Anda di halaman 1dari 19

Dasar Pemahaman Agroekosistem

Disusun oleh Kelompok 1 :

1. Abdi Putra (A.20.0073)


2. Angellita Saputri (A.20.0013)
3. Dicha Cahyo Komrija (A.20.0062)
4. Duwi Andriani (A.20.0060)
5. Fiana Laila (A.20.0007)
6. Ike Sentia (A.20.0015)
7. Mega Puspita (A.20.0020)
8. Reza Agustina (A.20.0023)
9. Yeri Septidi (A.20.0086)
10.Vika Febriyani (A.20.0014)
11. Yeri Septidi (A.20.0086)
12. Zerindika A.Riyanto (A.20.0055)

Dosen Pembimbing : Imam Mukhtasor, SP., M.Si

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


(STIPER) BELITANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Agroekosistem.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Dasar
Pemahaman Agroekosistem, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Saya
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Belitang, 19 Juni 2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A.    Latar Belakang..........................................................................................1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................1
C.     Tujuan......................................................................................................2
D.    Manfaat.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A.    Konsep Agroekosistem.............................................................................3
B.     Komponen Agroekosistem.......................................................................4
C.     Tipe Agroekosistem...............................................................................12
D.    Interaksi Antar Komponen Dalam Agroekosistem................................14
BAB III PENUTUP.....................................................................................15
A.    Kesimpulan.............................................................................................15
B.     Saran.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertanian dapat dianggap sebagai suatu usaha intuk mengadakan suatu
ekosistem buatan yanga bertugas menyediaakan bahan makanan bagi
manusia.Untuk mendapatkan produksi yang optimal seperti yang diharapkan,
banyak hal yang perlu diperhatikan dalam bertani, diantaranya adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi dan teknik tepat dalam bertani. Untuk mengetahui
bagaimana teknik dan perlakuan yang tepat dalam bertani, maka sudah barang
tentu kita harus mengetahui ban memahami sifat, dan kejadian apa saja yang
terjadi baik pada tanaman itu sendiri maupun pada lingkungan sekitarnya.
Untuk dapat memahami bagaimana hubungan yang terjadi antara suatu
organisme dengan lingkungannya, dan pegaruh-pengaruhnya terhadap
pertanian, maka kita peril mempelajari Ekologi pertanian, yakni siatu ilmu
yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi didalam merancang, mengelola, dan
mengevaluasi sistem pertanian yang produktif dan lestari, yang disana akan
dipelajari tentang agroekosistem.Pertanian sebagai suatu ekosistem buatan,
mempunyai hubungan saling emempengaruhi antara makhluk hidup dan
lingkungan sekitarnya, baik yang menguntungkan bagi pertanian itu sendiri
mauun yang merugikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep agroekositem.
2. Komponen apa saja yang ada dalam agroekosistem.
3. Apa saja tipe agroekosistem.
4. Bagaimana interaksi komponen-komponen dalam agroekosistem.

1
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep agroekosistem.
2. Mengetahui komponen-komponaen dalam agroekosistem.
3. Mengetahui tipe-tipe agroekosistem.
4. Mengetahui dan memahami interaksi yang terjadi antara komponen-
komponen dalam agroekosistem.

D. Manfaat
Semoga makalah ini dapat menjadi pelajaran dalam menjalankan
pertanian dan dapat bermanfaat dalam proses perkuliahan baik bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Agroekosistem
Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang
berhubungan dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah
diubah oleh manusia untuk menghasilkan Pangan, pakan, serat, kayu bakar,
dan produk- produk lainnya.
Pengertian lain tentang agroekosistem adalah, bahwa agroekosistem
merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang bertujuan
menghasikan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia.
Konsep agroekosistem adalah sistem ekologi yang terdapat didalam
lingkungan pertanian, yang biasanya merupakan sistem alami yang terjadi
setelah dibentuk oleh manusia.
Atau dalam arti lain agroekosistem adalah suatu kawasan tempat
membudidayakan makhluk hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di
dalamnya serta material lain yang saling berinteraksi. Agar lebih mudah
difahami, dapat diartikan lahan pertanian dalam arti luas, termasuk
kedalamnya hutan produksi dengan komoditas tanaman industry (HTI),
kawasan peternakan dengan lading penggembalaan serta tambak-tambak ikan.
Seperti yang kita ketahui, di dalam suatu ekosistem tentunya terdapat
berbagai komponen, dari yang abiotic sampai dengan yang biotik. Di dalam
agroekosistem juga demikian, dan antara komponen-komponen tersebut
menjalin interaksi satu sama lain yang apabila interaksi tersebut normal, akan
terjadi sebuah keseimbangan ekosistem dan sebaliknya apabila tidak normal,
atau ada salah satu di ntara komponen tersebut yang jumlahnya melampaui
batas, missal meledaknya hama maka interaksinya akan terganggu dan tidak
akan seimbang.

3
B. Komponen Agroekosistem
Agroekosistem meliputi seluruh komponen ekosistem yang berada di

lingkungan pertanian, yang meliputi:

1. Komponen abiotic

 Air

Tak kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri akan

air. Oleh sebab itu, air merupakan salah satu komponen abiotic yang

sangat menentukan kelangsungan hidup organisme.

Jika kita perhatikan berbagai daerah di skitar kita, maka ada

daerah yang kaya akan air, tetapi ada pula yang kering. Perbedaan

keadaan tersebut menyebabkan cara adaptasi berbeda-beda.

Di dalam agroekosistem, perbedaan keadaan lahan yang berair

dengan lahan kering memiliki penanganan yang berbeda dan tentunya

berbeda dalam segi varietas tanaman yang ditanam.

 Tanah
Tanah merupakan tempat hidup seluruh kehidupan.Sebagian
besar penyusun makhluk hidup baik langsung maupun tidak langsung
berasal dari tanah.Oleh sebab itu tak mungkin ada kehiduan tanpa
adanya tanah.
Karena sebagian besar kebutuhan makhluk hidup berasal dari
tanah, maka perkembangan suatu ekosistem, khususnya ekosistem
darat seperti pertanian dan sebagainya sangat dipengaruhi oleh
kesuburan tanahnya.

4
Tanah yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan
kebutuhan organisme, yaitu banyak kandungan unsur hara makro dan
mikro-nya, cukup remah, dan mengandung biomass yang berguna
bagi tanaman dan tanah itu sendiri khususnya.

 Udara
Udara atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer
bumi.Gas-gas di atmosfer ini disamping sebagai selimut bumi, juga
sebagai sumber berbagai unsur zat tertentu, seperti oksigen,
karbondioksida, nitrogen dan hidrogen.
Di atmosfer, udara juga merupakan komponen utama tanah.
Tanah yang cukup pori/rongganya akan baik pertukaran udara atau
aerasinya. Tanah yang baik aerasinya akan baik proses
mineralisasinya. Dengan demikian komponen udara di atmosfer
maupun di tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal
ini akan berpengaruh pada tanaman.

 Cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotic yang
berfungsi sebagai sumber energi primer bagi ekosistem. Seperti yang
kita ketahui, pada aliran energy yang bersumber dari matahari yang
kemudian diserap dan digunakan tanaman ataupun tumbuhan dalam
proses fotosintesis. Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumen I,
dan seterusnya sebagaimana yang kita lihat pada rantai
makanan.Penyebaran cahaya matahari ke permukaan bumi tidaklah
merata. Oleh sebab itu, organisme mempunyai cara menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya
berbeda.

5
 Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu,
hal itu karena pada setiap tubuh makhluk hidup akan berlangsung
proses kimia yang berkitan erat dengan suhu. Tak terkecuali pada
tanaman, yang juga memerlukan suhu optimum untuk metabolisnya.
Tinggi rendahnya suhu suatu lingkungan mempengaruhi varietas apa
yang cocok untuk di tanam di sana.
Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur
hara teganggu, karena transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air
ini terus-menerus tanaman akan rusak. Suhu rendah pada kebanyakan
tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas, bunga
dan buah.Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman akibat
suhu rendah tergantung pada keadaan air, keadaan unsur hara,
morfologis dan kondisi fisiologis tanaman. Pada suhu maksimum,
jaringan tanaman akan mati. Suhu yang baik untuk tanaman dalah
suhu maksimum.

 Kelembapan
Kelembapan adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara
mempunyai pengaruh yang besar terhadap keersediaan air dalam
tubuh. Tersedianya air dalam tubuh berperan besar dalam menunjang
proses metabolisme. setiap organisme mempunyai kemampuan untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang kelembapannya berbeda-beda.
Dengan begitu, tingkat kelembapan pada suatu wilayah akan
mempengaruhi jenis varietas, OPT, kondisi tanah, dan
penanganannya tentunya.

6
 Arus angina
Arus angin mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perikehidupan tumbuhan.Di samping itu, arus angin juga berpengaruh
dalam menjaga kesuburan tanah suatu lingkungan.
Pada daerah yang arus anginnya kencang, hanya jenis
tumbuhan yang mempunai perakaran kuat dan berbatang liat yang
dapat bertahan hidup. Sedangkan tumbuhan yang perakarannya tidak
kuat dan batangnya tidak liat, maka akan mudah terangkat atau patah
oleh kencangnya angin.

 Derajat keasaman / pH
Derajat keasaman atau pH pada media memberi pengaruh yang
besar terhadap distribusi organisme. Pada lingkungan yang berbeda
pH-nya akan berbeda pula organisme yang hidup disana. Hal tersebut
karena ada beberapa jenis organisme yang hidup di medium yang
netral, da nada juga yang suka hidup di media masam dan ada pula
yang menyukai medium yang bersifat basa.
Dalam agroekosistem ataupun pertanian, berdasarkan derajat
keasamannya memiliki penanganan yang berbeda-beda.Daerah yang
memiliki derajat keasaman yang tinggi biasanya adalah daerah
gambut.

 Iklim
Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai
hasil interaksi berbagai komponenabiotik lainnya, seperti kelembapan
udara, suhu, curah hujan, dan lain-lain.
Perbedaan iklim dengan cuaca adalah, cuaca merupakan
keadaan atmosfer dalam waktu tertentu dan pada area yang
terbatas.Sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam waktu
yang lama dan dalam tempat yang luas.
7
Iklim uatu daerah sangat menentukan jenis tanaman dan hasil
produksi pertaniannya. Perubahan iklim yang tiba-tiba, akan
membuat petani kewalahan terutama dalam menentukan waktu
tanam, atau bahkan bisa berakibat gagal panen. Bukan hanya itu,
akibat iklim tertentu juga dapat menyebabkan meledaknya suatu
populasi hama, dan berakibat fatal pada tanaman budidaya petani.
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor
pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan,
hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman
secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan
gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat
disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan
penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman,
disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid,
nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi.Perkembangan hama dan
penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga
tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak
disibukkan oleh masalah penyakit tanaman sperti penyakit kresek dan
blas pada padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara pada
musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi dan
hama belalang kembara.
Pada hakikatnya, iklim sangat berpengaruh pada kesuburan ta
tanah dan tumbuhan, banyaknya tumbuhan juga berpengaruh pada
iklim, namun tanah yang subur tidak berpengaruh pada tumbuhan.

 Topografi
Topografi adalah altitude dan latitude suatu tempat.Topografi
mempunyai pengaruh besar terhadap penyebaran makhluk hidup,
yang tampak jelas adalah penyebaran tumbuhannya.

8
Demikian pada pertanian atau agroekosistem, topografi juga sangat
menentukan jenis varietas, pengelolaan lahan dan lain-lainnya.Missal
pada daerag lereng gunung, pengelolaan lahan biasanya dibuat
perundakan pada penanaman padi, atau pada daerah puncak yang
biasanya digunakan untuk perkrbunan teh.

 Garam mineral
Tumbuhan mengambil zat hara dari tanah atau air di
lingkungan berupa larutan ion garam-garam mineral. Ada
tanaman yang mampu menyerap unsur-unsur tertentu dari tanah
tanpa bantuan orgnisme lain. Namun ada juga tumbuhan yang
untuk mendapatkan suatu unsur memerlukan oranisme lain.
Misal pada tanaman atau tumbuhan polong-polongan yang
memerlukan bantuan bakteri rhizobium untuk mmengikat unsur
N dari udara.

 Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk
membunuh atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas
(jazat pengganggu). Pestisida juga merupakan factor penting
dalam fagroekosistem. Penggunaan pestisida dapat embantu
petani dalam melindungi tanamannya dari OPT, namun
pemakaian pestisida juga ada yang memberi dampak buruk, baik
bagi tanaman atau lingkungan sekitar.

9
 Teknologi
Teknologi sangat dibutuhkan dalam pertanian.Mulai dari
tahap pembenihan ada yang disebut dengan teknologi benih,
sampai dengan pemanenan dan pasca panen.Teknologi berperan
dalam menghasilkan varietas unggul demi mendaatkan haasil
produksi yang maksimal dan mampu bersaing di pasaran, serta
menciptakan pertanian yang berkelanjutan.

2. Komponen Biotik
a. Manusia
Di dalam agroekosistem ataupun ekosistem buatan manusia
yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, manusia sangat
berperan penting di dalamnya, mulai dari persiapan awal sampai
dengan pasca panen, dan bahkan sebagai konsumen hasil produksi.

b. Biota tanah
Di dalam tanah, berdasarkan berdasarkan fungsinya dalam
budidaya pertanian secara umum terdapat dua golongan jasad hayati
tanah, yaitu yang mrnguntungkan dan yang merugikan. Berdasarkan
spesifikasi fungsinya, jasad hayati tanah digolongkan menjadi:
 Jasad fungsional, contohnya bakteri nitromonas dan nitrobacter
yang berperan dalam nitrifikasi, bakteri rhizobium alam fiksasi
N-bebas, endomikoriza dalam penyediaan dan penyerapan hara P
oleh tanaman.
 Jasad nonfungsional, contohnya media decomposer bahan
organic.

10
c. Hewan ternak
Kehadiran hewan ternak seperti kerbau juga dapat menjadi
komponen yang menguntungkan dalam pertanian, terutama dalam
tipe persawahan. Kerbau dapat digunakan sebagai alat bantu manusia
dalam membajak sawah secara tradisional.

d. Pathogen
Pathogen dapat diartikan sebagai mikroorganisme yang
menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman.

e. Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau
tumbuhan yang umbuh tidak sesuai dengan tempatnya. Kehadiran
gulma pada suatu lahan pertanian menyebabkan berbagai kerugian
yakni menurunkan ngka hasil, menurunkan mutu hasil, menjadi inang
alternative hama atau patogen, mempersulitpengolahan dan
mempertinggi biaya produksi, dapat menumbuhkan zat beracun dari
golongan fenol bagi umbuhan lainnya, dan mengurangi debit dan
kualitas air.

f. Hama
Ada beberapa hama yang dikenal dalam pertanian yakni
Nematoda parasitic tanaman, serangga hama tanaman, tungau, siput,
hewan vertebrata, satwa liar dan burung.

11
C. Tipe Agroekosistem

Berdasarkan jenis sampai varietas tanaman yang ditanam, diantaranya:

a) Monokultur, yaitu satu jenis atau satu varietas tanaman saja yang di
tanam dalam agroekosistem.
b) Polikultur, yaitu penanaman lebih dari satu jenis atau varietas tanaman
dalam satu kawasan agroekosistem. Meliputi: tumpang sari (Multiple
cropping), tanam lajur (Intercropping) dan tanam bergilir lebih dari
satu jenis atau varietas tanaman (alleycropping).
Berdasarkan kondisi lahan, meliputi:
a) Lahan kering
b) Lahan basah
c) Gambut
d) Rawa
Berdasarkan penggunaan lahan, yaitu:
a) Perkebunan
Perkebunan merupakan usaha penanaman tumbuhan secara
teratur sesuai dengan ilmu pertanian dan mengutamakan tanaman
perdagangan. Perkebunan penting bagi bahan ekspor dan bahan
industri. Jenis-jenis tanaman perkebunan khususnya di Indonesia
antara lain karet, kelapa sawit, kopi, teh, tembakau, tebu, kelapa,
cokelat, kina, kapas, cengkih (Soerjani, 2007).
Pada sistem pengairan, pertanian lahan kering, kondisi
topogragfi memegang peranan cukup penting dalam penyediaan air,
serta menentukan cara dan fasilitas pengairan. Sumber – sumber air
biasanya berada pada bagian yang paling rendah, sehingga air perlu
dinaikkan terlebih dahulu agar pendistribusiannya merata dengan baik.
Oleh karena itu, pengairan pada lahan kering dapat berhasil dan efektif
pada wilayah yang datar datar – berombak (Kurnia, 2004).

12
b) Persawahan
Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah
atau dengan pengairan. Bersawah merupakan cara bertani yang lebih
baik daripada cara yang lain, bahkan merupakan cara yang sempurna
karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan dibajak, diairi
secara teratur, dan dipupuk (Rustiadi, 2007).
Sawah bukaan baru dapat berasal dari lahan kering yang
digenangi atau lahan basah yang dijadikan sawah. Hara N, P, K, Ca,
dan Mg merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada lahan
sawah bukaan baru. Hara N, P dan K merupakan pembatas
pertumbuhan dan hasil padi pada ultisol (Widowati et al., 1997).
Lahan untuk sawah bukaan baru umumnya mempunyai status
kesuburan tanah yang rendah dan sangat rendah.Tanah-tanah di daerah
bahan induknya volkan tetapi umumnya volkan tua dengan
perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin hara, dengan kejenuhan
basa rendah bahkan sangat rendah.Kandungan bahan organik, hara N,
P, K dan KTK umumnya rendah (Suharta dan Sukardi, 1994).
Padi (oryza sativa l) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-
tropis.Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi
lahan tempat penanaman sangat penting.Oleh karena air menggenang
terus- menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan
menahan air yang tinggi, seperti tanah yang lempung.
c) Ladang
d) Agriforestri (hutan tanaman)
Agroforesty kompleks (Van Noordwijk et al, 1995). Praktek
agrikultur dengan intensitas rendah seperti perladangan berpindah,
pekarangan tradisional, talun, rotasi lahan, menyisakan banyak proses
ekosistem alami dan komposisi tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme.
13
Sistem dengan intensitas tinggi, termasuk perkebunan modern
yang seragam dan peternakan besar, mungkin merubah ekosistem
secara keseluruhan sehingga sedikit sekali biota dan keistimewaan
bentang alam sebelumnya yang tersisa (Karyono, 2000).

e) Kebun/pekarangan campuran
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan
dengan sebuah bangunan.Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk
berkebun, ditanami bunga atau terkadang memiliki kolam. Pekarangan
bisa berada di depan, di belakang, disamping sebuah bangunan,
tergantung besar sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk
bangunan utamanya (Anonim, 2009).
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan
kehidupan yang saling menguntungkan.Sebagian dari tanaman
dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan sebagian lagi untuk manusia,
sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang untuk
menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan demikian, hubungan antara
tanah, tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia sebagai unit-unit di
pekaranagn merupakan satu kesatuan terpadu (Pratiwi, 2004).

D. Interaksi Antar Komponen Dalam Agroekosistem

Komponen abiotik dan biotik di dalam agroekosistem saling


berinteraksi untuk mencapai keseibampangan ekosistem pertanian. Kebutuhan
pangan atau sumber nutrisi bagi faktor biotik tersedia dengan adanya faktor
abiotik tanah, air, unsur hara, dan anasir iklim yang mendukung nutrisi dalam
tanah maupun udara menjadi tersedia. Adanya daur unsur atau daur
biogeokimiawi di alam menunjukkan keterkaitan antara faktor biotik dan
abiotik.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di bab sebelumnya kita dapat menyimpulkan bahwa


agroekosistem merupakan suatu ekosistem batan manusia yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Agroekosistam mempunyai komponen-
komponen yang saling berinteraksi satu sama lain yang apabila interaksinya
tidak normal atau salah satu sari komponennya melebihi batas normal akan
mengakibatkan masalah. Dan apabila interaksi berjalan normal maka akan
tercipta suatu keseimbangan.

B. Saran
Alangkah baiknya bahasan dalam makalah kami ini tidak dijadikan
sebagai acuan satu-satunya dalam menambah wawasan mengenai
agroekosistem.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ali Hanafiah, Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajagrafindo Pers. Jakarta

Basri Jumin, Hasan. 2002 Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali


Pers. Jakarta.
http://anntok.blogspot.com/, 8 maret 2013; 16:30 WIB

Prawihartono dan Sri Hidayati, Slamet.Sains Biologi 1 SMA/MA. Bumi Aksara.


Jakarta
Taufiq Arminuddin dan Indah Permanasari, Ahmad. 2011. Ekologi Pertanian.
Suska Press: Pekanbaru.

Triharso, 2010.Dasar-dasar Perlindungan Tanaman.Gadjah Mada University


Press. Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai