Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KUANTITATIF PERMINTAAN

3.1 ELASTISITAS
Konsep Elastisitas
Elastisitas menjelaskan seberapa besar perubahan permintaan barang yang diminta jika
variabel tertentu dirubah. Beberapa contoh elastisitas adalah:

1. Elastisitas Harga Dari Permintaan (Price Elasticity Of Demand)


2. Elastisitas Harga Silang
3. Elastisitas Pendapatan
4. Elastisitas Lainnya, Seperti Elastisitas Iklan.

Elastisitas Harga dari Permintaan (Price Elasticity Of Demand)


Elastisitas ini mengukur seberapa besar jumlah barang yang diminta berubah jika harga
barang berubah. Secara formal elastisitas tersebut dihitung sebagai berikut ini.

∆ Q/Q
= ∆ P/ P

dimana ∆Q = perubahan jumlah barang yang diminta

Q = jumlah barang yang diminta


∆P = perubahan harga
P = harga barang
Rumus di atas juga bisa dituliskan berikut ini,

= ∆ Q/∆ P
P/ Q

Elastisitas bisa dihitung untuk dua situasi: (1) kurva permintaan tidak diketahui (arc
elasticity), dan (2) kurva permintaan diketahui.
Misalkan jika harga berubah dari 100 menjadi 200, maka kuantitas barang yang diminta
berubah dari 2.000 unit menjadi 1.000 unit. Dalam situasi ini kita tidak mengetahui kurva
1
permintaan, karena itu kita akan menghitung arc elasticity, sebagai berikut ini.

Penyelesaian:
∆Q = Q2 - Q1 =1.000 – 2.000 = (2.000)
Q = (Q1+Q2)/2 = (1.000 + 2.000)/2 = 1.500
∆P Perubahan Harga = 200 - 100 = 100
P = (P1 + P2)/2 = (100 + 200)/2 = 150
E = (-1.000/1.500)/(100/150) = -0,44

Karena semakin tinggi harga akan semakin sedikit barang yang diminta, maka kita akan
memperoleh angka negative. Dalam hal ini kita lebih memfokuskan pada besarnya nilai
absolut dari elastisitas.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya elastisitas, seperti
ketersediaan substitusi, jangka waktu, dan proporsi pengeluaran. Jika suatu barang
mempunyai banyak substitusi, maka elastisitas mempunyai kecenderungan tinggi, dan
sebaliknya. Sebagai contoh, jika kita ingin menghitung elastisitas harga dari permintaan
makan dan telur (lauk untuk nasi). Perhatikan bahwa, makan merupakan kebutuhan yang
lebih luas, sedangkan telur merupakan kebutuhan yang lebih spesifik. Elastisitas makan
akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan elastisitas harga dari telur. Kenapa
demikian? Makan merupakan kebutuhan dasar sehingga tidak ada substitusinya (kita hams
makan), sedangkan telur merupakan kebutuhan yang lebih spesifik yang bisa digantikan
dengan mudah oleh lauk lainnya, missal tempe. Jika harga telur meningkat, orang akan
dengan mudah pindah ke alternative lainnya, missal tempe. Tetapi jika harga makanan
secara umum meningkat, orang akan tetap makan karena alternative substitusinya sedikit.
Faktor lain adalah jangka waktu. Semakin lama jangka waktunya, maka ada
kecenderungan elastisitas menjadi semakin kecil, dan sebaliknya. Dalam jangka pendek,
proses penyesuaian tidak bisa dilakukan dengan cepat dan mudah. Karena itu elastisitasnya
menjadi kecil. Sebaliknya, dalam jangka panjang, orang akan bisa melakukan penyesuaian,
sehingga elastisitasnya akan menjadi lebih besar. Sebagai contoh, jika harga telur
meningkat, dalam jangka pendek, orang yang mempunyai favorit telur sebagai
makanannya akan sulit meninggalkan telur. Dalam jangka panjang, konsumen akan

2
berusaha sedikit demi sedikit melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap telur.

3.2 MENGHITUNG ELASTISITAS DART FUNGSI PERMINTAAN

Jika kurva permintaan diketahui, kita bisa menghitung elastisitas melalui kurva permintaan.
Formula di atas (AQ/AP)/(P/Q) bisa dituliskan kembali sebagai berikut ini.

E = (dQ/dP) / (P/Q)

Dimana dQ/dP merupakan slope (turunan pertama) dari kurva permintaan. Misalkan kurva
permintaan adalah sebagai berikut ini.

Q = 100 — 2P
dQ/dP adalah -2. Elastisitas bisa dihitung sebagai -2 (P/Q). Pada harga 10, berarti Q=80,
elastisitas bisa dihitung sebabagai
e= -2 (10/80) = -2/8 atau -0,25
Kurva permintaan juga bisa dirumuskan dalam bentuk non-linear. Sebagai contoh, missal kita
mempunyai kurva permintaan non-linear sebagai berikut ini.

3.3 ANALISIS REGRESI

Salah satu tehnik untuk mengestimasi kurva permintaan adalah dengan menggunakan tehnik
regresi. Estimasi garis regresi bisa dilakukan dengan beberapa cara, missal metode likelihood
function dan least square. Least square merupakan metode yang paling sederhana. Metode
tersebut berusaha menarik garis regresi sedemikian rupa sehingga garis tersebut akan
meminimalkan kesalahan (error) kuadrat. Kesalahan dalam hal ini adalah selisih antara garis
regresi dengan nilai yang sesungguhnya. Estimasi bisa dilakukan dengan perhitungan formula,
bisa juga langsung dilakukan oleh software statistic. Misalkan kita sudah melakukan estimasi
garis regresi dengan menggunakan data sebagai berikut ini.
Observasi Kuantitas Harga

3
1 18 47
2 0 5
3 59 40
4 0 0
5 43 45
6 0 0
7 25 55
8 0 0
9 27 57
10 5 5
Rata-Rata 450,50 455,0

Tabel di atas menunjukkan 10 observasi kuantitas dan harga. Kita bisa menjalankan regresi
dengan variabel bebas adalah harga dan variabel tidak bebas adalah kuantitas yang
dijual/diminta. Estimasi dengan software Excel menghasilkan output sebagai berikut ini.
3.4 EVALUASI SIGNIFIKANSI KOEFISIEN REGRESI
Untuk melihat apakah variabel bebas (harga) mempengaruhi variabel tidak bebas
(kuantitas), kita bisa melihat panel ketiga, kemudian melihat baris Price. Terlihat koefisien
regresi untuk price adalah —2,60, yang berarti ada hubungan terbalik antara harga dengan
kuantitas yang diminta (semakin tinggi harga, semakin rendah kuantitas yang diminta).
Pada kolom t-statistics terlihat nilai t sebesar —4,89 yang nilai absolutnya (4,89) lebih
besar dibandingkan dengan t tabel untuk df yang sama. Pada kolom p-value, kita melihat
angka 0,0012. Jika kita menggunakan tingkat signifikansi 5%, angka p-value tersebut lebih
kecil dibandingkan dengan 0,05 (5%), karena itu price secara signifikan mempengaruhi
kuantitas. Angka —2,60 bukan merupakan nol, atau bukan merupakan angka yang
diperoleh secara kebetulan.

Regression
Statistics
Multiple R R- 0,87
Square Adjusted 0,75
R- Square 0,72
Standard error 112,2
Observatios 2
10
Analysis of Df Sum of Mean F Significance
Variance Squares Square
Regressio n 1 301470,89 301470,89 23,94 0,0012
Residual 8 100751,61
4
Total 9 402222,50 12593,95
Coefficients Standard t-statistics p-value Lower Upper
error 95% 95%
Intercep t 1631,47 243,97 6,69 0,0002 1068,87 2194,07
Price -2,60 0,53 -4,89 0,0012 -3,82 -1,37

3.5 EVALUASI FIT


Untuk melihat fitness keseluruhan regresi, kita menggunakan F-statistics dan R-square.
Nilai F terlihat 23,94 dan signifikan pada 5% (p-value sebesar 0,0012 lebih kecil
dibandingkan dengan 5%). R-square menunjukkan angka 0,75. Semakin mendekati 1, R-
square semakin baik. Secara keseluruhan bisa disimpulkan bahwa regresi tersebut cukup
baik mengestimasi fungsi permintaan.

3.6 NON-LINEAR REGRESSION


Disamping regresi linear, regresi non-linear juga bisa digunakan. Berikut ini contoh
spesifikasi regresi non-linear:
Q= b0 Pb1
Estimasi dengan model linear bisa dilakukan sebagai berikut ini.
log Q = log b0 + b1 log P + e

3.7 MULTIPLE REGRESSION


Regresi juga bisa dilakukan dengan menggunakan variabel bebas lebih dari satu. Regresi
tersebut dinamakan sebagai regresi berganda. Sebagai contoh, berikut ini spesifikasi regresi
berganda, dimana kuantitas yang diminta dipengaruhi oleh harga barang, harga barang yang
berkaitan, pendapatan, dan iklan:
Qx = b0 + b1 Px + b2 Py + b3 M + b4 I + e
Evaluasi untuk regresi berganda bisa dilakukan sama dengan evaluasi untuk regresi tunggal.

3.8 TEORI PERILAKU INDIVIDUAL

Teori perilaku individual membicarakan bagaiaman konsumen mengambil keputusan,


yang bisa memaksimumkan kepuasannya, dengan mengingat kebatasan yang dipunyai
(anggaran yang terbatas).

5
3.9 INDIFFERENCE CURVE

Bagan 1. Indifference Curve

Indifference curve menggambarkan kombinasi dua barang (X dan Y) yang bisa


menghasilkan tingkat kepuasan yang sama. Semakin ke atas, kepuasan akan semakin
meningkat (tanda panah dalam bagan di atas).

3.10 PEMBATASAN (CONSTRAINT)

Bagan 2. Pembatasan

6
Garis anggaran menjadi pembatas. Dalam bagan di atas, jika pendapatan konsumen sebesar
tertentu, dia bisa mengalokasikan semuanya untuk barang Y, semuanya untuk barang X,
atau kombinasi keduanya. Semakin besar pendapatan konsumen, garis anggaran akan
semakin ke atas (garis panah).

3.11 KESEIMBANGAN KONSUMEN

Bagan 3. Keseimbangan Konsumen

Keseimbangan akan terjadi jika indifference curve menyentuh garis anggaran. Kenapa
demikian? Jika indifference curve yang dipilih adalah I, maka keputusan tersebut belum
optimal, karena kepuasan masih bisa ditingkatkan. Pada saat II menyentuh garis anggaran,
kepuasan sudah optimal. Indifference curve III berada di luar jangkauan konsumen. Jika
konsumen ingin meningkatkan kepuasan ke III, maka is harus meningkatkan
7
pendapatannya.

REFERENSI
Arsyad, Lincolin. 2000. Ekonomi Manajerial. Edisi Ke 6. Yogyakarta:BPFE.
Aryaningsih, Ni Nyoman. Ekonomi Manajerial Kajian teori dan Empiris Kaputusan
Inevestasi. 2018. Media Nusa Creative.

Anda mungkin juga menyukai