Anda di halaman 1dari 8

NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam

Vol. 4, No. 1 (2018) : Hal. 97-104


Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

FAKTOR-FAKTOR KEBOLEHAN AL-MUBTADA BERUPA ISIM


NAKIRAH DALAM KAJIAN ILMU NAHWU

Ronny Mahmuddin

Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar,


Jl. Inspeksi PAM Manggala-Antang Makassar
E-Mail: ronnymahmuddin@gmail.com

Keywords : ABSTRACT
Ilmu Nahwu, al-Mubtada One of the subjects in the study of Nahwu Knowledge is al-Mubtada.
,al-Khabar, Isim Makrifah, Al-Mubtada is one of the important elements in a sentence. One cause
Isim Nakirah of imperfect sentence is due to unfamiliarity with al-Mubtada’ and the
absence of al-Mubtada’. Beginner students in studying Nahwu only
understand that al-Mubtada has to be in a form of Ism Ma’rifah and
not in a form of Ism Nakirah. However, if it is further analyzed, al-
Mubtada in a form of Ism Nakirah can be found. Therefore, the
author of this paper attempted to explain about “Conditions on al-
Mubtada in a form of Ism Nakirah in the study of Nahwu
knowledge”. Before explaining further on this subject, the author
previously mentioned definitions of al-Mubtada, kinds of al-Mubtada,
and the grammar of al-Mubtada. Therefore, the readers may achieve
comprehensive understanding of al-Mubtada in the study of Nahwu
Knowledge. This paper is analyzed by applying literature method.
Keyword: Nahwu Knowledge, al-Mubtada, al-Khabar, Ism Ma’rifah,
Ism Nakirah.

97
Ronny Mahmuddin. Faktor-faktor Kebolehan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 1 (2018) : Hal. 97-104
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

PENDAHULUAN Bahasa ini digunakan secara


Sesungguhnya Bahasa Arab resmi oleh kurang lebih 20
adalah bahasa yang dipilih oleh Allah negara. Dan karena ia merupakan
untuk agama ini (Islam). Tidak perlu bahasa kitab suci dan tuntunan
diragukan oleh siapa pun bahwa Bahasa agama umat Islam, maka tentu
Arab dan Ilmu-ilmu yang berkaitan saja ia merupakan bahasa yang
dengannya termasuk salah satu dari paling besar signifikansinya bagi
ilmu-ilmu Islam diposisikan sebagai ratusan juta Muslim sedunia, baik
lisan bagi anggota tubuh manusia. yang berkebangsaan Arab
4
Tidak salah jika kita katakan bahkan maupun bukan.
Bahasa Arab merupakan jantung bagi Syu’bah r.a berkata:
tubuh manusia, karena ia adalah lisan “Pelajarilah Bahasa arab karena
(bahasa) Islam yang paling tinggi, Bahasa Arab itu akan menambah
dengannya diturunkan al-Qur’an al- (ketajaman) daya nalar”.
Karim, sebagaimana Allah Ta’ala ‫علَى تَعَلُّ ِم الُلغَةَ العَ َربِيَةَ فَإِنَّ َها ُج ْز ٌء مِ ْن‬َ ‫صوا‬ ُ ‫"ا ْح ِر‬
berfirman Q.S. Yusuf /12: 2. 5.‫طاب‬ َ ‫ع َم ُر ب ُن ال َخ‬ ُ َ‫ِك‬‫ل‬ َ ‫ذ‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ "‫ِد ْي ِن ُك ْم‬
َ ‫{إِنَّا أَ ْنزَ ْلنَاهُ قُ ْرآَنًا‬
} َ‫ع َربِيًّا لَعَلَّ ُك ْم تَ ْع ِقلُون‬ Umar bin al-Khaththab r.a berkata:
Terjemahnya: “Hendaklah kalian semua tamak
“Sesungguhnya Kami mempelajari Bahasa Arab karena
menurunkannya berupa al-Qur’an Bahasa Arab itu merupakan
agar kamu mengerti”.1 bagian dari agama kalian”.
Bahasa Arab merupakan Imam Syafi’I berkata:
bagian dari agama, sebagaimana yang “Manusia bodoh dan berselisih
dikatakan oleh Ibnu Taimiyah r.a: hanyalah karena mereka
“Telah diketahui bahwa hukum meninggalkan Bahasa Arab dan
mempelajari Bahasa Arab dan kecendrungan mereka kepada
mengajarkannya adalah fardhu Bahasa Aristoteles”.6
2
kifayah”. Lebih lanjut Ibnu Taimiyah Beliau juga mengatakan:
r.a berkata: “Bahasa Arab adalah syiar “Seyogyanya setiap orang
Agama Islam dan orang Islam. Dan mampu mempelajari Bahasa
keragaman bahasa adalah salah satu Arab karena ia adalah Bahasa
syiar yang terbesar bagi seluruh umat, yang paling utama”7.
dengannya mereka memiliki
karakteristik tersendiri”.3 Sebagaimana yang disebutkan
Prof. DR. Azhar Arsyad, M.A. oleh Imam Ibnu Taimiyah.Salah satu
menuturkan: cabang ilmu Bahasa Arab yang paling
penting adalah Ilmu Nahwu. Semua

1Kementian Agama, Al-Qur’an dan 5Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan

Terjemahnya. (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Metode Pengajarannya, h. 7.


Mandiri, 2007), h. 235. 6Imam Syafi’I, dinukil oleh Dr. Abdur
2Abdul Rahmān bin Ibrahīm al-Fauzān Rahman al-Fauzan, dkk., al-Arabiyyah Baina
dkk, al-Arabiyyah Baina Yadaika (Cet. I; Riyāḍ: al- Yadaika, h. j.
Arabiyah Lil Jamī’, 1423/2002), h. j. 7Imam Syafi’I, dikutip oleh Ibnu
3Abdul Rahmān bin Ibrahīm al-Fauzān Taimiyah, Iqtiḍa al-Ṡirātal Mustaqīm Li
dkk, al-Arabiyyah Baina Yadaika , h.d. Mukhalafah al-Aṣḥāb al-Jahīm, (Riyāḍ: Dār al-
4Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Aṣḥimah, 1419), h. 464.
Metode Pengajarannya, (Cet. II; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), h. 1.

98
Ronny Mahmuddin. Faktor-faktor Kebolehan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 1 (2018) : Hal. 97-104
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

ilmu membutuhkan Ilmu Nahwu, oleh pemakalah menyebutkan sekilas


karenanya, para ulama salaf telah tentang definisi al-Mubtada, hukum-
memberikan dorongan kepada kita hukumnya dan jenis-jenisnya agar
untuk mempelajari ilmu nahwu. pembaca dapat memiliki wawasan
Bahkan salah seorang dari mereka tentang permasalahan al-mubtada dalam
menyuruh untuk mempelajari ilmu ilmu nahwu.
nahwu sebagaimana seseorang Berdasarkan latar belakang di
mempelajari kewajiban-kewajiban dan atas, maka yang menjadi rumusan
sunnah-sunnah. masalah dari makalah ini adalah:
Salah satu pembahasan dalam 1. Apa yang definisi al-Mubtada?
kajian Ilmu Nahwu adalah al-Mubtada. 2. Bagaimana hukum al-
Al-Mubtada adalah salah satu unsur Mubtada?
bagian kalimat yang sangat penting. 3. Berapa jenis al-Mubtada?
Atau dikatakan sebagai salah satu 4. Apa faktor-faktor
pokok kalimat. Oleh karena itu, sangat dibolehkannya al-mubtada berupa
penting untuk diketahui tentang fungsi isim nakirah?
al-mubtada dalam sebuah kalimat.
Salah satu penyebab kalimat tidak PEMBAHASAN
sempurna adalah karena mubtada tidak
diketahui atau tidak ada dalam kalimat. 1. Definisi al-Mubtada8
Perlu juga diketahui bahwa orang yang Al-Mubtada adalah isim (kata
sudah mempelajari ilmu nahwu bagi benda) yang dengannya dapat
pemula khususnya terkadang hanya terbentuk jumlah mufidah (kalimat
mengetahui bahwa al-mubatada itu sempurna). Al-Mubtada selalu
harus dari isim (kata) ma’rifah dan tidak berpasangan dengan al-Khabar, karena
boleh isim nakirah, karena ciri-ciri kaliimat sempurna tidak bisa terbentuk
mubtada adalah harus isim makrifah. tanpa adanya khobar. Contohnya:
Tapi jika kita pelajari lebih jauh dan ُ ‫ال َح ُّق َم ْن‬
‫ص ْو ٌر‬
mendalam yang terdapat dalam kitab- Artinya:
kitab nahwu yang lebih luas, maka kita “Kebenaran itu akan menang”
dapatkan bahwa ada juga mubtada yang Al-Haq (‫)ال َح ُّق‬: al-Mubtada dan
berasal dari isim nakirah bukan manshur (‫ص ْو ٌر‬ ُ ‫)مِ ْن‬:al-Khabar. Dengan
makrifah. kedua kata ini (al-Mubtada dan al-
Berangkat dari persoalan ini, Khabar), maka dapat terbentuk jumlah
maka pemakalah tertarik untuk mufidah (kalimat sempurna).
mengkaji lebih dalam pada makalah ini Dalam Bahasa Indonesia,
tentang faktor-faktor apa saja yang mubtada adalah kata yang diterangkan,
menyebabkan bolehnya mubtada sedangkan al-khabar adalah kata yang
berasal dari isim nakirah beserta menerangkan. Pada contoh di atas
contoh-contohnya dalam sebuah menunjukkan bahwa al-haq adalah kata
kalimat. Bahkan pemakalah mencoba yang diterangkan (mubtada) sedangkan
menyebutkan contoh-contoh mubtada manshur adalah kata yang
berupa isim nakirah dalam ayat-ayat al- menerangkan (khabar). Mubtada dan
Qur’an. Namun sebelumnya, khabar dalam ilmu nahwu disebut
8Mushtafā al-Gulayainī bin Muhammad

Sālim, Jāmi’ al-Durūs al-‘Arabiyyah (Cet.I; Kairo:


Dār Ibnu al-Jauziī, 2010), h. 373.

99
Ronny Mahmuddin. Faktor-faktor Kebolehan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 1 (2018) : Hal. 97-104
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

jumlah ismiyah (kalimat yang didahului dihapuskan mubtadanya karena


oleh isim). khabarnya adalah mashdar yang
2. Hukum al-Mubtada9 menggantikan fi’ilnya.
Al-Mubtada memiliki lima 3. Jenis-jenis al-Mubtada
hukum, yaitu sebagai berikut: Ibnu Malik menyebutkan bahwa al-
a. Al-Mubtada wajib dalam mubtada ada dua jenis10, yaitu:
keadaan rafa’, contoh: ‫ير‬ ٌ ِ‫َكب‬ ُ‫البَيْت‬ 1). Mubtada yang mempunyai
=artinya: Rumah itu besar. khabar.
Al-Baitu ( ُ‫)البَيْت‬: al-Mubtada Contohnya: ‫ُم َح َّم ٌد قَائِ ٌم‬
dalam keadaan rafa’ (dhommah). Jadi Penjelasan:
al-baitu harus dalam keadaan rafa’. Muhammad (‫) ُم َح َّم ٌد‬: Mubtada’.
Tidak boleh dikatakan al-baita (dalam Qaaimun (‫)قَائِ ٌم‬: Khabar.
keadaan nashob berharakat fathah) Pada contoh di atas dapat kita
atau tidak boleh dikatakan al-baiti lihat bahwa ada kesesuaian antara
(dalam keadaan jar dengan harakat mubtada dan khabar, yaitu mubtada
kasrah). berbentuk mufrad dan khabar pun
b. Al-Mubtada wajib isim harus berbentuk mufrad.
ma’rifah bukan isim nakirah. Contoh mubtada yang memiliki
Contoh: ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ُمحِ َّم ٌد َر‬ khabar adalah contoh-contoh yang
Muhammad (‫) ُم َح َّم ُد‬: al-Mubtada biasa kita jumpai dalam kalimat atau di
dengana isim ma’rifah. teks-teks bacaan atau cerita atau
c. Bolehnya al-Mubtada percakapan sehari-hari.
dihapuskan jika ada dalil yang
menunjukkannya. Contoh: 2). Mubtada Yang Mempunyai Fa’il
Jika ada yang bertanya: ‫ْف‬ َ ‫َكي‬ Yang Menempati Kedudukan
‫س ِع ْيدٌ؟‬
َ Khabar (Fa’il Sadda Masadda Al-
Apa dijawab: ‫ ُمجْ تَ ِه ٌد‬. Jawaban Khabar). Dengan istilah bahasa
lengkapnya adalah ‫ه َُو َمجْ تَ ِه ٌد‬ arabnya disebut fa’il sadda masadda al-
Tapi boleh dihapuskan khabar.
mubtadanya dan yang disebutkan Contohnya: ‫ان؟‬ ِ َ‫ار َهذ‬
ٌ ‫س‬َ َ‫أ‬
hanya khabarnya saja. Ini dibolehkan Penjelasan I’rab:
karena ada dalil yang menunjukkan al- Hamzah (‫ )أ‬: Huruf yang digunakan
bahwa mubtada dihapuskan, yaitu untuk bertanya.
pertanyaan ‫س ِع ْي ٌد ؟‬
َ ‫ْف‬َ ‫َكي‬ Saarin (‫)ساَر‬: Mubtada.
d. Al-Mubtada wajib Haadzaani (‫)هذان‬: Fa'il yang
dihapuskan, jika khabarnya adalah menempati kedudukan khabar dan
mashdar yang menggantikan fi’ilnya tidak bisa dikatakan sebagai khabarul
(kata kerjanya). Contoh: mubtada’ karena mubtada’ di sini
‫صبر جمي ٌل‬ ٌ adapun yang bentuknya mufrad sedangkan hadzaani
sempurnanya adalah.‫صب ٌْر َجمِ ْي ٌل‬ ِ ‫صب ِْري‬
َ bentuknya mutsanna. Sebagaimana
‫صب ِْري‬
َ adalah mubtada, tapi kaidah nahwu disebutkan bahwa
pada kalimat ini boleh wajib khabar harus mengikuti mubtada dalam

9Mushtafaal-Gulayainī, jāmi’ al-Durūs Mālik, Vol. I (Riyāḍ: Maktabah al-Malik Fahd al-
al-Arabiya, h. 373-376. Waṭaniyah, 1418), h. 149-150.
10Abdul Azīz bin Muhammad al-
Fantukh, dkk, Tażīb Syarh Ibni Aqīl Li Alfiyah Ibni

100
Ronny Mahmuddin. Faktor-faktor Kebolehan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 1 (2018) : Hal. 97-104
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

segala hal seperti jika mubtada mufrad bersandar pada huruf nafiy dan
maka khabar harus mufrad. Sedangkan istifham11.
pada contoh di atas mubtada dalam Contoh: ‫َاج ٌح ال ُمهْمِ ُل‬
ِ ‫َما ن‬
bentuk mufrad maka khabar mestinya Penjelasan I’rab:
khabar juga harus mufrad, tapi justru Maa (‫(ما‬: Huruf Nafiy
hadzani dalam bentuk mutsanna. Ini Naajihun (‫َاج ٌح‬ ِ ‫)ن‬: Mubtada.
menunjukkan bahwa hadzani adalah Al-Muhmilu (‫)ال ُمهْمِ ُل‬: Fa’il sadda
bukan khabarul mufrad akan tetapi masadd al-khabar.
hadzani adalah sebagai fa’il yang Disebutkan oleh Musthofa al-
menempati kedudukan khabar (fa’il Ghulayaini bahwa sifat tersebut
sadda masaddal khabar). Demikian itu berkedudukan sama dengan fi’il (kata
karena ‘amilnya berupa sifat yaitu saarin kerja). Oleh karena itu kata sifat itu
(isim fa’il). Sebagaimana dalam kaidah tidak dimutsannakan, dijamakkan,
bahwa isim fa’il ber’amal (berfungsi) tidak disifati, tidak ditashgir dan tidak
sama dengan fi’ilnya. dimakrifahkan.12
Mubtada yang memiliki fa’il Pendapat ulama nahwu dari
yang menempati kedudukan khabar, kota Basrah mengatakan bahwa sifat
maka jarang kita temukan dalam pada contoh di atas tidak bisa menjadi
sebuah kalimat atau teks bacaan atau mubtada’ kecuali jika sifat tersebut
sebuah percakapan sehari-hari. (berupa nakirah) bersandar pada huruf
Yang menjad faktor bolehnya nafiy (huruf yang menafikan) atau
sifat menjadi mubtada yang huruf istifham (kata tanya),
mempunyai fa’il yang menempati sebagaimana yang telah dicontohkan d
kedudukan khabar diantaranya adalah atas.
huruf istifham (kata tanya) atau nafiy Sedangkan ulama nahwu dari
(kata yang menafikan), kota Kufah mengatakan bahwa sifat
seperti contoh: ‫أ َ قَا ِئ ٌم الزَ ي َدان َو َما‬ (berupa isim nakirah) bisa menjadi
‫قَائِم الزَ ْي َدان‬ mubtada’ meskipun tidak bersandar
Contoh di atas kata sifat pada huruf nafiy dan istifham.
(qaaim) sebagai mubtada’ yang Conthnya: ‫قَا ِئ ٌم الزَ ْي َدان‬
mempunyai fa’il (az-zaidani) yang Qaaimum (‫)قَائِ ٌم‬: Mubtada’.
menempati kedudukan khabar karena Az-Zaidani (‫)الزَ ْي َدان‬: Fa’il sadda
mubtada tersebut bersandar pada kata masadda al-khabar.
istifham (kata tanya), begitu pula kata 4. Faktor-Faktor Bolehnya
sifat (qaaim) sebagai mubtada’ karena Mubtada’ Berupa Isim Nakirah.
bersandar pada kata penafian (nafiy). Pada dasarnya mubtada’ adalah
Dipertegas oleh DR. Abduh ar- isim ma’rifah, akan tetapi terkadang
Rajihiy bahwa sifat ini ketika menjadi bisa berupa isim nakirah tapi dengan
mubtada’ maka ia membutuhkan isim syarat. Ibnu’ Aqil menyebutkan enam
marfu’ setelahnya, yang mana isim faktor dibolehkannya mubtada berupa
tersebut dii’rab sebagai fa’il setelah isim isim nakirah, sebagai berikut:
fa’il dan dii’rab naib fa’il setelah isim 1). Jika Khabar mendahului
maf’ul, dan mubtada tersebut harus mubtada’ dalam kalimat yaitu

11Abduh Ar-Rajihī, al-Ṭaṭbīq al-Nahwī 12Musṭafā al-Ghulayainī bin


(Cet. II; Riyād: Maktabah al-Mā’arif Li al-Nasyr wa Muhammad Sālim, Jāmi’ al-Durūs al-‘Arabiyyah,
al-Tauzī’, 1432), h. 89. h. 380.

101
Ronny Mahmuddin. Faktor-faktor Kebolehan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 1 (2018) : Hal. 97-104
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

khobar berupa zhorf (kata Aflikasinya dalam al-Qur’an,


keterangan tempat atau waktu) atau seperti pada surah al-Naml, ayat: 60-64:
jar wa majrur. َّ ‫{أ َ ِإلَهٌ َم َع‬
}‫َّللا‬
Contoh: ‫َّار َر ُج ٌل‬ ِ ‫فِي الد‬ Penjelasan: pada ayat ini
Penjelasan I’rab: menunjukkan bahwa mubtada’ boleh
Fi addari (‫َّار‬ ِ ‫)فِي الد‬: Jar wa Majrur berupa isim nakirah karena didahului
sebagai khobar muqaddam oleh huruf istifham (kata tanya).
(didahulukan). 3). Jika Mubada’ didahului oleh
Rojulun (‫)ر ُج ٌل‬: َ Mubtada’ muakhkhor huruf nafiy (huruf yang
(berupa isim nakiroh). meniadakan).
Pada contoh di atas Contoh: ‫َما َخ َّل لَنَا‬
menunjukkan bahwa mubtada berupa Penjelasan I’rab: Kata khillun
isim nakirah bukan ma’rifah. Hal ini adalah mubtada yang berupa isim
dibolehkan karena mubtada didahului nakiroh. Lanaa adalah khobarnya. Hal
oleh khabar yang berupa jar wa majrur. ini dibolehkan karena isim nakiroh
Aflikasi penggunaan mubtada tersebut didahului oleh huruf nafiy
berupa isim nakiroh dalam al-Qur’an.13 yaitu maa.
Contoh: 35 :‫ اآلية‬،‫{ولَ َد ْينَا َم ِزيْد}سورة ق‬ َ 4). Mubtada yang berupa nakiroh
Dalam ayat di atas disifati oleh sesuatu.
menunjukkan bahwa mubtada Contoh: ‫َر ُج ٌل مِ ْن الك ََر ِم ِع ْن َدنَا‬
dibolehkan berupa isim nakiroh. Hal Penjelasan I’rab: Rojulun
ini dikarenakan mubtada tersebut adalah mubtada yang berupa isim
didahului oleh zhorf makan (keterangan nakiroh. Hal ini dibolehkan karena isim
tempat). tersebut disifatkan oleh sesuatu yang
Begitu pula dalam al-Qur’an surah al- datang setelahnya yaitu minal karom.
Baqarah, ayat: 7: }ٌ‫َاوة‬ َ ‫ارهِم ِغش‬
ِ ‫ص‬َ ‫علَى أ َ ْب‬ َ { Sedangkan ‘indanaa adalah khabarnya.
Ayat ini juga menunjukkan kebolehan Aflikasi penggunaannya dalam
mubtada berupa isim nakiroh al-Qur’an yaitu pada surah al-Baqarah,
dikarenakan adanya jar wa majrur yang ayat: 221.
mendahului mubtada. }‫{ولَ َعبَ ٌد ُمؤْ مِ ٌن‬
َ
2). Jika Mubtada didahului oleh Penjelasan I’rab: Kata ‘abdun
isim istifham (kata tanya). adalah mubtada yang berupa isim
Contoh: ‫ه َْل فَتَى فِ ْي ُك ْم‬ nakiroh. Ini dibolehkan karena isim
Penjelasan I’rab: tersebut disifati oleh kata setelahnya
Hal (‫)ه َْل‬: Isim Istifham. yaitu mukmin.
Isim nakiroh (fatan) adalah mubtada’. 5). Jika Mubtada menjadi ‘amil
Fii Kum (‫)فِي ُك ْم‬: Syibhul Jumlah (berfungsi sebagai kata kerja),
(Khabar). seperti: ‫َر ْغبَةٌ فِي ال َخي ِْر َخي ٌْر‬
Fatan adalah mubtada beruapa Penjelasan I’rab: Kata raghbatun
isim nakiroh. Hal ini dibolehkan karena adalah mubtada berupa isim nakiroh.
isim nakiroh tersebut didahului oleh Ini dibolehkan karena isim tersebut
isim istifham yaitu hal. menjadi amil bagi isim setelahnya yaitu
fil khair. Sedangkan khairun adalah
khabarnya.

13Imam Abū Muhammad Abdullāh Masālīk Ilā al-Fiyah Ibni Mālik, Vol. I (Bairūt: al-
Jamaluddīn Ibnu Hisyām al-Anṡarī, Auḍah al- Maktabah al-Aṣriyyah, 1417), h. 184.

102
Ronny Mahmuddin. Faktor-faktor Kebolehan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 1 (2018) : Hal. 97-104
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

Aflikasinya adalam hadits nabi: ‫(أ َ ْمر‬ b. Mubtada yang memiliki fa’il
َ ‫ع ْن ُم ْنكَر‬
)‫ص َد ٌق‬ ٌ ‫ص َدقَةٌ َونَ ْه‬
َ ‫ي‬ َ ‫ِب َم ْع ُروف‬ yang menempati kedudukan khabar
Penjelasan I’rob: Pada hadits di (fa’il sadda masadda al-khobar). Contoh: َ‫أ‬
atas menunjukkan kebolehan isim ‫ان؟‬ ِ َ‫ار َهذ‬ ٌ ‫س‬
َ
nakiroh yaitu amrun sebagai mubtada 4). Ada enam faktor
karena isim nakiroh tersebut berfungsi dibolehkannya mubtada berupa isim
sebagai ‘amil yang berfungsi sebagai nakiroh, yaitu:
kata kerja. a. Khabar mendahului
6). Mubtada berupa isim nakiroh mubtada’ dalam kalimat yaitu khobar
jika berupa mudhof (kata yang berupa zhorf (kata keterangan tempat
menyandari kata setelahnya). atau waktu) atau jar wa majrur. Contoh:
Contoh: ُ‫ع َم ُل بر يَ ِزيْن‬ َ ‫َّار َر ُج ٌل‬
ِ ‫فِي الد‬
Penjelasan I’rob: Kata ‘amal di b. Mubtada yang berupa isim
sini adalah mubtada meskipun nakiroh. nakiroh didahului oleh isim istifham
Hal ini dibolehkan karena ‘amal berupa (kata tanya).
isim mudhof kepada isim setelahnya Contoh: ‫ه َْل فَت َى فِ ْي ُك ْم‬
yaitu birrin. Sedangkan yaziinu adalah c. Mubada didahului oleh huruf
khabarnya. nafiy (huruf yang meniadakan).
Aflikasinya dalam sebuah hadits, Contoh: ‫َما َخ َّل لَنَا‬
contoh: (‫صلَ َوات َكتَ َب ُه َّن هللا‬ َ ‫س‬ُ ‫) َخ ْم‬ d. Mubtada yang berupa
Penjelasan I’rob: Khomsu adalah nakiroh disifati oleh sesuatu.
isim nakiroh yang menjadi mubtada. Ini Contoh: ‫َر ُج ٌل مِ ْن الك ََر ِم ِع ْن َدنَا‬
dibolehkan karena khomsu e. Mubtada yang berupa isim
dimudhofkan kepada isim setelahnya nakiroh menjadi ‘amil (berfungsi
yaitu sholawaatin. sebagai kata kerja), seperti: ‫َر ْغبَةٌ فِي‬
‫ال َخي ِْر َخي ٌْر‬
PENUTUP f. Mubtada berupa isim nakiroh
adalah berupa mudhof (kata yang
1). Al-Mubtada adalah isim menyandari kata setelahnya). Contoh:
(kata benda) yang dengannya dapat ‫ع َمل بِر يزين‬ َ
terbentuk jumlah mufidah (kalimat
sempurna), contoh: ‫=محمد مجتهد‬ DAFTAR PUSTAKA
Muhammad rajin. Muhammad adalah
sebagai mubtada, dan mujtahid adalah Abdul Hamid, Muhammad Muhyiddin.
khabarnya. al-Tuhfatus Saniyyah Bisyarhi al-
2). Al-Mubtada memiliki lima Muqaddimah al-Ajurimiyyah,
hukum, yaitu mubtada wajib rafa’, Bairut: al-Maktabah al-
mubtada wajib ma’rifah, mubtada Ashriyah, 2003.
boleh dihapuskan jika ada dalil yang Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode
menunjukkannya dan mubtada wajib Pengajarannya, Cet. II;
dihapuskan jika khabarnya adalah Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
mashdar yang menggantikan fi’ilnya 2004.
(kata kerjanya). Al-Ajlan, Muhammad bin Abdullah.
3). Mubtada ada dua jenis, yaitu: Al-Nahwu- Silsilah Ta’lim al-
a. Mubtada yang memiliki Lugah al-Arabiyah. Riyadh:
khobar, contoh: ‫ُم َح َّم ٌد قَائِ ٌم‬ Jamiah al-Imam Muhammad
bin Saud, 1994.

103
Ronny Mahmuddin. Faktor-faktor Kebolehan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 1 (2018) : Hal. 97-104
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

l-Anshory, al-Imam Ibnu Hisyam.


Audhahul Masalik Ilaa Alfiyah
Ibnu Malik, Bairut: Maktabah
al-Ashriyah, 1996.
Al-Fauzan, Abdul Rahman bin Ibrahim
dkk. al-Arabiyyah Baina
Yadaika, Cet. I; Riyadh: al-
Arabiyah Lil Jami’,
1423/2002.
Al-Fantukh, Abd ul Aziz, dkk. Tahdzib
syarhi Ibni aqil Lialfiyah Ibni
Malik, Riyadh: Maktabah
Malik Fahd, 1418.
Hasyim, Dr. Ahmad. Mudzakkirah al-
Nahwi wa al-Shorf, Riyadh:
Maktabah Malik Fahd, 1431.
Ibnu Taimiyah, Taqiyuddin. Iqtidha al-
Shiratol Mustaqim
Limukhalafati Ashabil Jahim,
Riyadh: Darul Ashimah, 1419.
Panitia Pentashih Mushaf al-Qur’an.
Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2007
Musthofa al-Ghulayainiy Bin
Muhammad Salim, Jami’ al-
Durus al-‘Arabiyyah. Cet.I;
Kairo: Dar Ibni al-Jauziy,
2010.
DR. Abduh Ar-Rajihiy, al-Thathbiq al-
Nahwiy. Cet. II; Riyadh:
Maktabah al-Ma’arif Linnasyri
wat Tauzi’, 1432.

104
Ronny Mahmuddin. Faktor-faktor Kebolehan…

Anda mungkin juga menyukai