Anda di halaman 1dari 88

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN BENCANA
Yang dibimbing oleh Ns. Cipto Susilo, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :
KELOMPOK 1

1. Arofatul Maghfiroh 1711011008


2. Nila Nur Aini 1711011009
3. Irfa Hidayanti 1711011012
4. Restri Wahyuningtyas 1711011020
5. Ilma Sakinah 1711011038

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bencana
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian kejadian yang
mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana serta dapat menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Karena
letak geografis Indonesia yang sedemikian rupa, hal ini mengakibatkan
Indonesia mudah diguncang oleh bencana alam seperti gempa bumi, erupsi
gunung berapi, tsunami, banjir, kekeringan, dan tanah longsor (Wulansari
et al., 2017).

B. Macam-macam Bencana
Menurut (Tyas, 2016) terdapat macam-macam bencana yaitu
sebagai berikut :
1. Bencana alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi,tsunami,gunung meletus,banjir,kekeringan,angin topan,
dan tanah longsor.
2. Bencana non alam
Bencana yang di akibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
non alam yang antara lain berupa gagal teknologi,gagal
modernisasi,epidemi dan wabah penyakit. Bencana non alam termasuk
terorisme biologi dan biokimia,tumpuhan bahan kimia,radiasi
nuklir,kebakaran,ledakan,kecelakaan transportasi,konflik bersenjata
dan tindakan perang .
3. Bencana sosial
Bencana karena oeristiwa atau rangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas.

iii
Sedangkan menurut (Khambali, 2017) klasifikasi bencana alam
berdasarkan penyebabnya sebagai berikut :
1. Bencana alam geologis
Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari
dalam bumi (gaya endogen). Termasuk dalam bencana alam geologis
adalah gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami.
2. Bencana alam klimatologis
Merupakan bencana alam yang disebabkan oleh factor angina dan
hujan. Contohnya banjir, badai, banjir bandang, angina putting
beliung, kekeringan dan kebakaran alami hutan.
3. Bencana alam ekstra-terestrial
Merupakan bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contohnya
hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai
permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat
bagi penduduk bumi.

C. Siklus Bencana dan Penanggulangan Bencana

Gambar 1 : Siklus bencana (Tyas, 2016)


Berdasarkan gambar di atas siklus penanggulangan bencana di bagi
menjadi 3 periode, yaitu :
1. Pra bencana pencegahan lebih di fokuskan, kesiapsiagaan level
medium.

iv
2. Bencana : pada saat kejadian/krisis, tanggap darurat menjadi
kegiatan terpenting.
3. Pasca bencana : pemulihan dan rekonstruksi menjadi proses
terpenting setelah bencana.

Berikut rincian tentang kegiatan penanggulangan bencana sesuai siklus


bencana diatas yaitu :

1. Pra bencana
a. Pencegahan
Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk
menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis
akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian
fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk
menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi tekanan,
mengatur dan menyebarkan energi atau material ke wilayah
yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang
b. Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan
perhatian pada pengurangan dampak dari ancaman, sehingga
dengan demikian mengurangi kemungkinan dampak negatif
pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk
menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis
akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian
fisik dan lingkungan.
c. Kesiapsiagaan
Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan
yang baik dengan memikirkan berbagai tindakan untuk
meminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya
bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan
kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat
terjadi bencana. Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada
9 kerangka, yaitu pengkajian terhadap kerentanan, membuat

v
perencanaan (pencegahan bencana), pengorganisasian, sistem
informasi, pengumpulan sumber daya, sistem alarm,
mekanisme tindakan, pendidikan dan pelatihan penduduk, gladi
resik.

2. Bencana
Saat bencana disebut juga sebagai tanggap darurat. Fase
tanggap darurat atau tindakan adalah fase dimana dilakukan
berbagai aksi darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau
harta kekayaan. Aktivitas yang dilakukan secara kongkret yaitu:
a. Instruksi pengungsian
b. Pencarian dan penyelamatan korban
c. Menjamin keamanan di lokasi bencana
d. Pengkajian terhadap kerugian akibat bencana
e. Pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi
darurat
f. Pengiriman dan penyerahan barang material, dan
g. Menyediakan tempat pengungsian, dan lain-lain.

Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih


dipersempit lagi dengan membaginya menjadi “Fase Akut” dan
“Fase Sub Akut”. Dalam Fase Akut, 48 jam pertama sejak bencana
terjadi disebut “fase penyelamatan dan pertolongan/pelayanan
medis darurat”. Pada fase ini dilakukan penyelamatan dan
pertolongan serta tindakan medis darurat terhadap orang-orang
yang terluka akibat bencana. Kira-kira satu minggu sejak
terjadinya bencana disebut dengan “Fase Akut”. Dalam fase ini,
selain tindakan “penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis
darurat”, dilakukan juga perawatan terhadap orang-orang yang
terluka pada saat mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan
tindakan-tindakan terhadap munculnya permasalahan kesehatan
selama dalam pengungsian.

vi
3. Pasca bencana
a. Fase pemulihan
Fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat
dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya
seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana).
b. Fase rekonstruksi/rehabilitasi
Jangka waktu Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi juga tidak dapat
ditentukan, namun ini merupakan fase dimana individu atau
masyarakat berusaha mengembalikan fungsifungsinya seperti
sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap
seluruh komunitas. Tetapi, seseorang atau masyarakat tidak
dapat kembali pada keadaan yang sama seperti sebelum
mengalami bencana, sehingga dengan menggunakan
pengalamannya tersebut diharapkan kehidupan individu serta
keadaan komunitas pun dapat dikembangkan secara progresif.

Kegiatan-kegiatan manajemen bencana (Khambali, 2017) :


1. Pencegahan (prevention)
Pencegahan merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya)
Misalnya :
a. Melarang pembakaran hutan dalam perladangan.
b. Melarang penambangan baty di daerah yang curam.
c. Melarang membuang sampah sembarangan.

2. Mitigasi Bencana (mitigation)


Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui bangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapai ancaman bencana (UU
24/2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak
yang ditimbulkan oleh bencana.

vii
Bentuk mitigasi :
a. Mitigasi struktural (membuat checkdam,
bendungan,tanggul sungai,rumah tahan gempa, dan lain-
lain).
b. Mitigasi nonstruktural (peraturan perundang-undangan,
pelatihan dan lain-lain).

3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007).
Misalnya, penyiapan sarana komunikasi, pos komando,penyiapan
lokasi evakuasi, rencana kontinjensi, dan sosialisasi
peraturan/pedoman penanggulangan bencana.

4. Peringatan Dini (early warning)


Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyrakat tentang kemungkinan
terjadinya bencan pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang
(UU 24/2007), atau upaya untuk memberikan tanda peringatan
bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini harus :
a. Menjangkau masyarakat (accessible)
b. Segera (immediate)
c. Tegas tidak membingungkan (coherent)
d. Bersifat resmi (official)

5. Tanggap Darurat (Response)


Tanggap daruarat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat
kejadian bencana untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan,
terutama berupa penyelematan korban dan harta benda, evakuasi,
dan pengungsian.

viii
6. Bantuan Darurat (Relief)
Bantuan darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan,
sandang, tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air
bersih.

7. Pemulihan (Recovery)
a. Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali prasaran dan
sarana pada keadaan semula.
b. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan
pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas,
dan lain-lain).

8. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah langkah upaya yang diambil setelah kejadian
bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya,
fasilitas umum, dan fasilitas sosial penting dan menghidupkan
kembali roda perekonomian.

9. Rekonstruksi (Reconstruction)
Rekonstruksi merupakan program jangka menengah dan
jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial, dan ekonomi untuk
mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama
atau lebih baik dari sebelumnya.

Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah


kepentingan masyarakat, kita berharap berkurangnya korban
nyawa dan kerugian harta benda. Hal terpenting dari manajemen
bencana ini adalah adanya suatu langkah konkret dalam

ix
mengendalikan bencan sehingga korban yang tidak kita harapkan
dapt terselamatkan dengan cepat dan tepat dan upaya untuk
pemulihan pascabencana dapat dilakukan secepatnya.
Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis
masyarakat dan pemerintah atas masalah bencana alam,
menciptakan proses perbaikan total atas pengelolaan bencana,
penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada
kearifan lokal yang berbentuk peraturan negara dan peraturan
daerah atas manajemen bencana. Hal yang tak kalah pentingnya
dalam manajemen bencan ini adalah sosialisasi kehati-hatian,
terutama pada daerah rawan bencana.

D. Upaya-upaya penanggulangan bencana


Menurut (Khambali, 2017) terdapat upaya-upaya dalam
penanggulangan bencana sebagai berikut :
1. Mitigasi dapat juga diartikan sebagai peninjak bencana alam, dan pada
prinsipnya mitigasi adalah usaha-usaha, baik bersifat persiapan fisik
maupun nonfisik dalam menghadapi bencana alam. Persiapan dapat
berupa penataan ruang kawasan bencana dan kode bangunan,
sedangkan persiapan nofisik dapat berupa pendidikan tentang bencana
alam.
a. Menempatkan korban di suatu tempat yang aman
Menempatkan korban disuatu tempat yang aman adalah hal
yang mutlak untuk diperlukan. Hal ini sesuai dengan deklarasi
Hyugo yang ditetapkan pada konferensi dunia tentang pengurangan
bencana di kobe jepang pada pertengahan januari 2015 yang
berbunyi, “Negara-negara mempunyai tanggung jawab utama
untuk melindungi orang-orang dan harta yang berada dalam
wilayah kewenangan dan dari ancaman dengan memberikan
prioritas yang tinggi kepada pengurangan risiko bencana dalam
kebijakan nasional sesuai dengan kemampuan mereka dan sumber
daya yang tersedia kepada mereka.

x
b. Membentuk tim penanggullangan bencana.
c. Memberikan penyuluhan-penyuluhan.
d. Merekolasi korban secara bertahap
Akibat kompleksnya permasalahan pascabencana, maka
dibuatlan panduan internasional mengenai prinsip-prinsip
perlindungan pengungsi. Sebagai contoh, misalnya pada pasal 18
ayat (2) dan pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan setiap
manusia memiliki hak atas pendidikan. Selain itu, masih banyak
lagi pasal lain yang menekankan perlunya menindaklanjut
pemberian perlindungan terhadap para pengungsi, baik yang
disebabkan oleh bencana alam atau ulah manusia termasuk
konflik bersenjata atau perang.
2. Upaya-upaya pencegahan bencana Alam
a. Membuat pos peringatan bencana
Salah satu upaya yang kemudian dapat diupayakan adalah
dengan mendirikan pos peringatan bencana. Pos inilah yang
nantinya menentukan warga masyarakat bisa kembali menempati
tempat tinggalnya atau tidak.
b. Membiasakan hidup tertib dan disiplin
Diperlukan pola hidup tertib, yaitu dengan menegakkan
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pelestarian
lingkungan hidup. Asal masyarakat menaatinya, berarti setidaknya
kita telah berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan. Masyrakat
juga harus disiplin.
c. Memberikan pendidikan tentang lingkungan hidup
Faktor ini telah dipertegas dalam konferensi dunia tentang
langkah pengurangan bencana alam, yang diselenggarakn lebih
dari satu dsawarsa sialm,23-27 mei 1994 di Yohama Jepang forum
ini pada masa itu merupakan forum terbesar tentang bencana alam
yang pernah diselenggarakan sepanjang sejarah. Tercatat lebih dari
5000 peserta hadir yang berasal dari 148 negara.

xi
E. Peran Perawat pada Bencana di Berbagai Tempat
Perawat sebagai bagian dari petugas kesehatan yang ikut dalam
penanggulangan bencana dapat berda di berbagai tempat seperti di rumah
sakit, di pusat evakuasi, di klinik berjalan atau di puskesmas. Menurut
(Tyas, 2016) terdapat peran perawat sesuai dengan tempat tugasnya :
1. Peran Perawat di Rumah Sakit yang terkena Dampak Bencana

Peran perawat di rumah sakit yang terkena bencana (ICN,2009) yaitu :

a. Sebagai manager, perawat mempunyai tugas antara lain, mengelola

pelayanan gawat darurat, mengelola fasilitas, peralatan, dan ovat-

obatan live saving, mengelola administrasi dan keuangan ugd,

melaksanakan pengendalian mutu pelayanan gadar, melakukan

koordinasi dengan unit RS lain.

b. Sebagai leadership, memiliki tugas untuk mengelola tenaga medis,

tenaga keperawatan dan tenaga non medis, membagi jadwal dinas.

c. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver), perawat harus

melakukan pelayanan siaga bencana dan memilah masalah fisik

dan psikologis yang terjadi pada pasien

2. Peran Perawat di Pusat Evakuasi

Di pusat evakuasi perawat mempunyai peran sebagai :

a. Koodinator, berwenang untuk mengkoordinir sumberdaya baik

tenaga kesehatan, peralatan evakuasi dan bahan logistik,

mengkoordinir daerah yang menjadi tempat evakuasi

b. Sebagai pelaksana evakuasi, perawat harus melakukan transportasi

pasien, stabilitas pasien, merujuk pasien dan membantu

penyediaan ari bersih dan sanitasi di daerah bencana.

3. Peran Perawat di Klinik Lapangan (Mobile Clinic)

xii
Peran Perawat di klinik berjalan (mobile clinic) adalah

melakukan triage, penanganan trauma, perawatan emergency,

perawatan akut, pertolongan pertama, kontrol infeksi, pemberian

supportive, palliative.

4. Peran Perawat di Puskesmas

Peran Perawat di puskesmas saat terjadi bencana adalah

melakukan perawatan pasien ringan, pemberian obat ringan, merujuk

pasien.

F. Data Demografi dan Aspek Perawat Pada Bencana


No Aspek Peran
1. Pencarian dan a. Melokasi korban.
b. Memindahkan korban dari daerah
penyelamatan
berbahaya ke tempat
pengumpulan/penampungan.
c. Memeriksa status kesehatan korban
(triase ditempat kejadian).
d. Memberi perolongan pertama jika
diperlukan.
e. Memindahkan korban ke pos medis
lapangan jika diperlukan.
2. Triase a. Identifikasi secara korban yang
membutuhkan stabilitasi segera
(perawatan di lapangan).
b. Identifikasi korban yang hanya dapat
di selamatkan dengan pembedahan
darurat (live saving surgery).
c. Pasien harus diidentifikasi di
letakkan secara cepat dan tepat,

xiii
mengelompokkan korban sesuai
dengan keparahan pada masing-
masing warna tag yaitu kuning dan
merah
d. Area tindakan harus di tentukan
sebelumnya dan diberi tanda.
e. Penemuan, isolasi dan tindakan
pasien terkontaminasi/terinfeksi
harus diutamakan.
3. Pertolongan pertama a. Mengobati luka ringan secara efektif
dengan melakukan teknik
pertolongan pertama, seperti kontrol
perdarahan, mengobati shock dan
menstabilkan patah tulang
b. Melakukan pertolongan bantuan
hidup dasar seperti manajemen
perdarahan eksternal, mengamankan
pernafasan, dan melakukan teknik
yang sesuai dalam penanganan
cedera.
c. Mempunyai keterampilan
pertolongan pertama seperti
membersihkan jalan napas,
melakukan resusitasi dari mulut-
mulut, melakukan CPR/RJP,
mengobati shock, dan mengendalikan
perdarahan.
d. Membuka saluran udara secepat
mungkin dan memeriksa obstruksi
saluran napas harus menjadi tindakan
pertama, jika perlu saluran udara
harus dibuka dengan metode Head-
Tilt/Chin-lift

xiv
e. Mengakolasikan pertolongan pertama
pada korban dengan perdarahan,
yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kelemahan dan apabila
akhirnya shock dapat menyebabkan
korban meninggal.
4. Proses pemindahan korban a. Pemeriksaan kondisi dan stabilitas
pasien dengan memantau tanda tanda
vital
b. Pemeriksaan peralatan yang melekat
pada tubuh pasien seperti infus, pipa
ventilator/oksigen, peralatan
immobilitas dan lain-lain.
5. Perawatan di rumah sakit a. Mengukur kapasitas perawatan
rumah sakit
b. Lokasi perawatan di rumah sakit.
c. Hubungan dengan perawatan di
lapangan.
d. Arus pasien ke RS harus langsung
dan terbuka
e. Arus pasien harus cepat dan langsung
menuru RS, harus di tentukan,
tempat tidur harus tersedia di IGD,
OK, ruangan dan ICU.
6. RHA a. aMenilai kesehatan secara cepat
melalui pengumpulan informasi
cepat dengan analisis besaran
masalah sebagai dasar megambil
keputusan akan kebutuhan untuk
tindakan penanggulangan segera.
7. Peran perawat di dalam a. Memfasilitasi jadwal kunjungan
posko pengungsian dan konsultasi medis dan cek kesehatan
posko bencana sehari-hari.

xv
b. Tetap menyusun rencana prioritas
asuhan keperawatan harian.
c. Merencanakan dan menfasilitasi
transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan
harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan
obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan
penempatan pasien dangan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan
labil hingga membahayakan diri dan
lingkungannya berkoordinasi dengan
perawat jiwa.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis
yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan
seringnya menangis dan mengisolasi
diri) maupun reaksi psikosomatik
(hilang nafsu makan,insomnia,
fatigue, mual muntah, dan kelemahan
otot).
h. Membantu terapi kejiwaan korban
khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi
lingkungan misal dengan terapi
bermain
i. Memfasilitasi konseling dan terapi
kejiwaan lainnya oleh para psikolog
dan psikiater.

xvi
j. Konsultasikan bersama supervisi
setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat
yang tidak mengungsi.
8. Peran perawat dalam fase a. Membantu masyarakat untuk
postimpact kembali pada kehidupan normal
melalui proses konsultasi atau
edukasi.
b. Membantu memulihkan kondisi fisik
yang memelukan penyembuhan
jangka waktu yang lama untuk
normal kembali bahkan terdapat
keadaan dimana kecacatan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Khambali, I. (2017). Manajemen Penanggulangan Bencana (P. Christian (ed.)).

xvii
Tyas, M. D. C. (2016). Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen
Bencana. 194.
Wulansari, D., Darumurti, A., Hartomi, D., & Padma, A. (2017). Pengembangan
sumber daya manusia dalam manjemen bencana. 4, 409–421.

MAKALAH
JENIS-JENIS BENCANA DAN SIKLUS BENCANA

xviii
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN BENCANA
Yang dibina oleh Ns. Cipto Susilo, S.Pd., S.Kep., M.Kep.

Oleh :

Kelompok 2
1. Nike Chandra Bella 1711011013
2. Dwi Indri aini 1711011022
3. Yudhita Hardiyanti 1711011026
4. Maretha Florencia I.P. 1711011043
5. Jefry Trio Hanas 1711011045

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2020

xix
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bencana

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana dalam
terminology bahasa inggris disebut dengan disaster, berasal dari kata Latin
yaitu dis dan astro/aster. Dis berarti buruk atau terasa tidak nyaman dan aster
berarti bintang dengan demikian secara harfiah disaster berarti menjauh dari
lintasan bintang atau dapat diartikan kejadian yang disebabkan oleh
konfirgurasi astrologi (perbintangan) yang tidak diinginkan (Heryana, 2020).
B. Jenis-Jenis Bencana

1. Klasifikasi berdasarkan sifat bencana

Setiap bencana memiliki magnitude atau besaran dampak yang


disebabkannya. Berdasarkan karakteristiktersebut tidak semua kejadian
yang tidak diinginkan masuk dalam katagori bencana. Dalam terminology
kebencanaan ada perbedaan antara event, disaster dan catastrophe.
Misalnya kebakaran sebuah rumah yang dapat ditangani oleh petugas
pemadam kebakaran, masuk dalam kategori event atau kejadian bukan
disaster atau bencana (Coppola,2015). Catastrophe atau katastropik
memiliki dampak yang lebih hebat dibandingkan bencana. Menurut
Quarantelli, sebuah peristiwa masuk dalam katagori katastropik jika
(Etkin, 2016)
a. Berdampak hebat terhadap hamper atau seluruh infrastruktur
masyarakat

b. Pemerintah setempat tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana


mestinya bahkan berlanjut hingga masa recovery (perbaikan pasca
bencana)

20
c. Kegiatan sehari-hari masyarakat terganggu hamper setiap hari

d. Komunitas masyarakat yang berdekatan tidak dapat memberikan


bantuan

Dilihat dari kemampuan pengelolaannya bencana dapat terbagi


menjadi tiga yaitu ( Coppola,2015)
a. Bencana local (local disaster) yaitu bencana yang dapat ditangani oleh
pemerintah local setempat seperti provensi, kota, jika tidak dapat
ditangani maka menjadi bencana nasional.

b. Bencana nasional (nasional disaster) yaitu bencana yang dapat


ditangani oleh pemerintah nasional atau negara setempat.

c. Bencana internasional (international disaster) yaitu bencana yang


harus ditangani oleh lembaga internasional atau koalisi beberapa
Negara yang membantu penanganan bencana.

Bencana dapat juga digolongkan menurut kecepatan kejadiannya yaitu


rapid disaster dan slow disaster (Etkin, 2016).
a. Rapid disaster

Kecepatan kejadian rapid disaster tentu lebih slow disaster. Rapid


disaster yaitu bencana yang terjadi secara tiba-tiba atau sudden-onset
disaster yang terjadi dengan sedikit atau tanpa peringatan dini dan
biasanya memiliki efek menghancurkan selama berjam-jam atau
berhari-hari. Contohnya antara lain gempa bumi, tsunami, gunung
berapi, longsor, badai tornado, dan banjir. Kemampuan manusia dalam
merespon dan memberikan bantuan kepada korban pada bencana ini
bisa berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan, bahkan pernah
mencapai 1 tahun, seperti: bencana kekeringan, kelaparan, salinisasi
tanah, epidemic AIDS, dan erosi (Coppola, 2015).
b. Slow disaster

Sementara slow onset disaster atau creeping disaster adalah jenis


bencana yang terjadi secara lambat bahkan tidak terlihat gejalanya.

21
Gejala bencana baru terlihat setelah terjadi kerusakan dan penderitaan
dalam jumlah yang proporsional dan membutuhkan tindakan
kegawatdaruratan yang massif. Contohnya adalah kelaparan,
kekeringan, tanah menjadi gurun (desertification), epidemic penyakit
Dilihat dari jumlah kejadiannya, ada yang hanya terjadi satu jenis
bencana (single disaster) dan terjadi lebih dari satu bencana (compound
disaster). Pada compound disaster atau complex disaster kejadian bencana
terjadi pada waktu dan tempat yang bersamaan yang dapat memperbesar,
memperburuk dan menambah kerusakan (S. W. A. Gunn, 2013).
2. Klasifikasi berdasarkan penyebab bencana

Upaya mengklasifikasikan bencana (disaster taxonomy)


berdasarkan penyebab sudah pada tahun 1987 oleh Antony J. Taylor, yang
membagi bencana ke dalam tiga kategori yaitu natural disaster (bencana
karena alam), industrial disaster (bencana akibat industrialisasi), dan
humanistic disaster (bencana akibat perbuatan manusia). Taksonomi
bencana menurut penyebab tersebut dideskripsikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Klasifikasi/Taksonomi Bencana menurut Antony J. Taylor
Subyek Natural Disaster Industrial Humanistic
Disaster Disaster
Bumi/Tanah Longsor 1. Bendungan 1. Perusakan
Gempa runtuh ekologis,
Erosi 2. Industri yang 2. Kecalakaan di
Erupsi mengabaikan jalan raya dan
Timbunan Radon ekologis kereta
3. Longsor
(industri)
4. Jatuhnya
benda dari
luar angkasa
5. Polusi
radioaktif
6. Tanah
amblas
7. Pembuangan
limbah
berbahaya
Udara Badai salju 1. Hujan asam 1. Kecelakaan
Badai siklon 2. Poluasi pesawat udara
Badai debu kimia 2. Pembajakan

22
(gurun) 3. Ledakan di pesawat
Badai hurricans atas dan di 3. Kecelakaan
Aktivitas meteorit bawah tanah pesawat
dan 4. Awan dan angkasa
angkasa jelaga
Perubahan suhu radioaktif
ekstrim 5. Asap pabrik
Badai tornado
Api Petir/Guntur 1. Kecelakaan Pembakaran
ketel uap secara sengaja
2. Kebakaran
akibat
listrik
3. Hazard
kimia
4. Proses
pembakaran
tiba-tiba
Air Kekeringan 1. Kontaminasi Kecelakaan di laut
Banjir air oleh
Badai limbah
Tsunami 2. Tumpahan
minyak
3. Pembuangan
air
Manusi Endemik 1. Kecelakaan 1. Perselisihan
Epidemik konstruksi penduduk sipil
Kelaparan 2. Kecelakaan 2. Pemerasan
Kepadatan akibat dengan
penduduk kesalahan ancaman virus
yang ekstrim rancangan dan racun
Penyakit pes 3. Kecelakaan 3. Perang gerilya
karena 4. Penyanderaan
peralatan 5. Kekerasan
4. Produksi akibat
dan kericuhan
pemakain dalam lahraga
obat 6. Teroris
terlarang 7. Perang
5. Kecelakaan berkepanjanga
di pabrik n

Berdasarkan penyebabnya bencana dapat dikategorikan menjadi


tiga yaitu bencana yang disebabkan oleh alam atau natural disaster),
bencana akibat teknologi atau technological-caused disaster dan bencana
akibat manusia atau human-caused disaster (Etkin, 2016).

23
a. Bencana alam (natural disaster) Kejadian bencana alam diperkirakan
akan terus meningkat yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1) variasi dari siklus alam seperti solar maxima, gempa bumi dan
aktivitas vulkanik

2) pemanasan global yang minimal dapat meningkatkan aktivitas


badai yang mematikan dan kekeringan di beberapa wilayah

3) Bertambahnya variasi jenis penyakit dan penyakit akibat vector


akibat pemanasan global; dan

4) Perubahan musim, kondisi cuaca serta suhu dan kelembaban


ambient yang menyebabkan dampak buruk pada cadangan
makanan, produksi zat allergen dan isu kesehatan pada manusia
(Hogan & Burstein, 2007). Bencana alam (natural disasters) dapat
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu (Keim, 2015):

a) Bencana akibat kejadian biologis (biological disaster).


Bencana ini disebabkan oleh patogen bakteri atau virus yang
dapat berbentuk pandemic, wabah, atau epidemic penyakit
menular. Dalam Dictionary of Disaster Medicine and
Humanitarian Relief disebutkan bahwa bencana biologis
adalah bencana yang diakibatkan oleh paparan/pajanan
biomassa atau organisme hidup dalam jumlah besar terhadap
zat-zat beracun, bakteri atau radiasi (S. W. A. Gunn, 2013).

b) Bencana akibat kejadian hidro-meteorologik (hydro-


meteorological disaster). Bencana ini dapat disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi atau rendah. Yang sering terjadi adalah
bencana akibat curah hujan tinggi yaitu banjur dan badai.
Bencana badai meliputi badai siklon tropis, tornado, badai
angin, dan badai salju. Sedangkan bencana akibat curah hujan
rendah antara lain: kekeringan (kadang bersamaan dengan

24
badai debu), kebakaran yang tidak terkendali seperti di hutan,
dan gelombang panas.

c) Bencana akibat kejadian geofisika (geo-physical disaster).


Bencana ini disebabkan oleh energi yang dihasilkan dari
berbagai kejadian geofisika. Bencana ini terbagi menjadi tiga
yaitu (1) bencana karena energi seismic seperti gempa bumi
dan tsunami; (2) bencana karena energi vulkanik seperti erupsi
gunung berapi dan aliran larva gunung; dan (3) bencana karena
energy gravitasi seperti longsor (longsoran puing, longsor
lumpur, longsoran lahar vulkanik, dan longsoran salju.

b. Bencana akibat industry

Bencana akibat industri atau industrial-induced disaster merupakan


bencana yang terjadi karena proses atau kegiatan industri termasuk
dalam penciptaan, uji coba, penerapan, atau kegagalan dalam penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan teknologi
menghasilkan hazard (bahaya) industri seperti limbah dan radiasi
industri serta bencana kimia. Berton-ton material berbahaya dibawa ke
pemukiman padat setiap hari, dimana setiap ton material memiliki
potensi bahaya yang mematikan (Hogan & Burstein, 2007). Contoh
bencana teknologi adalah ujicoba nuklir di Bikini Atoll kepulauan
Masrshall tahun 1946, dan di Three Mile Island Pennsylvania tahun
1976, dan di Chernobyl Ukraina tahun 1986 (A. M. Gunn, 2008).
c. Bencana akibat manusia Bencana akibat manusia disebut juga manmade
disaster atau natural-induced disaster. (Beach, 2010). Bencana ini
merupakan hasil dari kesalahan yang dibuat manusia atau niat jahat dan
kejadian apapun yang ketika itu terjadi ditinggalkan oleh pelakunya
dengan anggapan bahwa ketika bencana terjadi lagi masyarakat dapat
mencegahnya.

25
C. Siklus Bencana

Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor


geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat
hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana
akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak,
hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakan industri, kecelakaan
transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah
manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya
yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan
kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatudaerah
konflik.
Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu
penataan atau perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga
dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu. Penanggulangan yang
dilakukan selama ini belum didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis
dan terencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih dan bahkan terdapat
langkah upaya yang penting tidak tertangani. Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengamanatkan pada pasal 35
dan 36 agar setiap daerah dalam upaya penanggulangan bencana, mempunyai
perencanaan penanggulangan bencana. Secara lebih rinci disebutkan di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Dengan tujuan, memberikan pedoman atau
panduan dalam menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (disaster
management plan) yang menyeluruh, terarah dan terpadu di tingkat Propinsi /
Kabupaten / Kota.
Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana ini
meliputi :
1. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana

2. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat

3. Analisis kemungkinan dampak bencana

26
4. Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana

5. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana

6. Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya


yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Rangkaian kegiatan tersebut apabila digambarkan dalam siklus
penanggulangan bencana adalah sebagai berikut:
Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga tahapan yakni:
1. Pra bencana, meliputi:

a. Situasi tidak terjadi bencana

b. Situasi terdapat potensi bencana

2. Saat tanggap darurat yang dilakukan dalam situasu terjadi bencana

3. Pasca bencana yang dilakukan saat setelah terjadi bencana

Secara umum perencanaan dalam penanggulangan bencanadilakukan


pada setiap tahapan dalam penyelenggaran penanggulangan bencana.

27
Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, agarsetiap kegiatan
dalam setiap tahapan dapat berjalan dengan terarah,maka disusun suatu
rencana yang spesifik pada setiap tahapan penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
1. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana,dilakukan
penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana(Disaster Management
Plan), yang merupakan rencana umumdan menyeluruh yang meliputi
seluruh tahapan / bidang kerjakebencanaan. Secara khusus untuk upaya
pencegahan danmitigasi bencana tertentu terdapat rencana yang disebut
rencanamitigasi misalnya Rencana Mitigasi Bencana Banjir DKI Jakarta.

2. Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensibencana dilakukan


penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untukmenghadapi keadaan darurat
yang didasarkan atas skenariomenghadapi bencana tertentu (single hazard)
maka disusunsatu rencana yang disebut Rencana Kontinjensi (Contingency
Plan).

Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan


terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta
benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan
dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan
yang dilakukan antara lain:

28
a. Pengaktifan pos - pos siaga bencana dengan segenap unsur
pendukungnya.

b. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor


Penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan
pekerjaan umum).

c. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan

d. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.

e. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu


guna mendukung tugas kebencanaan.

f. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early


warning)

g. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)

h. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)

3. Saat Tanggap Darurat dilakukan Rencana Operasi (Operational Plan) yang


merupakan operasionalisasi / aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau
Rencana Kontinjensi yang telah disusun sebelumnya.

Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau


pengerahan pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa
bencana, guna menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian,
dan sumber daya;
b. penentuan status keadaan darurat bencana;
c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. pemenuhan kebutuhan dasar;
e. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

29
4. Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan RencanaPemulihan
(Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang
dilakukan pada pascabencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi,
maka untuk mengantisipasi kejadian bencana dimasa mendatangdilakukan
penyusunan petunjuk /pedoman mekanismepenanggulangan pasca
bencana.
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk
mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak
menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan
penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan meliputi:
a. perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. pemulihan sosial psikologis;
e. pelayanan kesehatan;
f. rekonsiliasi dan resolusi konflik;
g. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
h. pemulihan keamanan dan ketertiban;
i. pemulihan fungsi pemerintahan; dan
j. pemulihan fungsi pelayanan public
Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun
kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik
dan sempurna. Oleh sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui
suatu perencanaan yang didahului oleh pengkajian dari berbagai ahli dan
sektor terkait.
a. pembangunan kembali prasarana dan sarana;
b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana;

30
e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha dan masyarakat;
f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
g. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

31
DAFTAR PUSTAKA

Natawidjaya, Danny Hilman. 2015. Siklus Mega Tsunami di Wilayah Aceh


Andaman dalam Konteks Sejarah. Vol. 25, No. 1. Page 49-62.
Reich, B., & Henderson, S. (2015). Connected Preparedness: Disaster
Preparation and Media. In Hanbook of Public Health in Natural
Disasters: Nutrition, Food, Remediation, and Preparation. Netherland:
Wageningens Academic.
Yuliana, Irma. 2019. Adopsi Social Network Analysis (SNA) dalam Upaya
Membangun Ketangguhan Bencana di Masyarakat. Vol. 2 No. 2. Page 49-
54.

32
MAKALAH
SIKLUS BENCANA DAN JENIS BENCANA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN BENCANA
Dosen Pengampu: Ns. Cipto Susilo, S.Pd.,M.Kep

Oleh:
Kelompok 3
Mahudeh 1711011011
Trisetya Mustikawati 1711011019
Fibdatul Munawaroh 1711011029
Mohammad Zaihullah 1711011033
Apriliya Dwi Prasanti 1711011039

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020

33
SIKLUS BENCANA DAN JENIS BENCANA

A. Siklus Bencana
Siklus bencana yang terjadi dapat digambarkan seperti sebuah
lingkaran atau disebut sebagai suatu siklus, seperti gambar berikut ini

Siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra
bencana,fase bencana dan fase pasca bencana. Semua fase ini saling
mempengaruhi dan berjalan terus sepanjang masa. Siklus bencana ini
menjadi acuan untuk melakukan penanggulangan bencana yang bisa dibagi
menjadi beberapa tahap seperti gambar dibawah ini (Hamarno, 2016)

34
Manajemen bencana meliputi tahap - tahap sebagai berikut :
1. Sebelum bencana terjadi (fase pra bencana), meliputi langkah – langkah
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan kewaspadaan
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi (fase bencana),
meliputi langkah – langkah peringatan dini, penyelamatan, pengungsian
dan pencarian korban
3. Sesudah terjadinya bencana (fase pasca bencana), meliputi langkah
penyantunan dan pelayanan, konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut,
penyembuhan, rekonstruksi dan pemukiman kembali penduduk
(Rosyanti dan Hadi, 2016)
Tahapan diatas dalam kenyataannya tidak dapat ditarik tegas
antara tahapan satu ketahapan berikutnya. Demikian pula langkah –
langkah yang diambil belum tentu dapat dilaksanakan secara berturut –
turut dan runtut. Namun jelas bahwa manajemen bencara (disarter
management) adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang
menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang merupakan siklus kegiatan
1. Sebelum bencana terjadi
a. Pencegahan, yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya
penyusunan berbagai peraturan perundang–undangan yang bertujuan
mengurangi resiko bencana. Misal peraturan tentang RUTL, IMB,
rencana tata guna tanah, rencana pembuatan peta rawan bencana
dsb.
b. Mitigasi, upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan
bencana, misal pembuatan tanggul, sabodam, check dam, break
water, rehabilitasi dan normalisasi saluran
c. Kesiapsiagaan yaitu kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan
kepada masyarakat, petugas di lapangan maupun operator
pemerintah, disamping itu perlu dilatih ketrampilan dan kemahiran
serta kewaspadaan masyarakat (Hamarmo,2016)
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi
a. Peringatan dini, yaitu kegiatan yang memberikan tanda atau isyarat
terjadinya bencana pada kesempatan pertama dan paling awal.

35
Peringatan dini ini diperlukan bagi penduduk yang bertempat
tinggal didaerah rawan bencana agar mereka mempunyai
kesempatan untuk menyelamatkan diri.
b. Penyelamatan dan pencarian, yaitu kegiatan yang meliputi
pemberian pertolongan dan bantuan kepada penduduk yang
mengalami bencana. Kegiatan ini meliputi mencari, menyeleksi dan
memilah penduduk yang meninggal, luka berat, luka ringan serta
menyelamatkan penduduk yang masih hidup
c. Pengungsian, yaitu kegiatan memindahkan penduduk yang sehat,
luka ringan dan luka berat ke tempat pengungsian (evakuasi) yang
lebih aman dan terlindung dari resiko dan ancaman bencana
(Hamarno, 2016)
3. Sesudah bencana
a. Penyantunan dan pelayanan, yaitu kegiatan pemberian pertolongan
kepada para pengungsi untuk tempat tinggal sementara, makan,
pakaian dan kesehatan.
b. Konsolidasi, yaitu kegiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh petugas dan masyarakat dalam tanggap
darurat, antara lain dengan melakukan pencarian dan penyelamatan
ulang, penghitungan ulang korban yang meninggal, hilang, luka
berat, luka ringan dan yang mengungsi.
c. Rekonstruksi, yaitu kegiatan untuk membangun kembali berbagai
yang diakibatkan oleh bencana secara lebih baik dari pada keadaan
sebelumnya dengan telah mengantisipasi berbagai kemungkinan
terjadinya bencana di masa yang akan datang. Disini peranan K3
menjadi penting untuk mendukung siklus itu (Hamarno, 2016)

B. Jenis Bencana
Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa
atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan
(vulnerability) masyarakat. Hubungan keduanya dapat digambarkan apabila
gangguan atau ancaman tersebut muncul ke permukaan tetapi masyarakat

36
tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa
yang mengganggu tersebut, sementara bila kondisi masyarakat rentan tetapi
tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana.
Bencana dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa
gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosialantarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
(Rosyanti dan Hadi, 2016)

Berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:


1. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya
yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-
bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia
seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan
lainnya.
2. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam,
seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya. (Rosyanti dan
Hadi, 2016)

Klasifikasi berdasarkan sifat bencana

37
Setiap bencana memiliki magnitude atau besaran dampak yang
disebabkannya. Berdasarkan karakteristik tersebut tidak semua kejadian
yang tidak diinginkan masuk dalam kategori bencana. Dalam terminologi
kebencanaan ada perbedaan antara event, disaster dan catastrophe. Misalnya
kebakaran sebuah rumah yang dapat ditangani oleh petugas pemadam
kebakaran, masuk dalam kategori event atau kejadian, bukan disaster atau
bencana (Coppola, 2015). Catastrophe atau katastropik memiliki dampak
yang lebih hebat dibanding bencana. Menurut Quarantelli, sebuah peristiwa
masuk dalam kategori katastropik jika (Etkin, 2016):
a. Berdampak hebat terhadap hamper atau seluruh infrastruktur masyarakat
b. Pemerintah setempat tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana
mestinya bahkan berlanjut hingga masa recovery (perbaikan pasca
bencana)
c. Kegiatan sehari-hari masyarakat terganggu hampir setiap hari
d. Komunitas masyarakat yang berdekatan tidak dapat memberikan
bantuan

Bencana dapat juga digolongkan menurut kecepatan kejadiannya yaitu


rapid disaster dan slow disaster (Etkin, 2016)
1. Rapid Disaster
Kecepatan kejadian rapid disaster tentu lebih slow disaster. Rapid
disaster yaitu bencana yang terjadi secara tiba-tiba atau sudden-onset
disaster yang terjadi dengan sedikit atau tanpa peringatan dini dan
biasanya memiliki efek menghancurkan selama berjam-jam atau berhari-
hari. Contohnya antara lain gempa bumi, tsunami, gunung berapi,
longsor, badai tornado, dan banjir. Kemampuan manusia dalam
merespon dan memberikan bantuan kepada korban pada bencana ini bisa
berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan, bahkan pernah
mencapai 1 tahun, seperti: bencana kekeringan, kelaparan, salinisasi
tanah, epidemic AIDS, dan erosi (Coppola, 2015)
2. Slow Disaster

38
Slow onset disaster atau creeping disaster adalah jenis bencana
yang terjadi secara lambat bahkan tidak terlihat gejalanya. Gejala
bencana baru terlihat setelah terjadi kerusakan dan penderitaan dalam
jumlah yang proporsional dan membutuhkan tindakan kegawatdaruratan
yang massif. Contohnya adalah kelaparan, kekeringan, tanah menjadi
gurun (desertification), epidemic penyakit. (Heryana, 2020)

Dilihat dari jumlah kejadiannya, ada yang hanya terjadi satu jenis
bencana (single disaster) dan terjadi lebih dari satu bencana (compound
disaster). Pada compound disaster atau complex disaster kejadian bencana
terjadi pada waktu dan tempat yang bersamaan yang dapat memperbesar,
memperburuk dan menambah kerusakan ((S. W. A. Gunn, (2013) dalam
Heryana (2020))

Jenis-jenis bencana yaitu (Rosyanti dan Hadi, 2016):


1. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi
dipermukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba
yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi biasa disebabkan
oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Jenis-jenis gempa bumi
diantaranya ialah
a. Gempa bumi vulkanik, yaitu gempa bumi ini terjadi akibat adanya
aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan
timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya getaran
atau goyangan pada permukaan bumi. Biasanya untuk gempa bumi
jenis ini hanya terasa di sekitar gunung api tersebut. (insert pict)
b. Gempa bumi tektonik, yaitu gempa bumi ini disebabkan oleh adanya
aktivitas tektonik berupa pergeseran lempeng lempeng tektonik
secara mendadak yangmempunyai kekuatan dari yang sangat kecil
hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang

39
kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik
disebabkan oleh perlepasan (tenaga) yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan
dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan
antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik.
2. Tsunami
Tsunami adalah serangkaian gelombang air laut besar hingga
menghantam pesisir dengan kecepatan tinggi. Tsunami terjadi karena
adanya aktivitas di dasar laut yang disebabkan oleh lentingan lempeng
di bawah laut, letusan gunung api di bawah laut, maupun longsor yang
terjadi di dasar laut. Ciri – ciri umum terjadinya tsunami adalah gempa
bumi, letusan gunung api atau jatuhnya meteor di dasar laut yang
menimbulkan gelombang besar menuju pesisir laut.
Getaran sebelum tsunami dapat dirasakan sebelum tsunami datang,
namun juga tidak dapat dirasakan sebelumnya atau biasanya disebut
tsunami kiriman. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat
dengan kecepatan 500-1000 km perjam setara dengan kecepatan pesawat
terbang.
3. Gunung Api
Gunung Api merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan
magma di dalamperut bumi yang didorong keluar oleh gas yang
bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam
lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih
dari 1.000°C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava.
Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C.
Letusan gunung api yang membawa batu dan abu dapat
menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya
bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung
berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut
gunung berapi aktif.
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui
beberapa tanda, antara lain:

40
a. Suhu di sekitar gunung naik.
b. Mata air menjadi kering
c. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran
(gempa)
d. Tumbuhan di sekitar gunung layu
e. Binatang di sekitar gunung bermigrasi
4. Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa
banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir
pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan
sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir
mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga
membawa lumpur berbau yang menutup segalanya setelah air surut.
Banjir adalah hal yang rutin, setiap tahun pasti datang. Banjir dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
a. Rusaknya areal pemukiman penduduk
b. Sulitnya mendapatkan air bersih
c. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk
d. Rusaknya areal pertanian
e. Timbulnya wabah penyakit
f. Menghambat transportasi darat
5. Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu
daerah dalammasa yang berkepanjangan, beberapa bulan hingga
bertahun-tahun. Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara
terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim
kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan
air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun
penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi bencana alam
apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber
pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang
ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan

41
suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat
berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi
intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
6. Angin Topan
Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan 120
km/jam ataulebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis
balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan
dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan
dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah
tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar
daerah sistem tekanan rendah yang ekstremdengan kecepatan sekitar
20km/jam.
7. Tanah longsor
Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah longsor adalah
suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan
atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besartanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh
dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong
adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material itu sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah
gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, adapula faktor-
faktor lainnya yang turut berpengaruh, yaitu:
a.Erosi yang disebabkan oleh sungai-sungai atau gelombang laut yang
menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam
b. Lereng bebatuan dan tanah lemah melalui yang diakibatkan hujan
lebat
c.Gempa bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya
lerenglerengyang lemah
d.Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat
dan aliran debu-debu

42
e. Getaran mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan
bahkan petir berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari
berkumpulnya hujan atau salju

43
DAFTAR PUSTAKA

Coppola, D. P. (2015). Introduction to International Disaster Management (3rd


ed.). Oxford: Elsevier Ltd.
Etkin, D. (2016). Disaster Theory: An Interdisciplinary Approach to Concepts
and Causes. Oxford: Elsevier Ltd.
Hamarno, Rudi. (2016). Konsep Dasar Manajemen, Analisis Risiko Bencana dan
Dampak Psikologi Bencana, Modul Keperawatan Gawat Darurat dan
Manajemen Bencana. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan Kemenkes RI
Heryana, A. (2020). Pengertian dan Jenis Bencana. Jakarta: Universitas Esa
Unggul
Rosyanti, Lilin & Hadi, Indriono. (2016). Bahan Ajar Konsep dan
Penanggulangan Bencana. Poltekkes Kendari

44
MAKALAH
SIKLUS BENCANA DAN JENIS-JENIS BENCANA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN BENCANA
yang dibina oleh Ns. Cipto Susilo, M.Kep.

Oleh :
Kelompok 4
Tri Ucarin Febrianti 1711011044
Aliyatunisa’ 1711011014
Larasati Cahya V 1711011018
Arwanda Hedy S 1711011030
Akhmad Ferdy F 1711011006

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
September, 2020

45
A. SIKLUS BENCANA
Pelayanan kesehatan pada saat bencana merupakan faktor yang sangat
penting untuk mencegah terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit,
serta mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana yang merupakan suatu
kejadian yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi secara mendadak serta
menimbulkan korban jiwa. Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam
penanggulangan krisis di daerah bencana adalah kurangnya Sumber Daya Manusia
(SDM) Kesehatan yang dapat difungsikan baik dari segi jumlah dan jenis serta
kompetensinya (Susilawati et al., 2019).
Walaupun setiap bencana mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
namun pada hakekatnya pola pengelolaannya secara substansi hampir sama. Oleh
karena itu, dari filosofi dan konsep menajemen bencana maka dapat dibuat suatu
siklus pengelolaan bencana yang terpadu. Siklus ini secara umum menggambarkan
proses-proses pengelolaan bencana yang pada intinya merupakan tindakan-
tindakan nyata dari jauh sebelum bencana bakal terjadi, pra bencana, saat
menjelang bencana dan pasca bencana. Siklus ini dapat dipakai sebagai acuan
untuk mengelola hampir semua bencana.
Kejadian bencana-bencana alam seperti : banjir, longsor dan kekeringan
dipengaruhi oleh kondisi dua musim sepanjang tahun; musim hujan dan musim
kemarau. Pengertian pra, saat dan pasca bencana dapat didasarkan atas perubahan
musim ini. Namun untuk bencana lainnya seperti tsunami saat menjelang atau
kejadian bencana sulit untuk diketahui. Sehingga jenis-jenis bencana yang tidak
mengikuti suatu periode waktu lebih tepat dipakai pengertian kegiatan yaitu mulai
dari perencanaaan dan pengembangan, action plan atau implementasi dari
perencanaan yang matang, pencegahan, Pengelolaan Bencana digambarkan
sebagai berikut (Putra,A. et al, 2015) :
1. Tahap Pra Bencana
Kegiatan pra bencana mencakup pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan
dan peringatan dini. Banjir merupakan salah satu bencana yang rutin dialami
oleh masyarakat. Masyarakat juga berpandangan bahwa bencana banjir di

46
wilayah mereka, terjadi karena akibat dari permasalahan tata ruang dan
sampah yang tidak kunjung usai di wilayah Jatinangor. Dari hasil temuan
lapangan dapat diketahui bahwa terdapat upaya-upaya yang dilakukan oleh
pemerintah desa bersama masyarakat yang ditujukan untuk mencegah
terjadinya bencana banjir di wilayah mereka. Upaya pencegahan tersebut
dilakukan dengan cara mendorong masyarakat untuk kerja bakti
membersihkan lingkungan dan sampah yang menyumbat saluran sungai
Cikeruh. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seluruh anggota masyarakat,
namun belum melibatkan pihak-pihak lain seperti perguruan tinggi (melalui
mahasiswa yang tinggal di wilayah desa mereka). Dalam tahap pra bencana
ini, juga ditemukan adanya nilai-nilai lokal yang masih diterapkan di
masyarakat. Nilai-nilai lokal tersebut muncul pada sistem peringatan dini
yang ada di masyarakat. Masyarakat masih menggunakan kentongan sebagai
bentuk komunikasi ketika terjadi bencana di wilayah mereka.
Sistem peringatan ini dapat ditemukan pada pos-pos siskamling yang
ada di tiap desa. Namun, dari hasil penelitian lapangan juga dapat diketahui
bahwa masyarakat desa belum memiliki pengetahuan dalam persiapan
menghadapi bencana. Sampai dengan saat ini belum terdapat wilayah atau
kawasan yang bisa dijadikan sebagai zona aman ketika terjadi bencana.
Masyarakat selama ini hanya menggunakan tempat beribadah sebagai shelter
atau tempat berlindung bagi korban yang terkena dampak bencana. Selain
sarana ibadah tersebut, masyarakat juga umumnya mengungsi atau berlindung
di rumah kerabat-nya masing-masing. Selain itu, dari hasil penelitian lapangan
juga diketahui bahwa desa-desa yang menjadi lokasi penelitian masih belum
memiliki sistem manajemen informasi yang dapat mendukung mitigasi
bencana. Sistem tersebut seperti peta rawan bencana dan peta jalur evakuasi
sebagai titik berkumpul korban terdampak. Begitupula dengan pengetahuan
masyarakat mengenai tahap pra bencana yang masih sangat terbatas. Oleh
sebab itu tindakan yang dilakukan di tahap pra bencana masih belum bersifat
kolektif dan secara signifikan dapat mengurangi dampak dari bencana.

47
Dengan demikian, kegiatan penanggulangan bencana pada tahap pra bencana
yang dilakukan oleh masyarakat desa baru sebatas pencegahan dan peringatan
dini.
Tidak ditemukan adanya kegiatan mitigasi dan kesiap siagaan yang
dilakukan oleh masyarakat desa di lokasi penelitian ini. Di tahap pra bencana
ini juga ditemukan adanya pemanfa-atan nilai lokal dalam sistem peringatan
dini terhadap bencana di masyarakat. Nilai lokal tersebut diwujudkan dalam
penggunaan kentongan yang ada di pos kamling setiap RW.
2. Tahap Saat Bencana
Kegiatan saat terjadi bencana seharusnya mencakup kegiatan tanggap
darurat untuk meringankan korban yang terdampak, pe-nyaluran bantuan,
pengungsian, dan search and rescue. Dari hasil temuan lapangan dapat
diketahui bahwa masyarakat desa di Kecamatan Jatinangor belum memiliki
penge-tahuan untuk menghadapi bencana secara kolektif. Hal tersebut
dikarenakan masyarakat masih beranggapan bahwa bencana merupa-kan
sesuatu yang lumrah terjadi setiap tahunnya, terutama bencana banjir. Oleh
sebab itu masyarakat tidak memiliki persiapan apapun dalam menghadapi
bencana.
Tindakan yang dilakukan masyarakat saat terjadi bencana hanya
terbatas pada menyelamatkan diri serta memindahkan barang berharga ke
lokasi yang lebih aman. Sampai dengan saat ini belum terdapat jalur evakuasi
ketika bencana terjadi. Ketiadaan jalur evakuasi dapat mengakibatkan potensi
korban yang semakin meningkat karena belum adanya manajemen informasi
saat terjadi bencana. Selain itu, masyarakat juga belum terpikir mengenai apa
yang harus dilakukan ketika terjadi bencana di wilayah mereka. Begitu pula
dengan aparat pemerintah desa, dimana pemerintah desa belum menentukan
wilayah mana yang aman untuk pengungsian maupun tempat berkumpul
ketika terjadi bencana.
Wilayah desa yang cukup luas dengan karakteristik perbukitan juga
menyulitkan bagi aparat desa untuk menentukan daerah yang aman. Meskipun

48
demikian, dari hasil temuan lapangan juga dapat diketahui bahwa masyarakat
desa pada umumnya masih menunjukkan nilai-nilai kekeluargaan. Nilai-nilai
tersebut seperti saling bergotong royong atau saling membantu. Seperti
misalnya saling memberikan bantuan tempat berlindung atau tempat
pengungsian bagi keluarga maupun kerabat mereka yang menjadi korban.
Dengan demikian, dari kegiatankegiatan yang termasuk dalam tahap saat
bencana seperti kegiatan tanggap darurat untuk meringankan korban
terdampak penyaluran bantuan bagi korban pengungsian; serta search and
rescue yang sudah dilakukan oleh masyarakat desa adalah bantuan
pengungsian yang mengedepankan nilai-nilai kekeluargaan. Belum terdapat
aktifitas seperti tanggap darurat, penyaluran bantuan, maupun search and
rescue yang dilakukan oleh masyarakat.
3. Tahap Pasca Bencana
Kegiatan pasca bencana merupakan kegiatan yang mencakup
pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Dari hasil temuan lapangan
diketahui bahwa kegiatan pemulihan yang dilakukan masyarakat adalah
membersihkan lingkungan mereka dari sisa-sisa banjir seperti sampah dan
lumpur yang berceceran. Selain itu, hasil temuan lapangan juga menunjukkan
bahwa masyarakat tidak pernah melakukan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi setelah bencana terjadi.
Terkait dengan kegiatan yang dilakukan pada tahap pasca bencana ini,
masyarakat desa pada umumnya belum memiliki pengetahuan mengenai apa
yang harus mereka lakukan. Keterbatasan tersebut disebabkan minimnya
informasi yang mereka peroleh mengenai penanggulangan bencana.
Masyarakat hanya memahami bahwa apabila setelah bencana terjadi maka
mereka akan bergotong-royong membangun kembali wilayah yang terkena
bencana. Hal tersebut juga terbatas pada kegiatan pembersihan lingkungan
dari sisa-sisa bencana. Selama ini para korban terdampak bencana, dan
masyarakat desa pada umumnya, juga belum pernah diberikan pemahaman
mengenai rehabilitasi seperti trauma therapy, dan lainnya. Hal ini dikarenakan

49
adanya pemahaman masyarakat bahwa bencana merupakan takdir, sehingga
para korban maupun masyarakat pada umumnya, harus sabar menerima
kejadian becana tersebut. Dengan demikian, pada tahap pasca bencana ini
hanya terdapat kegiatan pemulihan (bersih lingkungan) yang dilakukan oleh
masyarakat. Belum ditemukan kegiatan rehabilitasi bagi korban bencana, serta
belum ada kegiatan rekonstruksi yang dilakukan oleh masyarakat.

Berikut merupakan gambaran siklus bencana :

B. JENIS-JENIS BENCANA
Bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh
karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan mengenai
bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

50
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor. Kejadian bencana alam diperkirakan akan terus meningkat yang
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
(1) variasi dari siklus alam seperti solar maxima, gempa bumi dan
aktivitas vulkanik;
(2) pemanasan global yang minimal dapat meningkatkan aktivitas
badai yang mematikan dan kekeringan di beberapa wilayah;
(3) Bertambahnya variasi jenis penyakit dan penyakit akibat vector
akibat pemanasan global; dan
(4) Perubahan musim, kondisi cuaca serta suhu dan kelembaban
ambient yang menyebabkan dampak buruk pada cadangan makanan, produksi
zat allergen dan isu kesehatan pada manusia (Hogan & Burstein, 2007).

b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa Bencana akibat industri
atau industrial-induced disaster merupakan bencana yang terjadi karena proses
atau kegiatan industri termasuk dalam penciptaan, uji coba, penerapan, atau
kegagalan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan
teknologi menghasilkan hazard (bahaya) industri seperti limbah dan radiasi
industri serta bencana kimia. Berton-ton material berbahaya dibawa ke
pemukiman padat setiap hari, dimana setiap ton material memiliki potensi
bahaya yang mematikan (Hogan & Burstein, 2007).

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Bencana ini
dapat disebut juga manmade disaster atau natural-induced disaster. (Beach,
2010).

51
Menurut Badan Nasional Penang-gulangan Bencana (2010) jenis-jenis
bencana antara lain:
a. Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan
dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke
seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya
tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak
permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan
berupa, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya
bendungan maupun tanggul penahan lainnya.
b. Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif
tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
Kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi
sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air.
c. Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik
yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas
lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu
yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang
merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau
tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.
Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis
muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis
produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana bagi
kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan
mematikan.

52
d. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan
penyusun lereng.
e. Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang
datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai
maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak
rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
f. Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi
dan lingkungan.
g. Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik
utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan
khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu
sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini
umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah
sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam.
Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.
h. Gelombang Pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal
dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama
daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya
angin kencang atau topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena
ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang
pasang sekitar 10-100 Km/jam. Gelombang pasang sangat berbahaya bagi
kapalkapal yang sedang berlayar pada suatu wilayah yang dapat
menenggelamkan kapal-kapal tersebut. Jika terjadi gelombang pasang di

53
laut menyebabkan tersapunya daerah pinggir pantai atau disebut dengan
abrasi.
i. Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan
dilanda api serta hasilnya menimbulkan kerugian. Sedangkan lahan dan
hutan adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan
desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam
penggunaan teknologi atau industri. Keadaan dimana lahan dan hutan
dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan serta hasil-
hasilnya dan menimbulkan kerugian.
j. Aksi teror atau sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan
keresahan masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau
membahayakan jiwa seseorang atau banyak orang oleh seseorang atau
golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab. Aksi teror atau sabotase
biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan
seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba
suatu wilayah,tempat, dan sebagainya. Aksi teror atau sabotase sangat sulit
dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan
seseorang atau golongan secara diam-diam dan rahasia.
k. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang
diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu
daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi atau wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita
penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di
Indonesia dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain
demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan
HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi
penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian
lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyak
adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara atau kerusuhan atau perang
atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan

54
lapisan masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.
enimbulkan korban jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim,
makanan dan pola hidup masyarakat yang salah merupakan beberapa faktor
yang dapat memicu terjadinya bencana ini.

55
DAFTAR PUSTAKA

Susilawati, A., Efendi, F., & Hadisuyatmana, S. (2019). Gambaran Kesiapan Tenaga
Kesehatan Dalam Manajemen Bencana di Pukesmas Wilayah Rawan Bencana.
Jurnal Keperawatan Komunitas, 8(1), 11–16. Diakses tanggal : 25 September
2020

Putra, A. et al. (2015) ‘Nurses ’ Role and Leadership in disaster management at the
emergency response’, Idea Nursing Journal, 6(1), pp. 25–31. Diakses tanggal :
25 September 2020

Reich, B., & Henderson, S. (2015). Connected Preparedness: Disaster Preparation


and Media. In Hanbook of Public Health in Natural Disasters: Nutrition, Food,
Remediation, and Preparation. Netherland: Wageningens Academic.

56
MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ns.Cipto Susilo, S.pd., S.kep., M.kep

Disusun oleh : Kelompok 5

1. Destianti Tamara 1711011001


2. Desi Indah Cahyaning Putri 1711011027
3. Novia Putri Saraswati 1711011032
4. Aulia Fitri Nurul Firdaus 1711011034
5. Hesti Khotimatul Wakidah 1711011036

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020

KATA PENGANTAR

57
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Keperawatan Bencana.
Meskipun banyak hambatan dalam proses pengerjaannya, tetapi kami dapat
menyelesaikannya dengan baik.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
bencana. Keberhasilan kami dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian

Jember, 26
September 2020

Penyusun

58
59
DAFTAR PUSTAKA
COVER...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUHAN...........................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................11
DAFTAR ISI......................................................................................................................12

60
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya
kejadian pun terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal tetapi
kenyataan sering tidak terelakkan. Masih untung bagi kita yang mengagungkan
Tuhan sehingga segala kehendak-Nya bisa dimengerti, meski itu berarti derita.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan
kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu.
Harta benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah
yang mudah. Dalam arti mudah difahami dan mudah diterima oleh mereka yang
mengalami. Bayangkan saja harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dipelihara
bertahun-tahun lenyap seketika.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apa definisi bencana itu ?
2.      Apa saja jenis – jenis bencana ?
3.      Apa saja siklus manajemen bencana ?

C.    Tujuan
1.      Menjelaskan definisi bencana
2.      Menjelaskan jenis-jenis bencana
3.      Menjelaskan siklus bencana

61
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bencana
Definisi tentang bencana yang pada umumnya menjelaskan tentang
karakteristik tentang gangguan terhadap pola hidup manusia, dampak bencana bagi
manusia, dampak terhadapa strukur sosial, kerusakan pada aspek sistem
pemerintahan, bangunan , dan lain – lain serta kebutuhan yang diakibatkan oleh
bencana tersebut. Sedangkan definisi menurut Undang – undang Nomor 24 Tahun
2007 Pasal 1 angka 1 : “Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan / atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis“.Peristiwa sebagaimana didefinisikan oleh Undang – undang
tersebut dapat dijelaskan bahwa peristiwa bisa bersifat satu peristiwa (peristiwa /
fenomena alam) atau bisa berupa lebih dari satu peristiwa (rangkaian peristiwa )
dalam waktu yang bersamaan. Contoh peristiwa adalah gempa tektonik, apabila
gempa tersebut diikuti tsunami, hal ini disebut sebagai rangkaian peristiwa. Definisi
bencana yang lain menurut International Strategy for Disaster Reduction (Nurjanah
dkk .2013) adalah “ Suatu kejadian, yang disebabkan oleh alam atau karena ulah
manusia, terjadi secara tiba – tiba atau perlahan – lahan, sehingga menyebabkan
hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini diluar
kemampuan masyarakat dengan segala 5 Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat (Oka,
2013)
B. Jenis-jenis bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.

62
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror
(UU RI, 2007).
Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya
dari dalam bumi. Sedangkan bencana alam klimatologis adalah bencana alam
yang disebabkan oleh perubahan iklim, suhu atau cuaca. Lain halnya dengan
bencana alam ekstra-terestrial, yaitu bencana alam yang disebabkan oleh gaya
atau energi dari luar bumi, bencana alam geologis dan klimatologis lebih
sering berdampak terhadap manusia.Menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (2010),
C. Contoh-contoh bencana antara lain:
1. Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan
dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan
ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya
tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang
merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan
bencana ikutan berupa , kecelakaan industri dan transportasi serta banjir
akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.
2. Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif
tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau
longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang
menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air.

63
3. Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik
yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitan Universitas Sumatera Utara dengan zona kegempaan aktif sebab
berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi
perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu
melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma).
Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui
rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi. Setiap gunung api memiliki
karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang
dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan
gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan
gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan.
4. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng
tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada
tanah/batuan penyusun lereng.
5. Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang
datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai
maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak
rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
6. Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi
dan lingkungan.
7. Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis
balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan
dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan
dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah

64
tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar
daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20
Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.
8. Gelombang Pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal
dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama
daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya
angin kencang atau topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena
ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan
gelombang pasang sekitar 10-100 Km/jam. Gelombang pasang sangat
berbahaya bagi kapal-kapal yang sedang berlayar pada suatu wilayah
yang dapat menenggelamkan kapal-kapal tersebut. Jika terjadi gelombang
pasang di laut akan menyebabkan tersapunya daerah pinggir pantai atau
disebut dengan abrasi. Kegagalan Teknologi
9. Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan
dilanda api serta hasilnya menimbulkan kerugian. Sedangkan lahan dan
hutan adalah adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh
kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia
dalam penggunaan teknologi atau industri. Universitas Sumatera Utara
keadaan dimana lahan dan hutan dilanda api sehingga mengakibatkan
kerusakan lahan dan hutan serta hasil-hasilnya dan menimbulkan
kerugian.
10. Aksi Teror atau Sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan
keresahan masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau
membahayakan jiwa seseorang atau banyak orang oleh seseorang atau
golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab. Aksi teror atau sabotase
biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan
seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba
suatu wilayah, tempat, dan sebagainya. Aksi teror atau sabotase sangat
sulit dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan

65
seseorang atau golongan secara diam-diam dan rahasia. Kerusuhan atau
Konflik Sosial
11. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang
diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu
daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi atau wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita
penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi
di Indonesia dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara
lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan
HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi
penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan
kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang
banyak adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara atau kerusuhan atau
perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang
melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi
tertentu. menimbulkan korban jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk,
perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat yang salah
merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini
D. Siklus manajemen bencana

Manajemen bencana meliputi tahap - tahap sebagai berikut :


1. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah – langkah pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan dan kewaspadaan.
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputilangkah-
langkah peringatan dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian
korban.
3. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan
pelayanan, konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan,
rekonstruksi danpemukiman kembali penduduk.

66
Tahapan diatas dalam kenyataannya tidak dapat ditarik tegas antara tahapan
satu ketahapan berikutnya. Demikian pula langkah – langkah yang diambil
belum tentu dapat dilaksanakan secara berturut – turut dan runtut. Namun
jelas bahwa manajemen bencara (disarter management) adalah suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan yang menyeluruh, terpadu dan berlanjut
yang merupakan siklus kegiatan :
1. Sebelum bencana terjadi.
a. Pencegahan, yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada
upaya penyusunan berbagai peraturan perundang – undangan
yang bertujuan mengurangi resiko bencana. Misal peraturan
tentang RUTL, IMB, rencana tata guna tanah, rencana pembuatan
peta rawan bencana dsb.
b. Mitigasi, upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan
bencana, misal pembuatan tanggul, sabo dam, check dam, Break
water, Rehabilitasi dan normalisasi saluran.
c. Kesiapsiagaan, Yaitu kegiatan penyuluhan, pelatihan dan
pendidikan kepada masyarakat, petugas di lapangan maupun
operator pemerintah, disamping itu perlu dilatih ketrampilan dan
kemahiran serta kewaspadaan masyarakat.

2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi.


a. Peringatan dini, yaitu kegiatan yang memberikan tanda atau isyarat
terjadinya bencana pada kesempatan pertama dan paling awal.
Peringatan dini ini diperlukan bagi penduduk yang bertempat
tinggal didaerah rawan bencana agar mereka mempunyai
kesempatan untuk menyelamatkan diri.
b. Penyelamatan dan pencarian, yaitu kegiatan yang meliputi
pemberian pertolongan dan bantuan kepada penduduk yang
mengalami bencana. Kegiatan ini meliputi mencari, menyeleksi

67
dan memilah penduduk yang meninggal, luka berat, luka ringan
serta menyelamatkan penduduk yang masih hidup.
c. Pengungsian, yaitu kegiatan memindahkan penduduk yang sehat,
luka ringan dan luka berat ketempat pengungian (evakuasi) yang
lebih aman dan terlindung dari resiko dan ancaman bencana.
3. Sesudah bencana.
a. Penyantunan dan pelayanan, yaitu kegiatan pemberian pertolongan
kepada para pengungsi untuk tempat tinggal sementara, makan,
pakaian dan kesehatan.
b. Konsolidasi, yaitu kegiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan oleh petugas dan mesyarakat dalam tanggap
darurat, antara lain dengan melakukan pencarian dan penyelamatan
ulang, penghitungan ulang korban yang meninggal, hilang, luka berat,
luka ringan dan yang mengungsi.
c. Rekonstruksi, yaitu kegiatan untuk membangun kembali berbagai
yang diakibatkan oleh bencana secara lebih baik dari pada keadaan
sebelumnya dengan telah mengantisipasi berbagai kemungkinan
terjadinya bencana di masa yang akan datang. Disini peranan K 3
menjadi penting untuk mendukung siklus itu.

68
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bencana yang pada umumnya menjelaskan tentang karakteristik tentang
gangguan terhadap pola hidup manusia, dampak bencana bagi manusia,
dampak terhadapa strukur sosial, kerusakan pada aspek sistem pemerintahan,
bangunan , dan lain – lain serta kebutuhan yang diakibatkan oleh bencana
tersebut. bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Disini juga
terdapat jenis, contoh, dan siklus bencana yang terdapat pada lingkungan
ataupun sering terjadi. Bencana sering membuat manusia disekitar takut.
B. SARAN
Kita sebagai manusia hidup di alam semesta ini pernah terjadi bahkan
mengalami yang namanya bencana maka lebih baiknya jika kita mengetahui
apa itu bencana dan jenis-jenisnya supaya kita dan keluarga dapat
menghindarinya dan dapat menglindungi dan memberikan edukasi kepada
orang lain supaya bermanfaat.

69
DAFTAR PUSTAKA

Nurjannah, dkk. 2013. Manajemen Bencana. Penerbit Alfa Beta, Bandung.


Oka, S. (2013). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat... Fkip Ump, 5–24.
Carter W Nick, tt, Disarter Management A Disarter Manager’s
Handbook,ADB,Manila
Anonim,2007, Panduan Umum penanganan bencana berbasis masyarakt,bali :
yayasan IDEP download dari https://bencana.net, 15 oktober 2008

70
MAKALAH
SIKLUS DAN MACAM-MACAM BENCANA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN BENCANA
Yang dibina oleh Ns. Cipto Susilo, S.Kep., S.Pd., M.Kep

Disusun oleh :
KELOMPOK 6

1. Nuna Riffe Magdalena 1711011004


2. Satrio Handoko 1711011015
3. Indah Febriani 1711011021
4. Siti Zainiyah 1711011024
5. Wulan Fitri Noer Sholeha 1711011031

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020

71
BENCANA

A. Pengertian Bencana
Definisi “bencana” berasal dari bahasa Inggris “disaster” yang berakar dari
kata Latin “disastro”. Disaster berasal dari gabungan kata DIS yang berarti
“negatif” dan ASTRO yang berarti”bintang (star)”. Posisi bintang diyakini
dapat mempengaruhi nasib manusia sehingga “disastro” berarti “nasib
kemalangan” atau “tidakberuntung”(unlucky). Ada juga yang mengartikan
“peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi” (Soermarno, 2011). Disaster
sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang buruk, tragedi, atau kemalangan.
Bencana adalah sebuah gangguan serius di dalam fungsi komunitas atau
masyarakat yan mengakibatkan materi, ekonomi, sosial, atau lingkungan yang
melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasinya.
Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: 
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah interaksi dari kejadian siklus alam, seperti siklus
gempabumi, siklus letusan gunung api, siklus gerakan tanah dan siklus banjir,
dari skala kecil sampai dengan skala sangat besar atau katastrofi
(Natawidjaja, 2015).
Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Tamitiadini et al.,
2019)

72
Secara umum bemcana adalah suatu kejadian yang ditimbulkan baik oleh
faktor alam maupun nonalam yang dapat mengakibatkan kehilangan nyawa
manusia, kerugian atau kerusakan ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya
(peradaban) pada wilayah tertentu (Adiyoso, 2018)

B. Jenis-Jenis Bencana
1. Emergency or acute disaster area adalah bencana yang dipicu oleh
kejadian alam, teknologi, sosialpolitik, banjir, gempa bumi, tornado,
badai, gunung meletus, kebakaran dan sebagainya.
2. Chronic disaster areasatau area bencana yang memiliki akibat dalam
jangka panjang seperti bencana kelaparan, kontaminasi radioaktif pada
lingkungan, dan sebagainya (Tamitiadini et al., 2019)
Menurut undang-undang tersebut, bencana dibagi menjadi tiga jenis yakni;
1). Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung api, badai dan
kekeringan; 2). Bencana sosial karena ulah manusia seperti konflik, perang,
serangan teroris, kegagalan teknologi dan hama pe- nyakit; dan 3) Bencana
campuran alam dab manusia yaitu banjir, kebakaran hutan dan kekurangan
pangan (Fedryansyah et al., 2018)
Bencana dapat dibagi menjadi 5 segmen, yaitu:
1. Prevention atau pencegahan
Fokus perhatian mengenai pentingnya upaya pencegahan, wilayah yang
perlu menjadi perhatian untuk dilakukan pencegahan, pendekatan yang
positif melalui upaya pencegahan, dan sumber daya apa saya yang
diperlukan untuk pencegahan.
2. Mitigation atau mitigasi
Tindakan yang dilakukan biasanya merupakan program yang spesifik
untuk mengurangi dampak dari bencana pada suatu bangsa atau
komunitas. Pemahaman tentang mitigasi lebih luas adalah implikasi
dampak dari bencana, namun demikian, dampak tersebut dapat
dimodifikasi atau dikurangi dengan tindakan yang sesuai. Beberapa
tindakan atau program terkait dengan mitigasi antara lain: Regulasi atau
pemanfaatan wilayah, regulasi tentang keamanan untuk bangunan tinggi,

73
control terhadap materi hazard, keamanan sistem transportasi darat, laut,
dan udara; pembangunan sistem untuk melindungi instalasi listrik dan
alat komunikasi vital, pembangunan infrastruktur seperti misalnya
pembangunan jalan bebas hambatan yang tidak berdekatan dengan
wilayah rawan bencana.
3. Preparedness atau kesiapsiagaan
Pada fase ini terdapat beberapa hal penting yang diperlukan sebagai
upaya peringatan dini yaitu: deteksi dini yang dilakukan akan datangnya
bencana, proses peringatan dini yang harus dilakukan oleh pihak yang
memiliki wewenang sehingga menghindari informasi yang tidak perlu,
adanya rantai transmisi informasi yang efektif, pengambilan keputusan
setelah adanya peringatan dini, dan penyebaran informasi peringatan dini
kepublik secara tepat.
4. Response
Banyaknya pengalaman mitigasi bencana reaksi awal terhadap peringatan
dini bencana dapat menyelamatkan nyawa dan harta benda.
5. Recovery
Proses pemulihan yang dapat berlangsung lama bahkan bisa mencapai
waktu antara 5 hingga 10 tahun atau lebih. Pemulihan pasca bencana
biasanya melibatkan berbagai aspek seperti restorasi dan rekonstruksi.
Dalam melaksanakan program pemulihan pasca bencana keterlibatan
berbagai institusi sangat diperlukan antara lain seperti pemerintah yang
memiliki otoritas dalam hal perencanaan membangun maupun
pemerintah yang menangani bencana baik pusat maupun lokal termasuk
institusi yang menyediakan pendanaan.

74
C. Siklus Manajemen Bencana

Manajemen bencana meliputi tahap - tahap sebagai berikut :

1. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah – langkah pencegahan, mitigasi,


kesiapsiagaan dan kewaspadaan.
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah – langkah
peringatan dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban.
3. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan
pemukiman kembali penduduk.

Tahapan diatas dalam kenyataannya tidak dapat ditarik tegas antara tahapan satu
ketahapan berikutnya. Demikian pula langkah – langkah yang diambil belum tentu
dapat dilaksanakan secara berturut – turut dan runtut. Namun jelas bahwa
manajemen bencara (disarter management) adalah suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan yang menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang merupakan siklus kegiatan :

1. Sebelum bencana terjadi.


a. Pencegahan, yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya
penyusunan berbagai peraturan perundang – undangan yang bertujuan

75
mengurangi resiko bencana. Misal peraturan tentang RUTL, IMB, rencana
tata guna tanah, rencana pembuatan peta rawan bencana dsb.
b. Mitigasi, upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana, misal
pembuatan tanggul, sabo dam, check dam, Break water, Rehabilitasi dan
normalisasi saluran.
c. Kesiapsiagaan, Yaitu kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan kepada
masyarakat, petugas di lapangan maupun operator pemerintah, disamping itu
perlu dilatih ketrampilan dan kemahiran serta kewaspadaan masyarakat.

2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi.


a. Peringatan dini, yaitu kegiatan yang memberikan tanda atau isyarat
terjadinya bencana pada kesempatan pertama dan paling awal. Peringatan
dini ini diperlukan bagi penduduk yang bertempat tinggal didaerah rawan
bencana agar mereka mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri.
b. Penyelamatan dan pencarian, yaitu kegiatan yang meliputi pemberian
pertolongan dan bantuan kepada penduduk yang mengalami bencana.
Kegiatan ini meliputi mencari, menyeleksi dan memilah penduduk yang
meninggal, luka berat, luka ringan serta menyelamatkan penduduk yang
masih hidup.
c. Pengungsian, yaitu kegiatan memindahkan penduduk yang sehat, luka
ringan dan luka berat ketempat pengungian (evakuasi) yang lebih aman dan
terlindung dari resiko dan ancaman bencana.
3. Sesudah bencana.
a. Penyantunan dan pelayanan, yaitu kegiatan pemberian pertolongan kepada
para pengungsi untuk tempat tinggal sementara, makan, pakaian dan
kesehatan.
b. Konsolidasi, yaitu kegiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh petugas dan mesyarakat dalam tanggap darurat, antara
lain dengan melakukan pencarian dan penyelamatan ulang, penghitungan
ulang korban yang meninggal, hilang, luka berat, luka ringan dan yang
mengungsi.
c. Rekonstruksi, yaitu kegiatan untuk membangun kembali berbagai yang
diakibatkan oleh bencana secara lebih baik dari pada keadaan sebelumnya
dengan telah mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadinya bencana di

76
masa yang akan datang. Disini peranan K3 menjadi penting untuk
mendukung siklus itu.(Dalam & Bencana, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoso, W. (2018). MANAJEMEN BENCANA PENGANTAR & ISU-ISU


STRATEGIS. Jakarta: Bumi Aksara. https://books.google.co.id/books?
id=mq3xDwAAQBAJ&lpg=PP1&dq=manajemen bencana
pengantar&hl=id&pg=PP1#v=onepage&q=manajemen bencana
pengantar&f=false
Dalam, P. K., & Bencana, M. (2012). Peranan K 3 Dalam Manajemen Bencana.
Peranan K 3 Dalam Manajemen Bencana, 8(02), 37–40.
https://doi.org/10.14710/metana.v8i02.6836
Fedryansyah, M., Pancasilawan, R., & Ishartono, I. (2018). Penganggulangan
Bencana Di Masyarakat Desa Studi Di Desa Cipacing, Desa Cileles, Dan
Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Share : Social
Work Journal, 8(1), 11. https://doi.org/10.24198/share.v8i1.15961
Natawidjaja, D. H. (2015). Siklus Mega-Tsunami Di Wilayah Aceh-Andaman
Dalam Konteks Sejarah. Jurnal RISET Geologi Dan Pertambangan, 25(1),
49. https://doi.org/10.14203/risetgeotam2015.v25.107
Tamitiadini, D., Adila, I., & Dewi, W. W. A. (2019). Komunikasi Bencana (p. 134
hlm).Malang: UB Press.
https://books.google.com/books/about/Komunikasi_Bencana.html?
hl=id&id=bE3SDwAAQBAJ

77
RESUME SIKLUS BENCANA DAN JENIS-JENIS BENCANA

KEPERAWATAN BENCANA
Yang dibina oleh Ns. Cipto Susilo, S.Pd., S.Kep., M.Kep.

Oleh :
KELOMPOK 7

Enggar Teguh 1711011017


Istiqomah Ayu Ramadhani 1711011023
Ajeng Ratu Pramestim 1711011028
Sherly Silviany Ardiyanti Putri 1711011041

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
Daftar Isi

Cover ..................................................................................................................................1
Daftar Isi .......................................................................................................................... 2
Siklus Bencana.................................................................................................................. 3
Jenis Bencana .................................................................................................................. 4
Dafatr Pustaka ................................................................................................................. 7

79
A. SIKLUS BENCANA
Pengertian(Dewi Kusumayanti.Pdf, n.d.) bencana menurut adalah suatu
kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan
kerusakan lingkungan, kejadian ini di luar kemampuan masyarakat dengan sumber
dayanya ( Nurjanah dkk, 2013). Berikut adalah siklus bencana:
a. Pra bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat dilakukan sebelum bencana
terjadi melalui beberapa kegiatan, yaitu kesiapsiagaan bencana, peringatan dini
dan mitigasi bencana. Kesiapsiagaan bencana merupakan hal mendasar yang
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bencana melalui langkah-langkah yang
berdaya guna, dengan adanya kesiapsiagaan tersebut masyarakat akan lebih
waspada dan siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Selain itu dilakukannya
mitigasi bencana yang merupakan suatu usah untuk mengurangi resiko bencana,
baik dillakukan dengan cara peningkatan kemampuan dalam menghadapi
bencana, pembangunan-pembangunan fisik yang dilakukan untuk menunjang
penanggulangan bencana agar dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut
dapat diminimalisir. Berikut adalah penvegahan awal bencana: :
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan
memasuki daerah rawan bencana.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang
dan sebagainya yang berkaitan dengan pencegahan bencana.
3. Pelatihan dasar bencana.
4. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
5. Pengadaan jalur evakuasi.
6. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan,
dan mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana seperti: tanggul, dam,
bangunan tahan gempa dan sejenisnya.
b. Tanggap Darurat Bencana
Tanggap Darurat Bencana merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, meliputi kegiatan evakuasi korban, penyelamatan nyawa dan harta

80
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, serta
pemulihan darurat prasarana dan sarana.
c. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
Sedangkan rekonstruksi adalah pengembalian sesuatu ke tempatnya yang semula;
penyusunan atau penggambaran kembali dari bahan-bahan yang ada dan disusun
kembali sebagaimana adanya atau kejadian semula (Muzwardi, 2016). Pemulihan
merupakan tahapan dalam rehabillitasi yang utama.
Pemulihan dini terkait fungsi sarana dan prasarana vital pada lokasi bencana
banjir dilakukan untuk tetap berlangsungnya kegiatan kehidupan masyarakat
seperti sedia kala. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan segera oleh lembaga
terkait yaitu dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum sepenuhnya sesuai dengan
kewenangan yang berdasarkan peraturan yang berlaku. Pemulihan sarana dan
prasarana dilakukan dengan perbaikan lingkungan bencana, seperti membersihkan
jalan-jalan dari sisa banjir, memperbaiki fasilitas umum seperti sekolah, fasilitas
kesehatan, gedung pemerintahan agar proses pelayanan publik dapat dijalankan
seperti sebelumnya. Pemulihan dini dapat dilakukan secara gotong royong oleh
warga masyarakat, BPBD, TNI, relawan dan lain-lain untuk mempercepat proses
perbaikan sarana dan prasarana agar masyarakat dapat kembali beraktivitas seperti
biasa. Selain pada sarana dan prasaran umum, pemulihan juga dilakukan pada
rumah-rumah warga yang terkena arus banjir yang biasanya mengalami kerusakan
kecil, sedang, hingga parah. Biasanya pemerintah akan memberikan bantuan
kepada korban bencana untuk dapat memperbaiki rumah mereka dengan besaran
uang tertentu.
B. JENIS-JENIS BENCANA
a. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

81
harta benda, dan dampak psikologis. bencana terdiri atas bencana alam dan
bencana nonalam.
Bencana alam adalah salah satu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang
disebabkan oleh alam seperti banjir, tanah longsor, abrasi, angin puting beliung,
kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung
api. Indonesia merupakan negara yang memiliki resiko tinggi terjadinya bencana
alam karena jika dilihat dari segi letak dan kondisi fisiknya, Indonesia terletak pada
pertemuan Lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Dan secara geografis,
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentuk topografi yang bervariasi.
Bencana nonalam adalah salah satu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
nonalam seperti kebakaran, kecelakaan transportasi, dampak industri, dan lain-lain.

b. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Bencana


Setiap bencana memiliki magnitude atau besaran dampak yang
disebabkannya. Berdasarkan karakteristik tersebut tidak semua kejadian yang tidak
diinginkan masuk dalam kategori bencana. Dalam terminologi kebencanaan ada
perbedaan antara event, disaster dan catastrophe. Misalnya kebakaran sebuah
rumah yang dapat ditangani oleh petugas pemadam kebakaran, masuk dalam
kategori event atau kejadian, bukan disaster atau bencana (Coppola, 2015).
Catastrophe atau katastropik memiliki dampak yang lebih hebat dibanding
bencana. Menurut Quarantelli, sebuah peristiwa masuk dalam kategori katastropik
jika (Etkin, 2016) :
a. Berdampak hebat terhadap hamper atau seluruh infrastruktur masyarakat
b. Pemerintah setempat tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya
bahkan berlanjut hingga masa recovery (perbaikan pasca bencana)
c. Kegiatan sehari-hari masyarakat terganggu hampir setiap hari
d. Komunitas masyarakat yang berdekatan tidak dapat memberikan bantuan

Dilihat dari kemampuan pengelolaannya, bencana dapat terbagi


menjadi tiga yaitu (Coppola, 2015) :
1. Bencana local (local disaster), yaitu bencana yang dapat ditangani oleh
pemerintah local setempat seperti provinsi, kota. Jika tidak dapat ditangani
maka menjadi bancana nasional.

82
2. Bencana nasional (national disaster), yaitu bencana yang dapat ditangani
oleh pemerintah nasional/negara setempat. Sama seperti bencana local, jika
pemerintahan nasional tidak dapat menangani maka naik menjadi bencana
internasional.
3. Bencana internasional (international disaster), yaitu bencana yang harus
ditangani oleh lembaga internasional atau koalisi beberapa negara yang
membantu penanganan bencana.

Bencana dapat juga digolongkan menurut kecepatan kejadiannya yaitu


rapid disaster dan slow disaster (Etkin, 2016).
1. Rapid disaster
Kecepatan kejadian rapid disaster tentu lebih slow disaster. Rapid disaster
yaitu bencana yang terjadi secara tiba-tiba atau sudden-onset disaster yang
terjadi dengan sedikit atau tanpa peringatan dini dan biasanya memiliki
efek menghancurkan selama berjam-jam atau berhari-hari. Contohnya
antara lain gempa bumi, tsunami, gunung berapi, longsor, badai tornado,
dan banjir. Kemampuan manusia dalam merespon dan memberikan
bantuan kepada korban pada bencana ini bisa berlangsung dalam hitungan
minggu hingga bulan, bahkan pernah mencapai 1 tahun, seperti: bencana
kekeringan, kelaparan, salinisasi tanah, epidemic AIDS, dan erosi
(Coppola, 2015).
2. Slow disaster
Sementara slow onset disaster atau creeping disaster adalah jenis bencana
yang terjadi secara lambat bahkan tidak terlihat gejalanya. Gejala bencana
baru terlihat setelah terjadi kerusakan dan penderitaan dalam jumlah yang
proporsional dan membutuhkan tindakan kegawatdaruratan yang massif.
Contohnya adalah kelaparan, kekeringan, tanah menjadi gurun
(desertification), epidemic penyakit.

83
DAFTAR PUSTAKA

Heryana, A. (2020). Pengertian dan Jenis Bencana. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Trianti et al, (2020). Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY. Universitas
Padjadjaran.
Sari et al, (2020). PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR DI KABUPATEN GRESIK.
Rahmawati dkk (2020, August). POTRET KESIAPAN DIRI WARGA KAMPUNG
WARNA-WARNI JODIPAN (REALISASI KEKUATAN INDIVIDUAL MENUJU
TANGGUH BENCANA). In Seminar Nasional Psikologi UM (Vol. 1, No. 1).

84
RESUME
SIKLUS BENCANA DAN JENIS-JENIS BENCANA
DOSEN PENGAMPU: CIPTO SUSILO S.Pd., S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh:

Ummi Haryanti 1711011002


Alfianti Lutfi Syafika 1711011005
Wida Nurholilah 1711011007
Rizky Wahyu Nurhakiki 1711011035
Siti Maratus Sholekhah 1711011037

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUAMMADIYAH JEMBER
2020

85
A. Devinisi Bencana
Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (perka BNPB No
2 Tahun 2012)
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian
upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan
rehabilitasi. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana baik
melalui pengurangan ancaman bencana, maupun kerentanan pihak yang
terancam bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Tanggap darurat bencana
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang di timbulkan yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana.
B. Siklus Bencana
Siklus bencana meliputi:
1. Tahap prabencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi 2 keadaan yaitu
a. Situasi tidak terjadi bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak
terjadi bencana yaitu:
1) Perencanaan penanggulangan bencana
2) Pengurangan risiko bencana
3) Pencegahan
4) Pemadiuan dalam perencanaan pembangunan

86
5) Persyaratan analisis risiko bencana
6) Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang
7) Pendidilan dan pelarihan
8) Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
b. Situasi terdapat potensi bencana
1) Kesiapsiagaan
2) Peringatan dini
3) Mitigasi bencana

2. Tanggap darurat
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan
sumber daya
b. Penentuan status keadaan darurat bencana
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
d. Pemenuhan kebutuhan dasar
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital

3. Pasca bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana
meliputi
a. Rehabilitasi
b. Rekontruksi

C. Jenis-jenis Bencana Di Indonesia


Sesuai dengan UU No. 24/2007, indonesia memiliki 12 jenis ancaman
bencana yang berisiko tinggi yaitu sebagai berikut:
1. Gempa bumi
2. Tsunami
3. Letusan gunung api

87
4. Gerakan tanah (tanah longsor)
5. Banjir
6. Banjir bandang
7. Kekeringan
8. Cuaca ekstrim (puting beliung)
9. Gelombang ekstrim dan abrasi
10. Kebakaran hutan dan lahan
11. Epidemi dan wabah penyakit
12. Gagal teknologi

88
DAFTAR PUSTAKA

1. BNPB , 2014. “Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2015-2019".


Jakarta
2. Sri, Mulyana, Chatarina. 2017. "STUDI KERENTANAN DAN ARAHAN
MITIGASI BENCANA BANJIR DI KECAMATAN PURING
KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016 ". Jurnal GeoEco ISSN: 2460-
0768.Vol. 3, No. 2 (Juli 2017) Hal.157-163. Pendidikan Geografi FKIP
UNS.
3. BNPB,2008."PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA
PENANGGULANGAN BENCANA “.Jakarta

89

Anda mungkin juga menyukai