Anda di halaman 1dari 19

Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

Disusun oleh :
Zerindika A.Riyanto (A.20.0055)

Dosen Pembimbing : Husni Mubarok, SP., M.Si

SEKOLAH
TINGGI ILMU
PERTANIAN
(STIPER) BELITANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah ekonomi makro islam .

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


keseimbangan ekonomi dua sektor, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. kami
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Belitang, 22 Mei 2021

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor.............................................................................3
2.2 Hubungan Antara konsumsi dan Pendapatan................................................................3
2.3 Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung..............................................................4
2.4 Fungsi Konsumsi dan Tabungan...................................................................................4
2.5 MPC dan MPS Kecondongan........................................................................................6
2.6 Investasi.........................................................................................................................9
2.7 Investasi, Keuntungan, dan Suku Bunga.......................................................................11
2.8 Tingkat Pengembalian Modal........................................................................................12
2.9 Penentuan Tingkat Ekonomi.........................................................................................13
2.10 Perubahan Keseimbangan Dan Multilier.....................................................................14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam


mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam
perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan dan
sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta,
dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.

Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa


dilakukan dengan membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk
melihat bagaimana perubahan pendapatan terhadap tingkat pengeluaran
konsumsi dan tabungan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengetian keseimbangan ekonomi dua sektor ?
2. Bagaimanan hubungan antara konsumsi dan pendapatan ?
3. Bagaimana kecondongan mengkonsumsi dan menabung ?
4. Bagaimana fungsi konsumsi dan menabung ?
5. Apa yang di maksud dengan MPC dan MPS kecondongan ?
6. Apa yang di maksud dengan Investasi?
7. Apa yang dimaskud dengan investasi, keuntungan, dan suku bunga ?
8. Bagaimana tingkat pengembalian modal ?
9. Bagaimana tingkat penentu kegiatan ekonomi?
10. Bagaimana perubahan keseimbangan dan multiplier ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian keseimbangan ekonomi dua sektor
2. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi dan pendapatan
3. Untuk mengetahui bagaimana kecondongan mengkonsumsi dan menabung
4. Untuk mengetahui bagaimana fungsi konsumsi dan menabung
5. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan MPC dan MPS
kecondongan

6. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Investasi


7. Untuk mengetahui apa yang dimaskud dengan investasi, keuntungan, dan
suku bunga
8. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengembalian modal
9. Untuk mengetahui bagaimana tingkat penentu kegiatan ekonomi
10. Untuk mengetahui bagaimana perubahan keseimbangan dan multiplier

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor


rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti dalam perekonomian yang terdiri
dimisalkan tidak terdapat kegiatan pemerintah maupun perdagangan luar
negeri. Aliran-aliran pendapatan yang terdapat dalam perekonomian itu
dimisalkan tidak terdapat kegiatan pemerintah maupun perdagangan luar
negeri. Adapun sifat sirkulasi aliran pendapatan mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :

a. Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki


rumah tangga. Faktor-faktor produksi tersebut memperoleh pendapatan
berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung.
b. Sebagian besar pendaptan yang di terima rumah tangga akan digunakan
untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan oleh sektor perusahaan.
c. Sisa-sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk
mengkonsumsi akan ditabung dalam institusi-institusi keuangan.
d. Pengusaha yang ingin melakukan investasi akan meminjam tabungan
rumah tangga yang dikumpulkan oleh institusi-institusi keuangan.

2.2 Hubungan antara konsumsi dan pendapatan

Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran


pendapatan rumah tangga (secara seunit kecil atau keseluruhan ekonomi).
Yang terpenting adalah pendapatan rumah tangga. Dalam hubunga antara
konsumsi dan pendapatan adalah semakin sedikit pendapat yang diperoleh
oleh rumah tangga, maka akan mempengaruhi rumah tangga tersebut untuk
mengorek tabunngan dimasa lalu.

3
Apabila semakin besar pendapatan rumah tangga yang diperoleh akan
mempengaruhi pengeluaran konsumsi tersebut justru ia akan mampu
menabung. Adapun ciri-ciri yang hubuangan antara konsumsi dan pendapatan
antara lain :

a. Pada pendapatan yang rendah rumah tangga akan mengorek tabungan


b. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi
c. Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung

2.3 Kecondongan mengkonsumsi dan menabung

Untuk memahami dengan lebih baik sifat hubungan di antara


pendapatan dengan konsumsi, dan dengan tabungan perlulah diterangkan dua
konsep penting berikut :

a. Kecondongan mengkonsumsi

Konsep kecondongan mengkonsumsi perlu dibedakan menjadi dua,


yaitu : kecondongan mengkonsumsi marginal (MPC) yang didefinisikan
sebagai perbandingan pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan
penambahan pendapatan (ΔYd). Dan kecondongan mengkonsumsi rata-
rata (APC) didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat konsumsi
(C) dengan tingkat pendapatan ketika konsumsi (Yd) tersebut dilakukan.

b. Kecondongan menabung

Konsep kecondongan menabung juga perlu dibedakan menjadi dua


istilah : kecondongan menabung marjinal (MPS) yang didefinisikan
perbandingan sebagai perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS)
dengan pertambahan pendapatan (ΔYd). Dan kecondongan menabung
rata-rata (APS) yang menunjukkan perbandingan di antara tabungan (S)
dengan pendapatan (Yd).

2.4 Fungsi konsumsi dan tabungan

Dalam analisis makro ekonomi yang lebih penting bukanlah


melihat konsumsi dan tabungan sesuatu rumah tangga, tetapi melihat
kepada konsumsi dan tabungan semua rumah tangga dalam perekonomian.

4
Pengeluaran konsumsi dari semua rumah tangga dalam
perekonomian dinamakan konsumsi agregat dan tabungan semua rumah
tangga disebut dengan tabungan agregat. Adapun fungsi konsumsi adalah
suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat
konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
perekonomian tersebut.

Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat


hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian
dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.

PENDAPATAN, KONSUMSI DAN TABUNGAN (DALAM


TRILIUN RUPIAH)

Pendapatan
Nasional       

(Y) Konsumsi (C) Tabungan (S)

0 90 -90

120 180 -60

240 270 -30

360 360 0

480 450 30

600 540 60

720 630 90

840 720 120

960 810 150

1080 900 180

1200 990 210

Berdasarkan kepada data yang terdapat dalam tabel dalam gambar


ditunjukkan fungsi konsumsi di gradik (a) dan fungsi tabungan di grafik
(b). Dalam grafik (a) sumbu tegak menggambarkan tingkat konsusi dan
sumbu datar menggambarkan pendapatan nasional. Sedangkan dalam
grafik (b), sumbu tegak menggambarkan tingkat tabungan dan sumbu
datar menggambarkan pendapatan nasional. Sesuai dengan data yang
terdapat daalam tabel, ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan yang
digambarkan dalam gambar adalah sebagai  

2.4.1 Tabel menunjukkan bahwa pada pendapatan nasional=0,


konsumsi rumah tangga berjumlah Rp.90 triliun, tabungan ialah Rp.90
triliun. Berdasarkan kepada data ini fungsi konsumsi dalam grafik (a) akan
bermula pada nilai Rp 90 triliun di sumbu tegak (yang menggambarkan
tingkat konsumsi) dan fungsi tabungan dalam grafik (b) akan bermula
pada nilai Rp 90 triliun di sumbu tegak.

2.4.2 Tabel 4.1 telah menunjukkan bahwa MPC=  0,75 dan MPS=
0,25, yaitu setiap pertambahan pendapatan nasional sebanyak Rp. 90
triliun (MPC x pertambahan pendapatan nasional) dan tabungan sebanyak
Rp. 30 triliun (MPS x pertambahan pendapatan nasional). Nilai MPC dan
MPS tersebut akan menentukan tingkat kecondongan fungsi konsumsi dan
fungsi tabungan.

2.5 MPC dan MPS dan Kecondongan

2.5.1 Fungsi konsumsi dan tabungan

Dalam menerangkan ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan


telah dinyatakan bahwa nilai MPC akan menentukan kecondongan
fingsi konsumsi dan nilai MPS akan memetukan kecondongan
fungsi tabuhngan. Hal itu dapat di buktikan dengan melihat kepada
akibat sari pergerakan di antara dua titik fungsi konsumsi dan
fungsi tabungan.

2.5.2 MPC dan kecondongan funsi konsumsi


Dalam gambar titik A menggambarkan bahwa pendaptan
nasional adalah Rp.360 triliun dan konsumsi adalah Rp 360 triliun.
Sedangkan titik B menggambarkan pendapatan nasional bernilai
Rp 600 triliun sedangkan nilai konsumsi adalah Rp. 540 triliun.
Dengan demikian, pergerakan dari titik A ke titik B
menggambarkan :

a. Pendapatan nasioan bertambah sebanyak Rp 240 triliun


b. Konsumsi rumah tangga bertambah sebanyak Rp 180 triliun

Perubahan tersebut menunjukkan bahwa kecondongan


fungsi konsumsi adalah 180/240 = 0,75. Nilai ini adalah sama
dengan nilai MPC, dan berarti  kecondongan fungsi konsumsi
adalah sama dengan nilai MPC.

2.5.3  MPS dan kecondongan fungsi tabungan

Dalam gambar (b) titik D menunjukkan tingkat tabungan


adalah nol (s=0) apaila pendapatan  nasional adalah sebanyak Rp.
360 triliun. Seterusnya titik E menggambarkan ketika tabungan
mencapai Rp 60 triliun pendaptan nasional adalah sebanyak Rp
600 triliun. Dengan demikian pergerakan dari titik D ke E
menggambarkan :

a. Pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp 240 triliun


b. Tabungan bertambah sebanyak Rp 60 triliun

Perubahan itu berarti kecondongan tabungan adalah :


60/240 = 0,25. Nilai ini sama dengan nilai MPS dan berarti
kecondongan fungsi tabungan adalah sama dengan nilai MPS.

2.5.4  Persamaan Fungsi Konsumsi dan Tabungan

Fungsi konsumsi dan tabungan, di atas digambarkan dalam


bentuk kurva, juga dapat dinyatakan dalam persamaan aljabar.
Persamaan al-jabar untuk fungsi konsumsi dan tabungan adalah
seperti dinyatakan dalam persamaan yang dinyatakan di bawah ini:

a. Fungsi konsumsi ialah : C = a + bY


b. Fungsi tabungan ialah : S = -a + (1-b)Y

7
Di mana a adalah konsumsi rumah tangga pada ketika
pendaptan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi
mrginal, c adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat
pendapatanb nasional. Adakalanya fungsi konsumsi dan tabungan
menunjukkan hubungan di antara konsumsi atau tabungan dengan
pendapatan disposibel Yd. Persamaan untuk hubungan sperti itu
adalah :

a. Fungsi konsumsi : C = a + b Yd
b. Fungsi tabungan : S = -a + (1 – b) Yd.

Dalam coontoh yang di tunjukkan dalam tabel 4.5 dan


digambarkan dalam tabel 4.1 nilai a = Rp 90 triliun dan b adalah
0,75. Maka persamaan fungsi konsumsi dan tabungan adalah :

a. Fungsi konsumsi : C = 90 + 0,75Y


b. Fungsi tabungan : S = -90 + 0,25Y.

5.2.1 PENENTU-PENENTU KONSUMSI DAN TABUNGAN

a. Kekayaan Yang Telah Terkumpul

Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau


tabungan yang banyak sebagai akibat usaha dimasa lampau.

b. Suku Bunga

Suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan


yang di peroleh dari melakukan tabungan. Rumah tangga
akan membuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bunga
tinggi karena lebih banyak bunga yang akan diperoleh.

c. Sikap Berhemat

Dalam masyarakat seperti APC dan MPC adalah


lebih rendah, tetapi juga ada pula yang mempunyai
kecenderungan mengkonsumsi yang tinggi.

8
d. Keadaan Perekonomian

Dalam perekonomianyang tumbuh dengan teguh


dan tidak banyak pengangguran, masyarakat
berkecenderungan melakukan perbelanjaan yang lebih
aktif. Mereka lebih cenderung berbelanja lebih banyak pada
masa kini dan kurang menabung.

e. Distribusi pendapatan

Dalam masyarakat yang distribusi pendapatan yang


tidak merata, lebih banyak tabungan yang akan diperoleh.

f. Tersedia Tidaknya Dana Pensiun Yang Mencukupi

Apabila pendapatan dari pension besar jumlahnya, para


pekerja tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang
banyak pada masa bekerja dan ini menaikantingkat
konsumsi.

2.6 Investasi ( Penanaman Modal)

2.6.1 Definisi Investasu dan Penentu-penentunya

Sering terdapat kekeliruan dalam masyarakat berkaitan


dengan istilah investasi. Suatu perusahaan asuransi, mmisalnya,
membeli saham-saham perusahaan di pasaran saham. Tindakan ini
tidak dapat di pandang sebagai investasi. Begitu juga seseorang
yang menggunakan tabungannya untuk membeli saham perusahaan
atau tanah selalu dikatakan sebagai “melakukan investasi”. Dalam
analisis makro ekonomi tindakan individu atau perusahaan asuransi
tersebut membeli saham tidak di pandang sebagai investasi.

Investasi yang lazim di sebut juga dengan istilah


penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen
kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Apabia para
pengusaha menggunakan uang  tersebut untuk membeli barang-
barang nodal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi.

9
Dengan demikian, istilah investasi dapat di artikan sebagai
pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal atua perusahaan
untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang  tersedia dalam
perekonomian. Penambahan jumlah barang modal ini
memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak
barang dan jasa di masa yang akan mendatang. Adakalanya
penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang
modal yang lama yang telah haus dan perlu didepresiasikan.

Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatat nilai


penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang
digolongkan sebagai investasi ( atau pembentukan modal atau
penanaman modal) meliputi pengeluaran-pengeluaran sebagai
berikut :

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan


peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis
industri dan perusahaan.
b. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan
kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
c. Pertumbuhan nilai stok barang-barang yang belum terjual,
bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi
pada kahir tahun perhitungan pendapatan nasional.

Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut


dinamakan investasi bruto, yaitu meliputi investasi untuk
menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan
mengganti barang modal yang telah diapresiasikan. Apabila
investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat
investasi neto.

2.6.2 Penentu-penentu tingkat investasi

Faktor – faktor utama yang menentukan tingkat investasi :

a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh


b. Tingkat bunga
c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan
d. Kemajuan tekhnologi

10
e. Tingkat pendapendapatan nasional dan perubahan-
perubahanya.
f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan – perusahaan.

2.7 Investasi, Keuntungan, dan Suku Bunga

Walupun faktor-faktor yang menentukan jumlah investasi para


pengusaha meliputi beberapa faktor, dua diantaranya mempunyai
kesanggupan untuk menerangkan sebab-sebabnya perubahan investasi yang
lebih penting dibanding faktor- faktor lainnya, faktor terebut adalah tingkat
keuntungan yang diramalkan dan suku bunga.

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan


gambaran kepada beberapa pengusaha menegnai jenis-jenis investasi yang
mempunyai prospek baik untuk dilaksanakan dan besarnya investasi yang
harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang di
perlukan. Sedengkan suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan
memberikan keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para
pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modaldari
investasi yang dilakukan, yaittu presentasi keuntungan yang diperoleh
sebelum dikurangi bunga uang yang di bayar, lebih besar dari bunga. Oleh
sebab itu dalam analisis makro ekonomi, analisis mengenai investasi lebih
ditekankan kepada menunjukkan peranan suku bunga dalam menentukan
tingkat investasi dan akibat perubahan suku tabungan ke atas investasi dan
pendapatan nasional.

Walaupun seseorang pengusaha memiliki tabungan yang cukup, dan


oleh karenanya tidak perlu meminjam dari suatu lembaga keuangan untuk
membiayai investasi yang ingin dilaksanakan, hal itu belumlah merupakan
syarat yang cukup bagi terciptanya kegiatan investasi. Pengusaha tersebut
mempunyai dua pilihan dalam menggunakan tabungannya, yaitu :
meminjamkan atau membungakan uang tersebut, atau menggunakan untuk
investasi.  Di dalam keadaan di mana presentasi pengembalian modal yang
akan diperolehnya adalah lebih kecil dari suku buang, adalah lebih baik bagi
pengusaha tersebut untuk membungakan uangnya dan membatalkan
maksudnya untuk melakukan investasi. Kalau ia harus meminjam uang dari
suatu lembaga keuangan, pengusaha itu harus bertindak dengan lebih berhati-
hari lagi.

11
Investasi yang direncanakannya, hanya akan dilaksanakan apabila tingkat
keuntungan akan diperolehnya adalah lebih besar dari suku bunga yang harus
dibayarnya. Hanya dalam keadaan seperti itu pengusaha tersebut akan
memperoleh keuntungan dari usahanya.

2.8 Tingkat Pengembalian Modal

Pendaptan yang diterima dari suatu kegiatan menanam modal biasanya


akan diterima dalam beberapa tahun. Mungkin dalam dua tahun pertama
keuntungan belum diperoleh, dan baru semenjak tahun ketiga hasil penjualan
melebihi pengeluaran. Seterusnya, walupun keuntungan dalam tiga tahun
adalh samam dengan tahun keenam (misalnya jumlahnya adalah Rp 100 juta),
dari segi pandangan perusahaan nilai keuntungan sebenarnya adalah berbeda.
Keuntungan di tahun ketiga adalah lebih bernilai dari keuntungan di tahun
keenam, oleh karena niali sekarang dari keuntungan tersbeut berbeda.

Menghitung nilai sekarang, menghitung niali sekarang dari pendaptan


yang diperoleh di masa depan atau menghitung tingkat pengembalian modal
(keuntungan) merupakan cara yang digunakan perusahaan-perusahaan untuk
menilai kesesuaian dari sesuatu investasi yang akan dilakukan. Suatu kegiatan
investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang
pendapatan dimasa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal
yang diinvestasikan.

Menentukan tingkat pengembalian modal cara lain untuk mementukan


apakah sesuatu investasi merupakan kegiatan yang menguntungkan atau
merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian modal
dari investasi tersebut, yang menggambarkan persen tingkat keuntungan rata-
rata per tahun dari modal.

Penentu-penentu investasi yang lain :

a. ramalan keadaan perekonomian di masa depan


b. perubahan dan perkembangan teknologi
c. efek pertumbuhan pendapatan nasional
d. keuntungan perusahaan

12
2.9 Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi

Dalam perekonomian tidak terdapat kekurangan permintaan, menurut


pandangan ahli-ahli ekonomi klasik dimana tingkat kegiatan ekonomi akan di
capai tergantung kepada kemampuan sektor perusahaan untuk memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa. Kesanggupan ini dibatasi oleh banyaknya faktor
produksi yang tersedia dalam perekonomian itu. Oleh sebab itu menurut ahli-
ahli ekonomi klasik sampai dimana sesuatu perekonomian dapat
memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus berikut :

Y = f (K,L,Q,T)

Keterangan :

Y         : Pendapatan nasional

K         : Jumlah seluruh barang modal

L          : Jumlah seluruh tenaga kerja

Q         : Jumlah kekayaan alam yang di gunakan

T          : Tingkat teknologi yang digunakan

 Keseimbangan perekonomian Negara

Keseimbangan Perekonomian Negara adalah suatu keadaan


dimana perekonomian menjadi seimbang jika pendapatan nasiolanal
sama dengan pengeluaran agrerat dan investasi sama dengan tabungan.

Y=C+I

I = S

13
Untuk menunjukan proses penentuan tingkat keseimbangan
perekonomian Negara dapat digunakan 3 cara yaitu :

1. Dengan menggunakan contoh angka pendapatan nasional dan


perbelanjaan agregat
2. Dengan menggunakan grafik yang menunjukan:

(a) kesamaan perbelanjaan agregat dengan penawaran agregat, dan

(b) kesamaan diantara investasi dan tabungan.

3. Dengan menggunakan cara pembuktian secara aljabar

2.10 Perubahan Keseimbangan dan Multiplier

Dari satu priode ke priode lainya keseimbangan pendapatan


nasional akan selalu mengalami perubahan, dalam perekonomian dua
sector perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan dalam investasi,
perkembangan teknologi, misalnya akan menambah investasi dan investasi
yang bertambah akan memindahkan pengeluaran agregat keatas.

Analisis mengenai multiplier bertujuan untuk menerangkan


pengaruh dari kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat ke
atas tingkat keseimbangan dan terutama ke atas tingkat pendapatan
nasional.

14

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perekonomian dua sektor atau perekonomian sederhana adalah suatu


perekonomian yang hanya terdiri  dari sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan. Tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh jumlah dan mutu
daripada faktor-faktor produksi. Menurut Keyness tingkat kegiatan ekonomi
ditentukan oleh besarnya pengeluaran agregat yang dilakukan masyarakat.
Pengeluaran agregat tersebut akan menentukan sampai dimana sektor
perusahaan harus melakukan kegiatannya untuk memproduksikan barang-
barang dan jasa-jasa.

Dari sifat perputaran aliran pendapatan yang terdapat dalam gambar itu
dapat diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatannya mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :

a. Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang


dimiliki sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga
akan memperoleh aliran pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga
dan untung.
b. Sebagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor
rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
c. Sisa dari berbagai jenis rumah tangga yang tidak digunakan untuk
pengeluaran konsumsi akan ditabung dalam badan-badan keuangan.
d. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan
investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan
keuangan dari sektor rumah tangga.

15

DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2003)

Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta:Rajawali Pers,2016)

Sadono Sukirno, Makroekonomi edisi kedua (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,


1999)

http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html

16

Anda mungkin juga menyukai