Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Pemeriksaan
Fisik Head To Toe ” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
            Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata
kuliah Ilmu Dasar Keperawatan di Stikes Medistra indonesia.
            Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
            Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
            Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan .

1
2
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................................4
1.2 TUJUAN.................................................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN......................................................................................................................................5
2.2   PROSEDUR TINDAKAN PEMERIKSAAN FISIK DARI KEPALA s.d UJUNG KAKI
(HEAD TO TOE)................................................................................................................................7
2.3 Tahap-Tahap Pelaksanaanya Adalah Sebagai Berikut:.................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................................23

3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................................23

3.2 SARAN...................................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................24

                            

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemeriksaan fisik (Head to Toe) adalah pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan
atau hanya beberapa bagian saja yang dianggap perlu oleh dokter yang bersangkutan.
Pemeriksaan dalam keperawatan menggunakan pendekatan yang sama dengan
pengkajian fisik kedokteran, yaitu dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi . Pengkajian fisik kedokteran dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang
berupa kepastian tentang penyakit apa yang diderita klien . pengkajian fisik
keperawatan pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan yang
lebih difokuskan pada respon yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami.
Pengkajian fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum
perawat dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk
mendapatkan data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat
kesehatan, riwayat psikososial, sosek, dll. Hal ini memungkinkan pengkajian yang fokus
dan tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang
ditemukan.
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan juga digunakan untuk mendapatkan data objektif
dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.
Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji
apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
atau tidak.

1.2 TUJUAN
a.      Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik (Head To Toe) secara tepat
dan benar.
b.      Tujuan Khusus
-          Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Inspeksi dengar benar.
-          Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Palpasi dengan benar.
-          Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Perkusi dengan benar.
-          Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Auskultasi dengan benar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon  terhadap terapi
tersebut.
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
1.     Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,


pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien.
Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk.
Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system
tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto optalomoskop,
otoskop, speculum dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan
jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan,
bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan. Hal yang di deteksi adalah suhu,

5
kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan
sensasi.

3. Perkus
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi
jaringan.
4. Auskultasi
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di
perhatikan, yaitu sebagai berikut:

1. Kontrol infeksi

Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan
membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.

2. Kontrol lingkungan

Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan
untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri.
Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien

1. Komunikasi (penjelasan prosedur)


2. Privacy dan kenyamanan klien
3. Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr eksternal ke internal, dr normal ke abN)
4. Berada di sisi kanan klien
5. Efisiensi

6
6. Dokumentasi

2.2   PROSEDUR TINDAKAN PEMERIKSAAN FISIK DARI KEPALA s.d UJUNG


KAKI (HEAD TO TOE)

Note: sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus melakukan kontrak


dengan pasien, yang didalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan, waktu yang di
perlukan dan terminasi/ mengakhiri.

Tahap-tahap pemeriksaan fisik haruskan dilakukan secara urut dan menyeluruh


dan dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:
1.      Kulit, rambut dan kuku
2.      Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut
3.      Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP
4.      Dada : jantung dan paru
5.      Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam
6.      Genetalia
7.      Kekuatan otot /musculosekletal
8.      Neurologi

2.3 Tahap-Tahap Pelaksanaanya Adalah Sebagai Berikut:

1.    PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT DAN KUKU:

 KULIT:
 Tujuan: 
 Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
 Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
  

7
Tindakan:
I =  Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan),
edema, dan distribusi rambut kulit.
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus,
suhu : akral dingin atau hangat.

 RAMBUT:
Tujuan:
 Untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
 Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor

 KUKU
 Tujuan:
 Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
 Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan:
I =  catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk:
clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi
fe/anemia fe
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia
lambat s/d 5-15 detik.
 PEMERIKSAAN KEPALA
 Tujuan:
 Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
 Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala
 Tindakan:
I =  Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan
atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai
kebutuhan

8
 MATA:
 Tujuan:
 Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot
mata)
 Untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata
 Tindakan:
I =  Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan
pada hepar, pupil: isokor ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek
SOL),  medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal)
             Inspeksi gerakan mata:
 Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan
 Amati adanya nistagmus/gerakan bola mata ritmis(cepat/lambat)
 Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi
 Beritahu pasien untuk memandang dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala
pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
Inspeksi medan pengelihatan:
 Berdirilah didepan pasien
 Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa
 Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik
pandang, misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
 Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian
tarik atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik
mana benda mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil
akurat). 
Pemeriksaan visus mata:
 Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar)
 Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai
kebijakkan masing ada yang 6 dan 7 meter).
 Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.

9
 Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri
 Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar
sampai yang terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
 Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
 Misal: hasil visus:
OD (Optik Dekstra/ka): 5/5
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang seharusnya dapat
dilihat/dibaca pada jarak 5 m
OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat melihat/membaca yang seharusnya di baca
pada jarak 2 m.
P = Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada
peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya
nyeri tekan.
 HIDUNG:
 Tujuan:
 Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
 Untuk mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
 Tindakan:
I =  Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa

 TELINGA
 Tujuan:
 Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
 Untuk mengetahui fungsi pendengaran
 Tindakan:
Telinga luar:
    I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:

10
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
           Anak     :  Daun telinga ditarik kebawah
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk)
adanya serumen, peradangan dan benda asing, dan darah.

Pemeriksaan pendengaran:
1)      Pemeriksaan dengan bisikan
o Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
o Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
o Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
o Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar
o Melakukan pemeriksaan telinga yang satu

2).      Pemeriksaan dengan arloji


o Mengatur susasana tenang.
o Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
o Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
o Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi. telinga dan suruh pasien
menyatakan tak mendengar lagi.
o Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
3)      Pemeriksaan dengan garpu tala:
a.      Tes Rinne
o Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
o Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
o Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran
o Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak
1-2 cm, dengan posisi parallel dengan daun telinga.
o Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak.
o Mencatat hasil pemeriksaan

11
b.      Tes Weber
- Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau  jari
- Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
- Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama jelas antara telinga
ka.ki atau hanya jelas pada satu sisi saja.
- Mencatat hasil pemeriksaan
c.       Tes Swebeck
o Untuk mengetahui membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa
o Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga
pemeriksa.
 MULUT DAN FARING:
 Tujuan:
o Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
o Untuk mengetahui kebersihan mulut
 Tindakan:
I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan,
kelembaban, pembengkakkan, lesi.
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Inspeksi mulut dalam dan  faring:
o Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan
adanya lesi
o Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
o Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril,
kemudian minta klien menjulurkan lidah dan berkata “AH”  amati ovula/epiglottis
simetris tidak terhadap faring, amati tonsil meradang atau tidak
(tonsillitis/amandel).
P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri.
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan
memekai handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL”  sambil menjulurkan

12
lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu
jari menahan dagu. Catat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.

3.    LEHER
 Tujuan:
o Untuk menentukan struktur integritas leher
o Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
o Untuk memeriksa sistem limfatik
 Tindakkan:
      I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
            Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya massa
            Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan merotasi- amati
apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan
adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
       Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris atau tidak.
4.   DADA/THORAX
 PARU/PULMONALIS
 Tujuan:
o Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
o Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
o Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil
fremitus.
o Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
o Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
 Tindakkan:
I =  Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
      Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak

13
P = Palpasi ekspansi paru:
o Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah
papilla, anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
o Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi
costa ke-10, ibu jari ka.ki di dekatkan jangan samapai  menempel, dan jari-jari di
regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas
dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
 Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
o Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi
supra scapula (posisi posterior) .
o Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada
rendah)
o Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa
mengerakkan ke posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau
setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
o Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
o Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
o Ulangi/lakukkan pada dada anterior              
 Pe/Perkusi =
o Atur pasien dengan posisi supinasi
o Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5
tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas
paru hepar dan jantung: redup)
o Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
 Aus/auskultasi =
o Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
o Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas
pelan kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels

 JANTUNG/CORDIS

14
I =  Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah
xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
o Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium
interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri.
o Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler
amati adanya pulsasi
o Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri
dimana akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls)
temukkan pulsasi kuat pada area ini.
o Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
 Pe =
o Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
o Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
o Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
o Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
 Aus =
o Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai
o Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5
sambil menekan arteri carotis
 Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis)
dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
 Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan
pulmonalis) pada saat diastolic.
 Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…”  S4: pada pasien hipertensi “DEE..-
LUB-DUB”.

5.   PERUT/ABDOMEN
 Tujuan:

15
o Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
o Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
o Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
 Tindakkan:
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.
P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan
telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan
metode bimanual/2 tangan.

 HEPAR:
o Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria
kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12
o Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar.
Kaji hepatomegali.

 LIMPA:
o Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
o Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan
minta pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan
adanya limpa.
o Pada orang dewasa normal tidak teraba

 RENALIS:
 Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4
dibawah kosta kanan.
 Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
 Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk,
kontur, ukuran, dan respon nyeri.
 GENETALIA
16
 TUJUAN
o Untuk mengetahui adanya lesi
o Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll)
o Untuk mengetahui kebersihan genetalia

 Tindakkan:
 Genetalia laki-laki:
I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.
Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
P = Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri
Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari
 Genetalia wanita:
I = Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak
Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
P = Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan
clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum.

7.   REKTUM DAN ANAL


 Tujuan:
o Untuk mengetahui kondisi rectum dan anus
o Untuk mengetahui adanya massa pada rectal
o Untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada rectal/hemoroid
 Tindakkan:
o Posisi pria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan posisi
litotomi/terlentang kaki di angkat dan di topang.
o Inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus
o Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya
nodul dan atau pelebaran vena pada rectum.

17
8. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
 Tujuan:
o Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
o kekuatan otot, dan gangguan Untuk mengetahui mobilitas -gangguan pada daerah
tertentu.
 Tindakkan:
 MUSKULI/OTOT:
o Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada
perbedaan dengan meteran)
o Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya
kelemahan dan kontraksi tiba-tiba
o Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa dan bandingkan tangan ka.ki
o Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan
bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari
yang lemah sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.

 TULANG/OSTIUM:
o Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
o Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakka

 PERSENDIAAN/ARTICULASI:
o Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
o Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
o Kaji range of  mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)

9.   PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI

 Tujuan:

18
o Untuk mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial,
sensori, motor dan reflek.
 Tindakkan:
 Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
 Olfaktorius/penciuman:
 Meminta pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat.
Apakah pasien dapat mengenali aroma.
 Opticus/pengelihatan:
 Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, jelas
atau tidak.
 Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil:
 Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya  dan akomodasinya.
 Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah:
 Kaji arah tatapan, minta pasien melihat k etas dan bawah
 Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang:
 Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek nagatif
(diam)/positif (ada gerkkan))
 Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah  kaji nyeri menyilang pada
kuit wajah
 Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang
 Abdusen/gerakkan bola mata menyamping:
 Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping ki.ka
 Facial/ekspresi wajah dan pengecapan:
 Meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah, menggembungkan pipi, menaikan dan
menurunkan alis mata, perhatikkan kesimetrisanya.
 Auditorius/pendengaran:
 kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien mengulangi kata/kalimat.
 Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah:
 Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal lidah.
 Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek  gag”
 Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya

19
 Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:
 Suruh pasien mengucapkan “ah”  kaji gerakkan palatum dan faringeal
 Periksa kerasnya suara pasien
 Asesorius/gerakan kepala dan bahu:
 Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh
pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan
 Hipoglosal/posisi lidah:
 Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan menggerakkan ke
berbagai sisi.

 Pengkajian syaraf sensori:


 Tindakkan:
 Minta klien menutup mata
 Berikkan rasangan pada klien:
Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada titik-titik
yang pemeriksa inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian
mana
Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang
direasakan.
Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung jari,
meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian berhenti
suruh pasien mengtakkan diatas/bawah.
Stereognosis: berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan berikkan waktu beberapa
detik, dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.

 Pengkajian reflex:
1.      Refleks Bisep
 Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah)

20
 Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain
diatas tendon bisep
 Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks

2.      Refleks Trisep


 Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
 Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi
 Meminta pasien untuk merilekkan lengan
 Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang
 Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek

3.      Refleks Patella


 Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi
 Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada
 Pukul tendo patella, kaji refleks
4.      Refleks Brakhioradialis
 Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
 Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi
 Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat
reflex.
5.      Reflex Achilles
o Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada
pemeriksaan patella
o Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa
o Pukul tendo Achilles, kaji reflek

6.      Reflex Plantar (babinsky)


o Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick
harmmer

21
o Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki
sampai dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif
telapak kaki akan tertarik ke dalam.
7.      Refleks Kutaneus
a)      Gluteal
 Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya
 Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas
 Reflek positif spingter ani berkontraksi
b)      Abdominal
o Minta klien berdiri/berbaring
o Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji
gerakkan reflek otot abdominal
o Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kaki dan bawah kaki)
c)      Kremasterik/pada pria
o Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas
o Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di
rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan
harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk
menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan,
maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
3.2 Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami
ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Admit. Pemeriksaan Fisik. http://nursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/( online)


diakses 17 September  2010.

Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC

Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta.
EGC

Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC

Candrawati. Susiana.Pemeriksaan Fisik system Kardiovaskuler.Diakases tanggal 18


September 2010

Dealey, Carol.2005. The Care Of Wound A Guides For Nurses.Navarra.Balckwell


Publishing.

Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.

Morton, Particia G. 2005. Panduan Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta. EGC

Perry. AG & Potter, PA. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta. EGC

24
Penyusun. 2009. Penuntun Pratikum I Praktik Keperawatan Dasar Dalam Kererawatan.
Padang. PSIK FK UNAND

Swara Nightingale. 2009. Pendidikan dan Latihan Dasar X Swara Nigtingale. Padang: Swara
Nightinagale

25

Anda mungkin juga menyukai