Merah : Adis
“Bhinneka Tunggal Ika”, siapa yang tak kenal dengan frasa klasik tersebut? Frasa klasik yang
berpuluh-puluh tahun menjadi fondasi bagi negara yang berjuluk bumi pertiwi dan memiliki
makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Indonesia. Semboyan bangsa yang tertulis
pada kaki burung garuda ini menjadi sebuah sumber kekuatan kita untuk saling menghargai
perbedaan. Perbedaan tersebut hadir karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan
keberagaman budaya daerah sebagai akar dari budaya bangsa. Bagaimana tidak, bangsa
Indonesia terdiri atas kurang lebih 13.000 pulau yang membentang dari Sabang sampai
Merauke. Tersebarnya ribuan pulau dalam 34 provinsi ini membuat keanekaragaman suku,
ras, agama, dan kebudayaan tak terhindarkan. Keanekaragaman inilah yang menuntut
masyarakat Indonesia untuk memiliki rasa saling menghargai sehingga menjadi dasar untuk
bersatu.
Indonesia tidak lagi seperti 75 tahun silam, perputaran waktu mengantarkan kita pada
revolusi industri 4.0. Keberagaman budaya daerah pada abad ini mulai memudar. Indonesia
telah berada di zaman modern. Zaman dimana manusia memiliki kemudahan dalam segala
hal karena perkembangan teknologi yang sangat pesat. Semua kemudahan ini mengakibatkan
pergeseran budaya maupun kebiasaan manusia sebagai makhluk sosial, salah satunya adalah
membuat manusia cenderung berdiam diri dirumah menunggu apa yang dia butuhkan.
Dampaknya, manusia cenderung menjadi introvert dan sulit berkomunikasi secara fisik.
Namun, pada era modernisasi saat ini budaya berganti, gadget sebagai salah satu hasil
perkembangan teknologi telah menjadi budaya bagi sebagian masyarakat, termasuk generasi
Y atau yang biasa kita sebut dengan Generasi Milenial.
Generasi Milenial ialah generasi yang cepat menghadapi segala bentuk perubahan dan
cepat menerima segala sesuatu yang baru atau trend. Dari segi apapun itu baik dalam hal
mengikuti, meniru bahkan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya
akan menjadi budaya.
Revolusi industri 4.0 merupakan tantangan besar dalam pembentukan karakter bagi
generasi dimasa sekarang dan akan datang. Mereka harus bisa menanggapi perubahan yang
terjadi dalam bidang apapun.
Pada dasarnya, revolusi industri 4.0 memberikan pengaruh baik positif maupun
pengaruh negatif. Salah satu dampak positif dari Indusry 4.0 adalah dalam bidang teknologi
yaitu kemudahan dalam mendapatkan akses teknologi dan informasi yang dapat membantu
satu sama lain.
Beda halnya dengan dampak positif, dampak negatif lebih condong terhadap sosial
dan budaya. Masuknya pengaruh budaya luar secara perlahan dan tanpa kita sadari
keberadaannya telah banyak ditiru generasi milenial. Dapat kita lihat, perkembangan revolusi
industri 4.0 bukanlah masalah utama, tetapi generasilah yang merupakan permasalahan
utama. Berdasarkan fakta yang terjadi di tengah masyarakat, sangat banyak pengaruh luar
yang telah membudaya di negeri ini dan ditiru oleh generasi milenial di Indonesia.
Permasalahan generasi ini membutuhkan solusi agar generasi tidak melupakan dan tetap
mencintai budaya daerah.
Dari paparan diatas, kita tidak dapat menyalahkan Industry 4.0, karena bagaimanapun
teknologi akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Lalu apa yang seharusnya
dibenahi? Sikap dan moral generasinya yang sebenarnya harus dibenahi. Sikap dan moral
menjadi kunci utama dalam pembentukan karakter, atau dapat pula dikatakan sebagai fondasi
utama bagi kaum milenial. Masalahnya sebagian dari generasi milenial mangambil secara
utuh apa yang mereka lihat tanpa ada pertimbangan baik buruk pengaruhnya terhadap mereka
maupun orang-orang disekitarnya.
Melihat masalah pelik ini, besar harapan penulis agar dapat menerapkan program 3B
(Belajar Bersama Budaya) yang merupakan upaya pelestarian berbasis pendidikan budaya.
Kegiatan ini berupa kunjungan generasi milenial ke daerah-daerah yang memiliki
pembelajaran mengenai kebudayaan. Tentu saja tidak hanya berkunjung sesaat, tetapi
menetap untuk beberapa hari. Ketika generasi milenial berkunjung dan menetap selama
beberapa hari, pasti secara tidak langsug akan belajar tetang kebudayaan daerah yang
ditempati. Bahkan dapat memahami kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat.
Jadi, Era modernisasi merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama-sama oleh
generasi milenial. Kehadiran teknologi bukanlah suatu hambatan untuk tidak bisa menjaga
budaya yang kita punya. Kemajuan teknologi seharunya memudahkan manusia, bukan untuk
menghilangkan budaya yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan. Jadilah generasi cerdas.
Kita adalah solusi. Harapan kami, semoga 3B (Belajar Bersama Budaya) dapat dijadikan
sebagai langkah milenial untuk melestarikan budaya dengan pemanfaatan teknologi pada
revolusi industri 4.0.