Anda di halaman 1dari 23

A.

DEFINISI

Kardiomiopati adalah Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum


untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi
secara memadai. Ada banyak penyebab kardiomiopati, penyakit jantung koroner
adalah salah satunya. Konsumsi alkohol berlebihan, infeksi virus, dan hipertensi
adalah beberapa penyebab lainnya. Yang umumnya diwariskan dari anggota keluarga
(faktor  turunan). Beberapa anggota keluarga dapat mewarisi penyakit ini sedangkan
anggota keluarga yang lain dapat pula tidak terpengaruh bahkan tidak menunjukkan
gejalanya sama sekali.

B. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar 1: Jantung Normal dan Sirkulasinya

Jantung yaitu otot yang berongga dimana berukuran sebesar kepalan tangan.

Fungsi jantung untuk memompakan darah ke pembuluh darah secara berulang.

Jantung normal memiliki empat ruang yaitu 2 ruang atas jantung disebut atrium

dan 2 ruang jantung bawah dimana masing-masing berfungsi sebagai memompa.

Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel pada bagian kanan dan

kiri dinamakan septum.

Jantung terletak pada rongga dada (cavum thorax) tepatnya pada rongga

mediastinum diantara paru-paru kiri dan kanan.

1) Lapisan Jantung

Lapisan perikardium dimana lapisan terletak paling atas dari jantung

fungsinya sebagai pembungkus jantung. Lapisan ini terdiri dari perikardium


parietal (pembungkus luar jantung) dan perikardium visceral (lapisan yang

langsung menempel pada jantung) dan diantara kedua perikardium terdapat

ruangan yang berisi cairan serosa sebagai pelumas berjumlah 15-50 ml.

Lapisan epikardium terletak di lapisan paling atas dinding jantung. Lapisan

miokardium yaitu lapisan fungsional jantung yang memungkinkan jantung

bekerja sebagai pompa yang bekerja secara otonom (miogenik) dan mampu

berkontraksi secara ritmik. Miokardium terdiri dari dua berkas otot yaitu

sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel. Lapisan endokardium adalah lapisan

yang membentuk bagian dalam jantung untuk membantu aliran darah.

2) Katup-Katup Jantung

Gambar 2: Katup Jantung

a) Katup Trikuspid

Katup trikuspid ini terletak pada atrium dan ventrikel kanan. Jika katup ini

membuka, maka terjadi darah mengalir pada atrium kanan menuju ventrikel

kanan. Katup trikuspid ini berfungsi untuk mencegah kembalinya aliran

darah atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel.

b) Katup Pulmonal

Darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis

sesaat setelah katup trikuspid tertutup. Trunkus pulmonalis bercabang

menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan

jaringan paru kanan dan kiri.


c) Katup Bikuspid

Katup bikuspid atau katup mitral ini berfungsi untuk mengatur aliran darah

dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Katup bikuspid terdiri dari dua daun

katup.

d) Katup aorta

Katup aorta ini akan membuka jika ventrikel kiri berkontraksi dan darah

akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat

ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam

ventrikel kiri.

3) Pembuluh Darah Besar Pada Jantung

Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan

jantung yaitu :

a) Vena Cava Superior

Vena cava superior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari

tubuh bagian atas menuju atrium kanan.

b) Vena Cava Inferior

Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari

bagian bawah diafragma ke atrium kanan.

c) Sinus Conaria

Sinus coronari adalah vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari

jantung sendiri.

d) Trunkus Pulmonalis

Pulmonari trunkus adalah pembuluh darah besar yang membawa darah

kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis dibagi


menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonari

trunkus ke dua paru-paru.

e) Vena Pulmonalis

Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa

darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.

f) Aorta Asendens

Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih

dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke cabangnya yang

bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.

g) Aorta Desendens

Descending aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan

bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.

4) Sirkulasi Darah

Gambar 3 : Sirkulasi Paru dan Sistemik

Sirkulasi pulmonal diawali dengan keluarnya darah dari ventrikel kanan ke

paru-paru melalui arteri pulmonalis dan kembali ke atrium kiri melalui

vena-vena pulmonalis. Sistem sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah yang

teroksigenasi yang berasal dari seluruh tubuh, yang dialirkan melalui vena
cava superior dan vena cava inferior kemudian ke atrium kanan dan

selanjutnya menuju keventrikel kanan, sehingga meninggalkan jantung

bagian kanan menggunakan arteri pulmonalis menuju keparu-paru (kanan

dan kiri). Pada paru, darah mengalir pada kapiler paru sehingga terjadi

pertukaran antara zat dan cairan lalu menghasilkan darah yang

teroksigenasi. Oksigen diambil dari udara pernapasan. Di dalam darah yang

teroksigenasi dialirkan kevena pulmonalis (kanan dan kiri), menuju atrium

kiri sehingga memasuki ventrikel kiri melalui katup mitral (bikuspidalis).

Darah yang dari ventrikel kiri tadi kemudian masuk ke dalam aorta lalu

dialirkan pada seluruh tubuh.

a. Sirkulasi sistemik merupakan peredaran darah dari jantung ke seluruh

tubuh (kecuali paru-paru). Sirkulasi sistemik dimana keluarnya darah

melalui ventrikel kiri menuju aorta lalu mengalir keseluruh tubuh

melalui berbagai percabangan arteri. Jumlah darah dalam tubuh yang

mengalir pada sistem sirkulasi mencapai 5-6 liter.

b. Fisiologi Jantung

Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait

fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-

ventrikel kiri dan kanan..

Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah ke jantung. Vena

cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi

vena dan mengalirkan darah tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah

masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel

kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal.


Darah tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami oksigenasi di paru-

paru, selanjutnya darah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat

vena pulmonalis. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah

diastolik. Pada kedua atrium dan ventrikel ini berkontraksi secara

bersamaan.

C. ETIOLOGI

a. Kardiomiopati Dilatasi

Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui dengan pasti, tetapi

kemungkinan ada hubungannya dengan beberapa hal seperti pemakaian alkohol

berlebihan, graviditas, hipertensi sistemik, infeksi virus, kelainan autoimun,

bahan kimia dan fisik. Individu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar

lebih dari beberapa tahun dapat mengalami gambaran klinis yang identik dengan

kardiomiopati dilatasi. Alkoholik dengan gagal jantung yang lanjut mempunyai

prognosis buruk, terutama bila mereka meneruskan minum alkohol. Kurang dari

¼ pasien yang dapat bertahan hidup sampai 3 tahun. Penyebab kardiomiopati

dilatasi lain adalah kardiomiopati peripatum, dilatasi jantung dan gagal jantung

kongesti tanpa penyebab yang pasti serta dapat timbul selama bulan akhir

kehamilan atau dalam beberapa

b. Kardiomiopati Restriktif

Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati sering ditemukan pada


amiloidosis, hemokromatis, defosit glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia,
fibro-elastosis dan fibrosis miokard dengan penyebab yang berbeda. Fibrosis
endomiokard merupakan penyakit progresif dengan penyebab yang tidak
diketahui yang sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, ditandai
dengan lesi fibrosis endokard pada bagian aliran masuk dari ventrikel
c. Kardiomiopati hipertrofik

Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan oleh faktor genetik,
familiar, rangsangan katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner kecil.
Kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikuler
dan kelainan kolagen.

D. PATOFISIOLOGI

Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok


penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium. Kardiomiopati
digolongkan berdasarkan patologi, fiologi dan tanda klinisnya. Penyakit ini
dikelompokkan menjadi tiga :

1. kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif


2. kardiomiopati hipertrofik
3. kardiomiopati restriktif.

Tanpa memperhatikan kategori dan penyebabnya, penyakit ini dapat


mengakbatkan gagal jantung berat dan bahkan kematian.

1. Kardiomiopati dilasi atau kongestif


Adalah bentuk kardiomiopati yang paling sering terjadi. Ditandai dengan
adanya dilasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan
dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan stasis darah dalam ventrikel. Pada
pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah elemen
kontraktil serat otot. Konsumsi alkohol yang berlebihan sering berakibat
kardiomiopati jenis ini
2. Kardiomiopati hipertrofi
Penyakit jantung ini jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertrofi, massa
otot jantung bertambah berat, terutama sepanjang septum. Terjadi
peningkatan ukuran septum yang dapat menghambat aliran darah dari atrium
ke ventrikel, selanjutnya kategori ini di bagi menjadi jenis obstruktif dan
nonobstruktif.
3. Kardiomiopati restriktif
Adalah jenis terakhir dan kategori yang paling penting jarang terjadi.
Bentuk ini ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja
volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat dihubungkan dengan
amiloidosis (dimana amiloid, suatu protein, tertimbun dalam sel) dan
penyakit infiltratif lain.

Tanpa memperhatikan perbedaan masing-masing, fisiologi kardiomiopati


merupakan urutan kejadian yang progresif yang diakhiri dengan terjadinya
gangguan pemompaan ventrikel kiri. Karena volume sekuncup makin lama makin
berkurang, maka terjadai stimulasi syaraf simpatis, mengakibatkan peningkatan
tahanan vaskuler sistemik. Seperti patofisiologi pada gagal jantung dengan
berbagai penyebab, ventrike kiri akan membesar untuk mengakomodasi
kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami kegagalan. Kegagalan ventrikel
kanan biasanya juga menyertai proses ini.

E. PATHWAY

Sylvia dan Wilson, 2016


F. MANIFESTASI KLINIS

a. Kardiomiopati Dilatasi

Gejala klinis yang menonjol adalah gagal jantung kongestif, terutama yang kiri,
berupa sesak nafas saat bekerja, lelah, lemas, dapat disertai tanda-tanda emboli sistemik
atau paru serta aritmia , orthopnea, dispnea proksimal nokturnal, edema perifer, paltipasi
berlangsung secara perlahan pada sebagian besar pasien.

b. Kardiomiopati Restrikstif

Pada umumnya penderita mengalami kelemahan, sesak nafas, edema, asites serta
hepatomegali disertai nyeri. Tekanan vena jugularis meningkat dan dapat lebih
meningkat dengan inspirasi (tanda kusmaul). Bunyi jantung terdengar jauh dari
biasanya serta ditemukan tanda-tanda gejala penyakit sistemik seperti amiloidosis,
hemokromatis.

c. Kardiomiopati Hipertrofik

d. Kardiomiopati simptomatik

Keluhan yang paling sering adalah dispnea, sebagian besar karena kekakuan dinding
ventrikel kiri yang meningkat dan yang mengganggu pengisian ventrikel dan
mengakibatkan tekanan diastolik ventrikel kiri dan atrium kiri meningkat. Gejala
lainnya meliputi: angia pektoris, kelelahan dan sinkop.

e. Asimtomatik

Tidak ada tanda dan gejala dan dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, sering terjadi
pada anak-anak dan orang dewasa muda dan dapat terjadi selama atau setelah
beraktivitas.

Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun wanita.
Kebanyakan orang dengan kardiomiopati pertama kali datang dengan gejala dan tanda
gagal jantung. Sispnu saat beraktivitas, paroksismal noktural dispnu (PND), batuk, dan
mudah lelah adalah gejala yang pertamakali muncul. Pada pemeriksaan fisik biasanya
ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting edema pada bagian
tubuh bawah, pembesaran hepar, dan takkikardi.
G. KOMPLIKASI

Dapat terjadi infark miokard apabila kebutuhan oksigen ventrikel yang menebal tidak
dapat dipenuhi. Dapat terjadi gagal jantung pada kardiomiopati dilatasi apabila jantung
tidak mampu memompa keluar darah yang masuk.

a. Fibrilasi atrial dengan trombus


b. Endokarditis infektif.
c. Gagal jantung kongestif.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis Kardiomiopati biasanya dibuat dari temuan berdasar riwayat pasien dan
dengan menyiangkirkan penyebab lain gagal jantung, seperti infark miokardium. EKG
dapat menunjukan perubahan gambaran yang sesuai dengan hipertrofi ventrikel.
Ekokardiogram mungkin merupakan salah satu alat diagnostik yang paling sesuai karena
fungsi ventrikel kiri dapat diobservasi dengan mudah. Kateterisasi jantung kadang sesuai
ubtuk menyingkirkan penyakit arteri koroner sebagai faktor penyebab.di bawah ini
merupakan contoh pemeriksaan diagnostik pada penyakit kardiomiopati:

Pemeriksaan Dilatasi Restriktif

Rontgen Pemeriksaan jantung Ringan.


sedang-besar (kar-
Hipertensi vena pul-
diomegali) terutama
monal.
ventrikel kiri

Hipertensi vena pul-monal.

EKG Kelainan ST-T Voltase rendah.

Sinus takikardia Defek konduksi

Aritmia atrial dan


ventrikel.

Echokardio-gram Hipertrofi septal-asimetrik Penebalan dinding


dilatasi dalam dan ventrikel kiri sistolik
disfungsi ventrikel kiri. normal.

Radio nuklir Dilatasi dan dis-fungsi Fungsi sistolik nor-mal


ventrikel kiri (RVG) (RVG)

Infiltrasi otot jan-tung

Kateterisasi Dilatasi dan dis-fungsi Fungsi sistolik nor-mal


ventrikel kiri. atau peningka-tan tekanan
pengi-sian kanan dan kiri
Elevasi tekanan ven-trikel
kanan dan kiri.

Curang jantung me-nurun.

I. PENATALAKSANAAN

a. Pencegahan

Kardiomiopati dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi alkohol atau kokain,


mengendalikan tekanan darah tinggi dengan diet dan olahraga, makan makanan yang
banyak mengandung vitamin dan mineral.

b. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis ditunjukan untuk mengoreksi gagal jantng. Apabila volume


jantung telah berkembang sampai titik dimana penatalaksanaan medis sudah tidak efektif
lagi, maka satu-satunya harapan agar pasien bisa berthan hanyalah transplantasi jantung.
Pada beberapa kasus alat bantu ventrikel mungkin diperlukan untuk mendukung kegagalan
jantung sampai ditemukan donor yang sesuai. Prinsip penatalaksanaan kardiomiopati
dilatasi dibedakan menjadi medikamentosa dan prosedural.

Penatalaksanaan kardiomiopati umumnya berbeda tergantung jenis kardiomiopatinya.


Namun pada dasarnya, penatalaksanaan kardiomiopati serupa dengan
penatalaksanaan gagal jantung kronik, bertujuan suportif untuk meringankan gejala
menggunakan obat maupun intervensi seperti ablasi, pemasangan alat pacu jantung
(pacemaker) atau implantable cardioverter defibrillator (ICD), pembedahan, bahkan
hingga transplantasi jantung sebagai upaya penatalaksanaan definitif terakhir.

Penatalaksanaan medikamentosa mencakup penatalaksanaan gagal jantung akut. Bila


perlu, dapat dilakukan tindakan seperti cardiac resynchronization therapy, prosedur
revaskularisasi, pemasangan implantable cardioverter defibrillator (ICD) atau left
ventricular assist device.

c. Rehabilitatif

a) Anjurkan klien untuk mengurangi konsumsi alkohol.


b) Cegah proses infeksi
c) Monitor terjadinya hipertensi sistemik
d) Monitor keadaan wanita selama masa kehamilan
e) Monitor tanda awal dari gagal jantung kongestif.
f) Evaluasi klien dengan disritmia.
g) Perhatikan petunjuk spesifik pemakaian obat
h) Pertimbangkan untuk dilakukan transplantasi jantung
i) Evaluasi pemberian terapi antikoagulasi untuk mengurangi embolisme sistemik.

J. ASUHAN KEPERAWATAN (KONSEP TEORI)

1. Pengkajian
Menurut Muttaqin, Arif. (2017) pengkajian pada pasien dengan kardiomiopati adalah:

Pengkajian fokus

Data persistem yang mungkin dapat memunculkan permasalahan pokok


adalah disfunsi (kelemahan otot) jantung yang menyebabkan penurunan curah
jantung.

 Sistem Pernafasan

Sesak nafas, tidur setengah duduk menggunakan banyak bantal, batuk tanpa
sputum, nafas crackles, ronhi (+), riwayat penyakit paru kronis, penggunaan
alat bantu nafas.

 Sirkulasi

Adanya riwayat hipertensi infark miokardium akut (IMA), infark miokardium


kronis (IMK), irama jantung disritmia, edema, tekanan vena jugularis (PVJ)
meningkat, pembedahan jantung, endokarditis, anemia, sistemik lupus
eritematosus (SLE), shok sepsis, penggunaan obat beta.

 Neurosensori

Kelemahan, pusing, pingsan, disorientasi, perubahan perilaku, mudah


tersinggung.

 Kenyamanan/Nyeri

Nyeri dada, menarik diri, peilaku melindungi diri, tidak tenang, gelisah, sakit
pada otot, nyeri abdomen ke atas, takut, mudah tersinggung.

 Sistem Perkemihan

Penurunan pola, edema ekstremitas, nokturia, warna urin gelap.

 Nutrisi dan Cairan

Anoreksia, konstipasi, mual, muntah, pertambahan berat badan yang


mencolok, pembengkakan ekstremitas bawah, penggunaan diuretik, diet
garam, distensi perut, edema anasarka, serta pitting edema (+). Selain itu diet
tinggi garam, makanan olahan, lemak, dan gula protein.

 Aktivitas/Istirahat
Mungkin akan kita dapatkan data : insomnia, kelemahan atau kecapean, nyeri
dada saat aktivitas, sesak nafas saat istirahat, perubahan status mental,
kelelahan, perubahan tanda vital.

 Kebersihan

Indikasi penurunankebersihan diri, kelelahan, dan menurunnya kemampuan


merawat diri.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Muttaqin, Arif. (2017) diagnosa keperawatan pada pasien dengan


kardiomiopati adalah:

a. Ketidakefektifan pola napas b.d pengembangan paru tidak optimal, kelebihan


cairan di paru
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d menurunnya curah jantung
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik
d. Kecemasan berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi kritis, ancaman atau perubahan kesehatan

3. Intervensi
a. Ketidakefektifan pola napas
NOC : dalam waktu 3 x 24 jam
 Respiratory status : ventilation
 Respiratory status : Air way patency
 Vital sign status
Kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 Menunjukkan jalan nafas paten
 TTV dalam rentang normal
NIC
Airway Management
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
8. Berikan bronkodilator bila perlu
9. Atur intake untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
10. Monitor respirasi dan keseimbangan o2
Oxygen therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
2. Pertahankna jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigen
Vital sign monitoring
1. Monitor TD, Nadi, RR, suhu
2. Catat adanya fluktuasi TD
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
5. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
NOC : dalam waktu 2 x 24 jam
 Circulation status
 Tissue perfusion: cerebral
Kriteria hasil :
 Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
 Membuat keputusan dengan benar
NIC
Manajemen sensasi perifer
1. Monitor daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
3. Batasi gerakan pada kepala, leher atau punggung
4. Monitor adanya tromboplebhitis
5. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik
NOC : dalam waktu 1 x 24 jam
 Energy conservation
 Activity tolerance
 Self care : ADLs
Kriteria hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, RR,
Nadi
 Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
 TTV normal
 Level kelemahan
 Mamp berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmunari adekuat
NIC
Activity therapy
1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam perencanaan program
terapi yang tepat
2. Bantu pasien dalam mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
4. Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas (kursi roda, krek)
5. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
6. Bantu pasien untuk membuat jadwal aktivitas di waktu luang
7. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktifitas
8. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
9. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Menunjukkan perbaikan fungsi pernapasan
a. Kecepatan pernapasan dalam batas normal.
b. Gas darah normal.
c. Melaporkan berkurangnya dispnu dan bertambahnya rasa nyaman
d. Menggunakan terapi oksigen seperti yang diresepkan.

2. Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas


a. Melakukan aktivitas hidup sehari-hari (misalnya, menggosok gigi, makan sendiri)
b. Berpindah dari kursi ke tempat tidur sendiri
c. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
3. Mengalami berkurangnya kecemasan
d. Mendiskusikan prognosis dengan bebas
e. Mengungkapkan kecemasan dan keprihatinannya
f. Berpartisipasi dalam kelompok pendukung
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada tenaga kesehatan
profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & sudarth, 2016. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 4. jakarta: ECG

Muttaqin, Arif. 2017. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika

Sylvia & wilson. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai