Anda di halaman 1dari 7

REINTERPRETASI KEORIGINALAN SEJARAH INDONESIA

Oleh : Yusril Mahendra Safrillah


NIM : 2018720152

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah adalah konklusi dari segala macam permasalahan yang dialami oleh
bangsa-bangsa sehingga meningkatkan moralitas bagi setiap individu yang membacanya.
Keoriginalan sejarah akan selalu terjaga eksistensinya jika substansinya tidak pernah
diubah sedikitpun.
Dalam memperingati hari ulang tahun Proklamasi II, Soekarno berkata
“ungkapan seseorang yang menyatakan sejarah adalah omong kosong (History is bunk)
itu tidak benar. Sejarah adalah berguna sekali. Dari mempelajari sejarah orang bisa
menemukan hukum-hukum yang menguasai kehidupan manusia. Salah satu hukum itu
ialah; bahwa tidak ada bangsa bisa menjadi besar dan makmur zonder kerja. Terbukti
dalam sejarah segala zaman, bahwa kebesaran bangsa dan kemakmuran tidak pernah
jatuh gratis dari langit. Kebesaran bangsa dan kemakmuran selalu kristalisasi keringat. Ini
adalah hukum yang kita temukan dari mempelajari sejarah”.
Menurut history, Indonesia merupakan salah satu Negara yang paling lama
dijajah oleh Negara lain. Tercatat disebagian besar referensi sejarah, ada lima Negara
yang paling lama menjajah Indonesia, yaitu : Belanda (3,5 abad), Japan (3,5 tahun),
Portugis (26 tahun), Spanyol (9 tahun), dan Inggris (5 tahun). Indonesia yang memiliki
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang sangat melimpah merupakan target
utama para Negara penjajah, salah satu tujuan mereka yaitu mengumpulkan rempah-
rempah, mengelola pusat perekonomian, dan menghancurkan pusat-pusat dakwah Islam
yang ada di Indonesia.
Dalam perkembangan zamannya, Indonesia sendiri merupakan Negara yang
mempunyai penduduk terbesar ke-4 di dunia. Hal ini menjadikan Indonesia tercatat dalam
lembaran sejarah merupakan Negara yang pluralistik. Ada 6 agama yang telah diakui di
Indonesia dan Islam merupakan agama mayoritas diantara ke-6 agama tersebut. Agama
Islam memegang peranan sangat penting dalam era pra kemerdekaan dan pasca
kemerdekaan. Sejarah mencatat berkat semangat patriotisme para santri dan ulama yang
rela mengorbankan diri, harta dan keluarganya sehingga Indonesia bebas dari penjajahan
dan merasakan kemerdekaan. Namun dibangku pendidikan semuanya berbeda, anak
sekolah telah disuguhkan dengan sejarah-sejarah yang coba dipelintir kebenarannya.
Sebut saja Sejarah Indonesia yang dibuat sejak zaman Orde lama dan Orde baru ini,
mencoba menghilangkan perjuangan Islam (Deislamisasi) dalam merebut kemerdekaan
Negara Indonesia. Para penulis kurikulum lebih mengedepankan Hindunisasi dan
Buddhanisasi.
Berdasarkan data dan fakta, buku Sejarah Indonesia untuk SD,SMP, dan SMA,
hampir 95% berisikan Sejarah Hindu Buddha walaupun realitas penganut hanya 2,5%
dari penduduk Indonesia. Apalagi penyajian Museum sejarah misalnya, tidak terlihat lagi
sebagai Museum Sejarah Indonesia dari bangsa Indonesia di mana Islam sebagai agama
mayoritasnya.
Menurut survei yang dilaksanakan oleh Zenius Education pada tahun 2014,
dengan mengumpulkan 1.340 responden. Dimana sekitar 61% responden menjawab
sejarah masuk ke dalam pelajaran yang dibenci. Oleh karena itu, problem inilah sehingga
mendorong penulis untuk mencoba mengubah paradigma yang telah lama tersematkan itu
menjadi paradigma baru. Bahwasanya sejarah bukan lagi pelajaran yang membosankan
atau dibenci, namun pelajaran yang menarik dan memang pantas untuk dipelajari. Karena
Allah SWT berfirman yang artinya “Perhatikan sejarahmu untuk hari esokmu”(QS
59:18)

B. Rumusan Masalah
Sejarah Indonesia merupakan persoalan yang selalu menjadi perbincangan hangat
oleh sejarawan. Sebagian sejarawan ada yang mengatakan islam tidak ikut andil dalam
kemerdekaan Indonesia dan sebagian juga mengatakan islam memberikan warna dalam
pembentukan sejarah kemerdekaan di Indonesia.
Pembelajaran sejarah dibangku sekolah selama 12 tahun lamanya, tidak
memberikan esensi kebenaran sedikitpun. Penghapusan warna-warna keislaman dalam
sejarah itu sendiri seakan-akan memberikan indikasi bahwa kerajaan Hindu-Budha lah
yang mempunyai peranan penting dalam kemerdekaan Negara Indonesia. Oleh karena itu,
inilah hal yang mendorong penulis untuk terus mengkaji keoriginalan sejarah Indonesia,
sehingga menghasilkan beberapa rumusan masalah yaitu;
1. Apa yang dimaksud dengan sejarah?
2. Bagaimana proses berlangsungnya sejarah Islam di Indonesia yang sebenarnya
pada era pra kemerdekaan?
3. Bagaimana peran islam dalam mewarnai peta sejarah politik di Indonesia pra
kemerdekaan?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka pembuatan
makalah ini bertujuan untuk;
1. Menjelaskan keaslian sejarah Indonesia
2. Membongkar kebohongan sejarah Indonesia yang telah tersebar luaskan
selama ini
3. Memberikan daya tarik terhadap seseorang untuk mempelajari sejarah

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini menjadikan individu mampu
menelaah keoriginalan sejarah yang didapatkan, memberikan dampak positif kepada
pelajar yang ingin mencari tahu sejarah yang sebenarnya, dan menjadikan individu lebih
kritis lagi dalam membandingkan sejarah dari referensi satu dengan referensi yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah
Sejarah menurut Herodotus (The Father of History) adalah satu kajian untuk
menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban.
Aristoteles berpendapat bahwa sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu
kejadian sejak awal tersusun dalam bentuk kronologi. Aristoteles juga berpendapat bahwa
sejarah mencakup peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau
bukti-bukti yang konkrit.
Menurut Mohammad Hatta, sejarah ialah dalam wujudnya tentang masa lampau.
Sejarah bukan hanya sekadar melahirkan kriteria dari kejadian di masa lalu saja, akan tetapi
pemahaman masa lampau yang mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematik
pelajaran bagi manusia selanjutnya.
Berdasarkan pengertian diatas, sejarah adalah suatu bentuk perjuangan oleh objek-
objek sejarah dalam mempertahankan keberadaan dirinya, masyarakatnya, dan bahkan
negaranya dari ancaman-ancaman yang mengganggu keamanan. Sejarah juga dapat diartikan
bukti suatu bangsa itu pernah dijajah sebelum mencapai kemerdekaannya.

B. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Pra Kemerdekaan

Problem masuknya Islam ke Nusantara Indonesia sukar dipastikan. Wilayah mana


yang dimasuki paling awal. Nusantara Indonesia sangat luas dan Nusantara berposisi
geografis terletak dipersimpangan jalan laut niaga antara Arabia, India dan Cina.
Perlu kita renungkan luas wilayah Nusantara Indonesia sangatlah luas, ada sekitar
27.000 pulau, dengan daratan sekitar 2.000.000 km 2 dan lautan seluas 3.200.000 km2
seluruhnya seluas 5.200.000 km2 maka sukar untuk memastikan wilayah mana yang
pertama menerima wiraniagawan atau wirausahawan Muslim dari Arab, India,
Maladewa, Yunan, dan Cina. Oleh karena itu, terdapat beberapa teori tentang
masuknya Agama Islam pertama kali ke Nusantara :

Teori Gujarat Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje

Hanya akibat sistem penulisan, sejarah Islam Indonesia mengikuti hasil penulisan
sarjana Belanda, terutama mengikuti teori Prof. Dr, C. Snouck Hurgronje maka
diteorikan Islam masuk dari Gujarat. Menurutnya, Islam tidak mungkin masuk ke
Nusantara Indonesia langsung dari arabika tanpa melalui ajaran tasawuf yang
berkembang di India. Dijelaskan pula bahwa daerah India tersebut adalah Gujarat.
Daerah pertama yang dimasuki adalah Kesultanan Samudra Pasai. Waktunya abad ke-
13 M. Snouck tidak menjelaskan antara masuk dan berkembangnya islam. Tidak pula
dijelaskan di Gujarat menganut mazhab apa dan di Samudra Pasai berkembang
mazhab apa? Mungkinkah Islam begitu masuk ke Samudra Pasai langsung
mendirikan kekuasaan politik atau kesultanan?

Teori Makkah Prof. Dr. Buya Hamka


Prof. Dr. Buya Hamka dalam seminar Masuknya Agama Islam ke Indonesia di Medan
(1963) lebih menggunakan fakta yang diangkat dari Berita Cina Dinasti Tang.
Adapun waktu masuknya agama Islam Ke Indonesia terjadi pada abad ke-7M. Dalam
Berita Cina Dinasti Tang tersebut menuturkan ditemuinya daerah hunian
wirausahawan Arab Islam di pantai barat Sumatra maka disimpulkan islam masuk
dari daerah asalnya Arab. Dibawa oleh wiraniagawan Arab. Sedangkan Kesultanan
Samodra Pasai yang didirikan pada 1275 M atau abad ke-13M, bukan awal masuknya
agama Islam, melainkan perkembangan agama Islam.

Teori Persia Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat

Prof. Dr. Abubakar Atjeh mengikuti pandangan Dr. Hoesein Djajadiningrat, Islam
masuk dari Persia dan bermazhab Syi’ah. Pendapatnya didasarkan pada sistem baca
atau sistem mengeja membaca huruf Al-Qur’an, terutama di Jawa Barat:

Arab mengeja dengan Fat-hah - Persia menyebutnya Jabar

Kasrah - Je-er

Dhammah - Py-es

Teori ini dinilai lemah karena tidak semua pengguna sistem baca huruf Al-Qur’an
tersebut di Persia penganut Mazhab Syi’ah. Tidakkah pada saat Baghdad sebagai
ibukota Khilafah Abbasiyah, Khalifah Abbasiyah umumnya penganut Ahlush
Shunnah wal Jama’ah. Lebih jelas, di Jawa Barat walaupun sistem mengeja baca
huruf Al-Qur’an dengan cara seperti itu. Namun, para pengguna sistem baca Persia
bukan penganut Mazhab Syi’ah? Pada umumnya, di Jawa Barat bermazhab Syafi’i,
seperti Abbasiyah di Baghdad Persia bermazhab Syafi’i.

Teori Cina Prof. Dr. Slamet Muljana

Prof. Dr. Slamet Muljana, 1968, dalam Runtuhnja Keradjaan Hindu Djawa dan
Timbulnja Negara-negara Islam di Nusantara, tidak hanya berpendapat Soeltan
Demak adalah orang peranakan Cina. Namun juga, menyimpulkan bahwa para Wali
Sanga adalah orang peranakan Cina. Pendapat ini bertolak dari Kronik Klenteng Sam
Po Kong.

Misalnya Sultan Demak Panembahan Fatah dalam kronik Klenteng Sam Po Kong bernama
Panembahan Jin Bun nama Cinanya. Arya Damar sebagai pengasuh Panembahan jimbun
pada waktu di Palembang, Bernama Cina, Swan Liong. Sultan Trenggana disebutkan
dengan nama Cina, Tung Ka Lo. sedangkan Wali Sanga antara lain, Sunan Ampel dengan
nama Cina, Bong Swi Hoo.  Sunan Gunung Jati dengan nama Cina, Toh A Bo .

Sebenarnya menurut budaya Cina dalam penulisan sejarah nama tempat yang bukan negeri
Cina,  dan nama orang yang bukan bangsa Cina, juga di Cina kan penulisannya.

 misalnya putri dari raja wikramawardhana adalah suhita, dan sebagai ratu kerajaan Hindu
Majapahit. dituliskan nama Cinanya, Su King Ta. nama kerajaan Budha Sriwijaya dituliskan
dengan nama Cina, San-fo-tsi.  namun anehnya, Prof. Dr. Slamet Muljana Tidak
menyebutkan bahwa Ratu suhita atau Su King Ta adalah orang peranakan Cina dan
kerajaan Boeddha Sriwijaya atau San-Fo-tsi adalah kerajaan Cina.

Besar kemungkinan seluruh nama-nama Raja Majapahit dan nama kerajaan Hindu
Majapahit pun seperti halnya kerajaan lainnya di Cina kan pula dalam kronik Klenteng Sam
Poo Kong Semarang.  anehnya, nama-nama Wali dan nama sultan Demak di Cina kan
dalam kronik klenteng Sam Po Kong, ditafsirkan oleh Prof. Dr. Slamet Muljana sebagai
orang cina.
 
Mengapa tidak seluruh nama pelaku sejarah dan nama tempat yang dicinakan dalam
penulisan Kronik Klenteng Sam Po Kong Ditafsirkan menjadi di China semuanya? dengan
pengertian menjadi tidak ada seorangpun pribumi. tidak ada sebuah kerajaan pun di
nusantara Indonesia yang bukan bagian dari kerajaan cina. Jadi, tidak hanya sebatas nama-
nama Wali dan dinasti Sultan Demak semata yang ditafsirkan sebagai Cina karena seluruh
penulisannya di Cina kan dalam kronik Klenteng Sam Po Kong, kemudian seharusnya
ditafsirkan pula sebagai peranakan Cina atau wilayah Cina. 

Anda mungkin juga menyukai