, 1987).
h. Eritroblastosis Janin.
Pada beberapa kasus isoimunisasi antigen-D janin yang parah, kadar estrogen
dalam plasma ibu meningkat di atas normal untuk usia gestasinya. Hal ini mungkin
disebabkan oleh meningkatnya berat plasenta (hipertrofi) yang terjadi pada kehamilan
semacam ini.
kematian janin) adalah penurunan pemakaian LDL plasma oleh adrenal janin yang
Rangkaian kejadian ini paling sering dijumpai pada kehamilan yang dipersulit
oleh hipertensi atau diabetes berat (Parker dkk., 1984, 1987). Seperti dinyatakan
Pembentukan estrogen plasenta menurun dan kadar estrogen dalam darah dan urin ibu
tetapi kadar LDL meningkat. Pada saat yang sama, karma redistribusi estrogen plasenta,
27
Kondisi Pada Ibu Yang Mempengaruhi Pembentukan Estrogen Plasenta
a. Pemberian Glukokortikosteroid.
ibu dan janin, sehingga terjadi penurunan sekresi prekursor estrogen plasenta oleh
Pada wanita hamil dengan penyakit. Addison, kadar estrogen urin ibu menurun
(Baulieu dkk., 1956). Penurunan ini terutama mempengaruhi estron dan estradiol-17,
karma kontribusi adrenal janin terhadap sintesis estriol secara kuantitatif jauh lebih
tergambarkan oleh dua keadaan. Pertama, Edman dkk. (1981) mendapatkan bahwa
bersihan androstenedion plasma ibu oleh plasenta menjadi estradiol sangat menyerupai
diserap oleh sinsitium dan ,diubah menjadi estradiol-17 dan tidak ada satupun dari
Kedua, pada wanita hamil dengan tumor ovarium penghasil androgen relatif
jarang terjadi virilisasi pada janin perempuan. Temuan ini juga mengisyaratkan bahwa
28
terjadi produksi testosteron pada kehamilan sangat dini dengan jumlah yang melebihi
Pada wanita hamil dengan pielonefritis, kadar estriol urin mungkin rendah. Hal
prekursor steroid-C19 dari adrenal janin untuk biosintesis estrogen trofoblas. Karena
ibu, sehingga estrogen yang dihasilkan terutama adalah estradiol-17 (Mac Donald dan
Pada kehamilan mola, terdapat variasi yang luas dalam kecepatan pembentukan
estradiol-17 dan progesteron; namun, hal ini tidak selalu berkaitan dengan volume
jaringan trofoblas neoplastik. Terjadi pelepasan gumpalan massa jaringan mola yang
besar dari dinding uterus oleh bekuan darah dalam jumlah bervariasi.
29
4. Progesteron
progesteron di ovarium sangat sedikit (Diczfalusy dan Troen, 1961). Pengangkatan korpus
luteum secara bedah atau bahkan ooforektomi bilateral yang dilakukan pada minggu ke-7
Pada kehamilan normal, kadar progesteron serta kadar estradiol dan estriol di plasma
takterkonjugasi pada 33 wanita normal selama 9 minggu terakhir sebelum pelahiran (Diadaptasi dari
Teknik-teknik dilusi isotop untuk mengukur kecepatan produksi hormon endogen pada
manusia pertama kali diterapkan untuk meneliti progesteron pada kehamilan. Hasil studi-
studi ini, yang dilakukan oleh Pearlman pada tahun 1957, memperlihatkan bahwa produksi
harian progesteron pada kehamilan tunggal normal menjelang aterm adalah sekitar 250 mg.
30
Temuan dari studi-studi berikutnya yang menggunakan metode lain juga memberi hasil
setara. Namun, pada sebagian kehamilan dengan janin multipel, laju produksi progesteron
Progesteron disintesis dari kolesterol dalam suatu reaksi enzimatik dua langkah.
pertama, kolesterol diubah di mitokondria menjadi zat antara steroid, pregnenolon, dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim pemutus rantai-samping kolesterol sitokrom P450.
dehidrogenase, 5-4-isomerase.
Plasenta manusia menghasilkan progesteron dalam jumlah luar biasa banyak; meski
demikian, kapasitas untuk biosintesis kolesterol di trofoblas terbatas. Laju penyerapan asetat
berlabel radioaktif ke dalam kolesterol oleh jaringan plasenta berlangsung sangat lambat,
progesteron. Bloch (1945) serta Werbin dkk. (1957) menemukan bahwa setelah pemberian
pregnandiol urin serupa dengan aktivitas kolesterol plasma. Hellig dkk. (1970) juga menda-
patkan bahwa kolesterol plasma ibu merupakan prekursor utama untuk biosintesis
novo di trofoblas berlangsung minimal. HMG KoA reduktase plasenta di trofoblas dihambat
oleh tingginya kadar LDL dalam darah, sehingga sintesisnya terhambat. Pada defisiensi
LDL, sintesis kolesterol secara de novo di trofoblas cukup besar, walaupun jauh dari
memadai untuk memenuhi kebutuhan plasenta baik untuk sintesis membran maupun sintesis
progesteron normal.
31
Pemanfaatan Kolesterol LDL Plasma Ibu Oleh Plasenta.
adrenal janin, Simpson dkk. (1979, 1980) membuktikan bahwa trofoblas lebih suka
pemakaian prekursor yang ada di dalam darah. Tetapi tidak seperti estrogen, yang dibentuk
terutama dari prekursor adrenal janin, biosintesis progesteron oleh plasenta berlangsung
melalui pemanfaatan prekursor dari ibu, yaitu kolesterol LDL. Topik ini dibahas oleh Casey
dkk. (1992).
pembentukan progesteron oleh plasenta, tetapi mungkin juga tentang aspek lain dari
jumlah reseptor LDL di membran plasma trofoblas, sehingga tidak bergantung terutama ter-
Simpson dan Burkhart (1980) juga menemukan. bahwa progesteron, dalam konsentrasi
persalinan
Selama kehamilan, terjadi peningkatan yang tidal seimbang pada konsentrasi 5-
1975). Mekanismenya belum diketahui pasti, tetapi mungkin relevan dengan resistensi
terhadap zat-zat presor yang secara normal timbul pada wanita hamil (Everett dkk., 1978)
Pada wanita hamil dan janin, progesteron juga diubah menjadi mineralokortikosteroid
mencolok bail pada kompartemen ibu maupun janin. Pada kehamilan manusia, sebagian
besar deoksikortikosteron dibentuk di luar adrenal dari progesteron yang beredar dalam
32
Sekresi Steroid Terarah Dari Sinsitiotrofoblas.
Estrogen yang disintesis di sinsitium cenderung masuk ke sirkulasi ibu. Gurpide dkk.
(1966) melaporkan bahwa lebih dari 90 % estradiol17 dan estriol yang terbentuk di
Hal yang sama berlaku untuk progesteron yang dibentuk di sinsitium. Gurpide dkk.
(1972) juga mendapatkan bahwa 85 % atau lebih progesteron plasenta masuk ke plasma ibu,
dan sangat sedikit progesteron plasma ibu yang menembus plasenta untuk masuk ke janin.
5. Adrenokortikotropin Korionik
Suatu protein yang mirip dengan hormon adrenokortikotropik (ACTH) telah berhasil
diisolasi dari jaringan plasenta. Odagiri dkk. (1979) mendapatkan bahwa ACTH, lipotropin,
dan -endorfin dapat ditemukan dari ekstrak plasenta dan mungkin berasal dari molekul
Liotta dkk. (1977) juga mendapatkan bahwa ACTH diproduksi oleh sel-sel plasenta
yang tersebar. Pemberian deksametason kepada wanita hamil tidak mempengaruhi kadar
ACTH bioaktif atau imunoreaktif di jaringan plasenta. Yang terakhir, diperoleh bukti dari
penyerapan asam amino berlabel radioaktif menjadi peptida yang mencirikan ACTH.
Peran fisiologis ACTH plasenta masih belum jelas. Kadar ACTH dalam plasma
sepanjang kehamilan (sebelum persalinan) lebih rendah daripada kadar pada pria dan wanita
tidak hamil; namun, konsentrasi meningkat seiring dengan perkembangan kehamilan (Carr
dkk., 1981).
atau janin tetapi ACTH tidak melewati plasenta (yi. dari ibu ke janin). Pemberian
deksametason kepada wanita hamil tidak terlalu menyebabkan supresi kadar kortisol bebas
33
urin seefektif yang terjadi pada pria atau wanita tidak hamil.In vitro, corticotropin-releasing
6. Tirotropin Korionik
Terdapat bukti bahwa plasenta menghasilkan suatu tirotropin korionik, tetapi peran
biologis yang signifikan dari peptida ini pada kehamilan normal manusia belum diketahui.
sekelompok tirotropin korionik, tetapi meningkatnya aktivitas yang merangsang tiroid pada
wanita dengan penyakit trofoblas ganas diperkirakan terutama disebabkan oleh sifat hCG
Relaksin.
Ekspresi relaksin dapat dijumpai di korpus luteum, desidua, dan plasenta manusia (Bogie
dkk., 1995). Peptida ini disintesis sebagai molekul praprorelaksin tunggal yang terdiri dari
Penguraian praprorelaksin menghasilkan dua rantai (A dan B). Relaksin secara struktural
serupa dengan insulin dan faktor pertumbuhan saraf (nerve growth factor). Terdapat dua gen
relaksin (H1 dan H2), tetapi hanya H2 yang ditranskripsikan di korpus luteum. Jaringan lain,
Relaksin bekerja pada otot polos miometrium untuk merangsang adenilil siklase dan
untuk meningkatkan relaksasi uterus.Namun, pemahaman tentang sintesis dan kerja relaksin
34
7. Protein Terkait Hormon Paratiroid (Parathyroid Hormone-Related Protein =
PTH-rP)
Sejak PTH-rP teridentifikasi, banyak diajukan kemungkinan fungsi dari protein ini.
Sintesis PTH-rP dapat dijumpai di sejumlah jaringan orang dewasa normal, terutama di
organ reproduksi pria dan wanita, termasuk uterus (miometrium dan endometrium), korpus
luteum, dan jaringan payudara Fase laktasi.Perlu diingat bahwa PTH-rP tidak dihasilkan di
Sejumlah jaringan janin juga membentuk PTH-rP, termasuk paratiroid, ginjal, dan
plasenta. Karena PTH imunoreaktif sulit dideteksi di darah janin, dan karena PTH-rP
dihasilkan oleh beberapa jaringan janin, maka diperkirakan bahwa PTH-rP berfungsi
Temuan dari beberapa studi terakhir menunjang pandangan ini. Laju sekresi PTH oleh
paratiroid dewasa dimodulasi oleh konsentrasi Ca2+ plasma. sekresi PTH-rP dari jaringan
lain tidak dikendalikan oleh konsentrasi kalsium kecuali di plasenta. Hellman dkk. (1992)
mendapatkan bahwa sekresi PTH-rP oleh trofoblas responsif terhadap Ca2+ ekstrasel.
Terdapat sebuah gen yang mengkode varian hormon pertumbuhan yang diekspresikan
di plasenta, tetapi tidak di hipofisis. Gen ini terletak di kelompok gen hormon pertumbuhan–
prolaktin.
Varian hGH, yang kadang-kadang disebut hormon pertumbuhan plasenta, adalah suatu
protein yang terdiri dari 191 asam amino yang berbeda di 15 posisi asam amino dari sekuens
untuk hGH. hGH-V disintesis di plasenta, mungkin di sinsitium, tetapi pola sintesis sekresi
hGH-V pada gestasi tidak diketahui pasti karena antibodi terhadap hGH-V bereaksi silang
dengan hGH.
Diperkirakan bahwa hGH-V terdapat di plasma ibu mulai dari ke-21 sampai 26 dan
meningkat konsentrasinya sekitar minggu ke-36, setelah itu relative konstan. Terdapat
35
korelasi antara kadar hGH-V di dalam plasma ibu dan insulin growth factor-1, serta sekresi
hGH-V oleh trofoblas in vitro dihambat oleh glukosa sesuai dosis (dose-dependent) (Patel
dkk., 1995). Profil aktivitas biologis hGH-V serupa dengan profil untuk hPL.
Releasing Hormones)
yang sudah dijelaskan GnRH, TRH, CRH, GHRH, dan somatostatin terdapat sebuah hormon
analog yang dihasilkan di plasenta manusia (Petraglia dkk., 1992; Siler-Khodr, 1988).
Namun, peran hormon-hormon ini dalam trofoblas belum diketahui dengan sempurna.
jumlah cukup besar (Siler-Khodr, 1988; Siler-Khodr dan Khodr, 1978). Yang menarik, para
peneliti ini juga mendapatkan bahwa GnRH imunoreaktif tersebut terdapat di sitotrofoblas,
dkk. (1975) serta Khodr dan Siler-Khodr (1980) memperlihatkan bahwa plasenta manusia
dari hipotalamus memerlukan waktu sekitar 40 tahun. Gen CRH yang sama (lengan panjang
36
Pada wanita tidak hamil, kadar CRH plasma adalah sekitar 15 pg m. Kadar mi meningkat
menjadi sekitar 250 pg/ml pada awal trimester ketiga dan menjadi 1000 sampai 2000 pg/ml
secara mendadak pada 5 sampai 6 minggu terakhir (Goland dkk., 1988). Setelah persalinan
dimulai, kadar CRH di dalam plasma ibu meningkat lebih tinggi menjadi sekitar dua sampai
Fungsi biologis CRH yang disintesis di plasenta (dan membran janin/desidua) belum
terlalu jelas dipahami. Reseptor untuk CRH terdapat di banyak jaringan: plasenta, adrenal,
Temuan bahwa hanya sebagian kecil CRH plasenta yang masuk ke sirkulasi umbilikus
janin mengurangi peran CRH plasenta dalam steroidogenesis adrenal janin. Sejumlah besar
CRH dari trofoblas masuk ke darah ibu, tetapi di plasma ibu juga terdapat protein pengikat
CRH spesifik dalam konsentrasi tinggi, dan CRH yang terikat tampaknya secara biologis
Peran biologis lain yang diperkirakan dimiliki oleh CRH antara lain adalah induksi
relaksasi otot polos (pembuluh darah dan miometrium) serta imunosupresi. juga
miometrium (yi. inisiasi persalinan oleh CRH) (Wadhwa dkk., 1998). Pembentukan
prostaglandin di plasenta, amnion, korion laeve, dan desidua meningkat pada pemberian
yang menyebabkan peningkatan dua sampai lima kali lipat mRNA dan protein CRH
Dengan demikian, di plasenta terdapat kemungkinan lengkung umpan balik positif yang
melibatkan stimulasi CRH plasenta terhadap pembentukan ACTH plasenta, stimulasi ACTH
37
Hormon Pelepas Tirotropin (Tyrothropin Releasing Hormone, cTRH).
pengendalian sintesis dan peran biologis hormon ini masih belum banyak diketahui.
GHRH).
beberapa tumor manusia dan diperkirakan berperan dalam perkembangan akromegali pada
pengidap tumor-tumor tersebut. mRNA untuk GHRH telah ditemukan di plasenta manusia
a. Neuropeptida-Y (NPY).
Peptida kecil yang terdiri dari 36 asam amino ini tersebar luas di otak. Peptida ini juga
diisolasi dari plasenta dan ditemukan di sitotrofoblas (Petraglia dkk., 1989). Reseptor untuk
NPY telah ditemukan di plasenta, dan pemberian NPY ke sel-sel plasenta menyebabkan
pelepasan CRH.
pelepasan FSH oleh hipofisis. Zat ini diproduksi oleh testis manusia dan oleh sel-sel
38
Inhibin adalah suatu heterodimer dengan subunit- dan subunit- yang tidak serupa.
Subunit- inhibin terdiri dari salah satu dari dua peptida yang berbeda, PA atau PB.
Aktivin berkaitan erat dengan inhibin dan dibentuk oleh kombinasi dua subunit-.
plasenta menghasilkan inhibin subunit-, subunit-PA, dan subunit- dengan kadar tertinggi
Inhibih, yang dihasilkan di plasenta, bersama dengan sejumlah besar hormon steroid
seks yang diproduksi selama kehamilan pada manusia, mungkin berfungsi menghambat
sekresi FSH sehingga mencegah ovulasi selama kehamilan. Petraglia dkk. (1994)
Zat ini tidak terdeteksi dalam darah janin sebelum persalinan tetapi terdapat dalam darah
tali pusat setelah persalinan dimulai. Receptor untuk aktivin diekspresikan di plasenta dan
amnion. Inhibin mungkin bekerja melalui GnRH untuk mengendahkan sintesis/sekresi hCG
di plasenta (Petraglia dkk., 1987). Aktivin dan inhibin korionik mungkin berfungsi dalam
proses-proses metabolic plasenta selain sintesis GnRH, tetapi fungsi-fungsi ini belum
dipastikan.
Peptida yang terdiri dari 28 asam amino ini berfungsi menimbulkan natriuresis, diuresis,
dan vasorelaksasi. Zat ini pada keadaan normal dihasilkan oleh miosit atrium, dan juga
disintesis oleh sel mirip sitotrofoblas plasenta (Lim dan Gude, 1995). Receptor peptida
39
BAB III
KESIMPULAN
Salah satu fungsi terpenting plasenta adalah menghasilkan hormon. HCG merupakan
suatu glikoprotein dengan aktivitas biologic yang sangat mirip dengan luteinizing hormone
(LH), dan keduanya sama-sama bekerja melalui receptor LH/hCG membran plasma.
Walaupun diproduksi hampir seluruhnya di placenta, hCG juga disintesis di ginjal janin.
HPL secara struktural mirip dengan prolaktin manusia (hPRL), diperkirakan memiliki
efek pada sejumlah proses metabolik penting mencakup lipolisis dan peningkatan kadar
asam lemak bebas dalam sirkulasi sehingga tersedia sumber energi untuk metabolisme ibu
Estrogen yang dihasilkan oleh plasenta sebagian besar berasal dari konversi prekursor
(DHEA-S). DHEA-S ini kemudian mengalami metabolisme lebih lanjut menjadi estron (E1)
Setelah masa transisi (antara minggu ke 7 dan 11), plasenta mengambil alih peran korpus
dari hubungan antara maternal dan plasenta tetapi sama sekali tidak tergantung prekursor dari
janin.
ACTH. Selama kehamilan, plasenta mungkin menghasilkan ACTH yang disekresikan ke ibu
atau janin tetapi ACTH tidak melewati plasenta (dari ibu ke janin).
biologis yang signifikan dari peptida ini pada kehamilan normal manusia belum diketahui.
40
Sejumlah jaringan janin juga membentuk PTH-rP (protein terikat hormon), termasuk
paratiroid, ginjal, dan plasenta. diperkirakan PTH-rP berfungsi sebagai paratiroid janin.
(hGH-V), hormon pelepas serupa hormon pelepas Hipotalamus (GnRH, CRH, cTRH,
GHRH) dan hormon peptide lainnya termasuk Peptida Y (NPY), Inhibin dan aktivin serta
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham. 2010. William Obstetry 23rd edition, The Mc-Graw Hill Companies
2. Bloom dan Fawcet. 2002. Buku Ajar Histologi. Edisi 12. Jakarta. EGC.
3. Coad, J dan Dunstal, M. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta EGC
4. Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisisologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta. EGC
5. Heffner, L dan Schust, D. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi 2. Jakarta. EMS
6. Junqueira,L.C, Carneiro, J dan Kelley, R.O, 1998. Histologi Dasar Edisi 8. Jakarta EGC.
7. Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia. Dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta. EGC
8. Bennet, V. Ruth, dkk. 2001. Myles Textbook For Midwives. Churcill Livingstone, New
York.
42