Anda di halaman 1dari 7

Jenis GTJ : Fixed-fixed bridge

Abutment : 44 & 46
Konektor : rigid
Retainer : ekstrakorona (mahkota penuh)
Pontik : Modified-ridge lap
Bahan restorasi : Porcelain fused to metal
-supragingiva/equigingiva
-akhiran preparasi: chamfer. Bisa juga bukal shoulder, palatal chamfer
-dinding preparasi : konvergen 2-6 derajat. (terlalu taper: retensi kurang baik, terlalu sejajar: sulit
lepas pasang crown).

PROSEDUR PREPARASI GTJ


1. Menyiapkan alat & bahan yaitu : alat OD, handpiece, bur taper berujung bulat (oklusal,
bevel), bur torpedo (bukal,lingual), bur short tin/short needle (proksimal), dan bur karbit
torpedo (pertegas preparasi servikal).
2. Operator melakukan handwash, memakai APD.
3. Mempersilahkan pasien berkumur terlebih dahulu.
4. Untuk mencegah trauma selama preparasi gigi, dapat menggunakan metal matrix band
agar tidak menyentuh gigi tetangga. Lalu retraksi mukosa bukal dengan mirror agar tidak
melukai jaringan lunak.
5. Tahap 1: Lakukan preparasi pada daerah oklusal.
a. Buat saluran orientasi dengan bur taper berujung bulat
b. Pengambilan jaringan sebanyak 2 mm di daerah cusp fungsional (palatal), 1,5 mm di
daerah cusp non-fungsional (bukal).
6. Tahap 2: Buat bevel pada cusp fungsional.
a. Menggunakan bur taper berujung bulat
b. Kemiringan bevel 45 derajat
c. Sejajar kemiringan gigi antagonis
7. Tahap 3: Lakukan preparasi pada daerah bukal & lingual.
a. Buat saluran orientasi
b. Pengambilan jaringan sebanyak 1,5 mm dengan menggunakan bur torpedo, sejajar
dengan sumbu gigi
c. Sekaligus membentuk akhiran preparasi chamfer di servikal
8. Tahap 4: Lakukan preparasi pada daerah proksimal.
a. Menggunakan short needle/torpedo
b. Membentuk akhiran preparasi chamfer
9. Tahap 5: Pertegas preparasi di servikal
a. Menggunakan bur karbit torpedo
b. Membuat seating groove pada bukal (?)
c. Semua permukaan preparasi dibulatkan
PRINSIP PREPARASI
1. Pemeliharaan struktur jaringan (preparasi tidak berlebihan mengambil jaringan)
2. Retensi & resistensi (reduksi aksial yang adekuat,seating groove)
-retensi : tahanan thdp gaya vertikal, cth makanan lengket.
-resistensi : tahanan thdp gaya lateral, cth artikulasi.
3. Daya tahan restorasi (preparasi oklusal adekuat, bevel cusp fungsional)
4. Integritas tepi restorasi (akhiran preparasi adekuat tidak ada gap)
5. Pemeliharaan jaringan periodonsium (akhiran preparasi supra/equigingiva)
HUKUM ANTE
Luas jaringan periodontal gigi abutment ≥ luas jaringan periodontal gigi yang hilang/digantikan.
SYARAT GTC
1. Biokompatibel, tidak iritatif
2. Kuat & tidak mudah berubah warna, retensi & resistensi baik
3. Estetis
4. Higienis: mudah dibersihkan
5. Fungsional: oklusi & artikulasi baik
SYARAT PREPARASI
1. Retensi & resistensi, ruang cukup utk ketebalan bahan restorasi
2. Tidak membahayakan vitalitas pulpa (preparasi minimal), jaringan periodontal & gigi
tetangga
3. Estetis
4. Higienis (tepi preparasi di daerah self-cleansing cthnya di dlm sulkus gingiva)
AKHIRAN PREPARASI
1. Supragingiva
-tidak melukai jaringan lunak
-mudah karies, kurang estetik
2. Equigingiva
-utk pasien muda dengan sulkus dangkal
-mudah terjadi karies
3. Subgingiva
-lebih estetik, retensi & resistensi baik krn preparasi aksial panjang, risiko karies rendah
-utk pasien dewasa~tua dgn kedalaman sulkus 2-4 mm
PONTIK
1. Sanitary
-tidak berkontak dgn ridge.
-indikasi: gigi posterior RB, OH buruk (krn ada efek self-cleansing).
-kurang nyaman & kurang estetis.
2. Saddle
-tidak dianjurkan.
-seluruh permukaan ridge tertutup shg estetis seperti gigi asli, tapi tidak ada efek self-
cleansing.
3. Ridge-lap
-bukal tertutup, palatal terbuka.
-Indikasi: serviko-oklusal < normal (<5 mm).
4. Modified ridge-lap
-sering dipakai.
-bukal tertutup, palatal terbuka. Mirip ridge-lap, tapi ada jarak 3 mm dari puncak ridge ke
dasar pontik (shg efek self cleansing baik. Kalau <3mm, bisa retensi makanan dan susah
dibersihkan).
-indikasi: jarak serviko-oklusal minimal 5 mm.
5. Conical
-indikasi: bentuk ridge tapering, cth anterior RB.
-sbg GTJ sementara.
6. Ovate
-masuk ke socket yg sudah sembuh.
-estetik dan makanan tdk mudah retensi.
RETRAKSI GINGIVA
1. Bersihkan & keringkan gigi yg telah dipreparasi.
2. Celupkan benang retraksi (retraction cord) pada larutan aluminium klorida 25% /
epinefrin agar melunak sehingga tidak melukai gingiva.
3. Pasang benang retraksi dgn bantuan pinset & plastic filling, pada sulkus interproksimal
mengelilingi margin chamfer.
4. Bentuk benang retraksi menyerupai huruf “U” dan lingkarkan mengelilingi gigi yg telah
dipreparasi.
5. Tahan benang dengan ibu jari dan jari telunjuk sambil sedikit menekan benang kearah
subgingiva.
6. Kemudian perlahan2 selipkan benang di antara gigi dan gingiva bagian mesial dengan
bantuan pinset & plastic filling. Lanjutkan pada sisi distal, mesiolingual ke distolingual.
Benang retraksi berfungsi u/ mengekspos sementara akhiran preparasi selama proses double
impression agar didapatkan kerapatan tepi (marginal fit) yang baik antara restorasi tetap
dengan abutment, utk mencegah terjadinya iritasi gingiva & karies sekunder.
DOUBLE IMPRESSION + SCI
1. Pasien dipersilahkan duduk di DU, instruksikan pasien untuk berkumur.
2. Operator melakukan handwash lalu memakai APD.
3. Pertama2, kita inspeksi terlebih dahulu keadaan rongga mulut pasien, apakah oral
hygienenya baik dan tidak ada lesi.
4. Selanjutnya lakukan try in sendok cetak. Jadi pada pencetakan double impression ini
biasanya digunakan SC per regio/ sectional tray, apabila hanya 1 regio saja yg perlu
dilakukan pencetakan.
5. Setelah didapatkan SC yg sesuai, selanjutnya kita melakukan pencetakan double
impression dengan teknik two step. Jadi kita cetak menggunakan heavy body terlebih
dulu, setelah itu dilakukan pencetakan kembali dengan light body.
6. Campurkan terlebih dahulu putty/heavy body yg terdiri dari base dan katalis dengan rasio
1:1. Kita ambil bahannya menggunakan sendok takar dari sediaan. Kemudian kita
campurkan menggunakan tangan tanpa memakai handscoen hingga adonannya homogen.
7. Kemudian kita bentuk puttynya sesuai dengan bentuk SC (dengan cara dipilin) lalu kita
tempatkan pd SC, dan kita ratakan menggunakan jari. Setelah itu kita letakkan polythene
spacer diatas putty, spacer ini fungsinya untuk menyediakan tempat light body nanti.
Bisa juga dilakukan dengan cara lain yaitu gouging/membuat cekungan pada material
putty (dicongkel), atau bisa juga mencetak dgn putty sebelum dilakukan preparasi gigi.
8. Selanjutnya, kita masukkan SC ke dalam mulut pasien, saat kita masukkan kita
perhatikan posisi midline pasien. Kemudian kita tekan SC dari posterior ke anterior, lalu
kita fiksasi menggunakan jari.
9. Setelah setting, kita keluarkan SC dari mulut pasien dan kita lepaskan spacernya (jika
memakai spacer).
10. Selanjutnya, kita campurkan light body. Aplikasikan base dan katalis dengan rasio 1:1
diatas glass plate. campurkan dengan gerakan folding menggunakan spatel hingga
homogen.
11. Jika sudah homogen, kita aplikasikan bahannya diatas putty, juga aplikasikan pada gigi
yg sudah dipreparasi.
12. Setelah itu kita masukkan SC ke dalam mulut pasien, dan kita pastikan posisi SC sesuai
atau sama posisinya dengan pencetakan pertama tadi, bisa dengan melihat posisi
frenulum atau midline pasien.
13. Apabila light body sudah setting, selanjutnya kita keluarkan dari mulut pasien, lalu kita
evaluasi hasil cetakannya. Apakah semua gigi tercetak dengan baik, tidak ada distorsi,
serta hasil preparasi gigi abutment tercetak dengan baik.
14. Selanjutnya kita mencetak rahang antagonis dgn menggunakan alginat & SC pabrikan.
BITE REGISTRATION
1. Siapkan 1 lembar malam merah, bunsen & spiritus.
2. Pertama2, lunakkan selembar malam merah diatas api bunsen.
3. Setelah itu kita insersikan ke dalam mulut pasien pada regio yg akan dilakukan bite
registration.
4. Kemudian kita instruksikan pasien untuk beroklusi sentris dan menggigit malam merah.
Pada pasien kita bisa tentukan kunci gigitannya terlebih dahulu agar sesuai, dan pada
model ini kita bisa tandai dgn pensil kunci gigitannya
5. Tunggu beberapa saat, setelah itu kita keluarkan malamnya. Lalu kita evaluasi hasil bite
registrationnya.
6. Jadi pada bite registration, pada gigi yg berkontak dgn antagonisnya, malamnya itu
terlihat tipis atau bisa juga lubang, itu artinya oklusi pasien sudah mencapai interdigitasi
maksimum.
Untuk daerah yg edentulous & gigi yg telah dipreparasi, tidak ada penandaan pd daerah
tsb krn tidak terjadi kontak dgn gigi antagonisnya.
PEMASANGAN GTJS
1. GTJS yg diterima dari lab harus didesinfeksi terlebih dahulu dan kita keringkan
GTJSnya.
2. Kemudian kita instruksikan pasien utk berkumur, dan kita periksa rongga mulut pasien
khususnya pd daerah gigi yg telah dipreparasi.
3. Lalu kita Try in GTJS. Insersikan ke dlm mulut pasien.
4. Pd tahap ini kita mengevaluasi kontak gigi tiruan dgn gigi tetangga. Kita evaluasi apakah
kontaknya terlalu sempit atau tidak berkontak. Lihat tepi dari gigi tiruan, apakah tidak
menekan mukosa/ gingiva. Kemudian lihat retensinya. Pada saat diinsersikan, GTJSnya
tidak lepas atau tidak bergerak melawan arah insersi. Lalu stabilitasnya diperiksa, dengan
menekan salah satu sisi apakah goyang/terungkit.
5. Selanjutnya cek oklusi pasien dengan articulating paper. Masukkan ke dalam mulut
pasien dan minta pasien utk beroklusi sentrik dan eksentrik (gerakan mandibula ke
lateral), lalu kita evaluasi GTJSnya apakah ada bagian yg memiliki warna/tanda yg lebih
gelap/tebal daripada daerah lainnya. Idealnya, warna/tanda tersebar merata. Jika ada
bagian yg warnanya lebih gelap, kita bisa lakukan selective grinding dgn mengasah cusp
non fungsional, yaitu cusp bukal untuk RA.
6. Selanjutnya masuk ke tahap sementasi utk GTJS. Untuk bahan sementasi yg digunakan
yaitu Zinc Oxide Eugenol cement yg terdiri dari powder dan liquid. Untuk takarannya
disesuaikan dengan instruksi kemasan, biasanya 1 scoop powder dgn beberapa tetes
liquid. Campurkan bahan diatas mixing pad hingga homogen.
7. Setelah itu, aplikasikan bahan sementasi pada permukaan intaglio dari GTJS. Aplikasikan
juga bahan sementasi pada gigi yg telah dipreparasi. Kemudian insersikan GTJS, tekan
maksimal dengan jari atau minta pasien menggigit cotton roll. Lalu bersihkan kelebihan
bahan sementasi, pada bagian servikal dgn sonde dan pada bagian interdental dgn dental
floss.
8. Setelah bahan sementasi setting, kita evaluasi kembali oklusi pasien. Apakah terlalu
tinggi atau sdh sesuai.
9. Operator kemudian menjelaskan ke pasien, bahwa GT yg dipasang ini adalah GT
sementara, sambil menunggu GT permanen di buat di lab. Jadi pasien harus datang
kurang lebih 1 minggu setelah insersi GTJS, utk diganti dengan GTJ permanen.
10. Lalu instruksikan pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya dengan menyikat gigi
secara rutin setelah makan & sebelum tidur, tidak memakan makanan yang lengket, dan
apabila ada keluhan, pasien bisa menghubungi dokter.
TRY IN GTJ PERMANEN
1. Pasien dipersilahkan duduk di DU, instruksikan pasien untuk berkumur.
2. Operator melakukan handwash dan menggunakan APD.
3. Pertama2, kita tanyakan kepada pasien apakah ada keluhan selama penggunaan GTJS.
Lalu kita evaluasi jaringan lunak di sekitar GTJS, apakah terdapat inflamasi pada daerah
tsb.
4. Apabila pasien tidak ada keluhan dan secara visual tidak terdapat kelainan, kita bisa
lanjutkan untuk melepaskan GTJS dengan menggunakan tang backhaus towel yg kita
tempatkan pada bagian bukal dan lingual. Lalu kita gerakkan secara bukolingual hingga
GTJS lepas. Setelah itu, kita bersihkan sisa2 semen pada gigi abutment ataupun gigi
tetangganya (dengan menggunakan brush, pumice & lowspeed). Lalu kita keringkan.
5. Selanjutnya desinfeksi GTJ PFM, kemudian lakukan Try In. Evaluasi apakah GTJ
Permanen mudah terlepas atau tidak, periksa kontaknya dengan gigi tetangga apakah
tidak terlalu sempit dan tidak ada gap/celah. Evaluasi adaptasi marginal dengan gigi yg
telah dipreparasi dengan menggunakan ujung sonde, seharusnya tidak ada gap yg terlalu
besar antara GTJ Permanen dengan akhiran preparasi. Lalu periksa stabilitasnya, idealnya
saat kita menekan salah satu sisi, GTnya tidak terungkit. Lalu periksa oklusi pasien
dengan articulating paper. Masukkan articulating paper ke dalam mulut pasien dan
minta pasien untuk beroklusi sentrik dan eksentrik (gerakan mandibula ke lateral), lalu
evaluasi apakah warna/tanda tersebar secara merata. Jika ada bagian dengan warna yg
lebih gelap lakukan selective grinding.
INSERSI GTJ PERMANEN
1. Setelah prosedur try in sesuai, kita bisa lanjutkan ke prosedur sementasi. Bahan sementasi
yg digunakan yaitu GIC Tipe 1. Ambil powder dan liquid rasio 1:1, letakkan diatas
mixing pad. Campurkan dengan menggunakan spatel sedikit demi sedikit hingga
homogen.
2. Kemudian aplikasikan pada permukaan intaglio GTJ Permanen dan juga pada gigi
abutment. Lalu insersikan GTJ Permanen, tekan maksimal menggunakan jari atau
instruksikan pasien untuk menggigit cotton roll.
3. Bersihkan kelebihan bahan sementasi pada daerah servikal dan interdental.
4. Setelah itu, cek kembali oklusi pasien, apakah ada keluhan atau ada yg mengganjal saat
beroklusi. Cek kembali oklusinya menggunakan articulating paper.
5. Jika tidak ada keluhan, berikan instruksi kepada pasien untuk menjaga oral hygienenya
dengan menyikat gigi setelah makan & sebelum tidur, bersihkan sela2 gigi dgn dental
floss khususnya pd GTJ. Hindari makanan yang keras dan lengket untuk sementara. Bila
ada keluhan rasa sakit segera kontrol.
KONTROL
1. Kemudian pasien diinstruksikan utk datang melakukan kontrol 1 minggu setelah insersi
GTJ Permanen, untuk melihat adaptasi pasien. Berikutnya kontrol rutin setiap 3-6 bulan
sekali.
2. Saat pasien datang untuk kontrol, tanyakan apakah ada keluhan selama pemakaian GTJ
nya. Apakah ada gangguan pengunyahan, estetik, fonetik, atau ada rasa nyeri.
3. Lakukan pemeriksaan intra oral, lihat apakah ada lesi, ulcer ataupun inflamasi terutama di
sekitar GTJ. Periksa kembali retensi, stabilitas, serta oklusi.

Anda mungkin juga menyukai