Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Pemeriksaan
Fisik Head To Toe ” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata
kuliah Ilmu Dasar Keperawatan di Stikes Medistra indonesia.
Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan .
1
2
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................................4
1.2 TUJUAN.................................................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN......................................................................................................................................5
2.2 PROSEDUR TINDAKAN PEMERIKSAAN FISIK DARI KEPALA s.d UJUNG KAKI
(HEAD TO TOE)................................................................................................................................7
2.3 Tahap-Tahap Pelaksanaanya Adalah Sebagai Berikut:.................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................................23
3.2 SARAN...................................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik (Head To Toe) secara tepat
dan benar.
b. Tujuan Khusus
- Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Inspeksi dengar benar.
- Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Palpasi dengan benar.
- Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Perkusi dengan benar.
- Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Auskultasi dengan benar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi
tersebut.
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
1. Inspeksi
5
kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan
sensasi.
3. Perkus
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi
jaringan.
4. Auskultasi
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di
perhatikan, yaitu sebagai berikut:
1. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan
membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
2. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan
untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri.
Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
6
6. Dokumentasi
KULIT:
Tujuan:
Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
7
Tindakan:
I = Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan),
edema, dan distribusi rambut kulit.
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus,
suhu : akral dingin atau hangat.
RAMBUT:
Tujuan:
Untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
KUKU
Tujuan:
Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan:
I = catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk:
clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi
fe/anemia fe
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia
lambat s/d 5-15 detik.
PEMERIKSAAN KEPALA
Tujuan:
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala
Tindakan:
I = Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan
atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai
kebutuhan
8
MATA:
Tujuan:
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot
mata)
Untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata
Tindakan:
I = Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan
pada hepar, pupil: isokor ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek
SOL), medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal)
Inspeksi gerakan mata:
Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan
Amati adanya nistagmus/gerakan bola mata ritmis(cepat/lambat)
Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi
Beritahu pasien untuk memandang dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala
pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
Inspeksi medan pengelihatan:
Berdirilah didepan pasien
Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa
Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik
pandang, misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian
tarik atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik
mana benda mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil
akurat).
Pemeriksaan visus mata:
Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar)
Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai
kebijakkan masing ada yang 6 dan 7 meter).
Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
9
Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri
Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar
sampai yang terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
Misal: hasil visus:
OD (Optik Dekstra/ka): 5/5
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang seharusnya dapat
dilihat/dibaca pada jarak 5 m
OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat melihat/membaca yang seharusnya di baca
pada jarak 2 m.
P = Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada
peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya
nyeri tekan.
HIDUNG:
Tujuan:
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
Untuk mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
Tindakan:
I = Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa
TELINGA
Tujuan:
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
Untuk mengetahui fungsi pendengaran
Tindakan:
Telinga luar:
I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
10
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
Anak : Daun telinga ditarik kebawah
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk)
adanya serumen, peradangan dan benda asing, dan darah.
Pemeriksaan pendengaran:
1) Pemeriksaan dengan bisikan
o Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
o Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
o Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
o Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar
o Melakukan pemeriksaan telinga yang satu
11
b. Tes Weber
- Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau jari
- Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
- Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama jelas antara telinga
ka.ki atau hanya jelas pada satu sisi saja.
- Mencatat hasil pemeriksaan
c. Tes Swebeck
o Untuk mengetahui membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa
o Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga
pemeriksa.
MULUT DAN FARING:
Tujuan:
o Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
o Untuk mengetahui kebersihan mulut
Tindakan:
I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan,
kelembaban, pembengkakkan, lesi.
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Inspeksi mulut dalam dan faring:
o Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan
adanya lesi
o Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
o Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril,
kemudian minta klien menjulurkan lidah dan berkata “AH” amati ovula/epiglottis
simetris tidak terhadap faring, amati tonsil meradang atau tidak
(tonsillitis/amandel).
P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri.
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan
memekai handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL” sambil menjulurkan
12
lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu
jari menahan dagu. Catat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.
3. LEHER
Tujuan:
o Untuk menentukan struktur integritas leher
o Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
o Untuk memeriksa sistem limfatik
Tindakkan:
I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya massa
Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan merotasi- amati
apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan
adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris atau tidak.
4. DADA/THORAX
PARU/PULMONALIS
Tujuan:
o Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
o Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
o Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil
fremitus.
o Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
o Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
Tindakkan:
I = Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
13
P = Palpasi ekspansi paru:
o Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah
papilla, anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
o Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi
costa ke-10, ibu jari ka.ki di dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di
regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas
dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
o Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi
supra scapula (posisi posterior) .
o Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada
rendah)
o Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa
mengerakkan ke posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau
setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
o Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
o Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
o Ulangi/lakukkan pada dada anterior
Pe/Perkusi =
o Atur pasien dengan posisi supinasi
o Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5
tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas
paru hepar dan jantung: redup)
o Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
Aus/auskultasi =
o Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
o Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas
pelan kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
JANTUNG/CORDIS
14
I = Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah
xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
o Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium
interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri.
o Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler
amati adanya pulsasi
o Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri
dimana akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls)
temukkan pulsasi kuat pada area ini.
o Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe =
o Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
o Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
o Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
o Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
Aus =
o Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai
o Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5
sambil menekan arteri carotis
Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis)
dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan
pulmonalis) pada saat diastolic.
Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-
LUB-DUB”.
5. PERUT/ABDOMEN
Tujuan:
15
o Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
o Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
o Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakkan:
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.
P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan
telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan
metode bimanual/2 tangan.
HEPAR:
o Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria
kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12
o Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar.
Kaji hepatomegali.
LIMPA:
o Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
o Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan
minta pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan
adanya limpa.
o Pada orang dewasa normal tidak teraba
RENALIS:
Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4
dibawah kosta kanan.
Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk,
kontur, ukuran, dan respon nyeri.
GENETALIA
16
TUJUAN
o Untuk mengetahui adanya lesi
o Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll)
o Untuk mengetahui kebersihan genetalia
Tindakkan:
Genetalia laki-laki:
I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.
Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
P = Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri
Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari
Genetalia wanita:
I = Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak
Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
P = Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan
clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum.
17
8. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
Tujuan:
o Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
o kekuatan otot, dan gangguan Untuk mengetahui mobilitas -gangguan pada daerah
tertentu.
Tindakkan:
MUSKULI/OTOT:
o Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada
perbedaan dengan meteran)
o Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya
kelemahan dan kontraksi tiba-tiba
o Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa dan bandingkan tangan ka.ki
o Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan
bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari
yang lemah sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
TULANG/OSTIUM:
o Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
o Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakka
PERSENDIAAN/ARTICULASI:
o Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
o Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
o Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)
Tujuan:
18
o Untuk mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial,
sensori, motor dan reflek.
Tindakkan:
Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
Olfaktorius/penciuman:
Meminta pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat.
Apakah pasien dapat mengenali aroma.
Opticus/pengelihatan:
Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, jelas
atau tidak.
Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil:
Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya dan akomodasinya.
Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah:
Kaji arah tatapan, minta pasien melihat k etas dan bawah
Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang:
Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek nagatif
(diam)/positif (ada gerkkan))
Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah kaji nyeri menyilang pada
kuit wajah
Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang
Abdusen/gerakkan bola mata menyamping:
Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping ki.ka
Facial/ekspresi wajah dan pengecapan:
Meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah, menggembungkan pipi, menaikan dan
menurunkan alis mata, perhatikkan kesimetrisanya.
Auditorius/pendengaran:
kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien mengulangi kata/kalimat.
Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah:
Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal lidah.
Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag”
Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya
19
Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:
Suruh pasien mengucapkan “ah” kaji gerakkan palatum dan faringeal
Periksa kerasnya suara pasien
Asesorius/gerakan kepala dan bahu:
Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh
pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan
Hipoglosal/posisi lidah:
Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan menggerakkan ke
berbagai sisi.
Pengkajian reflex:
1. Refleks Bisep
Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah)
20
Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain
diatas tendon bisep
Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks
21
o Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki
sampai dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif
telapak kaki akan tertarik ke dalam.
7. Refleks Kutaneus
a) Gluteal
Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya
Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas
Reflek positif spingter ani berkontraksi
b) Abdominal
o Minta klien berdiri/berbaring
o Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji
gerakkan reflek otot abdominal
o Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kaki dan bawah kaki)
c) Kremasterik/pada pria
o Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas
o Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di
rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan
harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk
menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan,
maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
3.2 Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami
ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta.
EGC
Perry. AG & Potter, PA. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta. EGC
24
Penyusun. 2009. Penuntun Pratikum I Praktik Keperawatan Dasar Dalam Kererawatan.
Padang. PSIK FK UNAND
Swara Nightingale. 2009. Pendidikan dan Latihan Dasar X Swara Nigtingale. Padang: Swara
Nightinagale
25