NIM : 031215726
TTM 3 KEPEMIMPINAN
a. Faktor latar belakang sosial budaya termasuk pandangan dalam keyakinan dan
kepercayaan masyarakat secara individu maupun kolektif
c. Tingkat pembangunan suatu negara atau wilayah. Semakin maju suatu negara maka
ada kecenderungan semakin besar peluang tercapainya maksimalisasi pendidikan
masyarakat dan Meniadakan diskriminasi jenis kelamin. Semakin terbelakang
pembangunan suatu negara maka ada kecenderungan semakin besar terjadinya
diskriminasi jenis kelamin dalam pemberian kesempatan pendidikan.
B) Perbedaan dalam potensi kepemimpinan perempuan dan laki laki menurut bass, dari
berbagai penelitian laboratorium diperoleh hasil :
Kemampuan Kognitif laki laki mencapai skor yang lebih baik daripada perempuan
terutama pengetahuan umum, tetapi baik perempuan maupun laki laki turut berperan
serta dalam diskusi dan sejajar kemampuannya dalam melakukan perencanaan,
pengorganisasian dan pembuatan keputusan.
2. Sikap, perilaku dan gaya kepemimpinan yang dipakai di Indonesia yaitu Lebih banyak
bercirikan budaya malu (shame culture). Dalam budaya malu, keselarasan hubungan inter
personal Lebih penting, batas antara diri pribadi dengan orang lain tidak jelas dan tujuan
lebih banyak bersifat kelompok bukan pribadi. Para kepala keluarga di Indonesia memiliki
tanggung jawab yang sangat besar terhadap keluarganya, kebutuhan untuk
mensejahterahkan keluarga sangat besar, tetapi keinginan untuk mengabiskan waktu lama
dalam keluarga sangat kecil.
Sisi positif :
Setiap bertindak atau mengambil keputusan secara manusiawi melalui hati nurani
sebagai bentuk ekspresi dari rasa malu.
4. Kepemimpinan Kepala daerah di Era otonomi daerah saat ini yaitu didasari pada pijakan
moral Pancasila dalam kepemimpinan. Moral kepemimpinan nasional yang bersumber pada
Pancasila Tercermin secara terpadu dalam kelima sila Pancasila, pertama moral Ketaqwaan
yang dicirikan dengan keimanan dan kesetaraan sesama manusia dimata Tuhan. Dalam
konteks otonomi daerah, Ciri ini penting untuk memberikan delegasi wewenang dengan
prinsip kepercayaan.
Kedua, moral kemanusiaan, pengakuan akan HAM, Dalam konteks ini ciri ini penting untuk
menjaga harmonisasi daerah dan dalam hubungan pusat daerah serta antar daerah.
Ketiga, moral kebersamaan dan kebangsaan. Dalam konteks ini, ciri ini sangat relevan karena
apapun yang berkembang di daerah dan di pusat semata mata berlangsung untuk
kepentingan pusat dan daerah secara harmoni.
Keempat, moral kerakyatan dengan ciri keterbukaan dan konsisten. Dalam konteks otonomi
daerah, ciri ini sangat relevan karena otonomi daerah memang didorong untuk
memberdayakan masyarakat dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat.
Kelima, moral keadilan dengan ciri bersandar pada keimanan dan ketaqwaan. Dalam konteks
otonomi daerah, ciri ini sangat penting karena semangat otonomi daerah untuk memberikan
kesejahteraan rakyat termasuk di dalamnya dimensi keadilan, juga dengan semangat ini,
melalui kebijakan desentralisasi atau otonomi daerah, bagian masyarakat paling kecilpun
akan terdengar suaranya dalam pengambilan keputusan sebagaimana ciri otonomi daerah.
5. O’Connors Mengemukakan ada empat tahap yang perlu dilakukan oleh pemimpin