Anda di halaman 1dari 17

TENSION

PNEUMOTHORAK
KELOMPOK 2
1. I KOMANG ARYA :201601066
2. ASRIANDINI :201801008
3. ELFIANA :201801012
4. ELIN PUSPITASARI :201801013
5. FARADILAH :201801016
6. OLIVIANA :201801031
Definisi
Tension pnemothax adalah keadaan dimana udara masuk rongga
pleura tetapi tidak dapat keluar, hal ini menyebabkan peningkatan
tekanan dalam rongga pleura secara progresif, kolapsnya jaringan
paru secara progresuif dan menyebabkan pendorongan
mediastinum ke sisi yang berlawanan dapat meningkatkan
terjadinya penurunan fungsi kardiopulmoner.
Etiologi
1. Pneumothoraks spontan primer: pecahnya pleura blebs biasanya terjadi
pada orang-orang muda tanpa penyakit paru-paru parenchymal atau
terjadi dalam ketiadaan cedera traumatis dada atau paru-paru
2. Pneumothoraks spontan sekunder: terjadi dalam kehadiran penyakit
paru-paru, emfisema terutama, tetapi juga dapat terjadi dengan
tuberkulosis (TB), Sarkoidosis, cystic fibrosis, keganasan, dan fibrosis
paru
3. Traumatis: bentuk paling umum dari Pneumotoraks dan hemothorax,
disebabkan oleh trauma dada terbuka atau tertutup terkait dengan
cedera tumpul atau menembus. (Matt Vera: 2012)
Patofisiologi
➢ Pneumotoraks dapat disebabkan oleh trauma dada yang dapat
mengakibatkan kebocoran / tusukan / laserasi pleura viseral.
Sehingga paru-paru kolaps sebagian / komplit berhubungan dengan
udara / cairan masuk ke dalam ruang pleura. Volume di ruang
pleura menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan
intra toraks. Jika peningkatan tekanan intra toraks terjadi, maka
distress pernapasan dan gangguan pertukaran gas dan menimbulkan
tekanan pada mediastinum yang dapat mencetuskan gangguan
jantung dan sirkulasi sistemik.
PATHWAY
Manifestasi Klinis
➢ Tanda dan gejala umum:
1. Sesak napas berat
2. Takipnea, menggunakan otot napas tambahan
3. Nyeri dada unilateral, terutama diperberat saat napas dalam dan batuk
4. Pengembangan dada tidak simetris
5. Sianosis.
Komplikasi
❖ Tension pneumathoraks dapat menyebabkan
pembuluh darah kolaps, akibatnya pengisian jantung
menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru
yang sehat juga dapat terkena dampaknya.
Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan
dispnea berat. Kematian menjadi akhir dari
pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.
Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penujang pada Tension Peumotoraks,
antara lain:
1. Foto Toraks PA :
2. Analisa Gas Darah
3. Pemeriksaan Computed Tomografi (CT-scan)
4. Pemeriksaan Endoskopi (torakostomi)
1. Pengkajian Umum
Asuhan Keperawatan
Klien tampak sakit berat, ditandai dengan wajah pucat, nafas sesak.
2. Pengkajian AVPU (Kesadaran)
Untuk menentukan tingkat kesadaran klien dapat digunakan perhitungan Glassglow Coma Scale (GCS). Untuk klien dengan
gangguan tension pneumothoraks, biasanya kesadaranya menurun. Dapat juga dinilai melalui cara berikut :
A=Alert
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
V=Verbal
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
P = Pain
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada
tulang dada.
U = Unrespon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak
bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
LANJUTAN
3. Riwayat penyakit : 4. Primary Survey
➢ Keluhan utama Airway:
➢ Riwayat penyakit dahulu ➢ Assessment
➢ Riwayat penyakit keluarga ➢ Management
➢ Breathing
➢ Circulation
LANJUTAN
5. Secondary Survey
➢ Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan
metode SAMPLE
➢ Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan fisik
Diagnose, intervensi
A. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan
ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi
udara/cairan.
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pola
pernapasan menjadi efektif
Kriteria hasil:
Frekuensi pernapasan reguller, pola pernapasan normal, tidak
menggunakan alat bantu napas, cuping hidung dan ekspritasi
abdominal, pengembangan dada normal, kulit lembab/tidak
sianosis
LANJUTAN
Intervensi:
1) Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan
2) Jelaskan pada klien tentang etiologi atau factor pencetus adanya sesak atau
kolaps paru-paru
3) Ajarkan pasien bernapas dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan
dalam
4) Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1-2 jam
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan (dokter, radiologi, fisioterapi)
6) Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dyspnea atau perubahan
tanda-tanda vital
LANJUTAN
B. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekresi kental

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam jalan napas lancer/normal

Kriteria hasil: Pasien mampu batuk efektif, tidak ada bunyi napas tambahan, Ronchi, vocal fremitus normal,
suara paru-paru resonan, klien nyaman.

Intervensi:

1) Berikan cairan (air hangat)

2) Ajarkan klien tentang batuk efektif

3) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk efektif dan mengapa terdapat penumpukan secret disaluran
pernapasan

4) Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk

5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, radiologi, fisioterapi)


C. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil:
Nyeri berkurang (skala nyeri 2-3), pasien tidak tampak menyeringai, tidak ada nyeri tekan didaerah ICS 7-8, pasien tidak
gelisah
Intervensi:
1) Ajarkan distraksi dan relaksasi: tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan
intensitas nyeri dan juga tingkatan relaksasi masase
2) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasi
3) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi nyaman misalnya waktu tidur belakang
pasien dipasang bantal kecil
4) Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung
5) Kolaborsi dengan dokter pemberian analgetik
6) Observasi tingkat nyeri dan respon motorik 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektifitas
nya. serta setiap 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari
8. Implementasi
a. Memberikan pengertian tentang penyakitnya
b. Menganjurkan klien untuk batuk efektif
c. Mengkaji pernapasan klien kecepatan, irama, kedalaman serta penggunaan
alat bantu pernapasan
d. Mengobservasi tanda-tanda vital
9. Evaluasi
a. Klien pulang dengan tidak ada keluhan, pola nafas efektif
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi
c. Selama dalam perawatan injury atau trauma tidak terjadi
d. Rasa cemas teratasi
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai