Anda di halaman 1dari 11

PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER DAN PENANGANANNYA

NAMA KELOMPOK:

1. Elly santi julia


2. Fitri Hasanah
3. Helsi Surasih
4. Kiki Fatmala Sari
5. Lili Ariani
6. Mutiara Fransisca
7. Nensi Susanti
8. Nopriani
9. Putridika ayuriski
10. Regita Prameswati
11. Rizki Dwi Lestari
12. Rossy Faritha
13. Seftianah

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM

TAHUN AJARAN 2021/2022


Kata Pengantar
Daftar isi

Kata Pengantar……………………………………………........................I

Daftar isi…………………………………………......................................II

Bab I Pendahuluan………………………………………….…..................III

A. Latar Belakang…………………………………………….............1.1
B. Rumusan Masalah……………………………………………........1.2
C. Tujuan penelitian……………………………………………..........1.3

Bab II Pembahasan……………………………………………...................IV

A. Pengertian pendarahan postpartum sekunder……………………...2.1


B. Penyebab pendarahan postpartum sekunder…………………….....2.2
C. Tanda dan gejala terjadinya pendarahan postpartum sekunder…….2.3
D. Diagnosis pendarahan postpartum sekunder………………….…..2.4
E. Penanganan pendarahan postpartum sekunder……………………2.5
F. Penatalaksanaan rujukan postpartum sekunder……………….…..2.6
G. Komplikasi akibat postpartum sekunder……………………….….2.7
H. Pencegahan pendarahan postpartum sekunder…………………….2.8

Bab III Penutup…………………………………………...............................V

A. Kesimpulan…………………………………………........................3.1
B. Saran…………………………………………..................................3.2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000
ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Perdarahan, yang biasanya tidak
bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu.
Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia
uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan
pelayanan emergensi obstetrik.

Perdarahan setelah melahirkan adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat


implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Sebagian
besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan dan kebanyakan terjadi
pada wanita dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun serta wanita dengan jarak
persalinan yang dekat yaitu kurang dari 2 tahun. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil
akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum. Di Indonesia, Sebagian besar
persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian
mengalami perdarahan postpartum dan terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan
umum sudah memburuk, akibatnya tingkat kategori kematian ibu maupun bayi tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perdarahan postpartum sekunder?


2. Apa saja penyebab terjadinya perdarahan postpartum sekunder?
3. Apa saja tanda dan gejala terjadinya perdarahan postpartum sekunder?
4. Bagaimana diagnosis perdarahan postpartum sekunder?
5. Bagaimana penanganan perdarahan post partum sekunder?
6. Bagaimana penatalaksanaan rujukan pada perdarahan postpartum sekunder?
7. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat perdarahan pospartum sekunder?
8. Bagaimana pencegahan perdarahan pospartum sekunder?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang perdarahan
postpartum sekunder dan juga penanganannya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perdarahan Postpartum Sekunder

 Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan post partum yang terjadi setelah
24jam pertama
 Pendarahan post partum sekunder adalah pendarahan atau hilangnya darah 500 cc atau
lebih yang terjadi antara 24 jam – 6 minggu setelah anak lahir. Pendarahan post partum
skunder di sebut juga sebagai Late Post Partum Hemorrhage.

2.2 Penyebab Perdarahan Pospartum Sekunder

1. Sisa Plasenta

Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat menimbulkan
perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (biasanya terjadi dalam 6 – 10
hari pasca persalinan).

2. Sub involusio

Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang disertai pemanjangan
periode pengeluaran lokhea dan kadang-kadang oleh perdarahan yang banyak.proses ini dapat
diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau
berlebihan.

3. Hematoma Nifas
Darah dapat mengalir ke dalam jaringan ikat di bawah kulit yang menutupi genitalia
eksterna atau di bawah mukosa vagina hingga terbentuk hematoma vulva dan vagina keadaan
tersebut biasanya terjadi setelah cidera pada pembuluh darah tanpa adanya laserasi jaringan
supervisial , dan dapat dijumpai baik pada persalinan spontan maupun dengan operasi.

4. Hematoma vulva

Hematoma dengan ukuran sedang dapat diserap spontan.jaringan yang melapisi


gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga
terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama
dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan.

5. Terdapat sisa membrane sehingga mengganggu kontraksi dan retraksi untuk menutup
pembuluh darah di tempat implantasinya

6. Terdapat placental polip

7. Pendarahan karena terjadi degenerasi khoriokarsinoma

8. Pendarahan yang bersumber dari perlukaan yang terbuka kembali.

2.3 TANDA DAN GEJALA TERJADINYA PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER

Tanda dan gejala terjadinya Pendarahan Post Partum Skunder antara lain sebagai berikut:

1. Pendarahan terjadi secara terus menerus setelah seharusnya lokhia rubra berhenti
2. Pendarahan dapat terjadi secara mendadak, seperti pendarahan post partum primer
dan di ikuti gangguan system kardiovaskuler sampai syok.
3. Mudah terjadi infeksi skunder sehingga dapat menimbulkan:
a. Lokhia yang terjadi berbau dan keruh
b. Fundus uteri tidak segera mengalami involusi, terjadi subinvolusi uteri.

2.4 Diagnosis Perdarahan Postpartum Sekunder


(1) Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
(2) Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
(3) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari: – Sisa plasenta atau selaput ketuban –
Robekan rahim – Plasenta suksenturiata
(4) Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
(5) Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test), dll

2.5 Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder

Perdarahan post partum sekunder, terdiri atas

a. Infeksi ( endometritis, metritis )

b. perdarahan sekunder karena sisa plasenta

Adapun Penanganan perdarahan post partum sekunder antara lain:

1. Jika terjadi anemia berat ( HB < 8 g/dl atau hematokrit < 20% ), siapkan tranfusi dan
berikan tablet besi oral ( sulfas ferosus 600mg atau ferous fumarat 120mg) dan asam
folat 400 mcg per oral sekali sehari selam 6 bulan
2. Jika terdapat tanda tanda infeksi ( demam sekret vagina yang berbau) berikan
antibiotika untuk metritis sampai ibu bebas demam selama 48 jam (
3. Berikan oksitosin 10 IU IM
4. Jika serviks masih berdilatasi, lakukan eksplorasi manual untuk mengeluarkan
bekuan bekuan besar dan sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus menggunakan
teknik serua dengan teknik yang digunakan untuk mengekuarkan plasenta yang tidak
keluar
5. Jika serviks tidak berdilatasi, evakuasi uterus untuk mengeluarkan sisa plasenta
dengan aspirasi vakum manual
6. Pada kasus yang lebih jarang, jika perdarahan terus berlanjut, pikirkan kemungkinan
ligasi arteri uterina atau utero ovarika atau histerektomi
7. Lakukan pemeriksaaan histologi dri jaringan hasil kuret atau histerektomi, jika
memungkinkan, unuk menyingkirkan penyakit trofoblas ganas

A. perdarahan karena sisa plasenta

a. Lakukan kuretase untuk menghilangkan sumber perdarahannya.

b. Persiapan

• Pasang infuse & transfusi darah

• Lakukan pemeriksaan laboratorium

• Profilaksis dengan memberikan antibiotik dan antipiretiks

B. perdarahan karena perlukaan jalan lahir

Lakukan evaluasi dan menjahit kembali.

3. perdarahan karena gangguan pembekuan darah

a. Perbaikan factor pembekuan darah

b. Berikan trombosit

2.6 Penatalaksanaan Rujukan Pada Perdarahan Postpartum Sekunder

• Setelah dilakukan penatalaksanaan secara umum nilai kondisi dan keadaan pasien,jika
tidak membaik.

• Siapkan informed concent bersama keluarga pasien.

• Hubungi rumah sakit tempat rujukan.

• Menyiapkankan segera keperluan rujukan bersama kelurga pasien seperti:


o Transportasi.

o Biaya

o Persipan kegawatdaruratan yng meliputi:

persiapan donor darah

infus

obat-obatan.

2.7 Komplikasi akibat Perdarahan Pospartum Sekunder

1. Trauma tindakan khususnya kuretase


2. Infeksi berkelanjutan
3. Syok iriversibel

2.8 Pencegahan Pendarahan Postpartum Sekunder

1. Perawatan masa kehamilan

Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan
terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin
tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik.Menangani
anemia dalam kehamilan adalah penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat
perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.

2. Persiapan persalinan

Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb,golongan darah, dan
bila memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank darah. Pemasangan cateter
intravena dengan lobang yang besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien
dengan anemia berat sebaiknya langsung dilakukan transfusi.

3. Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau maju mundur
sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik. Massae yang berlebihan atau terlalu
keras terhadap uterus sebelum, selama ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa mengganggu
kontraksi normal myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan menyebabkan
kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan postpartum.

4. Kala tiga dan Kala empat

a. Uterotonica dapat diberikan segera sesudah bahu depan dilahirkan. Study


memperlihatkan penurunan insiden perdarahan postpartum pada pasien yang mendapat
oxytocin setelah bahu depan dilahirkan, tidak didapatkan peningkatan insiden terjadinya
retensio plasenta. Hanya saja lebih baik berhati-hati pada pasien dengan kecurigaan hamil
kembar apabila tidak ada USG untuk memastikan. Pemberian oxytocin selama kala tiga
terbukti mengurangi volume darah yang hilang dan kejadian perdarahan postpartum
sebesar 40%.

b. Pada umumnya plasenta akan lepas dengan sendirinya dalam 5 menit setelah bayi
lahir. Usaha untuk mempercepat pelepasan tidak ada untungnya justru dapat
menyebabkan kerugian. Pelepasan plasenta akan terjadi ketika uterus mulai mengecil dan
mengeras, tampak aliran darah yang keluar mendadak dari vagina, uterus terlihat
menonjol ke abdomen, dan tali plasenta terlihat bergerak keluar dari vagina. Selanjutnya
plasenta dapat dikeluarkan dengan cara menarik tali pusat secra hati-hati. Segera sesudah
lahir plasenta diperiksa apakah lengkap atau tidak. Untuk “ manual plasenta “ ada
perbedaan pendapat waktu dilakukannya manual plasenta. Apabila sekarang didapatkan
perdarahan adalah tidak ada alas an untuk menunggu pelepasan plasenta secara spontan
dan manual plasenta harus dilakukan tanpa ditunda lagi. Jika tidak didapatkan
perdarahan, banyak yang menganjurkan dilakukan manual plasenta 30 menit setelah bayi
lahir. Apabila dalam pemeriksaan plasenta kesan tidak lengkap, uterus terus di eksplorasi
untuk mencari bagian-bagian kecil dari sisa plasenta.

c. Lakukan pemeriksaan secara teliti untuk mencari adanya perlukaan jalan lahir yang
dapat menyebabkan perdarahan dengan penerangan yang cukup. Luka trauma ataupun
episiotomy segera dijahit sesudah didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2007. Buku Acuan PONED. Jakarta


2. Mochtar R, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta : EGC
3. Saifuddin Abdul bari.2002. Buku anduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBPSP
4. Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik APN- Buku Acuan Peserta. Jakarta : JNPK-KR
5. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Perdarahan Post Partum. Dalam : Ilmu
Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
6. Prawirohardjo S. Perdarahan Paca Persalinan. Dalam : Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002.
7. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Syok Hemoragika dan Syok Septik.
Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.

Anda mungkin juga menyukai